PERBANDINGAN PREDIKAT DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA DAN BAHASA BELANDA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
ARTIKEL
YEFRIZON NPM 1110018512005
PROGAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015
1
PERBANDINGAN PREDIKAT DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA DAN BAHASA BELANDA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Yefrizon1, Diana Kartika2, Ngusman Abdul Manaf3 1 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta, 2 Universitas Bung Hatta, 3Universitas Negeri Padang. E-mail:
[email protected] Abstract Purpose of study is the similarities and differences predicates in sentences Indonesian and Dutch language are categories words of predicate, the word form of predicate, the predicate position, and describes the learning implementation in Indonesian sentences for Dutchman. This research is qualitative research. The data of this study is the sentence Indonesian and Dutch language, containing predicate. The data source of this research is the form of a written text of the sentence grammar books, and research techniques of data collection technique is read and recorded. The result of research is (1) the similarity: the predicate can be filled by category verb in Indonesian and Dutch, and than, the difference: the predicate can be filled by categories adjective, nouns, and numeral in Indonesian, and in Dutch the predicate can not be filled by categories adjectiva, nouns, and numeral. Difference of subject and tenses in Indonesian do not load to changes predicate, but in Dutch, namely subject and tenses load to changs predicate, (2) the similarity: the predicate position is placed in the middle and end in Indonesian and Dutch, and then, the difference: the predicate position is placed in beginning in Indonesian sentences. In dutch sentence, the predicate position can not be placed in beginning, (3) learning implementation in Indonesian for Dutchman is difference predicate that is a source of difficulties or error who learn Indonesian. Instead, element of the same predicate between Indonesian and Dutch language does not cause trouble or fault for the Dutchman who learn Indonesian sentence. Keywords: the comparison of Indonesian and Dutch predicate, learning language.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan persamaan dan perbedaan predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, yaitu (1) kategori kata pengisi predikat, (2) perubahan bentuk kata pengisi predikat, (3) posisi predikat, dan (4) menjelaskan implementasi pembelajaran kalimat bahasa Indonesia bagi orang yang berbahasa ibu bahasa Belanda. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Data penelitian ini adalah kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda yang mengandung unsur predikat, sedangkan sumber data penelitian ini adalah teks tertulis yang berupa kalimat yang berasal dari buku tata bahasa, dan teknik penelitian pengumpulan data adalah teknik baca dan catat. Teknik baca dilakukan dengan membaca, yaitu peneliti sebagai intrumen utama untuk melakukan pembacaan secara cermat kemudian dilakukan pencatatan data. Teknik catat dikakukan dengan pencatatan yang dilanjutkan dengan mengklafikasian dan mengelompokkan. Teknik analisis data penelitian ini adalah pembandingan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ini. (1) Persamaan kategori kata pengisi predikat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda adalah kata yang berkategori verba, sedangkan perbedaanya adalah 2
dalam bahasa Indonesia kata pengisi predikat bisa diisi oleh kata yang berkategori adjektiva, nomina, dan numeralia. Sebaliknya, dalam bahasa Belanda kata pengisi predikat tidak bisa diisi oleh kata yang berkategori adjektiva, nomina, dan numeralia. Perbedaan subjek dan kala dalam bahasa Indonesia tidak menimbulkan perbedaan bentuk kata pengisi predikat bahasa Indonesia, tetapi perbedaan subjek dan kala dalam bahasa Belanda menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat bahasa Belanda. (2) Persamaan posisi predikat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda adalah di urutan kedua, sedangkan perbedaannya adalah predikat bisa diletakkan di urutan ketiga dalam bahasa Indonesia, tetapi predikat dalam bahasa Belanda hanya berada pada posisi kedua. (3) Implementasi pembelajaran kalimat bahasa Indonesia kepada orang yang berbahasa ibu bahasa Belanda adalah perbedaan unsur predikat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda perlu diperhatikan karena perbedaan itu menjadi sumber kesulitan atau kesalahan bagi orang yang berbahasa ibu bahasa Belanda dalam mempelajari bahasa Indonesia. Sebaliknya, unsur predikat yang sama antara bahasa Indonesia dan bahasa Belanda tidak menimbulkan kesulitan atau kesalahan bagi orang yang berbahasa ibu bahasa Belanda dalam mempelajari kalimat bahasa Indonesia. Kata kunci: perbandingan predikat, bahasa Indonesia, bahasa Belanda, pembelajaran bahasa
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membandingkan predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda berdasarkan kategori kata pengisi predikat, bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat yang terdapat dalam kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia dan membandingkannya dengan bahasa Belanda. Selanjutnya, peneliti juga menjelaskan pembelajaran predikat dalam kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia bagi orang Belanda yang berbahasa ibu bahasa Belanda yang berdasarkan kategori kata pengisi predikat, bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat. Untuk mengetahui proses bentuk dan ciri-ciri predikat kedua bahasa itu digunakan perbandingan ini sehingga menemukan persamaan dan perbedaannya.
1. PENDAHULUAN Kalimat terdiri atas urutan fungsi sintaksis. Urutan fungsi sintaksis itu merupakan pengisian jenis kata yang membentuk unsur-unsur atau komponenkomponen secara teratur menurut pola kalimat dan membentuk pola kesatuan kata dalam struktur kalimat. Urutan kata dalam struktur kalimat dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan yang disingkat dengan huruf S, P, O, Pel. dan K. Secara umum, fungsi subjek diisi oleh kelas kata nomina, fungsi predikat diisi oleh verba, dan yang menduduki fungsi keterangan dimasukkan ke dalam golongan frasa preposional. Setiap bahasa memiliki ciri khusus terutama pada struktur dan maknanya. Begitu pula dalam bahasa Indonesia (BI) dan bahasa Belanda (BB). Kedua bahasa itu memiliki persamaan dan perbedaan struktur menurut kaidah masing-masing. Untuk mengetahui struktur kedua bahasa itu, dapat dibuktikan dengan cara membandingkan kedua bahasa tersebut. Perbandingan itu dapat dilihat dari sudut persamaan dan perbedaan pada dua bahasa itu. Pada proses perbandingan dalam kajiannya adalah suatu yang memungkinkan untuk menemukan persamaan atau perbedaan.
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan persamaan dan perbedaan kategori kata pengisi predikat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, menjelaskan persamaan dan perbedaan perubahan bentuk kata pengisi predikat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, menjelaskan persamaan dan perbedaan posisi predikat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, menjelaskan persamaan dan perbedaan posisi predikat dalam bahasa Indonesia dan 3
bahasa Belanda, dan menjelaskan implementasi pembelajaran predikat dalam kalimat bahasa Indonesia bagi orang Belanda berbahasa ibu bahasa Belanda
a. Ahamad menulis. S P b. Mahasiswa pintar. S P c. Pak Badrun petani. S P d. Adiknya dua. S P
2. TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini berisi uraian tentang teori predikat bahasa Indonesia dan teori predikat bahasa Belanda, dan teori analisis kontrastif.
(P = V) (P = Adj.) ( P = N) (P = Num)
B. Predikat dalam Bahasa Belanda
A. Predikat dalam Bahasa Indonesia
Riyanto (1997:34) menguraikan predikat kalimat bahasa Belanda selalu memiliki verba yang selalu menjadi bagian dari kalimat yang disebut Persoonsvorm (PV). Istilah persoonsvorm ini dalam kalimat dapat juga disebut istilah predikat (Riyanto, 1997:34). Istilah tersebut dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yaitu (1) penggunaan istilah persoonsvorm akan menimbulkan pemikiran yang berhubungan dengan istilah kata kerja (2) istilah predikat lebih lazim dipakai dan dikenal dalam struktur kalimat. Berpijak kepada pendapat Harahap, (1981:27) menjelaskan predikat yang merupakan bagian kalimat yang menunjukkan kata kerja (werkwoord) mendapat pelaku (yang melakukan pekerjaan). Dalam hal ini, werkwoord itu berubah bentuknya. Bentuk itu bergantung pada jenis pelaku. Pendapat senada dikemukakan oleh Stokkermans (1980:18) bahwa predikat adalah salah satu bentuk yang dapat dimiliki oleh kata kerja yang mengalami perubahan bentuknya bergantung dari pokok kalimat. Selanjutnya, menurut Riyanto (1998:13), mengatakan bahwa predikat disesuaikan dengan subjek dan kala.
Menurut Alwi (2003:326), predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek sebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan atau keterangan wajib di sebelah kanan. Kemudian, Rahardi (2009:80) mengatakan bahwa predikat sebagai unsur pokok di dalam kalimat, predikat memiliki karakter yang tidak sama dengan subjek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sesungguhnya subjek dan predikat kalimat itu sama-sama menjadi unsur pokok dalam kalimat. Menurut Arifin dan Tasai (2009:67), predikat dapat ditentukan oleh kata kerja dalam sebuah kalimat. Selanjutnya, Manaf (2010:38) mengatakan bahwa predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok atau subjek kalimat. Predikat merupakan unsur terpenting dalam kalimat. Untuk mengenal predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dapat dilihat dari (1) kategori kata (2) letaknya, (3) partikel –lah, (4) jawaban dari pertanyaan bagaimana dan mengapa. Kategori kata dapat mengisi fungsi predikat dalam kalimat. Predikat itu berupa verba atau frasa verbal, adjektif atau frase adjektival. Pada kalimat yang berpola sujek dan predikat, predikat dapat pula berupa frasa nominal atau nomina, dan frasa numeralia atau numeralia. Kategori kata yang dapat mengisi fungsi predikat itu dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini (Manaf, 2010:39).
Berdasarkan definisi itu predikat dalam bahasa Belanda merupakan unsur bagian yang paling penting dalam suatu konstruksi kalimat karena berperan sebagai inti kalimat. Oleh karena itu, secara gramatikal predikat dapat dipengaruhi oleh
4
subjek (singular dan prularis) dan kala dalam bahasa Belanda.
Chaer (2007:260) mengatakan bahwa kala atau tense adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian tindakan, atau pengalaman yang disebutkan di dalam predikat. Kala ini lazimnya menyatakan waktu sekarang, lampau, dan akan datang, seperti contoh berikut ini. Ibu membeli sayur di pasar kemarin. P Adik belajar di kamar sekarang. P Bapak akan bertemu temannya. P Salain dari itu, pembentukan kalimat yang sangat erat hubungan dengan gramatikal dalam kalimat adalah aspek. Menurut Chaer (2007:259), aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Dalam bahasa Indonesia aspek tidak dinyatakan secara morfemis dengan bentuk kata tertentu, melainkan dengan berbagai cara leksikal. Sebaliknya, bahasa Belanda aspek ini merupakan kategori gramatikal karena dinyatakan secara morfemis.
a.Predikat yang Dipengaruhi oleh Subjek Predikat dalam kalimat yang merupakan verba mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh subjek yang merupakan bentuk jumlah dan persona. 1) Jumlah Jumlah paling umum pada perbedaan antara singularis dan prularis. Jumlah merupakan kategori nomina, karena dikenal berdasarkan orang, binatang dan barang yang dapat dihitung atau dibilang (satu atau lebih dari satu) dan diacu sendiri-sendiri atau secara kelompok dengan nominal (Lyon, 1995:276). 2) Persona Persona dapat disebut pronomina persona atau kata ganti orang dalam bahasa Belanda disebut persoonlijk voornaamwoord. Menurut Ridwansyah (2008:33), persoonlijk voornaamwoord dapat dibagi tiga kelompok, yaitu (a) orang pertama (eerste person) tunggal, yakni ik ‘saya’, dan jamak, yakni wij/we ‘kami/kita’, (b) orang kedua (tweede persoon) tunggal, yakni U ‘anda/saudara atau jij/je ‘kamu’ dan jamak, yakni jullie ‘kalian’, c) orang ketiga (derde persoon) tunggal, yakni zij/ze dia(perempuan) atau hij/he ‘dia laki-laki, dan jamak zij/ze ‘mereka’.
c. Kala (Tijnden) Dalam bahasa Belanda, predikat verba sangat erat hubungan dengan kala atau keterkaitan waktu terjadi perbuatan yang disebut tijden. Tijden dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu (1) verleden tijd ‘waktu lampau’; (2) tegenwoordige tijd ‘waktu kini’; dan (3) toekomende tijd ‘waktu akan datang’ (Ridwansyah, 2008:13). Verleden Tijd ‘Kala Lampau’ adalah suatu tindakan terjadi di waktu lampau. Verleden tijd (waktu lampau) menggunakan pola kalimat, S + Verba II. Contoh: Hij (S) nam (P) dat boek (O). ‘dia mengambil buku itu’ Predikat verba nam’ mengambil’ terbentuk dari verba kata dasar, yakni nemen yang mengalami proses gramatikal secara morfemis yang disesuaikan dengan kala. Tegenwoordige
b. Predikat yang Dipengaruhi Kala Adapun kala yang lazim berupa (a) kala sekarang adalah bentuk kala dari verba yang menunjukkan perbuatan terjadi masa kini; (b) kala lampau adalah bentuk kala dari verba yang menunjukkan perbuatan terjadi sebelum pengujaran; dan (c) kala mendatang adalah bentuk kala verba yang menyatakan perbuatan akan berlangsung dalam waktu mendatang (Kridalaksana, 1983:71). Selanjutnya, 5
tijd (waktu sekarang) menggunakan pola kalimat S + V I, contoh: Hij (S) schrijft (P) een brief (O) ‘ia menulis surat ’. Predikat verba schrijft yang terbentuk dari verba kata dasar schrijven yang dipakai pada kala sekaran. Selanjutnya, toekomende tijd (waktu akan datang) menggunakan pola kalimat S + zullen + Verba infinitif, contoh: Ik (S) zal studeren (P). ‘saya akan belajar’
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diperoleh beberapa pemahaman tentang analisis kontrastif sebagai berikut. Pertama, analisis kontrastif berkaitan dengan pembandingan unsur-unsur yang terdapat dalam dua bahasa atau lebih untuk mengetahui persamaan dan perbedaan unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur yang dimaksud bervariasi dari unsur yang terkecil, yaitu sitem bunyi, hingga unsur bahasa yang paling besar, wacana. Kedua, perbandingan unsur-unsur bahasa tersebut dilakukan secara sinkronis atau deskriptif, yaitu perbandingan suatu masa tertentu yang terbatas tanpa melibatkan perkemangan historis dari bahasa-bahasa yang sedang dibandingkan. Ketiga, hasil pembandingan tersebut dimaksudkan untuk keperluan pengajaran, penerjemahan, dan penelitian.
C.Pendekatan Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa (a) Pengertian Analisis Kontrastif Lado (1975: 2-3) mengatakan bahwa analisis kontrastif adalah cara untuk mendeskripsikan kesulitan atau kemudahan pembelajar bahasa dalam belajar bahasa kedua atau bahasa asing. Analisis kontrastif bukan saja untuk membandingkan unsurunsur kebahasaan dan sistem kebahasaan dalam bahasa pertama (B1) dengan bahasa dua (B2), tetapi sekaligus untuk membandingkan dan medeskripsikan latar belakang budaya dari kedua bahasa tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan untuk pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Kridalaksana (1983:11) mengungkapkan bahwa analisis kontrastif merupakan metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialekdialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan dalam masalah praktis, seperti pengajaran bahasa dan penerjemahan. Pendapat senada dikemukakan oleh Richard, Platt, dan Platt (1993:83) yang mengatakan bahwa analisis kontrastif adalah perbandingan sistem kebahasaan dari dua bahasa, seperti bunyi atau sistem gramatikal. Menurut Tarigan (2009:5), analisis kontrastif berupa prosedur kerja, yaitu aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa.
D. Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa Berdasarkan Analisis Kontrastif Menurut Tarigan (2009:11), analisis kontrastif suatu prosedur kerja yang mempunyai empat langkah, yakni membandingkan B1 dan B2, memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, menyusun bahan, dan memilih cara penyajian. Dengan menerapkan langkahlangkah kerja analisis kontrastif tersebut, diharapkan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing itu akan menjadi lebih efisien dan efektif. Langkah-langkah analisis kontrastif itu sebagai berikut ini. Langkah pertama, guru memperbandingkan struktur bahasa pertama dan kedua yang akan dipelajari oleh siswa. Butir-butir yang diperbandingkan adalah setiap tataran linguistik, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic, kedua bahasa. Melalui perbandingan itu dapat diidentifikasikan perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Aliran linguistik yang sering digunakan dalam memperbadingkan bahasa pertama dan kedua tersebut adalah linguistik struktural. 6
Langkah kedua adalah memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa. Perkiraan itu didasarkan kepada perbedaan antara lain bahasa pertama dan bahasa kedua yang diperoleh dari hasil perbandingan struktur bahasa kedua bahasa itu. Berdasarkan perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa itu, guru dapat memperkirakan kesulitan belajar yang akan dialami siswa dalam mempelajari bahasa kedua. Perbedaan struktur bahasa pertama dan kedua beserta kesulitan belajar yang ditimbulkannya diyakini sebagai sumber dan penyebab kesalahan berbahasa yang sering dibuat oleh siswa dalam mempelajari bahasa kedua. Kesulitan belajar bahasa dan kesalahan berbahasa Inggris, tidak sama pada siswa yang berbahasa ibu, bahasa Indonesia dengan siswa yang bebahasa ibu bahasa Jepang. Bila dikaitkan dengan pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang dialami siswa di daerah Sunda berbeda dengan yang dialami oleh siswa di daerah Jawa, Bali, Karo, Aceh, dan lainnya. Langkah ketiga, berkaitan dengan pemilihan penyusunan, pengurutan, dan penekanan bahan pengajaran. Perbandingan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua menghasilkan deskripsi perbedaan antara bahasa pertama dan kedua. Perbedaan bahasa pertama dan kedua dipakai sebagi dasar untuk memperkirakan kesulitan belajar yang bakal dihadapi oleh siswa dalam mempelajari bahasa kedua, perbedaan struktur beserta kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan pemilihan, pengurutan, dan penekanan bahan pengajaran bahasa kedua. Langkah keempat, berkaitan dengan pemilihan cara-cara menyajikan bahan pengajaran. Siswa yang mempelajari bahasa kedua sudah mempunyai kebiasaan tertentu dalam menggunakan bahasa ibunya.
Kebiasaan tertentu harus diatasi agar tidak mengintervensi dalam penggunaan bahasa kedua. Pembentukan kebiasaan yang sesuai dengan penggunaan bahasa kedua dilakukan dengan penyajian bahan pengajaran bahasa kedua dengan cara-cara tertentu pula. Ada empat cara yang dianggap sesuai untuk menumbuhkan kebiasaan dalam menggunakan bahasa kedua itu, yakni (1) peniruan, (2) pengulangan, (3) latihan runtun, dan (4) penguatan (hadiah dan hukuman). Dengan cara-cara tersebut di atas, diharapkan siswa memiliki kebiasaan berbahasa kedua yang kuat sehingga dapat mengatasi kebiasaan dalam bahasa ibunya. 3. METODE PENELITIAN 1.Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak mengunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainya. (Moleong, 2010:6). Penelitian ini bersifat deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2010:11). 2 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pendekatan teoretis dan metodologis. Pendekatan teoretis yang digunakan dalam meneliti pebedaan predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif. Pendekatan deskriptif adalah pendekatan berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penggunaan-penggunaanya (Sudaryanto 1988:62). Pendekatan deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Persamaan 7
dan perbedaan tersebut diperoleh dari hasil perbandingan predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda menggunakan pendekatan komparatif. Pendekatan komparatif (comparative method) adalah pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan pesamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan (Tarigan 1990:190). Predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda berdasarkan kategori kata pengisi predikat, perubahan bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat dibandingkan sehingga diperoleh persamaan atau perbedaanya. Kegiatan membandingkan persamaan atau perbedaan itu disebut pendekatan komparatif.
Teknik catat dilakukan dengan pencatatan yang dilanjutkan dengan pengklasifikasian dan mengelompokkan. Pencatatan dilakukan setelah teknik pertama selesai (teknik baca) dan dengan menggunakan alat tulis tertentu (Sudaryanto 1993:135). Komponen-komponen yang mengisi kartu data adalah penomoran data, kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, dan analisis. 6 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk membandingkan predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda yang berdasarkan kategori kata, perubahan bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat adalah metode analisis kontrastif. Metode analisis kontrastif digunakan untuk menganalisis permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini. Data yang telah terkumpul dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut ini.
3.Objek Penelitian Objek pelitian ini adalah bahasa Indonesia dan bahasa Belanda khususnya kalimat. Unsur kalimat yang menjadi fokus penelitian ini adalah predikat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda berdasarkan kategori kata pengisi predikat, perubahan bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat.
a. Mengklasifikasikan predikat kalimat bahasa Indonesia dan Belanda berdasarkan kategori kata predikat, perubahan bentuk kata predikat, dan posisi predikat.
4.Data dan Sumber Data Data penelitian ini adalah kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda yang mengandung unsur predikat yang berdasarkan kategori kata pengisi predikat, perubahan bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat. Sumber data penelitian ini adalah teks tertulis yang berupa kalimat berasal dari buku akademik, yakni tata bahasa dari kedua bahasa.
dalam bahasa pengisi pengisi
b.Menjelaskan persamaan dan perbedaan predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda berdasarkan kategori kata pengisi predikat, perubahan bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat. 7 Penyajian Hasil Analisis Data
5.Metode Pengumpulan Data
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini digunakan metode penyajian informal. Menurut Sudaryanto (1993:145), metode penyajian informal adalah metode penyajian hasil analisis data yang disampaikan dengan kata-kata biasa. Metode penyajian informal digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik baca, dan catat. Teknik baca dilakukan dengan membaca, yaitu peneliti sebagai instrumen utama untuk melakukan pembacaan secara cermat. Berdasarkan pembacaan secara cermat kemudian dilakukan pencatatan data. 8
dengan permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut meliputi persamaan dan perbedaan predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda berdasarkan kategori kata pengisi pedikat, perubahan bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat.
(8) Kakeknya (S) petani (P) di desa itu (K). (9) Istrinya (S) dua (P). b) Kategori Kata Pengisi Predikat dalam Kalimat Bahasa Belanda Kategori kata pengisi predikat dalam kalimat bahasa Belanda dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini.
4. TEMUAN PENELITIAN DAN IMPLE MENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN
(10) Vader (S) wast (P) zijn auto (O).’Bapak mencuci mobilnya’.
a. Temuan Penelitian Pada bab ini, dipaparkan temuan penelitian predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda tentang perbandingan katagori kata pengisi predikat, bentuk kata pengisi predikat, dan posisi predikat, serta implementasi hasil perbandingan dalam pembelajaran kalimat bahasa Indonesia bagi orang yang berbahasa ibu bahasa Belanda berikut ini 1) Perbandingan Kategori Kata Pengisi Predikat dalam Kalimat Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda
(11) Hij (S) zoekt (P) een bank (O) in een park (K). ‘Dia mencari sebuah bangku di dalam taman.’ (12) Ik (S) wandel (P). ‘Saya berjalan’ (13) Hij (S) woont (P) buiten de stad (K). ‘ Dia tinggal di luar kota’ (14) Het meisje (S) is mooi (P). ‘Gadis itu cantik’. (15) Ik (S) ben ziek (P). ‘Saya sakit’
a) Kategori Kata Pengisi Predikat dalam Kalimat Bahasa Indonesia
(16) Hij (S) is de dief (P).’Dia pencuri’ (17) Hij (S) is Ali (P)
Kategori kata pengisi predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini.
(18) De prijs (S) is Rp 950 (P). ‘Harganya Rp 950.
(1) Adik (S) menyirami (P) bunga (O).
Berdasarkan data kategori kata pengisi predikat, dapat dijelaskan persamaan dan perbedaan kategori kata pengisi predikat dalam bahasa Indonesia dan bahasa belanda berikut ini.
(2) Ibu (S) mencelupkan (P) daun teh (O) ke dalam gelas (K). (3) Pesawat (S) mendarat (P).
Kategori kata pengisi predikat pada kalimat (1) dan (2) adalah menyirami dan mencelupkan. Kedua kategori kata pengisi predikat itu merupakan kata yang berkategori verba, yaitu verba transitif. Begitu pula halnya dengan bahasa Belanda, kalimat (10) dan (11) adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat,
(4) Ibu (S) pergi (P) ke pasar (K) (5) Dosen itu (S) ramah (P). (6) Adik saya (S) sakit (P) hari ini (K). (7) Rustam (S) peneliti (P).
9
yaitu wast ‘mencuci’, dan zoekt ‘mencari’. Setiap kategori kata predikat itu merupakan kata yang berkategori verba, yaitu verba transitif.
Kalimat (14) dan (15) dalam kalimat bahasa Belanda adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat yang berupa verba gabung (Koppel werkwoord/ kopula) zijn ‘adalah’ karena verba gabung zijn ‘adalah’ digunakan untuk predikat yang mengabungkan subjek dan komplemennya, yang bagian nonverbal, seperti adjetiktiva yang merupakan mooi ‘cantik’ dan ziek ‘sakit’
Kalimat (3) dan (4) dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat. Kategori kata pengisi predikat pada setiap kalimat itu adalah mendarat dan pergi. Kedua kategori kata pengisi predikat itu merupakan kata yang berkategori verba, yaitu verba intransitif. Begitu pula halnya dengan bahasa Belanda, kalimat (12) dan (13) adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat, yaitu wandelt ‘berjalan’, dan woont ‘tinggal’. Masingmasing kategori kata predikat itu merupakan kata yang berkategori verba, yaitu verba transitif.
Kalimat (7) dan (8) dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat. Kategori kata pengisi predikat pada setiap kalimat itu adalah peneliti, dan petani. Kedua kategori kata pengisi predikat itu merupakan kata yang berkategori nomina. Dalam hal ini, kategori kata pengisi predikat yang berkategori nomina bisa langsung dijadikan predikat karena kalimat dalam bahasa Indonesia, kategori kata pengisi predikat tidak hanya merupakan kata yang berkategori verba, tetapi kata yang berkategori nomina bisa langsung dijadikan kategori kata pengisi predikat sehingga kategori kata pengisi predikat yang merupakan kata yang berkategori nomina itu dapat diterima sesuai bentuk struktur kalimat.
Berdasarkan penjelasaan kategori kata pengisi predikat di atas bahwa kategori kata pengisi predikat itu bisa diisi oleh kata yang berkategori verba transitif dan verba intransitif baik dalam kalimat bahasa Indonesia maupun bahasa Belanda. Kalimat (5) dan (6) dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat. Kategori kata pengisi predikat pada setiap kalimat itu adalah ramah dan sakit. Kedua kategori kata pengisi predikat itu merupakan kata yang berkategori adjektiva. Dalam hal ini, kategori kata pengisi predikat yang berkategori adjektiva bisa langsung dijadikan predikat karena kalimat dalam bahasa Indonesia, kata pengisi predikat tidak hanya merupakan kata yang berkategori verba tetapi bisa juga diisi oleh kata yang berkategori adjektiva sehingga kategori kata pengisi predikat yang merupakan kata yang berkategori adjektiva yang kedudukanya sebagai predikat dapat diterima sesuai dengan bentuk struktur kalimat.
Kalimat (16) dan (17) dalam kalimat bahasa Belanda adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat yang berupa verba gabung (Koppel werkwoord/ kopula) zijn ‘adalah’ karena verba gabung zijn ‘adalah’ digunakan untuk predikat yang mengabungkan subjek dan komplemennya, yang bagian nonverbal, seperti nomina yang berupa de dief ‘pecuri’ dan Ali. Kalimat (9) dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat. Kategori kata pengisi predikat pada kalimat itu adalah dua. Kategori kata pengisi predikat itu merupakan numeralia. Dalam hal ini, 10
kategori kata pengisi predikat yang berkategori numeralia bisa langsung dijadikan predikat karena kalimat dalam bahasa Indonesia, kategori kata pengisi predikat tidak hanya merupakan kata yang berkategori verba tetapi kata yang berkategori nomina bisa juga langsung dijadikan kategori kata pengisi predikat sehingga kategori kata pengisi predikat yang merupakan kata yang berkategori numeralia yang kedudukanya sebagai predikat dapat diterima sesuai dengan bentuk struktur kalimat.
bentuk kata pengisi predikat itu tidak menimbulkan perubahan bentuk kata dalam bahasa Indonesia. b. Subjek Tunggal dan Jamak dalam Bahasa Belanda (21) De huisvrouw (S) wast (P) de kleren (O) in de badkamer (K).’Ibu rumah tangga itu mencuci pakaian di dalam kamar mandi’. (22) Mensen (S) wassen (P) gezicht en handen bij wastafel (K.). ‘Orangorang mencuci tangan dan muka di wastafel’.
Kalimat (18) dalam kalimat bahasa Belanda adalah kalimat yang mempunyai kategori kata pengisi predikat yang berupa verba gabung (Koppel werkwoord/ kopula) zijn ‘adalah’ karena verba gabung zijn ‘adalah’ digunakan untuk predikat yang mengabungkan subjek dan komplemennya, yang bagian nonverbal, seperti numeralia yang berupa Rp 950.
Kalimat (21) adalah kalimat yang mempunyai subjek tunggal, yakni de huisvrouw ‘ibu rumah tangga’. Subjek itu dalam hubungannya dengan bentuk kata pengisi predikat bisa mempengaruhi bentuk kata pengisi predikat, sehingga bentuk kata pengisi predikat itu menimbulkan perubahan bentuk kata pada predikat.
2. Perbandingan Bentuk Kata Pengisi Predikat dalam Hubungan dengan Subjek Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda
Kalimat (22) adalah kalimat yang mempunyai subjek jamak, yakni mensen ‘orang-orang’. Subjek itu dalam hubungannya dengan bentuk kata pengisi predikat bisa mempengaruhi bentuk kata pengisi predikat, sehingga bentuk kata pengisi predikat itu menimbulkan perubahan bentuk kata pada predikat.
Perbandingan bentuk kata pengisi predikat dalam hubungan dengan subjek dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dapat dilihat pada contoh kalimat di bawah ini. a. Subjek Tunggal dan Jamak dalam Bahasa Indonesia
c. Subjek Persona Pertama Tunggal dan Jamak dalam Bahasa Indonesia (23) Saya (S) meletakkan (P) sebuah topi (O).
(19). Adik (S) belajar (P) dengan rajin (K). (20). Murid-murid (S) belajar (P) di sekolah (K)
(24) Kita (S) meletakkan (P) batu pertama (O) di sana (K)
Kalimat (19) dan (20) adalah kalimat yang mempunyai subjek tunggal dan jamak, yaitu adik (subjek tunggal) dan murid-murid (subjek jamak). Kedua subjek ini dalam hubungannya dengan bentuk kata pengisi predikat tidak bisa mempengaruhi bentuk kata pengisi predikat sehingga
Kalimat (23) dan (24) adalah kalimat yang setiap subjeknya merupakan persona pertama tunggal dan jamak, yakni saya dan kita yang dalam hubungannya dengan bentuk kata pengisi predikat tidak bisa mempengaruhi bentuk kata pengisi predikat 11
sehingga bentuk kata pengisi predikat itu tidak menimbulkan perubahan bentuk kata pada kata pengisi predikat.
3.Perbandingan Bentuk Kata Pengisi Predikat dalam Hubungan dengan Kala dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda
d. Subjek Persona Pertama Tunggal dan Jamak dalam Bahasa Belanda
Perbandingan bentuk kata pengisi predikat dalam hubungan dengan kala dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dapat dilihat pada contoh kalimat di bawah ini.
(25) Ik (S) hoor (P) veel vreemde talen (O). ‘Saya mendengar banyak bahasa asing’. (26) Wij (S) horen (P) mooie muziek (O).’ Kami mendengar musik indah’.
Kala dalam Bahasa Indonesia, lazimnya terdiri atas; (a) kala lampau, (b) kala sekarang, dan (c) kala akan datang dapat dilihat contoh kalimat di bawah ini.
Kalimat (25) adalah kalimat yang subjeknya merupakan persona pertama tunggal, yakni ik ‘saya’. Subjek itu dalam hubungannya dengan bentuk kata pengisi predikat bisa mempengaruhi bentuk kata pengisi predikat sehingga bentuk kata pengisi predikat menimbulkaan perubahan bentuk kata pada predikat.
(27) Dia (S) datang (P) kemarin (K). (28) Ahmad (S) datang (P) sekarang (K). (29) Saya (S) akan datang (P) pada hari senin (K). Bentuk kata pengisi predikat yang berupa verba dalam hubungannya dengan kala tidak menimbulkan perubahan bentuk kata karena bentuk kata pengisi predikat itu tidak menandai hubungannya dengan kala dalam pembentukan kalimat.
Kalimat (26) adalah kalimat yang subjeknya merupakan persona pertama jamak, yakni wij ‘kami’. Subjek itu dalam hubungannya dengan kata pengisi predikat bisa mempengaruhi kata pengisi predikat sehingga bentuk kata pengisi predikat menimbulkan perubahan bentuk kata pada predikat.
Sama halnya dengan kala dalam bahasa Belanda dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu (a) kala mapau, (2) kala sekarang, dan (kala akan datang) dapat dilihat contoh kalimat di bawah ini.
Berdasarkan penjelasan perbandingan bentuk kata pengisi predikat dalam hubungan dengaan subjek bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dapat disimpulkan berikut ini; (1) bentuk kata pengisi predikat dalam hubungan dengan subjek tidak bisa dipengaruhi oleh subjek tunggal maupun subjek jamak atau subjek yang berupa persona pertama tunggal atau jamak dalam bahasa Indonesia, (2) sebaliknya, bentuk kata pengisi dalam hubungan dengan subjek bisa dipengaruhi oleh subjek karena bentuk kata pengisi predikat sangat erat hubungannya dengan subjek untuk pembentukan kalimat.
(30) Gisteren (K) gingen (P) we (S) naar Rottedam (K).’Kemerin kami pergi ke Rotterdam’. (31) We (S) gaan (P) naar de bushalte (K). ‘Kami pergi ke halte bus’ (32) We (S) zullen (P) over drie maanden (K) met vakantie naar Spanje (K) gaan (SP) ‘Kami pergi liburan tiga bulan lagi ke Spanyol’. 12
Bentuk kata pengisi predikat yang berupa verba dalam hubungannya dengan kala menimbulkan perubahan bentuk kata karena bentuk kata pengisi predikat itu menandai hubungannya dengan kala dalam pembentukan kalimat.
(39) Nenek (S) membaca (P) komik (O) di kamar (K). (40) Tadi pagi (K) saya (S) menulis (P) surat (O). b. Posisi Predikat Bahasa Belanda
Berdasarkan penjelasan perbandingan bentuk kata pengisi predikat dalam hubungan dengan kala bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) bentuk kata pengisi predikat yang merupakan verba dalam hubungannya dengan kala tidak menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat dalam bahasa Indonesia karena kala bahasa Indonesia ditandai dengan leksikal, antara lain dengan menambahkan kata keterangan pada kalimat, dan (2) bentuk kata pengisi predikat yang merupakan verba dalam hubungannya dengan kala menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat karena kala bahasa Belanda ditandai secara morfomis.
(41) Ik (S) wandel (P). ‘Saya berjalan’ (42) We (S) pakken (P) onze koffers (O) ’kami mengepak kofer kami’. (43) Zij (S) werkt (P) daar (K). ‘Dia bekerja di sana. (44) In de stad (K) wonen (P) veel mensen (S). Di kota banyak orang tinggal. (45) Hij (S) zoekt (P) een bank (O) in een park (K). ‘Dia mencari sebuah bangku di dalam taman. Kalimat (33) dalam bahasa Indonesia dan (41) bahasa Belanda mempunyai posisi predikat yang sama dalam struktur kalimat, yaitu posisi predikat berada sesudah subjek, yakni SP.
4. Perbandingan Posisi Predikat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda Perbandingan posisi predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dapat dilihat pada contoh kalimat di bawah ini. a. Posisi Predikat Bahasa Indonesia (33) Mahasiswa (S) berdiskusi (P). (34) Ia (S) memperkaya (P) khazanah musik Indonesia (O).
Kalimat (34) bahasa Indonesia dan (42) bahasa Belanda mempunyai posisi predikat yang sama pula dalam struktur kalimat, yaitu posisi predikat berada sesudah subjek dan sebelum objek, yakni SPO. Kalimat (35) bahasa Indonesia dan (43) bahasa Belanda mempunyai posisi predikat yang sama dalam struktur kalimat, bahwa posisi predikat berada sesudah subjek dan sebelum objek, yakni SPK.
(35) Penanaman modal asing (S) berkembang (P) saat ini (K).
Kalimat (36) bahasa Indonesia mempunyai posisi predikat yang berada sesudah keterangan, subjek dalam struktur kalimat, yakni KSP. Susun kalimat yang demikian itu dapat berterima dalam bentuk struktur kalimat bahasa Indonesia. Sebaliknya, susun kalimat yang demikian,
(36) Hari ini (K) dia (S) datang (P). (37) Dalam seminar itu (K) dibicarakan (P) makalah tentang perbankan (O). (38) Berdiri (P) aku (S) di senja senyap (K)
yakni KSP tidak dapat berterima dalam struktur 13
kalimat bahasa Belanda karena tidak sesuai dengan kaidah struktur kalimat.
dan sebelum unsur kedua atau sesudah dua unsur pertama dan sebelum unsur kedua, dan (2) posisi predikat berada sesudah unsur pertama.
Kalimat (37) bahasa Indonesia dan (44) bahasa Belanda mempunyai posisi predikat yang sama dalam struktur kalimat, bahwa posisi predikat berada di antara sesudah keterangan dan sebelum subjek, yakni KPS.
5. Implementasi
Hasil Perbandingan dalam Pembelajaran Kalimat Bahasa Indonesia bagi Orang yang Berbahasa Ibu Bahasa Belanda
Untuk mempelajari bahasa Indonesia, orang yang berbahasa ibu bahasa Belanda perlu memperhatikan unsur-unsur yang kontras (berbeda secara mencolok) antara bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Unsur-unsur yang kontras antara bahasa Indonesia dan bahasa Belanda diduga dapat menimbulkan kesulitan bagi peserta didik yang berbahasa ibu bahasa Belanda. Struktur bahasa Belanda akan terbawa-bawa ketika belajar bahasa Indonesia. Dengan demikian, kesulitan dan kesalahan yang dialami pembelajar dapat dipredikasi dengan cara melihat kadar perbedaan antara struktur kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Dalam penelitian ini, penulis mengelompokkan perbandingan dalam pembelajaran kalimat bahasa Indonesia bagi orang yang bebahasa ibu bahasa Belanda, yakni (1) pembelajaran kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia bagi orang Belanda dari aspek kategori kata pengisi predikat; (2) pembelajaran kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia bagi orang Belanda dari aspek bentuk kata; dan (3) pembelajaran kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia bagi orang Belanda dari aspek posisi predikat.
Kalimat (38) bahasa Indonesia mempunyai posisi predikat yang berada sebelum subjek, keterangan dalam struktur kalimat, yakni PSK. Susun kalimat yang demikian dapat berterima dalam bentuk struktur kalimat bahasa Indonesia. Sebaliknya, susun kalimat yang demikian itu, yakni PSK tidak dapat berterima dalam struktur kalimat bahasa Belanda karena tidak sesuai dengan kaidah struktur kalimat. Kalimat (39) bahasa Indonesia dan (45) bahasa Belanda mempunyai posisi predikat yang sama dalam struktur kalimat, yaitu posisi predikat itu berada di antara sesuah subjek dan sebelum objek dan keterangan, yakni SPOK. Kalimat (40) bahasa Indonesia mempunyai
posisi predikat yang berada sesudah keterangan, subjek dan sebelum objek dalam struktur kalimat, yakni KSPO. Susun kalimat yang demikian itu dapat berterima dalam bentuk struktur kalimat bahasa Indonesia. Sebaliknya, susun kalimat yang demikian itu, yakni KSPO tidak dapat berterima dalam struktur kalimat bahasa Belanda karena tidak sesuai dengan kaidah struktur kalimat. Berdasarkan penjelasan perbandingan posisi predikat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dapat disimpulkan bahwa posisi predikat bahasa Indonesia bisa berada, (1) di awal, (2) di tengah, yakni posisi predikat berada di antara sesudah unsur pertama dan sebelum unsur kedua atau sebelum unsur pertama dan sesudah dua unsur kedua atau sesudah dua unsur pertama dan sesudah satu unsur kedua, dan (3) di belakang, yakni posisi predikat berada sesudah unsur pertama. Sementara itu, posisi predikat dalam bahasa Belanda bisa berada, (1) di tengah, yakni posisi predikat berada di antara sesudah unsur pertama
a. Pembelajaran Kalimat Deklaratif Tunggal Bahasa Indonesia bagi Orang Belanda dari Aspek Kategori Kata Pengisi Predikat Dalam pembelajaran ini, bagi orang Belanda yang berbahasa ibu bahasa Belanda perlu memahami bentuk kategori pengisi predikat kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia. 14
Dalam kalimat bahasa Indonesia, tidak hanya verba yang dapat mengisi predikat, tetapi juga kategori kata yang lain, yaitu adjektiva, nomina, dan numeralia. Di sisi lain, predikat dalam kalimat bahasa Belanda hanya bisa diisi oleh verba. Oleh karena itu, peserta didik yang berbahasa ibu bahasa Belanda akan mengalami kesulitan dalam membuat kalimat yang predikatnya berupa adjektiva, nomina, dan numeralia seperti contoh kalimat berikut ini.
hubungan dengan subjek dan kala. Dalam pembelajaran ini, bagi orang Belanda yang berbahasa ibu bahasa Belanda perlu memahami bentuk kata pengisi predikat dalam kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia. Dalam kalimat bahasa Indonesia, perbedaan kala dan subjek tidak menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat. Di sisi lain, perbedaan kala dan subjek menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat kalimat bahasa Belanda. Oleh karena itu, peserta didik yang berbahasa ibu bahasa Belanda akan mengalami kesulitan dalam membuat kalimat yang subjek dan kalanya berbeda seperti contoh kalimat bahasa Indonesia di bawah ini.
a. Kalimat yang Predikatnya Berupa Adjektiva (46). Komputernya rusak. S P b. Kalimat yang Predikatnya Berupa Nomina (47) Kakeknya petani di desa itu. S P K c. Kalimat yang Predikatnya Berupa Numeralia
a. Bentuk Kata Pengisi Perdikat Berdasarkan Perbedaan Subjek Subjek Tunggal, misalnya. (50) Ibu pergi ke pasar. S P K Subjek Jamak, misalnya, (51) Ibu dan ayah pergi ke Bogor. S P K b. Bentuk Kata Pengisi Perdikat dengan Perbedaan Kala
(48) Kaki meja itu empat. S P Oleh karena itu, dalam pembelajaran kalimat bahasa Indonesia yang predikatnya berupa adjektiva, nomina, dan numeralia perlu dilakukan dengan lebih intensif, misalnya dengan tempo agak lambat, contoh-contoh yang banyak, dan pengulangan lebih banyak.
1. Kala Lampau (52) Mereka datang dari Medan S P K kemarin. K 2. Kala Sekarang (53) Ahmad datang sekarang. S P K 3. Kala Akan Datang (54)Dia akan datang pagi-pagi nanti S P K Oleh karena itu, dalam pembelajaran kalimat bahasa Indonesia yang objek dan kalanya berbeda perlu dilakukan dengan lebih intensif, misalnya dengan tempo yang agak lambat, contoh-contoh yang banyak, dan pengulangan lebih banyak, serta dilakukan secara bertahap.
Sebaliknya, pembelajaran kalimat bahasa Indonesia yang predikatnya berupa verba tidak menyulitkan atau tidak menjadi sumber kesalahan, seperti contoh kalimat di bawah ini. (49) Kakak membaca koran. S P O b. Pembelajaran Kalimat Deklaratif Tunggal Bahasa Indonesia bagi Orang Belanda dari Aspek Bentuk Kata Pengisi Predikat Bentuk kata pengisi predikat dalam kalimat dapat dikelompokkan berdasarkan 15
d. Pembelajaran
Kalimat
bahasa Indonesia, predikat bisa diisi oleh kata yang berkategri verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Predikat kalimat bahasa Belanda hanya bisa diisi oleh kata yang berkategori verba. Pada tataran perubahan bentuk kata pengisi predikat dalam kalimat deklaratif tunggal bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, dapat digolongkan atas dua macam, yakni berdasarkan subjek dan kala. Perubahan bentuk kata pengisi predikat berdasarkan subjek yang menggunakan bentuk tunggal dan jamak. Perbedaan subjek bentuk tunggal dan jamak dalam bahasa Indonesia tidak menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat tetapi perbedaan subjek bentuk tunggal dan jamak dalam bahasa Belanda menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat. Pada tataran kala, dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu (1) kala lampau, (2) kala sekarang, dan (3) kala akan datang. Perbedaan kala dalam bahasa Indonesia tidak menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat. Sebaliknya, dalam kalimat bahasa Belanda, perbedaan kala menimbulkan perubahan bentuk kata pengisi predikat, yaitu kata itu mengalami proses mofemis. Pada tataran posisi, dalam kalimat deklaratif tunggal bahasa Indoensia, posisi predikat bisa berada di awal, di tengah, dan akhir.Sebaliknya posisi predikat bahasa Belanda bisa berada di tengah atau di akhir kalimat.
Deklaratif
Tunggal Bahasa Indonesia bagi Orang Belanda dari Aspek Posisi Predikat Dalam kalimat bahasa Indonesia, posisi predikat tidak hanya berada di tengah, tetapi bisa berada di depan dan di belakang kalimat. Di sisi lain, posisi predikat dalam kalimat bahasa Belanda hanya bisa berada di tengah dan di akhir. Posisi predikat yang berada di tengah ditempatkan di antara sesudah satu unsur pertama dan sebelum satu unsur kedua atau sesudah satu unsur pertama dan sebelum dua unsur kedua. Posisi predikat yang berada di belakang ditempatkan sesudah satu unsur pertama. Oleh karena itu, peserta didik yang berbahasa ibu bahasa Belanda akan mengalami kesulitan dalam membuat kalimat yang posisi predikatnya berada di antara sebelum dua unsur pertama dan sebelum satu unsur kedua, atau posisi predikatnya berada di awal kalimat dapat dilihat pada kalimat di bawah ini. (55) Kakak tadi pagi menulis surat. S K P O (56) Berdiri aku di senja senyap. P S K Oleh karena itu, dalam pembelajaran kalimat bahasa Indonesia yang posisi predikatnya itu perlu dilakukan dengan lebih intensif, misalnya dengan tempo agak lambat, contoh-contoh yang banyak, dan pengulangan lebih banyak secara bertahap. Sebaliknya, pembelajaran kalimat bahasa Indonesia yang predikatnya dalam posisi yang sama dengan bahasa Belanda tidak menyulitkan atau tidak menjadi sumber kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan,dkk., 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E.Zaenal dan Tasai, S, Amran, 2009. Cermat Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. Chaer, Abdul, 2007. Linguistik Umum. Jarkarta: Rineka Cipta.
6. SIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, disimpulkan sebagai berikut ini. Pada tataran kategori kata pengisi predikat dalam kalimat deklaratif tunggal 16
---------------,
2011, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Harahap, A.E, 1982. Practisch Nederlands. Semarang. Kridalaksana, Harimurti.1983. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia. Lado, Robert, 1961. Linguistics Across Cultures: Applied Linguistics for Language Teachers. USA: The University of Michigen Press. Lyons, John, 1995.Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Maleong, J. Lexy, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Manaf, Ngusman Abdul, 2010. Sintaksis Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina. Ramlan, R, 1987.Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Richard, Jack C, Platt, John; dan Platt, Heidi, 1993. Dictionary of Language Teaching & Applied Linguistics (second edition). Singapore: Longman. Ridwansyah, 2008. De Complete Nederlandse Grammatica. Bekasi: Kesaint Blanc. Riyanto, Sugeng, 1997. Bahasa Belanda Sebagai Bahasa Sumber Bidang Sejarah. Jakarta: Erasmus Taalcentrum. Stokkermans, C.J, 1980. Korte Handleiding Nederlandse Grammatica (Pedoman Singkat Tata Bahasa Belanda). Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Tarigan, Hendry Guntur, 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. Van den Toorn, N – Danner, 1992. Belajar Bahasa Belanda. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoe
17