11
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2012 di Laboratorium
Ilmu
dan
Teknologi
Benih,
Departemen
Agronomi
dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah enam sampel lot benih cabai merah non hibrida yang didapat dari kios pertanian dengan varietas yang berbeda, yaitu Bendera, Celena, Gelora, Landung, Pueddes, dan Tegar. Keterangan mutu label pada setiap kemasan benih cabai merah terdapat pada Tabel 1. Peralatan yang digunakan meliputi: waterbath, refrigerator, timbangan digital, termohigrometer, cawan petri, alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A, oven, desikator, sealer, kantong plastik polietilen dengan ketebalan 0.08mm, dan kantong alumunium foil dengan ketebalan 0.15mm. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah
Bendera
DB (%) 85
Kemurnian Fisik (%) 98
Waktu kadaluarsa November 2012
Cabai Keriting
Celena
85
95
Juli 2013
Cabai besar
Gelora
86
99.9
Desember 2012
Cabai besar
Landung
85
98
November 2013
Cabai besar
Pueddes
85
95
Maret 2013
Cabai keriting
Tegar
85
95
Maret 2013
Cabai keriting
Lot Benih
Keterangan
Keterangan: Semua benih didapatkan dari kios pertanian dan dikemas dengan kemasan alumunium foil.
12
Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Percobaan I. Pengujian Viabilitas Awal Benih Cabai Merah Tahap percobaan ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas potensial dan vigor awal benih yang dihitung sebagai 0 bulan penyimpanan. Nilai viabilitas potensial benih diamati dari tolok ukur daya berkecambah (%), sedangkan nilai vigor benih menggunakan tolok ukur vigor secara umum, yaitu indeks vigor (%) dan kecepatan tumbuh (% etmal-1), selain itu dilakukan juga pengujian terhadap kadar air benih (%). Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas satu faktor (lot benih cabai merah) dengan 6 taraf dan 3 ulangan, sehingga pada pengujian awal ada 18 satuan percobaan. Model aditif yang digunakan adalah: Yij = µ + τi + εij Keterangan: Yij
= respon pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ
= nilai tengah umum
τi
= pengaruh perlakuan ke-i
εij
= pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Sampel benih pada setiap lot diambil sebanyak 3 kali masing-masing 100 butir benih. Sebanyak 50 butir benih digunakan untuk pengujian kadar air benih dengan metode oven, sedangkan 50 butir lainnya ditanam dengan metode uji diatas kertas (UDK) dan dikecambahkan didalam alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A selama 14 hari untuk diamati viabilitas potensial dan vigor awal benih sebelum disimpan.
Percobaan II. Pengaruh Uji Pengusangan Cepat Terkontrol (PCT) terhadap Viabilitas Benih Cabai Merah Percobaan dilakukan untuk mendapatkan kondisi PCT (tingkat kadar air dan waktu deraan) yang dapat dijadikan metode untuk menduga viabilitas potensial benih cabai merah setelah periode penyimpanan tertentu.
13
Rancangan yang digunakan adalah Split-Plot RKLT yang terdiri dari dua faktor percobaan. Faktor pertama adalah lot benih cabai merah sebagai petak utama dengan 6 taraf, yaitu lot Bendera, Celena, Gelora, Landung, Pueddes, dan Tegar. Faktor kedua adalah kombinasi perlakuan PCT (tingkat kadar air dan lama deraan) pada suhu ± 41oC sebagai anak petak yang terdiri dari 8 taraf, yaitu: KA (15±1)%; 24 jam
KA (15±1)%; 48 jam
KA (18±1)%; 24 jam
KA (18±1)%; 48 jam
KA (21±1)%; 24 jam
KA (21±1)%; 48 jam
KA (24±1)%; 24 jam
KA (24±1)%; 48 jam
Kombinasi dari kedua faktor tersebut dilakukan sebanyak 3 ulangan, sehingga ada 144 satuan percobaan. Model aditif linier yang digunakan adalah: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk Keterangan: Yijk
= respon pengamatan dari perlakuan lot benih ke-i dan perlakuan kombinasi PCT ke-j
µ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh perlakuan lot ke-i
βj
= pengaruh perlakuan kombinasi PCT ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan lot ke-i dan kombinasi PCT ke-j ρk
= pengaruh aditif dari kelompok
εijk
= pengaruh galat percobaan yang ditimbulkan pada perlakuan lot ke-i dan kombinasi PCT ke-j Pada metode PCT ini kadar air benih ditingkatkan menjadi (15 ± 1)%; (18
± 1)%; (21 ± 1)%; dan (24 ± 1)% melalui penambahan aquades. Sampel benih cabai merah sebanyak 100 butir untuk setiap satuan kombinasi perlakuan PCT beserta aquades yang telah ditentukan volumenya berdasarkan rumus ISTA (2010) dimasukkan kedalam kemasan alumunium foil dan ditutup rapat menggunakan sealer, kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator suhu 50C selama 24 jam, agar tercapai kadar air yang diinginkan secara merata. Volume air yang ditambahkan untuk mencapai kadar air benih yang diinginkan, diperoleh berdasarkan rumus (ISTA, 2010):
14
W2 =
x W1
Keterangan: A
= kadar air awal dari benih (%)
W1
= berat awal benih yang telah diketahui (g)
B
= kadar air yang diinginkan (%)
W2
= berat benih dengan kadar air yang diinginkan (g) Benih yang telah mencapai kadar air sesuai perlakuan kemudian
dimasukkan kedalam waterbath bersuhu ± 410C selama waktu perlakuan (24 dan 48 jam). Tahap selanjutnya, setelah PCT sudah mencapai waktu perlakuan, benih dikeluarkan dari waterbath lalu dilakukan pengujian viabilitas benih untuk menunjukkan ketahanannya terhadap PCT. Pengujian viabilitas setelah dilakukan deraan (VPCT) dilakukan dengan mengecambahkan benih dengan metode UDK (uji diatas kertas) pada alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A. Percobaan III. Penyimpanan Benih Cabai Merah Tahap percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan viabilitas potensial antara benih cabai merah yang disimpan dalam kemasan alumunium foil dengan kemasan plastik. Masing-masing lot benih disimpan secara alami dalam ruang simpan dengan suhu 28 - 300C dan RH 50 - 57% selama 4 dan 6 bulan. Percobaan menggunakan Rancangan Split-Plot dengan petak utama disusun secara acak lengkap. Percobaan terdiri atas dua faktor, faktor pertama adalah lot benih cabai merah sebagai petak utama dengan 6 taraf, yaitu lot Bendera, Celena, Gelora, Landung, Pueddes, dan Tegar. Faktor kedua adalah kemasan sebagai anak petak dengan 2 taraf, yaitu kemasan alumunium foil dan kemasan plastik. Setiap kombinasi antara lot benih dengan kemasan diulang sebanyak 3 kali, sehingga ada 36 satuan percobaan. Pada percobaan penyimpanan benih dilakukan uji-t untuk melihat perbedaan viabilitas antara benih yang disimpan pada kemasan alumunium foil dan kemasan plastik. Model aditif linier yang digunakan adalah: Yijk = µ + αi + εij + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan: Yijk
= respon pengamatan perlakuan lot benih ke-i dan perlakuan kemasan ke-j
15
µ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh perlakuan lot ke-i
βj
= pengaruh perlakuan kemasan ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan lot ke-i dan kemasan ke-j εij
= pengaruh galat yang ditimbulkan pada taraf ke-i
εijk
= pengaruh galat percobaan yang ditimbulkan pada perlakuan lot ke-i dan kemasan ke-j Tahap pelaksanaan dari penyimpanan benih, yaitu sampel benih cabai
merah pada setiap lot diambil sebanyak 100 butir untuk setiap perlakuan kemasan. Sampel benih tersebut dimasukkan ke dalam kemasan alumunium foil dan kemasan plastik, lalu ditutup rapat menggunkan sealer dan diberi label, kemudian disimpan pada ruang simpan terbuka dengan suhu 28 - 300C dan RH 50 - 57% selama 4 dan 6 bulan. Bentuk kemasan benih dapat dilihat pada Gambar 1. Pengujian viabilitas dilakukan setelah benih mencapai masa simpan 4 dan 6 bulan.
Gambar 1. Pengemasan benih cabai merah
Hubungan antara Viabilitas setelah PCT dengan Tolok Ukur Vigor Benih Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dan analisis korelasi regresi. Pendekatan analisis linier sederhana bertujuan untuk mengetahui dan menduga hubungan antara daya berkecambah benih setelah disimpan dengan tolok ukur vigor benih, baik yang bersifat umum (indeks vigor dan kecepatan tumbuh) maupun yang spesifik (metode PCT). Persamaan regresi yang diperoleh dari analisis tersebut yaitu (Mattjik dan Sumertajaya, 2006):
16
Y = a + bX dengan: Y
= peubah daya berkecambah setelah penyimpanan
a
= titik potong garis dengan sumbu Y
b
= kemiringan garis
X
= viabilitas setelah PCT (VPCT) Analisis korelasi regresi digunakan untuk melihat korelasi antara daya
berkecambah benih setelah disimpan dengan tolok ukur vigor benih, baik yang bersifat umum (indeks vigor dan kecepatan tumbuh) maupun yang spesifik (metode PCT). Nilai koefisien korelasi (r) yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat hubungan antara DB setelah penyimpanan dengan tolok ukur vigor benih.
Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap beberapa tolok ukur, yaitu: 1. Daya berkecambah (DB) Pengamatan terhadap kecambah normal (KN) yang mampu tumbuh pada kondisi optimum pada hari ke-7 dan ke-14 HST (ISTA, 2010). DB (%) =
x 100%
dengan: KN I
= jumlah kecambah normal pada pengamatan pertama (7HST)
KN II = jumlah kecambah normal pada pengamatan kedua (14HST)
2. Kecepatan tumbuh (KCT) Dihitung melalui jumlah pertambahan kecambah normal setiap hari selama periode perkecambahan. Kecepatan tumbuh dihitung dalam satuan persen per etmal (% etmal-1). KCT (% etmal-1) = ∑ N / t
17
dengan: N
= persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan (%)
t
= waktu pengamatan (1 etmal = 24 jam)
3. Indeks Vigor (IV) Indeks vigor merupakan nilai dari perkecambahan benih yang berkecambah normal pada hitungan pertama (7 HST). Satuan pengamatan indeks vigor adalah persen (%). IV (%) =
∑
x 100 %
4. Kadar Air (KA) Pengujian kadar air benih dilakukan dengan metode oven suhu rendah. Tahapan pada pengujian kadar air, yaitu pertama, bobot cawan kosong ditimbang (M1), kemudian benih cabai sebanyak ± 0.3g (50 butir benih cabai) dimasukkan kedalam cawan dan ditimbang kembali (M2), setelah itu cawan beserta benih didalamnya dimasukkan ke dalam oven selama 17 ± 1 jam dengan suhu 1050C. Cawan beserta benih yang telah dioven dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit, lalu cawan dan benih tersebut ditimbang kembali (M3).
Rumus penetapan kadar air,
yaitu: Kadar air =
x 100%
dengan : M1
= bobot cawan (g)
M2
= bobot cawan + benih sebelum dioven (g)
M3
= bobot cawan + benih setelah dioven (g)
5. Daya berkecambah setelah PCT (
(%)
Viabilitas benih setelah melalui PCT dapat diukur dengan menghitung persentase kecambah normal yang tumbuh. (%) =
x 100%
18
dengan: = Persentase kecambah normal setelah PCT (%) KN I
= jumlah kecambah normal pada pengamatan pertama (7HST)
KN II = jumlah kecambah normal pada pengamatan kedua (14HST)
6. Indeks vigor setelah PCT ( Indeks
vigor
merupakan
) (%) nilai
dari
perkecambahan
benih
yang
berkecambah normal pada hitungan pertama (7 HST). Satuan pengamatan indeks vigor adalah persen (%). (%) =
∑
x 100 %