Bahan Bulan Keluarga GMIT 2016 Hiduplah Sebagai Keluarga Allah
Majelis Sinode Harian GMIT Oktober 2016 2
PENGANTAR Saudara-saudaraku, keluarga GMIT, di mana saja berada, Keluarga-keluarga kita sedang mengalami tantangan yang hebat. Pergeseran nilai dalam masyarakat sedang terjadi cepat oleh tantangan modernisasi dan globalisasi. Perkembangan arus informasi dan komunikasi menghadirkan banyak kesempatan, sekaligus tantangan yang tidak mudah. Oleh kemajuan teknologi informasi, komunikasi dalam keluarga dapat menjadi lebih baik, tetapi teknologi informasi juga dapat mengoyak persekutuan keluargakeluarga kita. Media sms, facebook, instagram, dll, dapat dipakai untuk memperkuat ikatan antar anggota keluarga, tetapi dapat juga dipakai untuk saling menyerang dan menjatuhkan, atau membuat keluarga-keluarga terpisah. Ini menantang kita untuk sungguh-sungguh memerhatikan kualitas iman dan integritas hidup rumah tangga agar kita benar-benar menjadi keluarga yang beribadah kepada Allah. Sebagaimana telah menjadi komitmen ber-GMIT kita, Bulan Oktober menjadi kesempatan bagi keluarga-keluarga GMIT untuk meresapi makna hidup sebagai keluarga Kristen, menata diri untuk menghadapi tantangan, serta menjadi berkat dan rahmat bagi dunia. Hal ini sangat penting sebab keluarga memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukkan kepribadian dan karakter Kristiani. Seorang anak belajar mengenal kasih Tuhan dan kehendak-Nya pertama dan terutama di dalam keluarga. Orang tua memiliki peran yang sangat strategis melalui nasihat dan keteladanan untuk membentuk anak menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah yang Tuhan Yesus wartakan, untuk hidup dalam perdamaian, keadilan, kesetaraan, dan keutuhan ciptaan.
Kami mendorong agar selama Bulan Keluarga ini, jemaat-jemaat GMIT memanfaatkan alat-alat musik tradisional di dalam kebaktian-kebaktian. Pulau-pulau kita memiliki banyak alat dan musik tradisional yang seringkali tidak dipakai lagi. Memelihara warisan budaya yang positif adalah juga bagian dari tugas gereja. Kami menghimbau agar Bulan Keluarga ini juga dimanfaatkan sebagai kesempatan belajar bersama kembali alat-alat musik tradisional itu untuk dimanfaatkan dalam kebaktian-kebaktian kita. Terutama generasi muda kita perlu belajar mengenal kembali dan menikmati keindahan musik tradisional yang dapat juga merawat jiwa dan persekutuan kita. Kami mengirimkan beberapa cetakan liturgi, khotbah, dan renungan Bulan Keluarga ini ke klasis-klasis dan memohon kawan-kawan Majelis Klasis untuk meneruskannya ke Jemaat-jemaat. Kami juga mengunggah liturgi, khotbah, dan renungan Bulan Keluarga 2016 ini di web site GMIT (sinodegmit.or.id). Kami menghimbau jemaat-jemaat yang memiliki akses ke internet untuk mencari bahan-bahan itu di situs tersebut. Akhirnya kami ucapkan selamat merayakan bulan keluarga. Kasih Allah Tritunggal menuntun kita menjadi keluarga-keluarga yang bersatu denganNya, mengasihi sesama, tekun berdoa, hidup rukun, saling mengampuni, dan bertolong-tolongan. Agar dengan begitu, keluarga-keluarga GMIT dapat menjadi berkat dan rahmat bagi dunia. Kupang, 16 September 2016 Pdt. Dr. Mery Kolimon (Ketua Majelis Sinode GMIT)
Tim Liturgi dan Khotbah Bulan Keluarga GMIT di Kantor Sinode telah menyediakan sejumlah liturgi, khotbah, dan bahan PA untuk dipakai di jemaat-jemaat sepanjang Bulan Oktober nanti. Liturgi dan khotbah sepanjang Bulan Keluarga ini mengajak kita berefleksi dan menata hidup di sekitar tema keluarga yang menyatu dengan Allah, mengasihi sesama, berdoa, hidup rukun, saling mengampuni, dan bertolong-tolongan. Kami mendorong keluarga-keluarga GMIT untuk melanjutkan refleksi tema-tema itu dalam ibadah-ibadah keluarga di rumah masing-masing setelah kebaktian utama di gereja.
3
4
Membudayakan Spirit Pro Pernikahan di Kalangan Pemuda ……………….. 91 Bahan PA Perempuan …………………………………………………………………. 93 Catatan Pinggir Pergumulan Kaum Bapak …………………………………..…… 94
DAFTAR ISI Pengantar ………………………………………………………………………………… 3 Daftar Isi …………………………………………………………………………………. 5 Bahan Khotbah Minggu I (Pembukaan Bulan Keluarga), 2 Oktober 2016 …………………… 7 Minggu II, 9 Oktober 2016 …………………………………………………………. 10 Minggu III, 16 Oktober 2016 ……………………………………………………….. 14 Minggu IV, 23 Oktober 2016 ………………………………………………………. 17 Minggu V, 30 Oktober 2016 ………………………………………………………… 21 Penutupan Bulan Keluarga, HUT Reformasi & HUT GMIT, 31 Oktober 2016 ……………………………………………………………………… 24
Bahan Khotbah
Bahan Liturgi Penjelasan Liturgi ……………………………………………………………………. 33 Minggu I (Pembukaan Bulan Keluarga), 2 Oktober 2016 …………………… 34 Minggu II, 9 Oktober 2016 …………………………………………………………. 42 Minggu III, 16 Oktober 2016 ………………………………………………………. 48 Minggu IV, 23 Oktober 2016 ………………………………………………………. 55 Minggu V, 30 Oktober 2016 ……………………………………………………….. 60 Penutupan Bulan Keluarga, HUT Reformasi & HUT GMIT, 31 Oktober 2016 ……………………………………………………………………… 68 Bahan Ibadah Rayon/Kategorial Tata Tata Tata Tata Tata
Ibadah Ibadah Ibadah Ibadah Ibadah
Rayon/Kategorial Rayon/Kategorial Rayon/Kategorial Rayon/Kategorial Rayon/Kategorial
1 2 3 4 5
…………………………………………………. …………………………………………………. …………………………………………………. …………………………………………………. ………………………………………………….
76 78 81 84 87
Bahan Kategorial Ruang Anak-anak dan Remaja …………………………………………………..…. 90
Bahan yang tersaji ini masih perlu diolah dan disesuaikan
5
6
dengan kondisi/kebutuhan jemaat
Allah Menyatukan Anggota Keluarga Bahan Khotbah Minggu I (Pembukaan) Bulan Keluarga, 2 Oktober 2016 Bacaan Alkitab: 1 Kor 12:12-31 “supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan” (ay. 25) Jemaat Korintus adalah sebuah jemaat heterogen. Berbagai latar belakang budaya, pendidikan, ekonomi dan status sosial ada di dalamnya. Orang-orang Yahudi, Yunani, budak dan orang merdeka menjadi satu jemaat di Korintus. Di satu sisi, keanekaragaman merupakan sebuah pengayaan, tetapi di sisi lain bisa menjadi ancaman atas persekutuan. Paulus tampaknya memikirkan akan terjadinya perpecahan di jemaat Korintus yang disebabkan oleh keanekaragaman ini. Mengingat berbagai konflik dalam kehidupan manusia senantiasa terjadi ketika manusia tidak bisa melihat dan menerima keanekaragaman yang ada, dan mengembangkan kecenderungan umum dengan mencari dan membuka diri pada keseragaman. Untuk mengantisipasi perpecahan terjadi dan meluas, Paulus mengambil metafora “tubuh” untuk menasehati dan mengingatkan jemaat akan pentingnya kesatuan dalam mengelola perbedaan. Perbedaan adalah bagian dari kehidupan. Kehidupan dimulai dari perbedaan, atau dengan bahasa lain perbedaan yang menggerakkan kehidupan. Lihatlah tubuh manusia bisa hidup dan bergerak karena terdiri atas berbagai organ dengan fungsinya yang berbeda-beda. Tubuh yang hanya terdiri atas kaki saja tidak bisa disebut tubuh, bahkan tak bisa menjadi tubuh yang hidup. Demikian halnya dalam persekutuan jemaat sebagai Tubuh Kristus, setiap anggota mendapat peranan dengan fungsi yang berbeda-beda. Tiap anggota, seberapapun kecilnya memiliki kedudukan yang sama penting dan tidak dapat meniadakan yang lain bahkan menciptakan ketergantungan yang saling melengkapi. Ketika salah satu anggota menjadi lemah; ia mendapat perhatian dan dukungan yang lebih dari yang lainnya. Pemahaman ini sungguh-sungguh menjadi landasan kehidupan bergereja
7
terutama dalam hal penerimaan dan penghargaan pada sesama dengan perbedaannya. Orang lain sama pentingnya dan berharganya dengan diri sendiri seperti Kristus menganggap manusia yang hina sebagai mahkluk yang berharga bagi-Nya. Dengan demikian dalam membangun kehidupan bersama di dalam Kristus, setiap pribadi tidak lagi merasa lebih hebat atau lebih penting dari lainnya dan tidak lagi bersikap meniadakan yang lain. Sehingga kehidupan di dalam Kristus membawa manusia untuk hidup dalam ketergantungan yang membangun. Setiap orang dihargai dan mendapatkan peranannya untuk menopang yang lain dalam mewujudkan karya Allah di dunia. Perbedaan akan menjadi berkat jika dibawa di dalam Kristus. Bahwa perbedaan membuat kita menjadi sejajar untuk mengerjakan pekerjaan Allah, yakni mewujudkan karya Allah di dunia ini. Hanya di dalam Kristus, perbedaan menjadi daya juang bersama dalam persekutuan untuk menghasilkan karya-karya hidup. Seperti ini juga kehidupan setiap rumah tangga dan keluarga kristen. Keluarga kristen merupakan persekutuan hidup antara ayah, ibu dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaranajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam prosesnya, keluarga Kristen harus berakar, bertumbuh, dan berbuah dalam Kristus. Mampu menjadi berkat bagi orang lain dan menghidupkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tentu saja hal demikian tidaklah mudah dilakukan manakala setiap anggota keluarga memiliki perbedaan karakter, watak, pendapat, dll yang dalam berinteraksi tidak serta merta meniadakan konflik. Belum lagi, keluarga-keluarga kristen harus berhadapan dengan berbagai tantangan zaman ini, dimana persaingan, egoisme, individualisme, hedonisme, konsumerisme dan materialisme membawa dampak yang luar biasa bagi penanaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan di dalam keluarga. Egoisme dapat dikatakan sebagai tantangan terberat zaman ini. Tidak satupun sebuah keluarga yang tidak bermasalah. Konflik intern keluarga dimulai ketika satu sama lain lebih mengutamakan keegoisan. Merasa lebih penting dan lebih berharga merasuki relasi antar anggota keluarga. Akibatnya, seseorang kehilangan penghargaan terhadap orang lain. Egoisme membuat orang lain sebagai alat atau objek untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Karena egoisme, suami menjadi lebih berkuasa atas istri, Orang tua berkuasa atas anak. Kakak lebih berkuasa daripada adik. Tak jarang orang tua hanya memberi perhatian pada anak-anak yang bersikap manis, pandai dan taat ketimbang pada anak-anak yang suka memberontak, tidak taat dan sulit belajar mandiri. Bahkan anak-anak juga cenderung berlaku pura-pura demi memperebutkan perhatian orang tuanya.
8
Dampak egoisme membuat anggota keluarga tidak lagi memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan penghargaan terhadap anggota yang lain, yang kemudian melahirkan berbagai bentuk kekerasan dan kerusakan dalam keluarga. Terhadap hal ini, maka nasehat Paulus agar setiap anggota keluarga saling memperhatikan perlu dikembangkan. Hal demikian tidak saja berguna untuk meredam terjadinya perpecahan dalam Keluarga tetapi juga keluarga harus menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang ditandai oleh sikap saling hormat dan syukur terhadap anugerah kehidupan serta kasih dari semua anggotanya. Kristus adalah unsur yang menyatukan segala perbedaan; tidak ada perbedaan yang tidak dapat disatukan, kecuali kita semua tidak mau mengenakan kasih Kristus dan dengan rela memandang pada Kristus sebagai pribadi yang mempersatukan. Tidak ada lagi yang mengatakan saya lebih penting dari kamu, atau saya lebih memiliki hak dari kamu, namun yang telah mengenakan Kristus dapat berkata “memang kita berbeda namun Kristus yang mempersatukan kita.” (sak)
KASIH SEBAGAI DASAR KELUARGA ALLAH Bahan Khotbah Minggu II Bulan Keluarga, 9 Oktober 2016
Bacaan Alkitab: I Korintus 13:1-13 Setiap orang dalam tindakan yang dilakukan pasti selalu memiliki motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara jujur kita harus akui bahwa setiap orang bertindak dengan motivasi yang berbeda-beda. Contoh: Seseorang memberi sesuatu kepada sesamanya dengan maksut menerima pula dari orang tersebut., Saya menghormati dengan harapan dihormati; Mencintai supaya dicintai. Mengampuni supaya diampuni. Jadi ada dorongan dari setiap tindakan kita. Paulus mengingatkan orang Kristen bahwa apapun tindakan kita hendaknya didasari oleh dorongan yang sama, yakni kasih. Mengapa kasih mseti menjadi dorongan dari setiap tindakan orang Kristen? Sebab dalam kehidupan orang Kristen kasih bukan sekedar identitas atau ciri dari kekristenan tetapi jiwa dan kekristenan itu sendiri. Artinya berbicara tentang kekristenan berarti berbicara tentang kasih. Dengan demikian, kasih adalah sesuatu yang mutlak ada dalam kehidupan orang-orang Kristen. Karena kasih adalah sesuatu yang mutlak dalam hidup orang percaya, maka bagi Paulus segala karunia yang Allah berikan bagi orang Kristen tidak akan berarti apa-apa jika tidak didasari oleh kasih. Dengan nada lain, Paulus ingin mengatakan bahwa segala karunia yang kita miliki hanya berarti atau berfaedah bila ada kasih di dalamnya. Paulus ingin memberi pengajaran yang keras pada orang Kristen tentang pentingnya hidup di dalam kasih dan melakukan segala sesuatu atas dasar kasih, karena semua itu menyangkut keberadaan orang Kristen sebagai milik Kristus dan hidup di dalam Kristus.
9
10
Penekanan rasul Paulus tentang kasih sebagai jiwa kekristenan berangkat dari keprihatinan terhadap cara hidup orang Kristen di Korintus yang jatuh pada kesombongan rohani. Mereka (orang Korintus) yang merasa dirinya memiliki karunia dari Tuhan menjadi sombong dan mulai menganggap diri lebih tinggi, lebih baik tingkatannya dengan jemaat yang dianggap tidak berkarunia. Itu sebabnya Paulus memberi ketegasan bahwa kepandaian berbicara, bernubuat, memiliki hikmat dan pengetahuan manusia jika tidak disertai kasih hanya akan menciptakan kegaduhan dan menjadikan segala karunia yang Tuhan anugerahkan tidak berharga (ay 13). Tiap-tiap karunia itu berharga tapi tanpa kasih, karunia itu tidak berharga. Tanpa kasih segala karunia yang kita miliki adalah sia-sia. Tanpa kasih seluruh pengorbanan dalam hidup termasuk pengorbanan diri kita dengan cara memberi diri dibakar untuk memamerkan diri tidak ada artinya sama sekali. Penekanan Paulus ini memberikan pelajaran bagi kehidupan orangorang Kristen masa kini, bahwa kita adalah orang yang dihidupkan oleh Kristus dan bagi Kristus. Karena itu, kitalah orang-orang yang akan memiliki dan menyatakan kasih Kristus itu dalam segala aspek kehidupan. Sifat-sifat yang merupakan penerapan dari kasih yang mencerminkan sifat Kristus itu adalah kasih yang penuh kesabaran dan kemurahan hati. Sabar artinya memilih untuk berlapang dada menerima orang lain apa adanya. Murah hati adalah sifat aktip yang memberi dan suka menolong. Orang yang memiliki sifat kasih Kristus itu juga tidak cemburu. Melihat kemampuan orang lain, kemajuan usaha orang atau kelebihan seseorang dengan penuh pujian, tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak membuat seseorang bersukacita karena penderitaan akibat perlakuan yang tidak adil. Secara positif, kasih mengarahkan kita orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk: 1. Selalu berpikir positif terhadap orang lain 2. Selalu memiliki pengharapan di dalam Tuhan 3. Selalu sabar menanggung segala sesuatu
Calvin, salah seorang bapak gereja Protestan pernah berkata: Kasih itu kewajiban utama dari segala kewajiban. Setiap kali kita mengasih, kita berhutang kasih dan hutang kasih itu harus dibayar dengan cara mengasihi. Ungkapan ini memberi pelajaran penting bagi keluarga-keluarga Kristen bahwa perbuatan kasih itu tidak pernah mengenal batas. Perbuatan kasih itu tidak berkesudahan dalam hidup. Sebabnya adalah kasih Kristus itu pula tidak berkesudahan tercurah bagi hidup kita.
Hanya orang-orang yang dihidupkan oleh Kristus dan hidup bagi Kristus sajalah yang memiliki kasih dan melakukan segala sesuatu dalam hidup dalam penghayatan kasih Kristus. Orang Kristen adalah orang-orang yang diperkenankan Allah merasakan kasih-Nya dan melakukan kasih-Nya. Hendaklah kasih itu menjadi jiwa dan ciri hidup kita sebagai pengikut Kristus. Kasih Kristus itu harus nyata dalam hidup kita, dalam pergaulan atau relasi sebagai keluarga Kristen dalam rumah tangga selaku suamiisteri, orangtua dan anak, dalam hidup persekutuan berjemaat sebagai sesama orang percaya dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada sebuah kisah di Amerika. Pada saat perang Vietnam banyak pemuda dikirim oleh Amerika untuk berperang sebagai ketaatan terhadap hukum Amerika yang mewajibkan warganya mengikuti wajib militer. Di antara pemuda itu ada seorang pemuda bernama Oliver, putera tunggal dari suatu keluarga yang sangat disayangi dan dikasihi. Oliver saat hendak berangkat diantar oleh kedua orangtuanya di bandara dengan cinta kasih. Kedua orangtua tersebut mencium Oliver dan melepaskan dengan derai air mata. Setiap hari mereka selalu mendoakan sang anak dan merindukan sang anak pulang dengan selamat. Karena sang anak berada di medan peperang Vietnam, maka sulit untuk membangun komunikasi dengan kedua orangtuanya. Informasi tentang sang anak hanya didapatkan di pusat kemiliteran di Amerika. Belasan tahun sudah Oliver bersama pemuda lainnya ada di medan peperangan itu. Suatu ketika pasukan Amerika disergap oleh pasukan Vietnam. Banyak pasukan Amerika mati dan sebagian lainnya cedera dikarenakan ledakan bom. Salah satu yang cedera adalah Oliver. Oliver kehilangan tangan kanan dan kaki kiri karena serpihan bom. Pusat komando di Amerika menginstruksikan para pemuda yang cedera ditarik pulang ke Amerika dan dikembalikan pada keluarga sambil menjalani perawatan dan rehabilitasi mentalnya. Oliver dan para tentara lainnya yang cedera pulang ke Amerika dan ditempatkan disalah satu hotel di perkotaan. Ia menginap di lantai 11 hotel itu. Pada siang hari dalam rencana Oliver akan pulang ke rumah kedua orangtuanya di daerah pinggiran kota itu. Pagi itu, dari hotel, Oliver menelepon kedua orangtuanya dan meminta kedua orangtuanya menjemput. Betapa senang kedua orangtuanya mendengar kedatangan anak tunggalnya itu. Dalam percakapan telepon Oliver dengan kedua orangtuanya, Oliver memberi tahu bahwa ia akan datang bersama temannya. Kedua orangtuanya dengan senang hati mempersilahkan Oliver membawa temannya itu. Namun Oliver berkata bahwa teman yang dibawa itu cacat kehilangan kaki kiri dan tangan kanan. Mendengar itu sang ibu keberatan. Ia melarang Oliver membawa teman yang cacat itu ke rumah karena hanya akan menjadi beban. Kata ibunya, “Dengan membawa temanmu yang cacat itu, engkau telah membawa
11
12
kutu busuk di atas tempat tidur dan meletakkan kutu-kutu di atas kepalaku. Mendengar ungkapan ibunya itu betapa hancur hati Oliver. Oliver kemudian menutup telepon. Menjelang satu jam kemudian, Oliver memutuskan melompat dari pintu jendela hotel itu dan mati tanpa diketahui kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya tanpa tahu kejadian itu dengan semangat dan penuh kerinduan ada dalam perjalanan menuju kota dan tempat hotel itu untuk menjemput Oliver. Ketika sampai di tempat hotel itu mereka melihat banyak orang berkerumun karena ada kejadian seorang pemuda bunuh diri dengan melompat dari jendela hotel. Kedua orangtuanya mendekat dan betapa terkejutnya mereka karena pemuda yang mati bunuh diri itu adalah Oliver, anak kesayangan mereka. Mereka menemukan di dalam saku Oliver secarik kertas tulisan Oliver dengan kata-kata ini: “O… ibuku, aku tahu cinta kasihmu yang begitu besar dalam hidupku. Saat aku berangkat engkau mengantarku dengan cinta kasih yang besar dan dengan cinta kasih yang besar mengharapkan aku pulang. Tapi cinta kasih itu tidak lagi aku temukan saat aku kembali dengan keadaan yang cacat. Aku berpikir percuma aku hidup tanpa cinta kasih darimu, ibu. Lebih baik aku mati dari pada hidup tanpa cinta kasih.” Ternyata pemuda yang dimaksudkan cacat dan akan dibawa ke rumah itu adalah Oliver, sang anak tunggalnya sendiri. Kisah Oliver ini memberi gambaran kepada kita betapa kehidupan ini tidak akan bermakna tanpa kasih. Hidup ini hampa dan tiada berpengharapan tanpa kasih. Kasih itu segala-galanya dalam hidup. Kasih tidak menuntut kesempurnaan hidup. Kasih menerima orang apa adanya dan menutupi banyak sekali kelemahan dan kekurangan sesama. Karena itu jalanilah hidup sebagai keluarga Kristen, lakukanlah dan landasilah segala kegiatan kehidupan dengan kasih Kristus, Amin. (rmlm)
KELUARGA YANG BERDOA Bahan Khotbah Minggu III Bulan Keluarga, 16 Oktober 2016 Bacaan Alkitab: Lukas 18:1-8
Saat berdoa adalah saat kita berjumpa dengan Allah. Baik secara pribadi maupun secara bersama. Berdoa membuat kita dekat dan menyatu dengan Allah. Kita berbicara kepada Allah dan Allah berbicara kepada kita. Alangkah indahnya saat berdoa, saat kita mendekat dan menyatu dengan Allah. Kita membuka hati untuk mengamini kehendak Allah, dan Allah membuka hati terhadap apa yang kita sampaikan. Betapa indahnya, ketika setiap keluarga menjadi keluarga yang berdoa. Ketika seisi rumah berdoa bersama, Allah ada di sana, di dalam kebersamaan itu. Dalam kebersamaan keluarga, kita menjumpai dan bersatu dengan Allah. Masihkah keluarga Anda dan dan saya menjadi keluarga yang berdoa? Pertanyaan ini penting, mengingat kita sedang hidup di zaman
13
14
modern, di mana orang-orang sangat sibuk dengan urusan material dan mengenyampingkan spiritualitas. Apakah kita masih punya kesempatan berdoa karena kerinduan untuk mendekat dan menyatu dengan Allah? Jangan sampai doa telah menjadi rutinitas yang ngotot, yang terus mendesak Allah untuk mendengar, memerhatikan dan melayani urusanurusan kita. Jangan sampai doa kita hanyalah ungkapan kerisauan, kalaukalau suara kita tidak didengar, dan kebutuhan kita tidak diperhatikan. Jika demikian, doa hanya akan menjadi pilihan terakhir. Lebih baik berusaha dulu. Selagi masih bisa berusaha dengan kemampuan sendiri, belum perlu berdoa. Orang berdoa untuk iming-iming kenikmatan semu, semata-mata untuk keinginan hati sendiri. Orang berdoa ketika sudah terdesak, ketika sudah benar-benar membutuhkan mujizat. Berdoa bukan lagi untuk menyatukan kita dengan Allah, melainkan menjadi tindak “pelarian” pada situasi terdesak. Nas kita berisi perumpamaan Tuhan Yesus yang berkaitan dengan doa. Dilihat dari struktur Injil Lukas, nas ini menjadi bagian dari Injil Lukas yang memuat nasehat bagi murid-murid (17:1-18:30). Misi Kerajaan Allah berlangsung dalam konteks yang dinamis. Kepada para murid yang sedang menghadapi tantangan misi (13:22-16:31), Tuhan Yesus memberi nasehat. Di nas ini ada nasehat mengenai hal berdoa. Tuhan Yesus mengumpamakan bahwa ada seorang Hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Seorang janda datang menjumpai hakim itu, meminta pembelaan terhadap hak si Janda. Kita bayangkan bahwa sang hakim, yang tidak takut akan Tuhan dan tidak menghormati sesama, pastilah mengabaikan permintaan si Janda. Tetapi perumpaan ini menunjukkan bahwa jika si Janda terus-menerus datang mendesak sang hakim, meminta keadilan, maka sang hakim yang lalim itu pun membenarkan si Janda. Dalam dunia peradilan, peranan hakim sangat menentukan adil atau tidak adilnya sebuah penyelesaian perkara. Keputusan pengadilan ditentukan oleh hakim. Bila hakim memutuskan dengan benar maka pengadilan menghasilkan keadilan. Sebaliknya, keputusan menjadi tidak adil bila sang hakim salah memutuskan. Sulit bagi orang yang tidak takut Tuhan dan tidak menghormati sesama untuk mendengar permintaan orang yang tidak berdaya. Fatal bagi sebuah proses peradilan untuk menegakkan keadilan bagi orang lemah, jika hakimnya tidak takut Tuhan dan tidak menghormati sesama. Perumpamaan ini menunjukkan bahwa usaha terus menerus dari sang janda dapat membuahkan keadilan, sekalipun orang yang memutuskan perkara adalah orang yang tidak takut akan Tuhan dan tidak menghormati seorang pun. Tentu saja, perumpamaan ini tidak bermaksud menyejajarkan Allah dengan sang hakim yang lalim, melainkan menyejajarkan doa dengan upaya
sungguh-sungguh demi pulihnya kemanusiaan, tegaknya keadilan dan kebenaran, terutama bagi orang yang lemah dan tersisih. Begitulah kita berdoa untuk kemanusiaan yang terkoyak, keadilan yang rancu dan kebenaran yang terbaikan. Doa bukan sekedar berbasa-basi dengan Allah, bukan juga sekedar tindakan terpaksa ketika terdesak oleh ambisi, keserakahan dan kemalasan. Kita berdoa bagi perbaikan kualitas belajar, kita berdoa untuk kesuburan lahan pertanian, untuk pemerintahan yang berkeadilan, untuk masalah kekeringan, perdagangan orang, peningkatan derajat kesehatan, perbaikan ekonomi rakyat, dan seterusnya. Doa menunjukkan kesungguhan kita sebagai aktor yang tekun berkarya dan aktif melayani. Doa adalah tanda kedisiplinan. Doa diumpamakan dengan permintaan yang terus-menerus dari si Janda kepada sang hakim yang lalim, agar dibenarkan hak hukumnya. Dengan perumpamaan ini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa doa itu tidak lain dari tindakan iman yang dilakukan oleh orang yang memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kebaikan. Doa menghubungkan kita sebagai keluarga Allah. Dengan berdoa kita terhubung dan menyatu dengan Allah, aktif berkarya demi terwujudnya kasih Allah di tengah dunia yang sarat masalah. Berdasarkan Yakobus 1:27, Andar Ismail, dalam Selamat Pagi Tuhan, menjelaskan pandangannya tentang doa, bahwa doa bukan hanya memejamkan mata, melainkan juga membuka mata dan melihat kenyataan masalah masyarakat di sekitar kita. Berdoa bukan hanya melipat tangan, melainkan juga turun tangan dan melakukan tindakan nyata. Kerinduan untuk berdoa mendorong kita untuk berkarya secara aktif dan disiplin. Terhadap usaha sungguh-sungguh, seperti yang dilakukan si Janda dalam perumpamaan Yesus, Tuhan Allah tidak akan berdiam diri atau menunda waktu. Doa adalah tindakan iman. Kita beriman kepada Allah Yang Maha Terlibat, dan kita berdoa sebagai pelaku karya kemanusiaan, keadilan, kebenaran dan kebaikan semesta. Sebagaimana si Janda, secara terus-menerus dan mendesak, meminta keadilan kepada sang hakim yang lalim, sedemikian pentingnya kita berdoa dalam keluarga untuk pergumulan dan perjuangan hidup keluarga beriman. Begitu pentingnya doa dalam keluarga, seperti permintaan yang bertubi-tubi dari si Janda kepada sang hakim yang lalim demi keputusan yang adil. Doa adalah upaya iman untuk membuka kemungkinan baru. Sebagai tanda iman yang bertindak tanpa menyerah. Doa adalah jalan untuk memperoleh harapan di tengah ketidak-mungkinan. Maka menghadapi kehidupan keluarga yang penuh pergumulan dan perjuangan, marilah berdoa. Jika kita memahami keluarga sebagai sarana untuk hidup, bertumbuh dan berjuang menggapai asa, niscaya keluarga kita menjadi keluarga yang berdoa. (nselk)
15
16
persahabatan bahkan dalam persekutuan gereja pun. Kehidupan kebersamaan tidak lagi diwarnai sikap saling menghormati dan saling menghargai sehingga melahirkan persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah gereja, keluarga dan masyarakat. Terlebih semakin suburnya kekerasan menjadi bagian pergumulan kita bersama. Kekerasan di rumah tangga, nilai-nilai keagamaan (iman) yang semakin terkikis habis, seakanakan hanya slogan dan simbol saja. Radikalisme yang melahirkan teror dan ancaman di tengah-tengah masyarakat dan bangsa. Demikian juga sikap saling curiga dan saling memfitnah semakin bertumbuh subur. Kehidupan semacam ini tidak saja menghancurkan kebersamaan dan persekutuan, tetapi juga semakin menjauhkan berkat Tuhan dalam kehidupan umat. Faktor keegoisan menjadi salah satu latar belakang hilangnya damai dan kerukunan di antara hidup bersesama. Faktor lainnya sebagai latar belakang hilangnya kedamaian karena tidak ada saling menghargai dan menghormati sebagaimana adanya orang tersebut, masih ada pemilahan dan pemisahan karena status sosial, perbedaan pandangan, budaya, agama, suku dan masih ada pembedaan dalam pelakuan karena merasa “lebih” di antara satu dengan lainnya dan sebagainya. Karena itu perlu kesadaran dari masing-masing kita untuk bertanggung jawab menciptakan dan memelihara kedamaian dan kerukunan di antara kehidupan bersesama. Pendalaman Teks
Keluarga Allah adalah Keluarga Yang Rukun Bahan Khotbah Minggu IV Bulan Keluarga, 23 Oktober 2016 Bacaan Alkitab: Mazmur 133 “Damai itu indah” slogan yang tidak asing lagi bagi kita. Slogan tentang harapan semua kita, jika kita disuruh memilih damai atau tidak, harmonis atau tidak, rukun atau tidak, pasti di antara kita semua tidak ada yang akan memilih yang lain selain pilihan damai/harmonis dan rukun. Walau demikian dalam banyak kenyataan, orang hidup dalam ketidakdamaian dan ketidakrukunan di antara teman kerja, dalam persahabatan, dalam kebersamaan bahkan dalam kehidupan keluarga pun kerap dijumpai. Damai hilang dari lingkungan keluarga, dari lingkungan
17
Mazmur ini ditulis oleh Daud dalam konteks bangsa Israel sedang berziarah. Daud menuliskan syair ini karena ia menginginkan adanya kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Teks ini sebenarnya merupakan suatu nyanyian ziarah. Nyanyian ziarah dari Daud ini menggambarkan situasi saat itu, di mana kebiasaan orang Israel yang berkumpul beramairamai dalam kebersamaan untuk merayakan hari-hari perayaan tertentu. Daud mau menggambarkan suasana umat dari berbagai penjuru Israel berkumpul di Yerusalem di dalam kerukunan, keakuran, keharmonisan, dan kedamaian. Ketika arak-arakan itu berlangsung, pemazmur melihat sesuatu yang sangat indah, sesuatu yang tak ternilai harganya, yang harum aromanya, yaitu hidup rukun satu dengan yang lain. Pemazmur meyakini bahwa dalam kerukunan itulah berkat-berkat mengalir dengan luar biasa. Daud menuliskan syair ini karena ia menginginkan adanya kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Berbicara tentang keluarga Allah, hendaklah pemikiran kita tidak hanya dibatasi oleh hubungan suami istri atau hubungan darah. Tetapi keluarga Allah adalah orang-orang yang telah diselamatkan dan dikuduskan bagi Allah. Inilah tugas kita sebagai keluarga Allah yang memiliki kerelaan untuk menciptakan dan memelihara kerukunan dalam sebuah komunitas dimanapun kita berada baik dalam
18
keluarga, berjemaat, dalam pelayanan, dalam usaha/pekerjaan, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Daud memulai nyanyian ziarahnya dengan katakan: ‘Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya…” menggambarkan sebuah harapan tentang kebersamaan dalam sebuah kerukunan hidup akan menjadi sebuah kebaikan dan keindahan ketika hal itu menjadi bagian dalam kehidupan setiap orang yang selalu ada dalam kebersamaan, tanpa memandang perbedaan sebagai satu kendala yang berarti, tanpa memandang keberagaman sebagai sebuah hambatan yang berarti tetapi yang selalu memandang perbedaan dan keberagaman sebagai sebuah kekayaan dan kekuatan yang mampu menghadirkan kerukunan dan kedamaian dalam kebersamaan yang dipelihara dengan baik. Di sini Daud meyakini bahwa dalam kerukunan itulah akan mengalir berkat-berkat Tuhan yang luar biasa. Berkat-berkat itu digambarkan Daud sebagaimana ayat 1: “seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya”. Minyak mempunyai makna kesukaan, keharuman, ketenteraman, juga penyucian. Minyak yang baik adalah minyak urapan yang langka sekaligus mahal. Minyak tersebut dituangkan ke atas kepala Harun saat pelantikanya sebagai imam. Dengan minyak itu seorang imam ditahbiskan dan diurapi sekaligus disucikan untuk menjalankan tugas pelayanan. Kelimpahan minyak urapan menggambarkan bahwa Tuhan memberkati umat-Nya dengan berkelimpahan melalui persekutuan mereka. Ini adalah gambaran betapa harumnya dan bernilainya kerukunan atau kasih persaudaraan itu. Ayat 2, “seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion”. Puncak gunung Hermon senantiasa subur setiap tahunnya, sementara daerah di sekitarnya sangat kering. Oleh karena itu embun dari gunung Hermon tidaklah mungkin mencapai bukit Sion yang dibatasi oleh lembah dan kering yang secara geografis kedua lokasi Gunung Hermon dan Sion tersebut jauh sekali: gunung Hermon terletak di Kerajaan Israel Utara dan gunung-gunung Sion di Kerajaan Israel Selatan (Yerusalem). Namun di sinilah rahasianya, yaitu semua dapat terjadi hanya karena Tuhan. Embun dalam nas kita memberikan pemahaman utama sebagai kesegaran ilahi yakni karunia kehidupan yang berkemenangan. Embun menyimbolkan kesuburan dan pertumbuhan. Begitulah kasih dan kuasa Tuhan mengalir ke semua manusia, apalagi ke setiap anak-Nya yang hidup dalam persekutuan yang rukun. Demikianlah juga dengan kerukunan, kalau Tuhan sudah hadir di dalam kehidupan seseorang, maka tidak akan ada alasan untuk tercipta dan terpeliharanya kerukunan dan kedamaian.
19
Aplikasi dan penerapan Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang hidup bergantung satu dengan lainnya. Tidak ada satu orangpun yang dapat katakan bahwa dia mampu hidup sendiri tanpa orang lain, karena sejak dari awal penciptaan Allah menciptakan manusia Hawa untuk dapat mendampingi Adam, begitu pula dalam kehidupan selanjutnya manusia lahir dari kerjasama diantara suami dan istri yang kemudian dalam pertumbuhannya setiap hari setiap orang hidup dan dapat memenuhi kebutuhannya karena ada orang lain. Dalam kehidupan yang saling bergantung inilah lahir nilainilai kebersamaan, kepekaan, solidaritas dan kekeluargaan yang sangat kuat mengakar dalam kehidupan sosial manusia. Namun dalam perkembangannya di mana bertumbuh dengan pesat sejalan dengan kecanggihan teknologi dan modernitas secara perlahan tapi pasti nilai-nilai kebersamaan, kepekaan, solidaritas dan kekeluargaan yang sangat kuat itu mulai luntur dan digantikan dengan nilai-nilai yang menekankan persaingan, individualisme, materialisme bahkan hedonisme. Mengapa? Karena keberdosaan manusia membuat kesegambaran manusia dengan Allah menjadi rusak sehingga nilai-nilai kemanusiaan tidak lagi tercermin dalam kehidupan sehari-hari dan manusia lebih mudah menerima nilai-nilai yang tidak berakar pada budaya dan terutama yang tidak berakar pada Alkitab. Sehingga kehidupan dalam kebersamaan dan persekutuan sebagaimana jemaat mula-mula tidak lagi menjadi tujuan utama tetapi menjadi terhalang dengan berbagai kepentingan (ego pribadi, kelompok) dan berbagai individualisme (menonjolkan perbedaan, dll) menyebabkan hilangnya kerukunan dan kedamaian. Melalui nas ini, kita diingatkan oleh Daud tentang makna kebersamaan dan persekutuan yang rukun, tidak saja merupakan hal yang baik dan indah tetapi melalui kehidupan persaudaraan yang rukun, berkatberkat Allah dinyatakan bagi manusia dan karunia kemenangan diperuntukkan Allah bagi manusia. Intinya adalah kehidupan dalam persaudaraan yang rukun adalah anugerah Tuhan untuk kita sebagai pribadi kemudian saling dibagikan kepada sesama, karena kehidupan demikianlah yang menyenangkan hati Tuhan sehingga Tuhan akan mencurahkan berkatnya. Tuhan Yesus lahir dan datang ke dunia untuk mempersatukan, untuk menunjukkan bahwa Allah sangat solider kepada kita. Dan kerinduan-Nya bagi kita adalah hidup bersama dalam kerukunan dan kedamaian, sekali pun ada banyak perbedaan di antara manusia. Bagi Allah, bagi Yesus yang lahir dan hidup di dunia, serta bagi manusia, hidup rukun dan damai adalah suatu kehidupan yang sangat baik dan indah, sangat harum dan menyegarkan, tak ternilai dan menghidupkan.
20
Sebagai umat Kristus kita lahir dari latar belakang, kepribadian, dan kemampuan yang berbeda-beda, berfikir dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda. Meski demikian, misi dan pelayanan yang dikerjakan Tuhan bersama manusia dapat menghasilkan keselarasan yang indah dalam pelayanan ketika perbedaan dan keberagaman itu dipandang dan diamini sebagai kekayaan dan kekuatan bersama. Allah sendiri menghargai dan menghormati perbedaan, namun keberagaman dan perbedaan yang kita miliki tidak boleh menonjolkan egoisme dan individualisme. Sebab hakekat dari perbedaan dan keberagaman merupakan anugerah dan berkat Tuhan. Perbedaan dan keberagaman hendaknya ditempatkan dalam ruang lingkup kebersamaan agar tercipta keindahan, kebaikan, dan sungguh menyenangkan hati Tuhan. Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala dan Pemilik pelayanan, memberkati kita. (sb)
Keluarga Allah Adalah Keluarga Yang Saling Mengampuni Bahan Khotbah Minggu V Bulan Keluarga, 30 Oktober 2016 Bacaan Alkitab: Kejadian 45:1-28 Mengawali renungan ini, saya ingin kita menutup mata sejenak (sekitar 30 detik), lalu membayangkan seseorang yang pernah menyakiti hati kita, dia bisa suami, istri, kakaK, adik, anak, orangtua, teman, tetangga,
21
siapa saja, apakah sudah berdamai, saling memaafkan, ataukah masih saling marah? Mari kita simak kisah Yusuf ini. Membaca kisah Yusuf kita seperti membaca sebuah kisah ‘novel’ keluarga yang lengkap, dengan alur yang sangat dinamis, ada susah senang, ada sedih, tegang, marah dan damai. Sejak Yusuf lahir di tengah keluarga, bagaimana ia tidak disukai saudara-saudaranya, bagaimana ia ‘dibuang’ oleh saudara-saudaranya, difitnah dan dipenjarakan di Mesir, di negri orang, jauh dari kampung halamannya, dan pada akhirnya bagaimana ia menjadi pemimpin di tanah Mesir, yang menyelamatkan banyak orang termasuk keluarganya. Pembacaan kita menceritakan tentang Yusuf yang pada akhirnya membuka identitasnya di hadapan saudara-saudaranya, setelah beberapa kali berjumpa dalam situasi Yusuf, sang Pemimpin di Mesir dengan orangorang yang datang dari wilayah yang jauh, yang membutuhkan pertolongannya. Perikop ini adalah perikop yang penuh ungkapan hati yang emosional. Diceritakan, setelah Yusuf ‘bersoal’ dengan Yehuda dan Benyamin akhirnya ia tidak dapat tahan lagi dalam ‘menyembunyikan’ identitasnya, setelah ia menyuruh semua orang keluar dari ruangan itu, dan tinggal Yusuf dan saudara-saudaranya, maka Yusuf memperkenalkan diri kepada saudara-saudaranya, menangislah ia keras-keras bahkan sampai terdengar kepada orang Mesir dan seisi istana Firaun. Yususf melakukan suatu tindakan luar biasa… bukan hanya ia mau menerima saudarasaudaranya tapi juga ia mau membalik perspektif saudara-saudaranya, bahwa perbuatan mereka terhadap Yusuf ‘bukan perbuatan keji’ melainkan suatu ‘persiapan’ agar kelak hidup mereka terpelihara, Yusuf bahkan menempatkan tindakan mereka bukan lagi sebagai tindakan kebencian kakak terhadap adik melainkan sebagai ‘tindakan penyelamatan Allah’ (ayat 5-9), ia menangis bersama mereka (3 kali Yusuf menangis ayat 2,14,15). Tidak sedikitpun Yusuf mengungkit kesalahan saudara-saudaranya, ia telah memaafkan mereka, bahkan ia telah melupakan perbuatan keji mereka, bahkan kini ia ‘memelihara’ mereka. Ia bukan hanya memaafkan saudarasaudaranya tapi ia melakukan perbuatan kasih yang besar bagi ayahnya, keluarga besarnya. Bahkan tindakan kasihnya ini, oleh Firaun dan seisi istananya. Yakub dan seluruh keluarga besarnya di jemput untuk tinggal di Mesir, di tanah Gosyen, dengan bekal yang sangat berlimpah. Yakub yang sejak kehilangan Yusuf, anak kesayangannya, menjadi lesu dan tidak bersemangat, Yakub yang telah ‘mati’ namun dengan mendengar kabar sukacita ini, maka ia ‘bangkit’ kembali dan bersemangat untuk segera menemui Yusuf, anak yang dikasihinya. Memaafkan, menimbulkan perdamaian, perdamaian menimbulkan kehidupan dan kehidupan menimbulkan kesejahteraan….
22
Bulan Oktober adalah bulan keluarga bagi Gereja Masehi Inji di Timor seluruh lingkup pelayanannya. Pada Minggu ini tema khotbah Minggu kita adalah Keluarga Allah adalah keluarga yang saling mengampuni. Jemaat Tuhan, tidak ada satu peristiwapun dalam hidup kita yang tidak membawa pembelajaran bagi kita. Kisah Yusuf yang mengalami berbagai hal yang berat tidak membuat ia kecewa, sedih dan terpuruk, melainkan ia meluaskan hatinya untuk memaafkan dan melupakan perbuatan saudara-saudaranya. Pengampunan yang diberikan bahkan ia lanjutkan dengan tindakan kasih menolong keluarga besarnya untuk melanjutkan kehidupan, ketika hal itu sulit mereka dapatkan. Penganmpunan bukan hanya berdampak penyembuhan bagi yang menerimanya tapi juga bagi yang memberikannya. Ketika kita menyimpan sakit hati dan kemarahan yang berkepanjangan, sesungguhnya kita sedang menyimpan ‘bom waktu’ bukan hanya bagi tubuh jasmani kita tapi juga bagi kehidtaupan beriman kita. Kemarahan dan sakit hati akan berdampak pada fisik kita, yaitu sakit maag, darah tinggi, insomnia, dll (bukan berarti mereka yang mengidap penyakit tersebut dapat dipastikan kerena mereka menympan sakit hati dan kemarahan). Orang yang mampu memaafkan adalah mereka yang bersukacita dan mampu menjalani hidup dengan ‘sehat’. Mengampuni, memaafkan adalah salah satu wujud perbuatan cinta kasih yang sangat besar. Kita memaafkan, kita mengampuni karena kita sudah terlebih dahulu diampuni. Tuhan telah mengampuni segala dosa-dosa kita, tidak ada alasan apapun untuk kita tidak mengampuni sesama kita. Ajaran Tuhan Yesus tentang pengampunan dalam beberapa kisah Markus 11:25 dan Matius 18:21-35 Dalam kehidupan keluarga kita, tidak ada keluarga yang bebas dari ‘perselisihan’, perseteruan, sakit hati baik karena perkataan maupun karena perbuatan. Di antara keluarga, dapat saja terjadi, suami kepada istri atau sebaliknya, orang tua kepada anak, atau sebaliknya. Bahkan sebagaimana dalam tema kita: “Keluarga Allah adalah keluarg saling yang saling mengampuni” tentu yang dimaksud bukan hanya berarti keluarga inti yang harus saling mengampuni tapi juga keluarga dalam arti yang lebih luas, keluarga besar, keluarga dalam jemaat Tuhan, keluarga dalam masyarakat dan sesama manusia lainnya. Dalam bulan keluarga ini, marilah kita dengan lebih berbesar hati kita kembali memaknai kisah Yusuf yang memaafkan dan mengasihi saudara-saudaranya, lagi pula kita mengingat ajaran Tuhan Yesus untuk saling mengampuni karena kita sudah diampuni. Jika di awal renungan ini saya meminta kita menutup mata untuk mengingat mereka yang telah menyakiti hati kita, kiranya di akhir renungan ini kiranya kita sudah lebih dapat mengampuni dan menerima mereka dengan hati kasih.
Memang mengampuni bukan perkara yang mudah, apalagi melupakan dan melakukan hal baik kepada orang yang telah menyakiti hati kita. Namun dengan pertolongan Tuhan dan niat hati kita yang tulus dan murni, maka kita akan mampu mereka. Tuhan memberkati kita, Amin. (mlj)
23
24
Keluarga Allah saling tolong-menolong Bahan Khotbah Penutupan Bulan Keluarga, HUT Reformasi & HUT GMIT, 31 Oktober 2016
Bacaan Alkitab: Yesaya 44:21-28 & Lukas 4:16-20
Identitas kemanusiaan yang dipertanyakan Setiap kita tentu senang memikirkan diri kira sendiri sebagai seseorang yang baik hati, suka menolong, berbelas knasih, dan beragam sifat positif lainnya. Kita juga senang memikirkan kehidupan bersama dalam komunitas (keluarga, jemaat dan masyarakat) dengan sifat-sifat positif yang sama. Pribadi dan komunitas yang demikianlah yang kita sebut manusiawi. Sebaliknya kita akan menjadi tidak nyaman bahkan sakit hati ketika orang lain menilai kita tidak berbelas kasih. Itu sama dengan mengatakan kita kurang manusiawi. Akan tetapi, kalau identitas kemanusiaan kita ditentukan oleh sifat suka menolong dan berbelas kasih, lalu mengapa kehidupan bersama umat manusia selalu diwarnai konflik, perang, kebencian dan penindasan? Mengapa ada begitu banyak orang yang kelaparan, kedinginan, dan tidak memiliki tempat tinggal? Mengapa perbedaan suku, jenis kelamin, gereja dan agama sering menghalangi kita saling mendekati dan membentuk persekutuan persaudaraan? Mengapa dunia kita dipenuhi dengan kisah saling melukai, menyiksa dan membunuh mulai dari dalam keluarga hingga kepada komunitas terluas? Bagaimana kita mewujudkan eksistensi kemanusiaan kita sebagai pribadi dan komunitas di tengah realita yang demikian, bahkan dimana kita sendiri menjadi bagian di dalamnya?
keluarga, pertikaian antar suku, hingga perbedaan pedapat di tingkat nasional atau internasioal, perbedaan-perbedaanlah yang paling berperan. Persaingan yang meresapi segala segi kehidupan inilah yang menyentuh hubungan kita sampai ke ruang lingkup terkecil dan selanjutnya berperan juga dalam hal menghalangi kita untuk masuk ke dalam solidaritas penuh satu dengan yang lain dan menghalangi kita bergerak keluar dari diri kita sendiri (ego) untuk melangkah untuk menjadi pribadi yang bersedia saling tolong menolong. Kedua bacaan ini menawarkan dan menantang kita untuk menyatakan kehadiran diri kita di tengah komunitas sebagai pribadi yang selalu siap menolong dalam kerangka iman yang membebaskan. Nabi Allah, Yesaya dan Yesus, Anak Allah sendiri mengidentifikasi diri dan komunitas umat Allah sebagai pribadi dan komunitas terluka yang membutuhkan kesembuhan, sekaligus yang menyembuhkan. Suatu kehidupan yang mencirikan kehadiran pribadi dan komunitas yang menyadari dan memahami arti tolong menolong yang sesungguhnya. Melalui kedua bacaan ini, kita diajak untuk marilah belajar menjadi pribadi dan komunitas yang tidak saja menyandang identitas kemanusiaan namun praktiknya persaingan, melainkan menyatakan identitas itu dalam wujud praktika yang sungguhsungguh nyata dan mengubahkan wajah kemanusiaan kita menjadi serupa dengan wajah Allah sendiri.
Identitas kemanusiaan kita lebih kuat sebagai retorika daripada praktika. Jikalau kita memandang diri kita sendiri secara kritis dan jujur, penggerak utama dalam kehidupan kita bukanlah semangat bertolong-tolongan, melainkan semangat persaingan, kompetisi. Diri kita dibenamkan ke dalam berbagai bentuk persaingan. Kesadaran diri kita ditentukan oleh cara kita membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain dan oleh beragam perbedaan yang dapat kita temukan, seperti saya lebih mampu atau dia, saya lebih baik atau orang lain. Perbandingan itu entah positif atau negatif, di situlah kita menggantungkan harga diri kita. Dan sangat mungkin para orang tualah yang menanamkan semangat persaingan itu dalam pola didik terhadap anak-anak. Kita tidak perlu berpikir panjang untuk menyadari bahwa dalam semua persoalan
Untuk itu struktur pemahaman kita terhadap bacaan ini dikembangkan dalam rangkaian pertanyaan: Apakah dasar bagi keluarga untuk menjadi keluarga yang saling tolong menolong? Bentuk tolong menolong yang bagaimanakah yang mesti diwujudkan dalam komunitas keluarga kita?Apakah akibat terbaik dari semangat tolong menolong dalam keluarga?
25
26
Dasar bertolong-tolongan: Allah yang berbelas kasihan Nabi Yesaya menampilkan Allah Israel sebagai Allah yang berbelaskasihan. Injil Lukas pun demikian dalam menampilkan figur Yesus. Allah di dalam Yesus, menyatakan kehadiran-Nya bukan hanya sebagai Pencipta tunggal, tetapi juga Penolong tunggal. Apakah yang menggerakkan hati Allah menolong Israel?
Kitab Yesaya sejak pasal 40 sampai pasal 57 berulang kali menubuatkan tentang kedatangan seorang Pembebas yang akan melepaskan dan menyelamatkan bangsa Israel. Yesaya memang melayani di Yehuda (Israel Selatan) tetapi berita ini ditujukan kepada umat Israel Utara yang telah berada di pembuangan di Asyur. Berita sukacita ini menampilkan Allah sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas umat-Nya. Allah menegaskan bahwa Dia yang telah membentuk mereka dan oleh karena itu, Ia memegang teguh hakikat diri-Nya sebagai sang Pembentuk yang bertanggung jawab, dengan mengatakan, “Engkau tidak Kulupakan”. Allah yang tidak melupakan itu datang di tengah keterasingan umat-Nya dan berkenan menyatakan kehendak-Nya untuk mengakhiri penderitaan mereka. Mereka bukanlah orang-orang yang terlupakan apalagi terhilang dalam sejarah kasih setia Allah. Ia mengingat mereka dan kini akan melanjutkan rencana-Nya dengan tindakan pembebasan. Tindakan pertolongan Allah ini sesungguhnya bukan berdasarkan adanya pertobatan. Dari 66 pasal, 39 pasal pertama dalam kitab ini menekankan hukuman Allah atas mereka karena menolak untuk bertobat dan kembali beriman kepada Allah. Sama sekali tidak ada pertobatan yang dapat dijadikan sebagai alasan bagi Allah untuk meringankan hukuman ataupun membebaskan mereka. Dan 27 pasal yang sisa, ibarat Perjanjian Baru, Allah berkenan mengutus seorang hamba-Nya untuk menyelamatkan. Tindakan menolongtanpa syarat (unconditional), menolong tanpa menuntut ini mengantar kita untuk memahami bahwa landasan pertolongan Allah adalah belas kasihan (compassion). Selanjutnya, dalam injil Lukas, Yesus mengidentifikasi diri-Nya dengan Sang Pembebas yang berbelaskasihan itu. Dan kita menyebut karya pembebasan Yesus karena belas-kasihan ini sebagai sebuah solidaritas ilahi. Solidaritas ilahi dalam diri Sang Pembebas sebagaimana digambarkan baik Yesaya maupun Lukas bukan saja menjadi berita penghiburan dan pengharapan bagi bangsa yang terbuang, tetapi sekaligus menyentuh kesadaran mereka akan yang manakah Allah yang sejati. Israel telah terpikat kepada allah bangsa lain yang tidak pernah mau dan mampu menolong mereka, tetapi melalui nubuat nabi Yesaya, kebutaan hati mereka kini melihat dengan jelas dan 27
menyadari akan Allah yang sejati itu di dalam solidaritas-Nya dengan mereka yang perlu ditolong. Dengan pemahaman itu, maka sebagai keluarga Allah (familia Dei), kita mesti secara sadar mengatakan bahwa penggerak utama hidup kita bukanlah persaingan, melainkan tolong menolong, sebagaimana Allah yang membentuk kita adalah Allah Yang Menolong (dalam pengertian solidaritas). Pengenalan kita akan Allah sebagai Allah Penolong memberikan pengutusan bagi kita untuk menjadi keluarga yang melukiskan keindahan hidup dalam sikap menolong satu sama lain. Selanjutnya, disadari pula bahwa sebagaimana pada Allah, rasa belas kasihan (solider) menjadi landasan yang memungkinkan keluarga Allahdapat saling tolongmenolong. Belas kasihan bukan saja menjadi landasan tolongmenolong, tetapi dengan belas kasihan keluarga Allah dapat melepaskan diri dari cengkeraman persaingan. Keluarga dipanggil untuk menyadari bahwa mereka hidup berdasarkan pertolongan Allah sendiri dan bukan karena pertolongan manusia. Kebergantungan pada pertolongan (solidaritas) Allah mengantar keluarga-keluarga Allah untuk menjadi komunitas utusan yang senantiasa membangun hidup bersama sebagai keluarga yangbertolong-tolongan berlandaskan belas kasihan Allah. Di tengah dunia yang digerakkan oleh semangat persaingan, keluarga Allah dipanggil untuk hadir satu bagi yang lain. Belas kasih Allah: Bukan sebuah pragmatisme Selanjutnya kita mesti bertanya: seperti apakah belas kasihan Allah itu? Yesaya berbicara kepada Israel, “Ingatlah semuanya ini…” Ayat 21 ini hendaknya kita kaitkan dengan ayat 20 sebelumnya tentang Israel yang sibuk dengan berhala yang sia-sia, mereka “disesatkan oleh hatinya yang tertipu”. Para berhala itu disebutkan, “ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya”. Berpalingnya Israel kepada allah lain menunjukkan bahwa bagi mereka Allah tidak ada, sehingga mereka harus berpaling kepada allah yang lain. Bagi mereka Allah tidak pernah turut lapar bersama mereka, tidak pernah merasakan kedinginan, tidak pernah merasakan artinya terpisah dari sanak keluarga atau tidak pernah tahu arti menjadi terasing di dunia. 28
Yesaya membuka mata hati Israel untuk melihat bahwa belas kasih Allah itu sungguh-sungguh nyata, “Engkau tidak pernah Kulupakan”. Tidak melihat, tidak berarti Ia tidak ada. Pertolongan-Nya tidak seperti yang Israel inginkan, tidak berarti Ia tidak menolong. Belas kasih Allah di satu pihak harus dipahami sebagai kehadiran Allah yang tak nampak dan tak terasa langsung. Yesaya dengan jelas menggambarkan bahwa bukan Israel yang memilih, tetapi Allah-lah yang memilih untuk menjadi Penolong Israel. Pertolongan Allah bukan hanya terjadi dalam wujud pembebasan secara langsung, karena sesungguhnya Ia selalu hadir tanpa dapat dirasakan oleh Israel. Begitu sibuknya mereka dengan berhala Asyur hingga tidak menyadari bahwa Allah selalu ada bersama mereka dan menyaksikan dengan jelas setiap perbuatan jahat mereka terhadap-Nya. Ketika mereka tidak melihat, sesungguhnya Allahtelah menghapus segala dosa pemberontakan mereka, dan mereka tidak mengetahuinya. Ia melenyapkan dosa itu seperti awan tertiup, dan mereka tidak menyadarinya sama sekali. Ia meniadakan tanda-tanda peramal bohong dan para tukang tenung, serta membalikkan pengetahuan menjadi kebodohan, tanpa seorang pun dari antara Israel mengetahuinya. Bahkan ketika Allah bertindak melalui Koresh dan selanjutnya berencana untuk membangun kembali Yerusalem, Israel tidak pernah menyadarinya. Allah tidak pernah berhenti bekerja, tanpa selalu dapat dilihat oleh Israel. Allah tetap ada ketika Israel berpikir mereka dapat menentukan hidup mereka sendiri. Allah dekat dengan mereka dan sedang bekerja melalui bangsa lain. Dan melalui bangsa lain itulah Allah menolong mereka menemukan arah baru dalam hidup mereka. Wujud belas kasihan Allah adalah kehadiran-Nya di setiap saat dan di sepanjang waktu, bahkan pada saat umat tidak menyadarinya. Allah selalu mengambil bagian dalam hidup umat-Nya. Solidaritas ilahi-Nya tidak selalu berwujud dan kelihatan di mata Israel, tetapi Ia ada, Ia imanuel. Di dalam Yesus, belas kasih Allah menjadi jelas bagi manusia. Melayani setiap orang yang datang kepada-Nya, yang miskin dan 29
lapar, membebaskan para tawanan penderitaan fisik maupun rohani, yang sakit, yang tertindas, para janda, dan segala bentuk penderitaan. Injil berulang kali mengungkapkan isi hati Yesus, “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan” (Yunani: splangchnizomai). Splangchna adalah pusat tubuh atau tempat vital dlam tubuh kita dimana terletak perasaan yang paling intim dan mendalam; pusat dimana cinta mesra dan benci yang penuh dengki bertumbuh. Belas kasih Yesus berbeda dari sekedar perasaan simpati dan sedih yang hanya di permukaan dan cepat berlalu. Belas kasih Yesus berkaitan dengan rachamim, yang menunjuk pada kandungan Yahweh. Yesaya menyebutkan “TUHAN membentuk engkau sejak dari kandungan” (ay 24). Di sanalah segala kelembutan dan kemurahan ilahi tersembunyi. Di sana Allah adalah bapa dan ibu, saudara dan saudari, anak lakilaki dan perempuan. Di sana semua perasaan, emosi, dan kemesraan menyatu dalam cinta ilahi. Inilah rahasia belas kasihan Allah yang tidak berwujud dan nampak bagi mata Israel, sekaligus yang nampak jelas di dalam pelayanan Yesus. Belas kasih Allah yang demikian hendaknya memberi pengertian kepada kita untuk tidak selalu mengukur kasih Allah melalui apa yang nampak dan sesuai dengan keinginan hati kita. Mengenal Allah yang berbelas kasih, selain melalui pelayanan Yesus yang kelihatan, tetapi juga melalui kehadiran-Nya setiap saat yang tidak kelihatan. Pengertian ini mengarahkan sikap tolong-menolong dalam keluarga Allah pertama-tama melalui dorongan hati untuk selalu hadir bagi yang lain, tanpa memaksakan diri harus berbuat sesuatu. Kehadiran itu sendiri adalah sebuah pertolongan. Ketika ada anggota keluarga yang sakit atau berduka hati, mungkin kita tidak dapat berbuat apa-apa bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa, tetapi kehadiran kita di sampingnya adalah bukti tolong-menolong. Pada prinsipnya belas kasihan pasti membuat hati tergetar dan menggerakkan diri untuk melakukan sesuatu bagi kebaikan orang lain sebagai bagian utuh keluarga Allah. Sebagaimana kehadiran Allah di dalam Yesus membawa tanda pembebasan, maka kehadiran setiap anggota dalam keluarga Allah mestinya membuat sesama anggota merasa dibebaskan dan bukannya menciptakan beragam belenggu. Kehadiran Yesus yang memilih dalam kebebasan penuh 30
untuk sepenuhnya mengalami penderitaan manusia, hendaknya membuat kita sadar akan sifat dan perasaan-perasaan kita yang sebenarnya. Di dalam Yesus kita melihat dan mengalami pribadi kita yang sebenarnya. Belas kasih-Nya mengubah keadaan manusia kita yang hancur dari putus asa menjadi berpengharapan. Dengan mengambil bagian dalam penderitaan manusia, Yesus membagikan perasaan-Nya kepada kita, agar kita pun dapat turut merasakan pentingnya hadir bagi orang lain, pentingnya saling tolong-menolong sebagai keluarga Allah. Penutup Janganlah kita menjadi pragmatis dengan mengukur belas kasih Allah terbatas pada perubahan yang kelihatan secara langsung. Belas kasih Allah di dalam Yesus memang membebaskan. Ia membebaskan bukan untuk membuktikan, atau untuk mempengaruhi, atau untuk meyakinkan. Kehadiran-Nya yang membebaskan adalah perwujudan yang mengalir dari kenyataan bahwa Ia adalah Allah kita. Dan rahasia belas kasih Allah bukanlah terletak pada tindakan mengambil alih penderitaan-penderitaan kita, melainkan pada keinginan-Nya untuk menanggungnya bersamasama dengan kita. Dari solidaritas ilahi inilah lahir sebuah kehidupan baru. Kita tahu apa jadinya kalau pertolongan Allah dilakukan tanpa hati. Kita hanya melihat sejumlah aksi sosial yang menarik simpati tetapi hati mereka tetap tinggal di dalam gelap dan pahit. Ini sama sekali tidak membebaskan. Kita tahu bahwa sikap tolong-menolong yang tidak mengalir dari hati yang berbelas kasih adalah sikap tolong-menolong yang salah dan tidak membawa setiap orang kepada pembebasan. Hendaklah prinsip tolong-menolong dalam setiap keluarga Allah menjadi saksi tentang suburnya belas kasih Allah dalam dunia. Belas kasih Allah di dalam Yesus menantang keluargakeluarga di bulan cinta kasih Keluarga Allah ini untuk melepaskan diri dari cengkeraman persaingan yang menghilangkan identitas kemanusiaan kita sebagai makhluk yang membutuhkan kehadiran satu dengan yang lain. Puncak bulan keluarga sekaligus perayaan Reformasi dan ulang tahun GMIT tahun ini, Allah memanggil 31
keluarga kita untuk menjadi keluarga yang saling tolong-menolong, sebab kita sendiri telah menerima pertolongan dari Allah. Pribadi kita tidaklah utuh tanpa kehadiran yang lain. Kita tidak mungkin menciptakan rasa belas kasih. Satu-satunya sumber belas kasih kita adalah Allah sendiri di dalam Yesus Kristus. Kita dapat memastikan di hati kita ada belas kasih, ketika kita sungguh-sungguh merasa telah dibebaskan Allah dari keserakahan, keinginan berkuasa, dan memanipulasi penderitaan sesama. Kita juga dapat memastikan adanya belas kasih itu di dalam keluarga kita manakala segala bentuk persyaratan, persaingan, membanding-bandingkan diri dengan orang lain, hingga permusuhan, perlahan-lahan ditinggalkan, hingga menghasilkan buah. Selama kita hidup di dunia ini, biarlah hidup kita sebagai keluarga Allah ditandai oleh belas kasih satu kepada yang lain. Tetapi itu bukanlah tujuan akhir. Ada sebuah masa depan sorgawi yang menjadi tujuan keluarga kita. Masa depan itu sudah dimulai dan dinyatakan setiap kali ada saudara kita diberi tumpangan, yang telanjang diberi pakaian, yang sakit dan tertawan dikunjungi, penindasan dikalahkan, dalam semangat belas kasih. Biarlah langit baru dan bumi baru terlihat makin lama makin jelas. Soli Deo Gloria! (bjfn)
32
Bahan liturgi
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahan yang tersaji ini masih perlu diolah dan disesuaikan dengan kondisi/kebutuhan jemaat. Sebagai petugas dalam Liturgi Bulan Keluarga ini diatur sebagai berikut: a. Minggu I (pembukaan): semua anggota keluarga b. Minggu II: Anak c. Minggu III: Pemuda d. Minggu IV: Ibu e. Minggu V: Bapak f. Penutupan Bulan Keluarga: semua anggota keluarga Semua unsur liturgi yang dibaca atau dinyanyikan harus dipersiapkan dengan latihan yang baik sehingga dapat dilaksanakan dengan baik pula. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: teks liturgi diberikan kepada yang bertugas untuk berlatih sendiri, lalu latihan bersama-sama secara parsial (per bagian) dan juga latihan menyeluruh. Latihan kalau dapat sebanyak dua sampai tiga kali. Kami mendorong jemaat untuk dapat menggunakan alat-alat musik tradisional dalam ibadah sepanjang Bulan Keluarga, terutama pada Kebaktian 31 Oktober 2016. Dalam kaitan dengan penataan ruang ibadah, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Minggu I (pembukaan) dibutuhkan semua anggota keluarga untuk duduk berdekatan, termasuk (para) pelayan. b. Warna liturgis hijau. Berkaitan dengan unsur-unsur liturgi, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Bagi lagu-lagu yang dirasa sulit untuk dinyanyikan, maka dapat diganti dengan lagu-lagu lainnya yang sejajar maksudnya. b. Untuk Mazmur yang dinyanyikan bila dirasa sulit, maka dapat diganti dengan cara membaca secara berbalasan Mazmur yang bersangkutan. Bila ada hal yang butuh penjelasan dapat menghubungi Pdt. Johny E. Riwu Tadu di Rumah Bersama (Kantor Sinode GMIT) atau telpon di HP 085 253 233 121.
PENJELASAN LITURGI 33
34
dan bila aku berdiri, tegar sampai hari ini bukan karena kuat dan hebatku semua karena cinta, semua karena cinta tak mampu diriku berdiri tegak t’rima kasih cinta
Liturgi Pembukaan Bulan Keluarga Minggu, 02 Oktober 2016
Tak pernah ‘ku ragu akan cintamu Inilah diriku dengan melodi untukmu
“Allah menyatukan anggota keluarga” Keterangan: Diharapkan semua anggota keluarga ikut di dalam ibadah ini dan duduk dalam posisi berdekatan. Ada baiknya pelayan kebaktian pun saat diperlukan sesuai liturgi duduk bersama keluarganya. Karena itu, diharapkan penataan ruang kebaktian memungkinkan untuk masing-masing keluarga duduk bersama.
dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini bukan karena kuat dan hebatku semua karena cinta, semua karena cinta tak mampu diriku dapat berdiri tegak t’rima kasih cinta, t’rima kasih cinta. Narator
Persiapan
saat teduh/doa pribadi pembacaan pokok-pokok pewartaan
jemaat berdiri dan menyanyikan KJ 318:1-2
Panggilan Beribadah Narator
BERBAHAGIA TIAP RUMAH TANGGA Berbahagia tiap rumah tangga, di mana Kaulah Tamu yang tetap; dan merasakan tiap sukacita tanpa Tuhannya tiadalah lengkap; di mana hati girang menyambut-Mu dan memandang-Mu dengan berseri; tiap anggota menanti sabda-Mu dan taat akan Firman yang Kaub’ri. Berbahagia rumah yang sepakat hidup sehati dalam kasih-Mu, serta tekun mencari hingga dapat damai kekal di dalam sinar-Mu; di mana suka-duka ‘kan dibagi; ikatan kasih semakin teguh; di luar Tuhan tidak ada lagi yang dapat memberi berkat penuh.
: Berawal dari cinta, Allah berkarya, laki-laki dan perempuan tercipta semua baik adanya. Berawal dari cinta, laki-laki dan perempuan berjumpa sampai pada tekad bersama: abadi hidup bersama. Berawal dari cinta anak-anak hadir dalam suka lengkapi kekuatan cinta betapa indah kehidupan rumah tangga cinta kekuatan yang tiada tara. Robert Browning, seorang penyair, berkata singkirkan cinta dan bumi pun akan menjadi kubur nestapa.
Solis menyanyikan lagu “KARENA CINTA” Hari ini adalah lembaran baru bagiku ‘Ku di sini karena kau yang memilihku Tak pernah ‘ku ragu akan cintamu Inilah diriku dengan melodi untukmu
35
: Hidup terus berjalan, masihkah cinta dirasakan? Atau telah tergantikan dengan kesibukan? Marilah kita memohon agar Sang Cinta menjadi Tamu setia dalam rumah tangga kita!
pelayan ibadah memasuki ruang ibadah
Votum P
: Pertolongan kita datangnya dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi!
36
J
: (menyanyikan 2x)
___
Halelu, Haleluya!
___
___
___
___
3 .
5 5 .|2 . 5 5 .| 4 3 2 1
2 . 3 | 3 . . .|
A
- min, a
-
___ 3 . 5 A
- min, a
- -
-
___ ___ ___ 5 .|2 . 5 5 .| 4 3 2 1
- min, a
- min,
a -
- -
-
Ibu: Bukan makanan saja kau perlu; Paling perlu firman Allah Yang merupakan jaminan hidupmu. Halelu, Haleluya!
min.
___ 2 . 1 | 1 . . . || -
-
Anak: Jika berkumpul dalam nama-Ku dua atau tiga orang. Di situ Aku berada di tengah, Halelu, Haleluya!
min.
Salam P
: Tuhan beserta kita!
J
: KINI DAN SELAMANYA!
Pengakuan Dosa
jemaat duduk
Kata Pembuka P
: Masa-masa awal pernikahan adalah masa yang menyenangkan, masa bulan madu. Sayang dan cinta yang manis penuh gelora mengisi hari demi hari. Kebahagiaan makin terasa ketika anak-anak buah cinta hadir. Namun, apakah masa-masa indah akan terus berjalan dengan manis? Tak jarang keluarga kita tertatih-tatih melangkah, mengayuh bahtera di tengah gelombang nan dahsyat. Tak jarang bahtera terasa bergetar, seakan turut hancur diterpa gelombang: akibat kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, perceraian, perdagangan orang, sakit-penyakit dan kematian orang yang sangat dikasihi. Apapun keadaan rumah tangga kita, marilah kita datang kepada Tuhan. Ia bersedia hadir menjadi Tamu yang dapat menenangkan gejolak kehidupan rumah tangga kita. Marilah kita memohon agar rumah tangga yang jalani hanya berpusatkan pada Kristus. Dengan demikian, segala akan ditambahkan-Nya. Seperti sabda-Nya yang mengatakan: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu“ (Matius 6:33). jemaat menyanyikan PKJ 103:1-4 – CARILAH DULU KERAJAAN ALLAH Semua: Carilah dulu Kerajaan Allah beserta kebenaran-Nya. Maka semua ditambah padamu, Halelu, Haleluya! Ayah: Mintalah, Tuhan pasti memberi, carilah kau pasti dapat. Pintu dibuka-Nya bila kau ketuk.
37
jemaat diajak merenungkan dosa-dosanya dalam keluarganya. Setiap keluarga membentuk kelompok kecil dan berdoa (jika mungkin setiap anggota keluarga berdoa) dengan suara perlahan atau dalam hati menyatakan penyesalannya. Pelayan Firman mengakhiri rangkaian doa pengakuan dosa ini. jemaat menyanyikan KJ 467:1-3 – TUHANKU, BILA HATI KAWANKU Ayah: Tuhanku, bila hati kawanku terluka oleh tingkah ujarku, dan kehendakku jadi panduku, ampunilah. Ibu: Jikalau tuturku tak semena dan aku tolak orang berkesah, pikiran dan tuturku bercela, ampunilah. Anak-anak: Dan hari ini aku bersembah serta pada-Mu, Bapa, berserah, Berikan daku kasih-Mu mesra. Amin, amin.
jemaat berdiri
Berita Anugerah P : Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (Matius 6:14-15) J : KAMI SIAP SALING MENGAMPUNI!
setiap anggota keluarga menyampaikan permohonan pengampunan atas kesalahannya dalam keluarga dalam kalimat pendek. jemaat menyanyikan KJ 451:1-2 – BILA YESUS DI TENGAH KELUARGA Bila Yesus berada di tengah keluarga, Bahagialah kita, bahagialah kita!
38
Ibu
: Marilah kita bersyukur atas pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Rasa syukur ini akan kita wujudkan dalam bentuk persembahan. Seraya memberikan persembahan, marilah kita mengingat firman Tuhan yang akan kita baca bersama-sama dari Kolose 3:17,
Ibu + J
: DAN SEGALA SESUATU YANG KAMU LAKUKAN DENGAN PERKATAAN ATAU PERBUATAN, LAKUKANLAH SEMUANYA ITU DALAM NAMA TUHAN YESUS, SAMBIL MENGUCAP SYUKUR OLEH DIA KEPADA ALLAH, BAPA KITA.
Ibu
: Marilah berdoa: ….
Bila Yesus berkuasa di tengah keluarga, pasti kita bahagia, pasti kita bahagia.
jemaat duduk
PS/VG Pemberitaan Firman Tuhan
Ayah berdoa dan membaca Alkitab dari 1 Korintus 12:12-31, diakhiri dengan berkata: Demikianlah Sabda Tuhan!
P
: Yang berbahagia adalah mereka yang mendengar Firman Allah dan yang memeliharanya. Haleluya!
J
: (menyanyikan) Haleluya, haleluya, haleluya!
Khotbah: “Allah menyatukan anggota keluarga”
Saat hening merenungkan firman Tuhan
(Pembawa kantong persembahan adalah anak-anak)
Jemaat menyanyikan NKB 133:1-3 – Syukur PadaMu, Ya Allah Syukur pada-Mu, ya Allah, atas s’gala rahmat-Mu; syukur atas kecukupan dari kasih-Mu penuh. Syukur atas pekerjaan, walau tubuh pun lemban; syukur atas kasih sayang dari sanak dan teman.
PS/VG
Syukur atas bunga mawar, harum, indah tak terp‘ri. Syukur atas awan hitam dan mentari berseri. Syukur atas suka-duka yang Kaub‘ri tiap saat; dan Firman-Mulah pelita agar kami tak sesat.
Jemaat berdiri
Pengakuan Iman P
: Marilah kita bersama dengan gereja Tuhan yang senantiasa disertai-Nya, mengakui iman percaya kita dengan menyanyikan dengan penuh sukacita lagu “Kupercaya Allah Bapa”.
Syukur atas keluarga penuh kasih yang mesra; syukur atas perhimpunan yang memb‘ri sejahtera. Syukur atas kekuatan kala duka dan kesah; syukur atas pengharapan kini dan selamanya!
jemaat menyanyikan NR 77:1-3 (dinyanyikan dengan nada KJ 3) Kupercaya Allah Bapa, Maha Kuasa dan Benar, Khalik langit maupun bumi, seg’nap dunia yang besar Oleh rahmat-Nya ’ku ada; pengharapanku teguh; kar’na Bapa menentukan perjalanan hidupku.
Doa Syafaat
Anak
: O Tuhan, kami bersyukur atas orangtua yang Engkau berikan kepada kami. Kami mohon agar Engkau membimbing mereka dalam menuntun kami menuju hari depan kami. Lindungilah mereka dari bahaya dan segala yang jahat, serta berikanlah kepada mereka kesehatan dan rejeki yang cukup, serta kebijaksanaan sesuai dengan kehendak-Mu. Bantulah kami untuk hidup sesuai dengan perintah- perintah-Mu, taat kepada orangtua dan mengasihi mereka dan saudara-saudari kami. Kami mohon, kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
Ibu
: Tuhan Yesus, kami bersyukur atas keluarga yang Engkau berikan kepada kami. Kami mohon agar dapat melayani suami dan anak- anak kami dengan kasih yang berasal dari-Mu. Berikanlah kami kerendahan hati dan bantulah kami untuk menjadi pembawa damai bagi keluarga kami, sehingga selalu ada sukacita dan damai sejahtera di dalamnya. Kami mohon, kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
Kupercaya Yesus Kristus, Dia Anak Tunggal-Nya. Tuhan dan Kepala kami, Allah dan manusia. Yang menderita sengsara, mati dan dikuburkan; bangkit lalu naik ke sorga memerintah s’lamanya. Kupercaya dan kumohon, Roh Kudus kesungguhan yang memberi pada G’reja hidup dan persatuan. Usir hikmat duniawi, roh pendusta dan benci. Biar G’reja bersekutu dengan iman yang jernih.
jemaat duduk
Persembahan
39
(Disampaikan secara bergantian: mewakili anak, ibu dan ayah. Pelayan mengakhiri rangkaian doa syafaat)
40
Ayah
Pelayan
: Tuhan Yesus, kami bersyukur atas keluarga yang Engkau berikan kepada kami. Kami mohon agar kami dapat mencintai keluarga kami dengan sepenuh hati. Dalam kesibukan kami sehari-hari, bantulah kami agar dapat memberikan waktu kami kepada mereka. Berikanlah kepada kami kasih yang berasal daripada-Mu, yaitu kasih sebagaimana Engkau mengasihi Gereja-Mu. Kami mohon, kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
Pergilah dengan cinta, agar semangat memperjuangkan cinta terus membara. Pergilah dalam keindahan, agar sinar yang anggun terlihat di tengah dunia. Semuanya terjadi dalam anugerah, kasih dan berkat Allah Tritunggal. J
: (menyanyikan) Amin, Amin, Amin.
jemaat duduk, bersaat teduh, bersalaman dan menyanyikan PKJ 289
: (membawakan doa syafaat lainnya)
Tekad Keluarga P : Tidak ada keluarga yang tanpa persoalan. Karena itu, para anggota keluarga, bergandengan tanganlah. Nyatakan hari ini katakanlah sebuah tekad untuk mengutuhkan kembali cinta kasih di tengah keluarga Anda.
anggota keluarga diberi kesempatan menyatakan tekadnya dan berdoa agar mereka setia pada tekadnya itu. jemaat berdiri dan menyanyikan PKJ 289:1, 3 – KELUARGA HIDUP INDAH Keluarga hidup indah bila Tuhan di dalamnya. Dengan kasih yang sempurna Tuhan pimpin langkahnya. Refr: T’rimakasih pada-Mu, Tuhan, Kau bimbing kami selamanya. Segala hormat, puji dan syukur kami panjatkan kepada-Mu. Keluarga hidup indah, bila Tuhan pemimpin-Nya. Dalam suka, dalam duka kita dalam tangan-Nya.
Pengutusan dan Berkat P
: Arahkanlah hatimu kepada Tuhan.
J
: KAMI MENGARAHKAN HATI KAMI KEPADA TUHAN.
P
: Jadilah saksi Kristus.
J
: SYUKUR KEPADA ALLAH.
P
: Terpujilah Tuhan.
J
: KINI DAN SELAMANYA.
P
: Pergilah dalam damai, sambil mengingat pelukan cahaya dan kehangatan persekutuan ini.
41
42
kukasihi Engkau, Yesus, Tuhanku. Perempuan: 2. Di saat ini ‘ku datang, Tuhan, ‘ku datang bersujud pada-Mu. Di saat ini Engkau kusembah, Engkau kusembah, ya Tuhan.
Liturgi Bulan Keluarga Minggu, 09 Oktober 2016
“Kasih sebagai dasar keluarga Allah”
Bersama: Kukasihi Engkau, kukasihi Engkau, kukasihi Engkau, Yesus, Tuhanku. Laki-laki: 3. Di saat ini dengarlah, Tuhan, dengarlah seruan doaku. Di saat ini kumohon, Tuhan, kumohon berkat kasih-Mu.
Persiapan
saat teduh/doa pribadi pembacaan pokok-pokok pewartaan
Berhimpun [Ibadah bisa diawali dengan pementasan drama singkat [5-10 menit dengan tema sekitar keluarga yang saling mengasihi – atau bisa juga diputarkan film/video terkait dengan keluarga]
Bersama: Kukasihi Engkau, kukasihi Engkau, kukasihi Engkau, Yesus, Tuhanku.
Kasih Itu Aksi Anak 1 : Sang Rasul berkata: meskipun aku bisa mengucapkan tuturan kata yang manis, semanis perkataan malaikat, bila aku tidak menuturkan dengan cinta, semua yang kuucapkan itu sama saja kosong dan hanya bualan. Juga, bila aku mampu membuat hal-hal yang bisa mengguncang dunia, tetapi bila tidak ada cinta di sana, semua yang kuciptakan itu tidak ada gunanya. Ketika hidupku bisa berdampak bagi dunia, dampak itu tidak berguna bila tidak untuk mengembangkan cinta.
Votum dan Salam P : Pertolongan kita ada di dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi J : (menyanyikan) AMIN, AMIN, AMIN. P : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian. J : DAN MENYERTAI SAUDARA JUGA.
Anak 2
Kata Pembuka P : Minggu ini kita memasuki minggu kedua Bulan Keluarga. Selama bulan ini kita merayakan kehidupan bersama sebagai keluarga. Untuk minggu ini, kita diajak menggumulkan bersama firman Tuhan dengan Tema: Kasih sebagai dasar Keluarga Allah. Jangan hanya bertutur kata, tetapi bertindaklah. Keluarga yang hidup adalah keluarga yang saling mencinta dengan nyata, sebagaimana peringatan firman-Nya: “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi”. (1 Yohanes 4:11) Marilah dengan gembira kita memasuki minggu kedua Bulan Keluarga 2016.
: Cinta itu terbukti sabar; cinta sangat menekankan kemurahan hati; cinta jauh dari kecemburuan; dalam cinta tidak ada kesombongan. Cinta melakukan tindakan yang terpuji dan sopan. Cinta mengedepankan hidup yang baik bersama sebab tidak ada yang mencari untung bagi diri sendiri. Cinta tidak mendendam. Cinta itu percaya! Dalam cinta ada harapan dan kesabaran. Cinta itu kekal. Cinta itu aksi, cinta bukan hanya kata-kata [paraphrase 1 Kor.13:1-8]. jemaat berdiri dan menyanyikan PKJ 219:1-3, sementara itu pelayan ibadah memasuki ruang ibadah. DI SAAT INI KUANGKAT TEMBANG do = d 3 ketuk
Prokantor: 1. Di saat ini kuangkat tembang, kuangkat tembang bagi Yesus. Di saat ini kuucap syukur, kuucap syukur pada-Nya.
jemaat duduk
jemaat menyanyikan KASIH PASTI LEMAH LEMBUT 1=F 4/4 8 Beat
Bersama: Kukasihi Engkau, kukasihi Engkau,
43
= 75-78
Kasih pasti lemah lembut, kasih pasti memaafkan, kasih pasti murah hati, kasih-Mu, kasih-Mu, Tuhan,
44
Refrein: Ajarilah kami ini saling mengasihi, ajarilah kami ini saling mengampuni, ajarilah kami ini kasih-Mu, ya Tuhan, kasih-Mu kudus tiada batasnya. Pengakuan Dosa [P mengajak jemaat menaikkan doa pengakuan dosa] jemaat menyanyikan KJ 27:1-3 MESKI TAK LAYAK DIRIKU do = as 6 ketuk 1. Meski tak layak diriku, tetapi kar’na darah-Mu dan kar’na Kau memanggilku, ku datang, Yesus, pada-Mu. 2. Sebagaimana adanya jiwaku sungguh bercela, darah-Mulah pembasuhnya; ‘ku datang, Tuhan, pada-Mu. 3. Terombang-ambing, berkeluh, gentar di kancah kemelut, ya Anakdomba Allahku, ‘ku datang kini pada-Mu. Berita Anugerah P : Inilah berita anugerah yang terdapat dalam Kolose 3:12, ”Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran.” Demikianlah Berita Anugerah dari Tuhan. J : SYUKUR KEPADA ALLAH. jemaat menyanyikan KJ 360:1-2 BIAR KANAK-KANAK DATANG KEPADAKU do = d 4 ketuk 1. "Biar kanak-kanak datang kepada-Ku" itu sabda Yesus; Dia memanggilku. Kini aku datang siap menghadap-Nya, kini aku datang; Yesus memanggilku. 2. "Biar kanak-kanak datang kepada-Ku" itu sabda Yesus; Dia memanggilku. Dalam kesukaran susah tak terhibur, pada-Nya 'ku datang; Yesus memanggilku.
Anak J Anak J Anak J Anak J Anak J Anak J Anak J Anak J Anak J Anak J
1=C/D 4/4 Slow Rock/8 Beat
= 70-80
Kemurahan-Mu lebih dari hidup Kemurahan-Mu lebih dari hidup Maka lidahku memuji Engkau Kemurahan-Mu lebih dari hidup
jemaat duduk
PS/VG Pelayanan Firman Anak : (menaikkan doa epiklese dan membaca Alkitab dari 1 Korintus 12:12-31, diakhiri dengan berkata:) “Demikianlah sabda Tuhan.” J P
: SYUKUR KEPADA ALLAH. : Berbahagia orang yang mendengar firman Allah, menaruh dalam hatinya, dan melakukannya, Haleluya! : (menyanyikan) HALELUYA, HALELUYA, HALELUYA!
J
45
Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, SAMBIL MELIHAT KEKUATAN-MU DAN KEMULIAAN-MU. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; BIBIRKU AKAN MEMEGAHKAN ENGKAU. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku DAN MENAIKKAN TANGANKU DEMI NAMA-MU. Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, DAN DENGAN BIBIR YANG BERSORAK-SORAI MULUTKU MEMUJI-MUJI. Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, MERENUNGKAN ENGKAU SEPANJANG KAWAL MALAM, -sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, DAN DALAM NAUNGAN SAYAP-MU AKU BERSORAK-SORAI. Jiwaku melekat kepada-Mu, TANGAN KANAN-MU MENOPANG AKU. Tetapi orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, AKAN MASUK KE BAGIAN-BAGIAN BUMI YANG PALING BAWAH. Mereka akan diserahkan kepada kuasa pedang, MEREKA AKAN MENJADI MAKANAN ANJING HUTAN. Tetapi raja akan bersukacita di dalam Allah; SETIAP ORANG, YANG BERSUMPAH DEMI DIA, AKAN BERMEGAH, KARENA MULUT ORANG-ORANG YANG MENGATAKAN DUSTA AKAN DISUMBAT.
jemaat menyanyikan KEMURAHAN-MU
jemaat berdiri
Pujian Berdiri (Mazmur 63) Anak : Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, J : JIWAKU HAUS KEPADA-MU, Anak : tubuhku rindu kepada-Mu, J : SEPERTI TANAH YANG KERING DAN TANDUS, TIADA BERAIR.
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Khotbah: “Kasih sebagai dasar keluarga Allah”
Saat hening merenungkan firman Tuhan
PS/VG
46
agar kerajaan-Nya makin nyatalah. Damai dan sejahtera diberikan Tuhan.
jemaat berdiri
Tekad dan Pengakuan Iman Pnt : Keluarga merupakan kesatuan yang diciptakan Tuhan. Karena itu dengan berdiri, kita mengucapkan tekad kita: Anak : Kami akan mengasihi orangtua, mengasihi kakak dan adik, mengasihi semua orang dengan tindakan dan kata-kata yang baik. Kami akan menjadikan rumah sebagai tempat tinggal bersama yang menggembirakan. Orangtua : Kami akan menjadi orangtua yang mengasihi anak-anak dengan aksi nyata dan kata-kata yang penuh kasih. Kami akan mendampingi anak-anak untuk bertumbuh dalam kasih Kristus. Kami akan menjadikan rumah kami sebagai rumah cinta. J : BERSAMA DENGAN SELURUH WARGA GEREJA DAN SIMPATISAN KAMI BERTEKAD MENJADI GEREJA YANG ASAH, ASIH DAN ASUH SERTA MENJADI KELUARGA BESAR ORANG BERIMAN YANG PEDULI SATU SAMA LAIN. Pnt : Marilah kita memperteguh tekad kita dengan mengucapkan pengakuan iman bersama, seturut Pengakuan Iman Rasuli. Semua : (mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli) jemaat menyanyikan KJ 38 T’LAH KUTEMUKAN DASAR KUAT T’lah kutemukan dasar kuat, tempat berpaut jangkarku. Kekal, ya Bapa, Kau membuat Putra-Mu dasar yang teguh: Biarpun dunia lenyap, pegangan hidupku tetap!
Doa Syafaat Pengutusan jemaat berdiri dan menyanyikan KJ 408:1-3 DI JALANKU ‘KU DIIRING 1. Di jalanku ‘ku diiring oleh Yesus Tuhanku. Apakah yang kurang lagi, jika Dia Panduku? Diberi damai sorgawi, asal imanku teguh. Suka-duka dipakai-Nya untuk kebaikanku; suka-duka dipakai-Nya untuk kebaikanku. 2. Di jalanku yang berliku dihibur-Nya hatiku; bila tiba pencobaan, dikuatkan imanku. Jika aku kehausan dan langkahku tak tetap, dari cadas di depanku datang air yang sedap; dari cadas di depanku datang air yang sedap. 3. Di jalanku nyata sangat kasih Tuhan yang mesra. Dijanjikan perhentian di rumah-Nya yang baka. Jika jiwaku membubung meninggalkan dunia, kunyanyikan tak hentinya kasih dan pimpinan-Nya; kunyanyikan tak hentinya kasih dan pimpinan-Nya.
jemaat duduk
Persembahan Anak : Bapa, mama, kakak, adik, mari kita berikan persembahan dengan memerhatikan firman-Nya: “Ambillah bagi Tuhan persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada Tuhan” [Keluaran 35:5]. Sebelumnya, marilah kita berdoa: “Ya Tuhan, berkatilah persembahan yang akan kami berikan ini, karena semuanya berasal dari tangan-Mu, dan kami berikan untuk pekerjaan pelayanan-Mu di dunia ini, Amin!” jemaat menyanyikan PKJ 146:1-3
Berkat P J P J P J P
BAWA PERSEMBAHANMU 1. Bawa persembahanmu dalam rumah Tuhan dengan rela hatimu, janganlah jemu. Bawa persembahanmu, bawa dengan suka.
J
: : : : : : :
Arahkanlah hatimu kepada Tuhan, KAMI MENGARAHKAN HATI KEPADA TUHAN. Jadilah Saksi Kristus, SYUKUR KEPADA ALLAH. Terpujilah Tuhan, KINI DAN SELAMANYA. Terimalah berkat Tuhan: ”Kiranya Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah limpah dalam pengharapan.“ : (menyanyikan NKB 225)
Refrein: Bawa persembahanmu, tanda sukacitamu. Bawa persembahanmu, ucaplah syukur. 2. Rahmat Tuhan padamu tidak tertandingi oleh apa saja pun dalam dunia. Kasih dan karunia sudah kau terima. 3. Persembahkan dirimu untuk Tuhan pakai
47
48
Bersama orang yang kudus kucari wajah Penebus; Dengan gembira dan teguh kunanti saat yang teduh. Votum
jemaat duduk, bersaat teduh, bersalaman dan menyanyikan KJ 408
Liturgi Bulan Keluarga Minggu, 16 Oktober 2016
P
: Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan Pencipta langit dan bumi, yang senantiasa setia mengasihi jemaat-Nya.
J
: AMIN.
Salam P J P J
: Tuhan beserta kita! : KINI DAN SELAMANYA! : Damai Kristus besertamu : SALAM, SALAM.
jemaat duduk
Kata Pembuka P
:
“Keluarga yang berdoa”
Persiapan
jemaat menyanyikan KJ 453:1,2 KJ 453:1,2 “YESUS KAWAN YANG SEJATI” do=es 3 ketuk
saat teduh/doa pribadi pembacaan pokok-pokok pewartaan
Yesus Kawan yang sejati bagi kita yang lemah. Tiap hal boleh dibawa dalam doa pada-Nya. O, betapa kita susah dan percuma berlelah, Bila kurang pasrah diri dalam doa pada-Nya.
Panggilan Beribadah Pemuda
Dalam ibadah hari ini kita akan bersama-sama mempergumulkan tema “Keluarga yang berdoa”. Doa dibutuhkan oleh anak-anak dan orangtua dalam keluarga, termasuk ketika berhadapan dengan berbagai pergumulan keluarga. Bila keluarga berdoa bersama, Allah akan hadir dan merajai keluarga itu. Apapun pergumulan keluargamu, bawalah di dalam doa kepada Yesus, Kawan yang sejati.
: Hari-hari hidup kita sebagai sebuah keluarga diwarnai dengan suka dan duka, gumul juang, dan kemenangan. Saatnya sekarang kita datang kepada Tuhan dalam doa, memohon pemulihan, peneguhan, dan berkat dari Tuhan. Marilah kita menghadap hadirat Tuhan dengan segala kerendahan dan keterbukaan hati. Mari kita berdiri dan menyanyikan KJ 454:1,2 KJ 454:1,2 “INDAHNYA SAAT YANG TEDUH” do=d 3 ketuk Indahnya saat yang teduh menghadap takhta Bapaku: kunaikkan doa pada-Nya, sehingga hatiku lega. Di waktu bimbang dan gentar, jiwaku aman dan segar; ‘ku bebas dari seteru di dalam saat yang teduh. Indahnya saat yang teduh dengan bahagia penuh. Betapa rindu hatiku kepada saat doaku.
49
Jika oleh pencobaan kacau-balau hidupmu, jangan kau berputus asa; pada Tuhan berseru! Yesus Kawan yang setia, tidak ada taranya. Ia tahu kelemahanmu; naikkan doa pada-Nya! Pengakuan Dosa Pemuda
: Seiring dengan berjalannya waktu, kadang kasih yang kita miliki terkikis oleh persoalan hidup yang menghimpit dan menekan kita. Akibatnya, relasi dalam keluarga kita menjadi hambar. Rasa sakit hati bahkan kepahitan kadang berkecambuk dalam diri. Saat ini kita diberi kesempatan untuk menyampaikan semua itu kepada Tuhan. Dialah Sang Pengampun dan Pemulih.
50
J
: (bersaat hening, mengakui dalam hati segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan yang menjadikan kasih dalam keluarga terkikis, bahkan ada sakit hati atau mungkin bahkan kepahitan – diiringi musik KJ 29)
Pemuda
: Di dalam pengampunan-Mu, Tuhan, kuserahkan segala dosa dan salahku …
jemaat menyanyikan KJ 26:1 KJ 26:1 “MAMPIRLAH, DENGAR DOAKU” Mampirlah, dengar doaku, Yesus Penebus Orang lain Kauhampiri, jangan jalan t’rus Refr: Yesus, Tuhan, dengar doaku; Orang lain Kauhampiri, jangan jala t’rus.
Berita Anugerah P : Kepada setiap orang yang dengan tulus hati mengaku dosa di hadapan Tuhan, maka Tuhan akan berkenan mengampuni segala dosa dan kesalahannya. Firman Tuhan menyatakan, “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yesaya 1:18). Demikianlah berita anugerah dari Tuhan. J : SYUKUR KEPADA ALLAH. P : Sebagaimana Tuhan telah memperdamaikan kita dengan diri-Nya, maka marilah kita berdamai satu dengan yang lain.
jemaat berdiri dan saling berjabat tangan dan mengucapkan “Salam Damai” jemaat menyanyikan KJ 26:2, do=G 3 ketuk Di hadapan takhta rahmat aku menyembah, tunduk dalam penyesalan. Tuhan tolonglah! Refr: Yesus, Tuhan, dengar doaku; Orang lain Kauhampiri, jangan jalan t’rus.
jemaat tetap berdiri
Pujian Berdiri (Maz 86:1-15)
51
52
jemaat berdiri
Pengakuan Iman P : Bersama jemaat Tuhan di sepanjang abad dan tempat, marilah kita bersamasama bangkit berdiri dan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli … P+J
: Aku percaya kepada Allah Bapa …..
jemaat menyanyikan KJ 37b:3, do=bes 3 ketuk Tiada lain kupegang, hanya salib dan iman; dalam kehampaanku kudambakan rahmat-Mu. Tanpa Dikau, Tuhanku, takkan hidup jiwaku.
Jemaat duduk
Pelayanan Persembahan Pemuda : Marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas segala rahmat-Nya dalam hidup kita melalui persembahan yang telah kita siapkan dari rumah. Bersama Daud kita mengatakan, J : SEBAB KEKAYAAN DAN KEMULIAAN BERASAL DARI PADA-MU, YA TUHAN Pemuda : dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; J : DALAM TANGAN-MULAH KEKUATAN DAN KEJAYAAN; Pemuda : dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. J+Pemuda : Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu. Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini. Sebab dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu. (1 Tawarikh 29:12-14) Marilah kita berdoa: …… jemaat duduk PS/VG
KJ 393: 1 - 3 “TUHAN, BETAPA BANYAKNYA” do:G 6 ketuk
Pemberitaan Firman Pemuda
: (menaikkan doa epiklese dan membaca Alkitab dari Lukas 18:1-18, diakhiri dengan berkata:) “Demikianlah sabda Tuhan.”
J P
: SYUKUR KEPADA ALLAH. : Berbahagia orang yang mendengar firman Allah, menaruh dalam hatinya, dan melakukannya, Haleluya! : (menyanyikan) HALELUYA, HALELUYA, HALELUYA!
J
Khotbah: “Keluarga yang berdoa”
Saat hening merenungkan firman Tuhan
jemaat menyanyikan KJ 393: 1 - 3
1. Tuhan, betapa banyaknya berkat yang Kauberi, teristimewa rahmat-Mu dan hidup abadi. Refr:
T’rima kasih, ya Tuhanku atas keselamatanku! Padaku telah Kauberi hidup bahagia abadi.
2. Sanak saudara dan teman Kau b’ri kepadaku; berkat terindah ialah: ‘ku jadi anak-Mu. 3. Setiap hari rahmat-Mu tiada putusnya: hendak kupuji nama-Mu tetap selamanya.
PS/VG
53
54
Doa Syafaat
Refr :
(Diawali oleh P, kemudian ditutup dengan bersama-sama menyanyikan Doa Bapa Kami)
Ya Tuhan, angkat diriku lebih dekat kepada-Mu; Di tempat tinggi dan teguh, Tuhan mantapkan langkahku!
‘Ku tidak mau menetap di dalam bimbang dan gelap; rinduankui, tujuanku: tempat yang tinggi dan teguh. Berkat P
: Tuhan memberkati saudara dan melindungi saudara; Tuhan menyinari saudara dengan wajah-Nya dan memberi saudara kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada saudara dan memberi saudara damai sejahtera, Amin.
J
: (menyanyikan NKB 225)
jemaat duduk, bersaat teduh, bersalaman dan menyanyikan KJ 400
Pengutusan P J P J P J
: : : : : :
Arahkanlah hatimu kepada Tuhan. KAMI MENGARAHKAN HATI KEPADA TUHAN. Jadilah saksi Kristus. SYUKUR KEPADA ALLAH. Terpujilah Tuhan. KINI DAN SELAMANYA.
jemaat menyanyikan KJ 400:1-2 ‘KU DAKI JALAN MULIA” do=G 3 ketuk Kudaki jalan mulia; tetap doaku inilah: “Ke tempat tinggi dan teguh, Tuhan, mantapkan langkahku!”
55
56
Liturgi Bulan Keluarga
P
Minggu, 23 Oktober 2016
“Keluarga Allah adalah keluarga yang hidup rukun”
saat teduh/doa pribadi pembacaan pokok-pokok pewartaan
Berhimpun Ibu : Saat ini kita memasuki Minggu keempat di Bulan Keluarga tahun 2016. Kita terus diajak untuk memberi perhatian pada kehidupan keluarga kita masingmasing, merenungkan dan merefleksikannya bagi kehidupan keluarga Kristen yang lebih baik dan yang rukun. Kita bersyukur untuk keluarga yang Tuhan berikan kepada kita!
jemaat menyanyikan KJ 318:1 KJ 318:1 BERBAHAGIA TIAP RUMAH TANGGA Berbahagia tiap rumah tangga, di mana Kaulah Tamu yang tetap: dan merasakan tiap sukacita tanpa Tuhannya tiadalah lengkap; di mana hati girang menyambut-Mu dan memandang-Mu dengan berseri; tiap anggota menanti sabdaMu dan taat akan Firman yang Kaub’ri.
Persiapan
: Menciptakan kerukunan dan keharmonisan dalam sebuah keluarga tentunya menjadi dambaan bagi setiap keluarga. Hanya saja, untuk mencapainya, bukanlah perkara yang mudah, ada banyak hal yang dapat menghalangi terciptanya hal tersebut. Minggu ini kita akan belajar kehendak Tuhan tentang bagaimana menjadi keluarga Allah yang hidup rukun sesuai harapan dari firman-Nya: Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus (Roma 15:5).
Pengakuan Dosa [P mengajak jemaat menaikkan doa pengakuan dosa terhadap hal-hal yang membuat rumah tangga tidak hidup rukun] jemaat menyanyikan KJ 382:1 KJ 382:1 YA YESUS TERKASIH Ya Yesus terkasih, Engkau Tuhanku, Kubuang dosaku demi nama-Mu. Kau Jurus’lamatku, Pengasih benar. Kasihku pada-Mu semakin besar.
jemaat berdiri dan menyanyikan KJ 17:1-2, sementara itu pelayan ibadah memasuki ruang ibadah. TUHAN ALLAH HADIR do = as 2 & 3 ketuk Tuhan Allah hadir, pada saat ini Hai sembah sujud di sini. Diam dengan hormat tubuh serta jiwa, tunduklah menghadap Dia. Marilah, umat-Nya, hatimu serahkan dalam kerendahan. Tuhan Allah hadir, yang dimuliakan dalam sorga siang - malam "Suci, suci, suci" untuk selamanya dinyanyikan malak sorga. Ya Allah t'rimalah, pujian Jemaat beserta malaikat
Votum dan Salam P : Pertolongan kita ada di dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi J : (menyanyikan) AMIN, AMIN, AMIN. P : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian. J : DAN MENYERTAI SAUDARA JUGA. jemaat duduk Kata Pembuka
57
Berita Anugerah P : Di dalam Yesus dosamu diampuni. J : DI DALAM YESUS DOSAMU DIAMPUNI. P : Firman-Nya mengingatkan kepada kita, “… carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33). Demikianlah berita anugerah dari Tuhan. J : SYUKUR KEPADA ALLAH. jemaat menyanyikan KJ 382:2 Engkau lebih dulu mengasihiku; Kauhapus dosaku dengan darah-Mu. Menanggung sengsara kau tidak gentar; kasihku pada-Mu semakin besar. Pujian Mazmur (Mazmur 133)
jemaat berdiri
58
2. Yesus Kristus, Tuhan, yang membawa kes’lamatan, Yesus Kristus, Tuhan, yang membawa kes’lamatan, lahir dalam dunia ini, mati tapi bangkit lagi, Kaulah Jurus’lamat kami! 3. Ya Roh Kudus, Tuhan, tolong kami lawan dosa. Ya Roh Kudus, Tuhan, tolong kami lawan dosa; Sucikanlah hati kami, b’rilah hidup yang sejati; tinggallah bersama kami! 4. Allah kami Yang Esa, Bapa, Putra dan Roh Kudus; Allah kami Yang Esa, Bapa, Putra dan Roh Kudus, Kami datang menyembah-Mu, memasyurkan kuasa-Mu. Puji syukur kepada-Mu! jemaat duduk Persembahan Ibu : Marilah kita mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan sambil mengingat, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” [Roma 11:36].
jemaat duduk
PS/VG Pelayanan Firman Ibu : (menaikkan doa epiklese dan membaca Alkitab dari Mazmur 133, diakhiri dengan berkata:) “Demikianlah sabda Tuhan.” J P
SYUKUR PADA-MU YA ALLAH Syukur pada-Mu, ya Allah, atas s’gala rahmat-Mu; Syukur atas kecukupan dari kasih-Mu penuh. Syukur atas pekerjaan, walau tubuhpun lemban; Syukur atas kasih sayang dari sanak dan teman.
: SYUKUR KEPADA ALLAH. : Berbahagia orang yang mendengar firman Allah, menaruh dalam hatinya, dan melakukannya, Haleluya! : (menyanyikan) HALELUYA, HALELUYA, HALELUYA!
J
Marilah kita berdoa: ….. jemaat menyanyikan NKB 133 NKB 133:1-3
Syukur atas bunga mawar, harum, indah tak terp’ri. Syukur atas awan hitam dan mentari berseri. Syukur atas suka-duka yang ‘Kau b’ri tiap saat; dan Fiman-Mulah pelita agar kami tak sesat.
Khotbah: “Keluarga Allah adalah keluarga yang hidup rukun” Saat hening merenungkan firman Tuhan
PS/VG
Syukur atas keluarga penuh kasih yang mesra; Syukur atas perhimpunan yang memb’ri sejahtera. Syukur atas kekuatan kala duka dan kesah; Syukur atas pengharapan kini dan selama-Nya!
Pengakuan Iman P : Marilah dengan berdiri kita menyatakan keyakinan iman kita kepada Allah Trinitas melalui pujian KJ 13. ALLAH BAPA, TUHAN do = g 3 ketuk solo
1.
Doa Syafaat
semua
Allah Bapa Tuhan, dimuliakanlah nama-Mu! solo
semua
Allah Bapa Tuhan, dimuliakanlah nama-Mu! semua
Langit bumi ciptaan-Mu, kami pun anak-anak-Mu. Datanglah dengan kasih-Mu!
59
Pengutusan jemaat berdiri dan menyanyikan KJ 318:2. Berbahagia rumah yang sepakat hidup sehati dalam kasih-Mu, serta tekun mencari hinga dapat damai kekal di dalam sinar-Mu; di mana suka-duka ‘kan dibagi; ikatan kasih semakin teguh; di luar Tuhan tidak ada lagi yang dapat memberi berkat penuh.
60
Berkat P J P J P J P
: : : : : : :
J
: (menyanyikan NKB 225)
Liturgi Bulan Keluarga
Arahkanlah hatimu kepada Tuhan, KAMI MENGARAHKAN HATI KEPADA TUHAN. Jadilah Saksi Kristus, SYUKUR KEPADA ALLAH. Terpujilah Tuhan, KINI DAN SELAMANYA. Terimalah berkat Tuhan: ”Kiranya Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah limpah dalam pengharapan.“
Minggu, 30 Oktober 2016
“Keluarga Allah adalah keluarga yang saling mengampuni” Persiapan
saat teduh/doa pribadi pembacaan pokok-pokok pewartaan
Panggilan Beribadah Ayah
: Marilah dengan sukacita kita bangkit berdiri untuk merayakan pemeliharaan Allah dalam hidup ini, khususnya dalam hidup berkeluarga yang telah diselamatkan oleh pengorbanan Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus, melalui pujian PKJ 13: 1-3 Kita Masuk Rumah-Nya.
jemaat berdiri dan menyanyikan PKJ 13: 1-3 KITA MASUK RUMAH-NYA do=es 4 ketuk
jemaat duduk, bersaat teduh, bersalaman dan menyanyikan KJ 318
1. Kita masuk rumah-Nya, berkumpul menyembah kepada-Nya. Kita masuk rumah-Nya, berkumpul menyembah kepada-Nya. Kita masuk rumah-Nya, berkumpul kepada Kristus, menyembah Kristus, Tuhan. 2. Lupakanlah dirimu, arahkan hatimu kepada-Nya. Lupakanlah dirimu, arahkan hatimu kepada-Nya. Lupakanlah dirimu, arahkan hatimu Kristus, menyembah Kristus, Tuhan. 3. Muliakan nama-Nya dan angkat tanganmu kepada-Nya Muliakan nama-Nya dan angkat tanganmu kepada-Nya Muliakan nama-Nya dan angkat tanganmu Kristus, menyembah Kristus, Tuhan. Votum P J
61
: Ibadah ini berlangsung dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus : (menyanyikan) AMIN, AMIN, AMIN.
62
Salam P
: Pemeliharaan kasih Tuhan beserta Saudara,
J
: DAN BESERTA SAUDARA JUGA.
jemaat duduk
Ayah
:
P Ibu
: :
P Kakek /Nenek
: :
P Anak
: :
P J
: :
2. Kau memb’ri, Kau mengampuni, Kaulimpahkan rahmat-Mu. Sumber air hidup ria, lautan kasih dan restu. Yang mau hidup dalam kasih Kaujadikan milik-Mu, agar kami menyayangi, meneladan kasih-Mu.
P
3. Mari kita pun memuji dengan suara menggegap, menyanyikan kuasa kasih yang teguh serta tetap. Kita maju dan bernyanyi, jaya walau diserang, ikut mengagungkan kasih dalam lagu pemenang.
: Terima kasih atas pengampunan-Mu. Bimbinglah keluarga-keluarga yang ada di dalam jemaat kami supaya dengan pertolongan-Mu, kami dapat hidup sebagai keluarga yang rendah hati dan belajar untuk berlomba menjadi hamba, saling mengampuni dan sebagaimana teladan Kristus.
P+J
: Amin.
Kata Pembuka P
: Tidak sedikit rumah tangga yang hancur bukan karena besarnya tantangan yang mereka hadapi ataupun beratnya beban hidup ini. Namun penyebab yang terbesar dari kehancuran rumah tangga adalah tidak adanya kasih di antara suami dan istri serta antara anggota keluarga satu dengan yang lain. Karena itu, minggu ini kita belajar bagaimana hidup saling menerima melalui saling mengampuni satu dengan yang lain, karena kata firman-Nya dalam 1 Petrus 4:8 “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” jemaat menyanyikan KJ 3: 1, 2, 4 KAMI PUJI DENGAN RIANG do=G 4 ketuk 1. Kami puji dengan riang Dikau, Allah yang besar; bagai bunga t’rima siang, hati kami pun mekar. Kabut dosa dan derita, kebimbangan, t’lah lenyap. Sumber suka yang abadi, b’ri sinar-Mu menyerap.
Pengakuan Dosa Bersama P
karena kami hanya bisa saling menyalahkan. Kami tidak sungguh-sungguh berjuang untuk mempraktekkan cinta kasih yang saling mengampuni. Dengan arogansi kami masing-masing dan kecenderungan untuk menganggap diri kami paling penting, kami sering merusak relasi dan hubungan antaranggota keluarga. Sebagai ayah di dalam keluarga, kami kerap menempatkan diri sebagai orang yang terpenting dan yang lain harus mengikuti kehendak kami. Kasihanilah kami dan ampunilah dosa kami. Sebagai ibu di dalam keluarga, kami juga kerap menganggap diri kami paling berjasa dan menentukan hidup keluarga. Kasihanilah kami dan ampunilah dosa kami. Sebagai kakek/nenek di dalam keluarga, kami juga kerap menempatkan diri sebagai orang yang harus diutamakan dan dihormati. Kasihanilah kami dan ampunilah dosa kami. Sebagai anak di dalam keluarga, kami kerap mencari-cari perhatian dan menuntut keinginan kami selalu dipenuhi Kasihanilah kami dan ampunilah dosa kami. KAMI LEBIH SUKA BERLOMBA UNTUK MENJADI YANG TERBESAR DAN TERPENTING DALAM KELUARGA KAMI PADAHAL TUHAN MENGAJARKAN KAMI UNTUK HIDUP SALING MELAYANI, SALING MENGAMPUNI, RENDAH HATI DAN BERLOMBA MENJADI HAMBA. AMPUNILAH KELUARGA KAMI, YA TUHAN.
: Marilah kita sekarang mengakui dosa dan kesalahan kita sebagai keluargakeluarga di hadapan Tuhan, dalam doa pengakuan dosa yang kita nyatakan secara litani: Tuhan, Sumber damai sejahtera, bersama-sama dengan keluarga-keluarga yang ada di dalam jemaat, kami mengaku dosa kami. Kami sebagai keluarga sering mengalami kesulitan untuk mengalami damai sejahtera
63
jemaat menyanyikan PKJ 37: 1 - 2 BILA KURENUNG DOSAKU do=G 4 ketuk 1. Bila kurenung dosaku pada-Mu, Tuhan, yang berulang kulakukan di hadapan-Mu. Refr: Kasih sayang-Mu perlindunganku. Di bawah naungan sayap-Mu damai hatiku. Kasih sayang-Mu pengharapanku. Usapan kasih setia-Mu s’lalu kurindu.
64
2. Rasa angkuh dan sombongku masih menggoda, iri hati dan benciku kadang menjelma. jemaat berdiri
Berita Anugerah P : Marilah kita yang sudah dengan tulus dan rendah hati mengakui dosa-dosa kita, menerima pengampunan dosa, seperti yang tertulis dalam surat 1 Yohanes 4:10-12 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah berita anugerah dari Tuhan. J : SYUKUR KEPADA ALLAH.
jemaat saling berjabat tangan dan mengucapkan “Salam Damai”
jemaat menyanyikan PKJ 203:1-3 ADA DAMAI SEJAHTERA ALLAH
Ayah J Ayah J Ayah J Ayah J Ayah J Ayah J Ayah J Ayah J
jemaat menyanyikan KJ 299 (diulang 2 x, atau secara kanon) BERSYUKUR KEPADA TUHAN
do=F 4 ketuk 1. Ada damai sejaht’ra Allah, ada damai sejaht’ra Allah, ada damai sejaht’ra Allah di hatiku. Ada damai sejaht’ra Allah, ada damai sejaht’ra Allah ada damai sejaht’ra Allah di hatiku. 2. Kasih Allah berlimpah-limpah, kasih Allah berlimpah-limpah kasih Allah berlimpah-limpah, di hatiku. Kasih Allah berlimpah-limpah, Kasih Allah berlimpah-limpah, Kasih Allah berlimpah-limpah, di hatiku. 3. Rahmat Allah bagaikan sungai, Rahmat Allah bagaikan sungai, Rahmat Allah bagaikan sungai, di hatiku. Rahmat Allah bagaikan sungai, Rahmat Allah bagaikan sungai, Rahmat Allah bagaikan sungai, di hatiku.
jemaat tetap berdiri
Pujian Mazmur (Maz 136:1-9) Ayah : Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! J : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA.
65
: Bersyukurlah kepada Allah segala allah! : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA. : Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA. : Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA. : Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA. : Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas air! : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA. : Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA. : Matahari untuk menguasai siang; : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA. : Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! : BAHWASANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA KASIH SETIA-NYA.
Bersyukur kepada Tuhan, bersyukur kepada Tuhan sebab Ia baik. Bersyukur kepada Tuhan.
jemaat duduk
Pemberitaan Firman Ayah J P J
: (menaikkan doa epiklese dan membaca Alkitab dari Keluaran 45:1-28, diakhiri dengan berkata:) “Demikianlah sabda Tuhan.” : SYUKUR KEPADA ALLAH. : Berbahagia orang yang mendengar firman Allah, menaruh dalam hatinya, dan melakukannya, Haleluya! : (menyanyikan) HALELUYA, HALELUYA, HALELUYA!
Khotbah: “Keluarga Allah adalah keluarga yang saling mengampuni”
Saat hening merenungkan firman Tuhan
PS/VG Pengakuan Iman Ayah : Bersama jemaat Tuhan di sepanjang abad dan tempat, marilah kita bersamasama bangkit berdiri dan mengungkapkan pengakuan iman kita melalui pujian KJ 280:1-3: AKU PERCAYA do=F 2 ketuk Aku percaya Allah yang kekal, yang oleh Sabda kita kenal: Bapa Pencipta alam semesta, yang mengasihi manusia.
66
Aku percaya Putra Tunggal-Nya yang disalibkan di Golgota, yang dari kubur bangkit dan menang, naik ke sorga dalam terang Aku percaya pada Roh Kudus yang mendiami kita terus. Aku percaya G’reja yang esa; ‘ku jadi suci di dalamnya
J
: Namun kami menyadari betapa sulitnya untuk mampu memaafkan dengan tulus; maka bantulah kami dengan rahmatMu yang kami mohon dalam doa-doa kami ini:
P
: Ya Bapa, semoga dengan bantuan rahmat-Mu pasangan suami-istri, orangtua dan anak, sesama saudara mampu hidup dalam semangat perdamaian satu sama lain dengan kesediaan untuk saling memaafkan dan mengampuni sebagaimana yang diteladankan oleh Yesus Kristus, Tuhan kami.
J
: Kami mohon... Lunakkanlah hati kami yang sering keras dan tertutup sehingga menghalangi kami untuk berdamai dengan sesama, khususnya dengan saudarasaudari kami yang terdekat. Berilah kami hati yang sabar dan damai agar hidup dan relasi kami dengan sesama senantiasa diwarnai oleh kasih, sehingga terhindarlah konflik dan perselisihan di antara kami.
P
: Kami berdoa bagi keluarga-keluarga yang tengah mengalami konflik dalam relasi mereka: karena kesalahpahaman, perbedaan suku, budaya atau agama. Turunkanlah rahmat perdamaian di antara mereka agar perbedaan-perbedaan yang ada itu tidak sampai membawa pemisahan, tetapi sebaliknya justru semakin memperkaya relasi mereka karena mereka bisa belajar dan menerima hal-hal yang baik dan positif dari pasangannya,
J
: Allah Bapa dalam sorga, Engkaulah Allah Maha Pengampun yang tidak pernah memperhitungkan dosa dan kesalahan kami umat-Mu. Kabulkanlah doa-doa kami ini dan berilah kami rahmat-Mu agar kami pun mampu meneladan sikapMu itu dengan hidup dalam suasana saling mengampuni.
P
: (melanjutkan dengan pokok doa lainnya)
jemaat duduk
Pelayanan Persembahan Ayah
: Marilah sekarang kita mengungkapkan rasa syukur kita kepada Tuhan yang telah mencurahkan damai sejahtera bagi keluarga kita dengan bersama-sama memberikan persembahan syukur kita kepada-Nya. Karena itu, sebelum kita memberikan persembahan kita kepada Tuhan, dengarlah Firman-Nya yang mendasari per-sembahan kita tersebut, yang diambil dari: Mzm. 96:8 “Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya!” Marilah berdoa: ….
jemaat menyanyikan PKJ 147: 1 – 3 DI SINI AKU BAWA do=E 4 ketuk 1. Di sini aku bawa, Tuhan, persembahan hidupku, semoga berkenan. Berapalah nilainya, Tuhan, dibandingkan berkat-Mu yang t’lah Kaulimpahkan. T’rimalah, Tuhan, o t’rimalah, Tuhan! 2. Tanganku yang kecil, ya Tuhan, belum mencari makan sendiri, ya Tuhan. Terimalah hatiku, Tuhan, menjadi persembahan yang Tuhan perkenan. T’rimalah, Tuhan, o t’rimalah, Tuhan! 3. Kuingat firman-Mu, ya Tuhan, yang mengajarkan kami mengingat yang kecil. Berkati semuanya , Tuhan, supaya persembahan tetap mengalir t’rus. T’rimalah, Tuhan, o t’rimalah, Tuhan!
Doa Syafaat P
: Marilah kita berdoa secara berbalasan: Allah Bapa dalam sorga, Engkau selalu menghendaki agar kami hidup dalam keadaan damai satu sama lain dengan mengedepankan sikap saling memaafkan dan mengampuni seperti yang Engkau ajarkan kepada kami.
67
Pengutusan dan Berkat
jemaat berdiri dan menyanyikan lagu “MENGASIHI LEBIH SUNGGUH” Mengasihi, mengasihi lebih sungguh; mengasihi, mengasihi lebih sungguh. Tuhan lebih dulu mengasihi kepadamu, mengasihi, mengasihi lebih sungguh. Mengampuni, mengampuni lebih sungguh; mengampuni, mengampuni lebih sungguh. Tuhan lebih dulu mengampuni kepadamu, mengampuni, mengampuni lebih sungguh.
Pengutusan P : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan. J : KAMI MENGARAHKAN HATI KEPADA TUHAN. P : Jadilah saksi Kristus. J : SYUKUR KEPADA ALLAH. P : Terpujilah Tuhan. J : KINI DAN SELAMANYA.
68
Berkat P
J
Liturgi Penutupan Bulan Keluarga,
: Allah sumber kehidupan dan pengharapan memenuhi Saudara dengan damai sejahtera. Di dalam iman Saudara oleh kekuatan Roh Kudus, Saudara dan keluarga akan mampu melanjutkan perjalanan hidup ini bersama Allah dan sesama di dalam damai dan kasih yang mengampuni, Amin. : (menyanyikan NKB 225)
HUT Reformasi ke-499 & HUT GMIT ke-69 Minggu, 31 Oktober 2016
“Keluarga Allah yang saling tolongmenolong” Persiapan saat teduh/doa pribadi pembacaan pokok-pokok pewartaan
jemaat duduk, bersaat teduh, bersalaman dan menyanyikan lagu MENGASIHI LEBIH SUNGGUH
Panggilan Beribadah Anak : Saat ini kita memasuki Minggu Penutupan Bulan Keluarga tahun 2016, yang juga merupakan peringatan HUT Reformasi ke-499 dan HUT GMIT ke-69. Kita terus diajak untuk memberi perhatian pada kehidupan keluarga kita masing-masing sebagai bagian dari gereja, merenungkan dan merefleksikannya bagi kehidupan keluarga Kristen yang lebih baik. Kita bersyukur untuk keluarga yang Tuhan berikan kepada kita di tengah persekutuan gereja-Nya! jemaat berdiri dan menyanyikan KJ 289 --- Para Pelayan Ibadah memasuki ruang ibadah) KJ 289:1 TUHAN, PENCIPTA SEMESTA Jemaat: Tuhan Pencipta Semesta, Kaulah Yang Maha Mulia; Sungguh besar karunia yang Kauberi. Presbiter: Puji Syukur terimalah atas berkat anugerah Di rumah yang sejahtera yang Kauberi. Jemaat: Kau merelakan Put’ra-Mu supaya dunia ditebus; dengan-Nya kurnia penuh tlah Kauberi. Votum dan Salam P : Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. J : (menyanyikan: Amin, Amin, Amin) P : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan kasih sayang dari Tuhan Yesus menyertai Saudara sekalian, J : DAN MENYERTAI SAUDARA JUGA. jemaat duduk Kata Pembuka P : Tema kita di akhir Bulan Keluarga dan perayaan HUT Reformasi dan HUT GMIT ini adalah keluarga Allah yang saling tolong-menolong. Menolong artinya membantu orang yang mengalami kesulitan. Tolong-menolong artinya
69
70
saling membantu atau bekerja sama dengan orang yang ditolong. Sebagi keluarga Allah kita diingatkan firman Tuhan dalam Efesus 4:2 “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.” jemaat menyanyikan KJ 256
J
KJ 1:1 HALELUYA! PUJILAH Haleluya! Pujilah, Allah yang Agung Maha Esa! Dalam Kristus kita kenal Allah yang hidup Bapa kekal!
KJ 256:1,3 KITA SATU DI DALAM TUHAN
Langit buana semesta patut memuji kuasa-Nya, Karna berkat-Nya tak henti, limpah kasih-Nya tak terperi.
1. Kita satu di dalam Tuhan, satu G’reja yang esa. Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya. Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya. 3. Tuhan s’lalu memelihara s’luruh alam semesta, kita pun disuruh-Nya juga, menyatakan kasih-Nya. Kita pun disuruh-Nya juga, menyatakan kasih-Nya. Pengakuan Dosa Ibu : Kristus menghendaki agar dalam segala keadaan, kita tetap menampakkan hidup kita sebagai murid-murid-Nya. Firman-Nya dalam Yohanes 13:34-35 mengatakan: “Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” J : KETIKA KAMI MERENUNGKAN HIDUP KAMI DALAM TERANG FIRMANMU, TUHAN, KAMI SADAR AKAN DOSA DAN KESALAHAN KAMI. Lk : Kadangkala kami kasar kepada anggota keluarga kami dan orang-orang di sekitar kami, Pr : Kadangkala kami mudah mengomel dan memarahi mereka, bahkan dendam kepada mereka, J : SEMUA ITU \ SERINGKALI MEMBAWA KETIDAKDAMAIAN DALAM KELUARGA KAMI \ DAN HIDUP KAMI BERSAMA DENGAN YANG LAIN, \ SEHINGGA KAMI JUSTRU MENJADI ALAT KESAKSIAN YANG BURUK BAGI SESAMA KAMI. \ AMPUNILAH KAMI, YA TUHAN. Jemaat
Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus Engkau!” : (menyanyikan KJ 1:1, tanpa intro)
Haleluya! Pujilah, Allah yang Agung Mahaesa! Dalam Kristus kita kenal Allah yang hidup Bapa kekal! P
: Salam damai sejahtera bagi Saudara!
J
: Salam damai sejahtera bagi Saudara juga! (Jemaat kemudian saling berjabat tangan dengan orang-orang di sebelah kanan kiri, depan, belakangnya sambil menyanyikan Kidung Pujian 200: “Salam Damai”. )
jemaat tetap berdiri Pujian Mazmur
: (Menyanyikan KJ 387:1) KJ 387:1 ‘KU HERAN, ALLAH MAU MEMB’RI ‘Ku heran, Allah mau memb’ri rahmat-Nya padaku dan Kristus sudi menebus yang hina bagaiku! Refr: Namun ‘ku tahu yang kupercaya dan aku yakin ‘kan kuasa-Nya, Ia menjaga yang kutaruhkan hingga hariNya kelak!
jemaat berdiri
Berita Anugerah P : Sebagai pelayan Yesus Kristus, saya menyampaikan berita anugerah kepada kita semua, bahwa Allah telah berkenan mengampuni segala dosa dan kesalahan kita karena Firman-Nya dalam Yesaya 44:22 berbunyi: “Aku telah menghapus segala dosa pelanggaranmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup.
71
Lagu ini dikarang dalam rangka LAI menyongsong Abad 21 menyelenggarakan Lomba Lagu Mazmur bernuansa etnik Sabu dan mendapat Juara I
72
jemaat duduk
PS/VG Pemberitaan Firman Ayah
: (menaikkan doa epiklese dan membaca Alkitab dari Yesaya 44:21-28 & Lukas 4:16-20, diakhiri dengan berkata:) “Demikianlah sabda Tuhan.”
J
: SYUKUR KEPADA ALLAH.
P
: Berbahagia orang yang mendengar firman Allah, menaruh dalam hatinya, dan melakukannya, Haleluya! : (menyanyikan) HALELUYA, HALELUYA, HALELUYA!
J
Khotbah: “Keluarga Allah yang saling tolong-menolong”
Saat hening merenungkan firman Tuhan
PS/VG Pengakuan Iman Remaja
: Bersama dengan gereja Tuhan di segala tempat dan di sepanjang masa, marilah kita berdiri dan bersama-sama mengikrarkan pengakuan percaya kita dengan mengucapkan Pengakuan Iman GMIT, demikian:
Kami mengaku bahwa gereja adalah rumah Allah. Yesus Kristus adalah Tiang Induk dalam rumah itu. Kami mengaku bahwa dunia merupakan ladang kerja Allah. Gereja diutus oleh Allah untuk memperjuangkan keadilan dan menghadirkan syalom Allah dalam dunia. Kami mengaku bahwa baptisan dan perjamuan memeteraikan kami sebagai milik Allah. Kami mau mengiring Yesus, melayani sesama, dan bertekun dalam doa: “Datanglah, ya Kristus!” Amin. jemaat menyanyikan Hymne GMIT jemaat duduk Persembahan Pemuda : Mensyukuri Penutupan Bulan Keluarga, HUT Reformasi ke-499 dan HUT GMIT ke-69, maka marilah kita menghaturkan persembahan syukur kepada Tuhan! Firman-Nya dalam 1 Korintus 15:57 menyatakan: “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Marilah kita berdoa: … J
: (menghaturkan persembahan sambil menyanyikan KJ 439:1-) KJ 439:1BILA TOPAN K’RAS MELANDA HIDUPMU
Kami percaya kepada Allah Bapa. Ia mengasuh dan memelihara kami seperti seorang ibu. Ia adalah Allah di atas kami. Ia menciptakan segala sesuatu supaya bersekutu dan saling melengkapi.
Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu, Berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya.
Kami percaya kepada Yesus Kristus. Ia adalah Allah di antara kami. Ia benar-benar Allah dan benar-benar manusia, yang lahir seperti kami dari seorang perempuan. Ia memberitakan kabar baik kepada orang miskin, mengampuni orang berdosa, Namun tidak semua orang menerima Dia. Ia ditangkap, dihakimi dan disiksa. Ia menderita dan disalibkan demi kami. Ia mati dan dikuburkan seperti kami. Allah menerima karya-Nya. Ia dibangkitkan dari antara orang mati untuk kami. Ia naik ke sorga sebagai Pembela kami, dan akan datang kembali dalam kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Kami percaya kepada Roh Kudus. Ia adalah Allah di dalam kami. Kami mengaku oleh Roh Kudus, bahwa melalui Alkitab, Allah berfirman kepada kami, Firman itu diungkapkan melalui kata-kata manusia.
73
Refr: Berkat Tuhan mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasih-Nya. Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya. Adakah beban membuat kau penat, salib yang kaupikul menekan berat? Hitunglah berkat-Nya, pasti kau lega dan bernyanyi t’rus penuh bahagia. Bila kau memandang harta orang lain, ingat janji Kristus yang lebih permai; hitunglah berkat yang tidak terbeli milikmu di sorga tiada terperi. Doa Syafaat Pengutusan P : Saudara-saudari kekasih Kristus, ibadah ini merupakan tanda ungkapan syukur kita sebagai keluarga kepada Allah Bapa, di dalam Yesus Kristus, karena tuntunan-Nya kepada Gereja dan Jemaat-Nya sepanjang sejarah kehidupannya
74
sebagai Tubuh Kristus sampai hari ini, bahkan sampai kekal, meskipun harus menghadapi badai gelombang dunia ini. J
: (menyanyikan NKB 111) NKB 111:1-3 GEREJA BAGAI BAHTERA Gereja bagai bahtera di laut yang seram mengarahkan haluannya ke pantai seberang. Mengamuklah samudera dan badai menderu; gelombang zaman menghempas, yang sulit ditempuh. Penumpang pun bertanyalah selagi berjerih: Betapa jauh, di manakah labuhan abadi?
Refr: Tuhan, tolonglah! Tuhan, tolonglah! Tanpa Dikau semua binasa kelak. Ya Tuhan, tolonglah. Gereja bagai bahtera di laut yang seram, mengarahkan haluannya ke pantai seberang. Hai kau yang takut dan resah, kau tak sendirian; teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan! Bersama-sama majulah, bertahan, berteguh; tujuan akhir adalah labuhan Tuhanmu!
Refr: Tuhan, tolonglah! Tuhan, tolonglah! Tanpa Dikau semua binasa kelak. Ya Tuhan, tolonglah. Gereja bagai bahtera pun suka berhenti, tak menempuh samudera, tak ingin berjerih dan hanya masa jayanya selalu dikenang, tak ingat akan dunia yang hampir tenggelam! Gereja yang tak bertekun di dalam tugasnya, tentunya oleh Tuhan pun tak diberi berkah! Gereja bagai bahtera diatur awaknya, setiap orang bekerja menurut tugasnya. Semua satu padulah, setia bertekun, demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh. Roh Allah yang menyatukan, membina, membentuk di dalam kasih dan iman dan harap yang teguh. Berkat P
J
: Kini, undurlah dari tempat ibadah ini, pulanglah dalam damai sejahtera Tuhan dan jadilah saksi Tuhan di manapun Saudara berada. : KAMI MAU MENJADI SAKSI TUHAN! : Sekarang terimalah berkat-Nya: “Tuhan memberkati Saudara (kita) dan melindungi Saudara (kita). Tuhan menyinari Saudara (kita) dengan wajah-Nya dan memberi Saudara (kita) kasih karunia. Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada Saudara (kita) dan memberi Saudara (kita) damai sejahtera. : AMIN.
J
: (menyanyikan NKB 111:4-5)
J P
Gereja bagai bahtera, muatannya penuh, beraneka manusia yang suka mengeluh, yang hanya ikut maunya, meng’ritik dan sok tahu, sehingga bandar tujuan menjadi makin jauh. Tetapi bila umat-Nya sedia mendengar, tentulah Tuhan memberi petunjuk yang benar.
75
76
Tata Ibadah Rayon/Kategorial 1 KELUARGA BERPUSAT PADA KRISTUS 1.
Saat Teduh
2.
Pujian — KJ 407:1-2 "Tuhan, Kau Gembala Kami"
Bahan IBADAH RAYON/ KATEGORIAL
1.
3.
Tuhan, Kau Gembala kami, tuntun kami, domba-Mu; b'rilah kami menikmati hikmat pengurbanan-Mu. Tuhan Yesus, Jurus'lamat, kami ini milik-Mu, Tuhan Yesus, Jurus'lamat, kami ini milik-Mu. 2. Kau Pengawal yang setia, kawan hidup terdekat. Jauhkan kami dari dosa, panggil pulang yang sesat. Tuhan Yesus, Jurus'lamat, kami mohon, b'ri berkat. Tuhan Yesus, Jurus'lamat, kami mohon, b'ri berkat. Doa
4.
Pujian — KJ 407:3-4 "Tuhan, Kau Gembala Kami" 3. Janji-Mu, Kaut'rima kami, walau hina, bercela; yang berdosa Kausucikan, Kaubebaskan yang lemah. Tuhan Yesus, Juruslamat, kini kami berserah. Tuhan Yesus, Jurus'lamat, kini kami berserah. 4.
Kehendak-Mu kami cari, ingin turut maksud-Mu. Tuhan, isi hati kami dengan kasih-Mu penuh. Tuhan Yesus, Jurus'lamat, tak terhingga kasih-Mu. Tuhan Yesus, Juruslarnat, tak terhingga kasih-Mu.
5.
Doa & Pembacaan Alkitab — Lukas 12:33-38
6.
RENUNGAN KELUARGA BERPUSAT PADA KRISTUS
Bahan yang tersaji ini masih perlu diolah dan disesuaikan dengan kondisi/kebutuhan jemaat 77
Pak Marthen marah kepada istrinya. Selama beberapa hari pak Marthen tidak mengajak istrinya berbicara. Apa yang menyebabkan pak Marthen berlaku demikian? Menurut pak Marthen, istrinya telah melakukan kesalahan yang fatal. Sebelum pak Marthen marah pada istrinya, ia menemukan ada goresan luka di body mobil baru yang belum lama dibeli oleh pak Marthen. Selain itu, di bagian belakang body mobil terdapat bekas sundulan kendaraan yang menjadikan bemper mobil bagian belakang penyok. Menurut pak Marthen, sekalipun istrinya tidak secara sengaja membuat mobilnya cacat, itu tetap sebuah kesalahan. Sebenarnya, bu Marthen sudah berulang kali meminta maaf kepada pak Marthen, namun permintaan maaf itu belum diterima pak Marthen, sebab menurutnya mobil itu sangat berharga bagi pak Marthen. Kepada murid-murid-Nya, Tuhan Yesus berkata, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Bila kita berefleksi dari pernyataan Tuhan Yesus itu, kita menemukan bahwa inilah realitas manusia di zaman ini. Manusia melihat harta benda sebagai suatu yang sangat bernilai, bahkan nilainya lebih dibanding dengan hidup itu
78
sendiri. Semangat materisme dapat ditemui dengan mudah di dalam seluruh sendi keluarga. Materialisme telah menjadi ilah baru yang dipuja manusia baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai keluarga, kelompok masyarakat bahkan kelompok keagamaan. Dampak dari meterialisme yang dihidupi adalah kehidupan manusia yang berpusat pada harta atau materi. Hati dan hidup manusia terpaut kepadanya dan melahirkan sikap anti kemanusiaan, demikian yang dikatakan oleh Bryant H. McGill seorang aktivis Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat. Lebih lanjut menegaskan bahwa, "Materialisme adalah krisis identitas." Dari pernyataan itu, McGill ingin menjelaskan bahwa materialisme membuat manusia mementingkan pemuasan egonya. Persis seperti yang dilakukan pak Marthen dalam kisah awal renungan ini. Dalam kamus materialisme, sesama manusia dianggap setara bila memiliki harta, kekayaan yang sejajar atau lebih banyak dari apa yang kita miliki. Karena itu semangat materialialisme membuat manusia berlomba-lomba memburu harta. Bagaimana dengan keluarga? Dalam kamus materialisme, keluarga tidak lebih dari sekadar kawan berjalan bersama, yang suatu saat bila tidak lagi cocok dapat diakhiri. Tidak ubahnya sebuah perjanjian kontrak yang dapat diakhiri sewaktu-waktu. Dalam iman kita, keluarga Kristen adalah keluarga yang berpusat pada Tuhan, bukan pada harta milik dan kemampuan sendiri. Karena itu, kita dapat merefleksikan panggilan Tuhan Yesus sebagaimana ditulis dalam Injil Lukas 12:35-38 yang mengajak setiap keluarga mewaspadai godaan-godaan yang membuat keluarga menyimpang dari Tuhan. Dengan gamblang Tuhan Yesus mengajak agar setiap keluarga menjaga dirinya melalui kehidupan yang setia terhadap Tuhan, Sang Sumber hidup. Apa tujuan dari kewaspadaan dan hidup berpusat pada Kristus? Tujuannya adalah supaya keluarga merasakan kebahagiaan sebagaimana dikatakan dalam Lukas 12:37 dan 38, Amin. 7.
Persembahan Nyanyian — KJ 376:1-3 "Ikut Dikau Saja Tuhan" 1.
Ikut Dikau saja Tuhan, jalan damai bagiku; Aku s'lamat dan sentosa hanya oleh darah-Mu. Refr: Aku ingin ikut Dikau dan mengabdi pada-Mu. dalam Dikau, Jurus'lamat, `ku bahagia penuh! 2. Ikut Dikau di sengsara, kar'na janji-Mu teguh: atas kuasa kegelapan `ku menang bersama-Mu. 3. Ikut dan menyangkal diri, aku buang yang fana, hanya turut kehendak-Mu dan pada-Mu berserah. 8.
Doa Syafaat
9.
Nyanyian — KJ 376:4 "Ikut Dikau Saja Tuhan" 4. Ikut dalam kesucian, lahir, batin yang bersih; aku rindu mengikuti suri yang Engkau beri.
10. Doa Penutup/Berkat
79
Tata Ibadah Rayon/Kategorial 2 PERTENTANGAN ATAUKAH DAMAI? 1.
Saat Teduh
2.
Nyanyian - KJ 15: 1,2 “Berhimpun Semua” Berhimpun semua menghadap Tuhan dan pujilah Dia, Pemurah benar. Berakhirlah segala pergumulan diganti kedamaian yang besar. Hormati nama-Nya serta kenangkan mujizat yang sudah dibuat-Nya. Hendaklah t’rus syukurmu kaunyatakan di jalan hidupmu seluruhnya.
3.
Doa Pembukaan
4.
Nyanyi – KJ 15:3 “Berhimpun Semua” Berdoa dan jaga supaya jangan penggoda merugikan jiwamu. Di dunia tegaklah kemenangan dan dasarnya imanmu yang teguh.
5.
Doa & Pembacaan Firman: Lukas 12:49-53 (bisa dibaca bergantian)
6.
Renungan PERTENTANGAN ATAUKAH DAMAI? Apa respon kita ketika mendengarkan pembacaan perikop tadi? Mungkin kita akan kaget dan mengatakan: "Lho, kok Tuhan Yesus mengatakan seperti itu? Bukankah Dia Raja Damai seperti yang sering kita dengar dalam khotbah dan baca dalam Alkitab?" Bukankah Injil Lukas sendiri dalam Luk. 1:79, 2:14, 19:38 mengaitkan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia dengan damai? Perkataan Tuhan Yesus tersebut tidak perlu menjadikan kita bingung. Perkataan bahwa Ia datang bukan membawa damai melainkan pertentangan (ay. 51), bukan bermaksud bahwa Ia menghendaki pertentangan dan ketidakdamaian. Yang dimaksudkan-Nya adalah bahwa kehadiran-Nya di dunia akan menimbulkan tanggapan yang berbedabeda dari manusia. Ada yang menerima, tetapi ada juga yang menolak. Semua itu bisa memunculkan pertentangan di antara manusia, apalagi dalam budaya Yahudi pada saat itu. Dalam konteks masyarakat Yahudi, agama Yahudi adalah agama keluarga. Para penganutnya beribadah menurut kesatuan rumah tangga, bukan perorangan. Jadi, kalau ada seorang yang mengambil keputusan secara pribadi untuk percaya dan mengikut Kristus, maka itu adalah masalah sangat besar bagi keluarganya. Ia bisa dikucilkan bahkan dikeluarkan dari sistem kekerabatan keluarganya. Situasi seperti ini tentu tidak mudah bagi orang yang sudah pindah agama, demikian juga bagi keluarganya. Relasi
80
yang tadinya dekat dengan orang tua dan sanak saudara menjadi terpisah. Relasi yang seharusnya baik dengan mertua, menjadi rusak karena beda agama. Dalam kasus-kasus tertentu, yang terjadi bahkan tidak hanya pertentangan dan keterpisahan tetapi sampai pada tingkat permusuhan. Situasi yang semacam ini juga kadangkala kita jumpai dalam masyarakat kita dewasa ini, termasuk dalam keluarga kristen. Orang tua sampai hati rela melepaskan ikatan darah dengan anaknya karena pindah agama. Ada orang tua yang mengatakan: "lebih baik kehilangan anak daripada harus menerima anak yang pindah agama." Bahkan ada yang sama sekali tidak mau bertegur sapa lagi dengan anaknya. Atau tetap mau menerima anaknya, tetapi tidak mau menerima menantunya. Situasi yang semacam ini tentu sangat memrihatinkan, apalagi jikalau hal itu terjadi dalam kehidupan keluarga kristen. Di bulan keluarga ini, kita diajak untuk merenungkan kembali kehidupan keluarga kita masing-masing. Seberapa penerimaan dan pemahaman kita akan Tuhan Yesus yang mungkin telah menjadikan keluarga kita terpecah belah. Anggota keluarga yang mungkin pindah agama atau pindah aliran gereja bisa menimbulkan situasi yang sebetulnya tidak kita inginkan. Dalam semua situasi tersebut, kita memang tidak bisa mengabaikan serta bisa memahami perasaan orang tua atau saudara yang anggota keluarganya berpindah agama atau mempunyai keyakinan Kristen tertentu. Perasaan marah, sangat kecewa karena telah mendidik mengasuh selama hidup, bahkan sakit hati bisa berkecambuk dalam diri, termasuk juga perasaan tidak terima atas perbedaan. Ketika perasaan seperti ini tidak bisa dikendalikan dengan baik, maka yang muncul adalah perkataan dan tingkah laku yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis, damai menguap entah ke mana. Saling menyakiti bahkan saling memusuhi bisa menjadi akhir dari dilema yang ada.
yang mungkin dikucilkan dari keluarganya karena beda agama atau beda keyakinan. Selain itu, kita juga diajak untuk tetap waspada pada pengaruh kemajuan teknologi yang ada dan bijaksana dalam menggunakannya. Berkat kemajuan teknologi informasi kita bisa mendengar dan membaca pemahaman-pemahaman atau pemikiran-pemikiran ekstrim yang membuat kita tidak saling menghormati dan mengasihi, bahkan terpecah belah. Ada banyak situs di internet yang semakin mempertajam perbedaan yang mengarah pada ketidakdamaian. Melalui media televisi, radio ataupun internet, sebuah peristiwa (apapun peristiwanya, termasuk SARA) dapat begitu mudah tersebar dan didengar oleh semua lapisan masyarakat. Sayangnya, berita-berita semacam itu seringkali sudah dibumbui hal-hal yang cenderung negatif, yang bisa merusak suasana damai dan membuat perbedaan yang ada dalam masyarakat menjadi semakin tajam. Menghadapi semua itu, marilah kita condongkan mata, hati dan pikiran kita kepada halhal yang mendatangkan damai dan sejahtera dalam hidup kita. Dengan kemajuan teknologi yang ada marilah kita memilih mana yang baik bagi hidup bersama dan menyaring berita atau informasi yang kita dengar atau baca. Berhati-hatilah dengan provokasi yang bisa menjadikan kita menciptakan sekat dari yang lain dan membenci yang lain. Kiranya kita dimampukan dengan kuasa Roh Kudus untuk mewujudkan kehidupan keluarga dan bersama dengan yang lain dalam damai, Amin. 7.
Nyanyian KJ 3 “Kami Puji Dengan Riang” Kami puji dengan riang Dikau Allah yang besar; bagai bunga trima siang, hati kami pun mekar. Kabut dosa dan derita kebimbangan t’lah lenyap. Sumber suka yang abadi, b’ri sinar-Mu menyerap.
Di Bulan Keluarga ini kita diajak untuk menata kembali kehidupan keluarga kita. Agama, keyakinan bahkan gaya beribadah bisa saja berbeda, tetapi keluarga tetaplah keluarga. Semua perbedaan itu jangan sampai merusak kehidupan keluarga kita. Manusia tidak perlu khawatir atas pilihan sesamanya. Tuhan senantiasa menyapa setiap anak manusia seturut dengan kasih dan rahmat-Nya. Yang bisa kita lakukan hanyalah mendoakan mereka yang berbeda, memohonkan rahmat dan kasih Tuhan. Untuk bisa melakukan semua itu tentu bukan hal yang mudah. Saat ini kita diajak untuk melihat apa yang Tuhan Yesus sampaikan dalam ayat 49. Di situ dinyatakan: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!" Api yang dimaksud di sini melambangkan Roh Kudus. Roh yang membawa semangat menyalanyala dalam hati orang percaya, semangat untuk mengasihi dan membawa damai. Ia juga kuasa Allah untuk memurnikan hati manusia, menyembuhkan hati yang terluka dan tawar. Api juga menunjuk pada terang yang akan menerangi hati dan pikiran yang gelap, yang mengarahkan manusia pada terang kasih Tuhan. Kristus telah menyatakan bahwa api itu telah "dilemparkan" ke bumi! Ada kekuatan Roh Kudus yang dahsyat yang mampu membantu manusia untuk hidup dalam damai, saling mengasihi dan menghormati meskipun berada dalam perbedaan. Biarlah Roh itu berkarya dalam hidup kita secara bebas dengan kuasa kasih-Nya. Yang bisa kita lakukan hanyalah saling mendoakan demi kebaikan bersama dan menjalankan kasih seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Melalui perenungan kita saat ini, kita diajak untuk menerima dan mengasihi anggota keluarga kita yang berbeda agama dan keyakinan. Kita juga diajak merangkul mereka
81
Persembahan
Kau memb’ri, Kau mengampuni, Kaulimpahkan rahmat-Mu Sumber air hidup ria, lautan kasih dan restu. Yang mau hidup dalam kasih Kaujadikan milik-Mu, agar kami menyayangi, meneladan kasih-Mu. Mari kita pun memuji dengan suara menggegap, menyanyikan kuasa kasih yang teguh serta tetap. Kita maju dan bernyanyi, jaya walau diserang. Ikut mengagungkan kasih dalam lagu pemenang. 8.
Doa Syafaat
9.
Nyanyian KJ 289: 1, 3, 5 “Tuhan, Pencipta Semesta” Tuhan Pencipta semesta, Kaulah Yang Mamulia; sungguh besar karunia yang Kauberi. Puji syukur terimalah atas berkat anugerah; di rumah yang sejahtera yang Kauberi. Kau mencurahkan Roh Kudus dengan segala yang perlu: Hidup kuasa, kasih-Mu, Engkau beri.
10. Doa Penutup/Berkat
82
Tata Ibadah Rayon/Kategorial 3 PENTINGNYA MESBAH DAN DOA DALAM KELUARGA 1.
Saat Teduh
2.
Pujian — KJ 454:1-2 "Indahnya Saat Yang Teduh" 1. Indahnya saat teduh menghadap takhta Bapaku: kunaikkan doa padaNya, sehingga hatiku lega. Di waktu bimbang dan gentar, jiwaku aman dan segar; ‘ku bebas dari seteru di dalam saaat yang teduh. 2. Indahnya saat yang teduh dengan bahagia penuh. Betapa rindu hatiku kepada saat doaku. Bersama orang yang kudus kucari wajah Penebus; Dengan genbira dan teguh kunanti saat yang teduh.
3.
Doa
4.
Pujian — KJ 26:3-4 "Mampirlah, Dengar Doaku" 3. Indahnya saat yang teduh penampung permohonanku kepada yang Mahabenar yang bersedia mendengar. Sejak kulihat wajahNya, ‘ku yakin pada firmanNya dan menyerahkan bimbangku di dalam saat yang teduh.
5. 6.
Doa & Pembacaan Alkitab — Kejadian 8:19-20; 12:6-7; 26:25 RENUNGAN PENTINGNYA MEZBAH DAN DOA DALAM KELUARGA Mezbah adalah lambang dari kehadiran Allah dalam hidup kita. Mesbah adalah lambang kedekatan kita dengan Allah. Mesbah adalah lambang penyerahan diri kita kepada Allah. Mesbah adalah tempat kita mempersembahkan korban yang berkenan kepada Allah. Mezbah adalah lambang dari pemberkatan Allah dalam keluarga. Doa adalah sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Doa adalah sarana Allah bekerja dengan cara yang ajaib. Doa adalah sarana di mana Allah menjawab setiap kebutuhan keluarga. Jadi, mesbah dan doa dalam keluarga menjadi sangat penting dan strategis. Dalam Kejadian 8:19-20; 12:6-7; 26:25, mengisahkan tentang bagaimana keluargakeluarga dalam kitab tersebut membangun mesbah dan doa dalam keluarga. Salah satu rahasia kesuksesan, berkat dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan para pahlawan iman adalah mezbah doa. Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub selalu mem-prioritaskan membangun mezbah kemanapun mereka pergi, bahkan sebelum mereka membangun
83
tempat tinggal (Kej 8:19-20; 12:6-7; 26:25). Mezbah doa berbicara mengenai kehidupan doa, pujian dan perenungan Firman yang dilakukan bersama di dalam keluarga. Mengapa mesbah dan doa dalam keluarga itu menjadi penting? Ini adalah pertanyaan mendasar yang harus ada dalam setiap keluarga. Dan berikut ini beberapa alasan kuat sehingga mesbah dan doa dalam keluarga menjadi penting. 1. Bukti dari kehadiran Allah dalam keluarga Mezbah dan doa dalam keluarga adalah sarana kehadiran Allah dalam keluarga. Alasan para tokoh iman membuat mezbah adalah agar Tuhan hadir, menyertai dan menjawab doa-doa mereka. Jika Allah hadir, Dia akan menjadi Kepala yang mengatur, memimpin dan memberkati keluarga kita. Kehadiran Tuhan akan mengubah keadaan seburuk apapun menjadi indah dan penuh mujizat. Karena itu kita pun harus membangun mezbah doa, di mana Allah dapat hadir dan memberkati keluarga kita (Mat.18:19-20). Sudahkah keluarga Anda memiliki mezbah doa? 2. Bukti kesatuan dan kesehatian dalam Tuhan. Mezbah dan doa dalam keluarga adalah wadah untuk mempersatukan dan membina keluarga dalam terang Tuhan. Tuhan Yesus berkata bahwa keluarga yang terpecah-pecah tidak akan bertahan menghadapi kesulitan apapun (Mark 3:25). Tetapi kesatuan yang kuat akan mendatangkan kemenangan. Mezbah dan doa dalam keluarga merupakan sarana yang paling tepat untuk mempersatukan roh dalam keluarga (Ef 4:3). Di sinilah ayah-ibu dan anak bersatu dalam doa dan menjadikan Firman Tuhan sebagai pedoman hidup mereka. 3. Bukti perlindungan dan pembelaan Tuhan atas keluarga. Mezbah dan doa dalam keluarga sebagai bukti bahwa Allah melindungi kita dari serangan Iblis atas keluarga. Bila keluarga kita tidak berdoa maka Iblis akan menyerang dan berusaha menghancurkannya. Kehancuran keluarga, kesulitan ekonomi, sakit penyakit dan kenakalan remaja terutama sekali disebabkan oleh pekerjaan Iblis. Hal ini tidak bisa diatasi dengan pendidikan, nasihat ahli ekonomi ataupun psikiater. Melainkan perlu kuasa supranatural yang berasal dari Allah. Untuk itulah perlunya mesbah dan doa peperangan dan syafaat yang dapat mematahkan serangan Iblis atas keluarga kita (Ef.6:12 dan Maz.91:14-15). Sadari kerugian yang Anda alami akibat dari mengabaikan mezbah dan doa dalam keluarga. Mari kita bangun kembali mezbah dan doa dalam keluarga kita mulai hari ini, Amin. 11. Persembahan Nyanyian — KJ 26:1-2 "Mampirlah, Dengar Doaku" 1. Mampirlah, dengar doaku, Yesus Penebus. Orang lain Kauhampiri, jangan jalan t’rus. Refr: Yesus, Tuhan, dengar doaku; Orang lain Kauhampiri, jangan jala t’rus. 2. Di hadapan takhta rahmat aku menyembah tunduk dalam penyesalan. Tuhan tolonglah. 3. Ini saja andalanku: jasa kurbanku Hatiku yang hancur luluh buatlah sembuh.
84
4.
Doa Syafaat
5.
Nyanyian — KJ 26:4 "Mampirlah, Dengar Doaku"
Tata Ibadah Rayon/Kategorial 4 MENGAMPUNI ADALAH MELEPASKAN
4. Kaulah Sumber penghiburan, Raja hidupku. Baik di bumi baik di sorga, siapa banding-Mu? 6.
Doa Penutup/Berkat
1.
Saat Teduh
2.
Pujian — KJ 395:1-2 "Betapa Indah Harinya" 1. Betapa indah harinya saat kupilih Penebus. Alangkah sukacitanya, ‘ku memb’ritakannya terus. Refr: Indahlah harinya Yesus membasuh dosaku. ‘Ku diajari Penebus berjaga dan berdoa t’rus. Indahlah harinya Yesus membasuh dosaku. 2. Betapa indah janji-Nya yang t’lah mengikat hatiku; kub’ri kasihku padaNya serta menyanyi bersyukur!
3.
Doa
4.
Pujian — KJ 395:3-4 "Betapa Indah Harinya" 3. Sudah ‘ku jadi milik-Nya, Ia pun milikku kekal. Yakin penuh ‘ku ikutlah: suara Tuhan kukenal. 4. Sentosalah, hai hatiku, Pelindungmu percayalah! Jangan tinggalkan Tuhanmu, Sumber segala kurnia.
5.
Doa & Pembacaan Alkitab — Lukas 23:10-34
6.
RENUNGAN MENGAMPUNI ADALAH MELEPASKAN Memendam kesalahan orang lain mungkin tidak dianggap sebagai kesalahan, jika dibandingkan dengan mendendam. Namun demikian apakah demikian halnya yang menjadi panggilan kita sebagai keluarga Kristen? Peperangan dalam batin kita mungkin lebih hebat daripada peperangan nyata dalam dunia keseharian kita. Banyak orang yang mampu mewujud-nyatakan gambaran angannya menjadi sebuah film fiksi yang menarik dan dramatis, hal ini menjadi contoh bahwa apa yang kita angankan bisa lebih dahsyat daripada kenyataan yang kita hadapi. Nah, bila hal ini dikaitkan dengan perasaan sakit hati karena disakiti, kekecewaan dan ketidak-puasan, maka banyak cerita peperangan dalam batin kita sangatlah hebat. Tidak dipungkiri lagi bahwa peperangan ini akan merusak keseluruhan tubuh dan kehidupan kita jika tidak segera terselesaikan dengan baik. Orang yang menyimpan rasa sakit hatinya kepada orang lain akan mengalami kesulitan untuk bertemu muka dan bersikap wajar dengan orang menyakitinya. Bahkan dalam proses yang lebih menyakitkan, mendengar namanya sebut saja sudah bisa menimbulkan persoalan. Sebagaimana peperangan dalam dunia nyata, semakin lama peperangan terjadi, maka korban dan kerusakan semakin parah juga.
85
86
Peristiwa pengadilan Yesus menyisakan banyak pelajaran bagi kita saat ini. Bagaimana orang-orang disekitar Yesus melakukan semua cara demi membungkam kepopuleran Yesus di mata umat Yahudi. Mereka menggunakan cara-cara yang kotor untuk menjatuhkan Yesus di pengadilan, walau toh mereka tidak mendapati satupun kesalahan Yesus yang akan menjerat-Nya dalam hukuman, namun demikian rasa benci membutakan pikiran bening mereka sehingga memaksa Pilatus untuk menjatuhkan hukuman kepada Yesus. Namun Yesus mengajar mereka untuk melepasakan rasa benci dan dendam dalam hati mereka dengan memberi ampunan. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidaktahu apa yang mereka perbuat." Kata-kata Yesus ini melepaskan segala rasa sakit hati, kekecewaan dan ketidakpuasan oleh karena perlakuan mereka menyoal pelayanan Yesus di tengah umat Yahudi.
1. Kaulah, ya Tuhan, Surya hidupku Asal Kau ada yang lain tak perlu Siang dan malam Engkau kukenang di hadirat-Mu jiwa ‘ku tenang. 2. Kaulah hikmatku, firman hidupku. Kau besertaku dan 'ku serta-Mu Engkau Bapaku, aku anak-Mu Dengan-Mu, Tuhan, 'ku satu penuh. 10. Doa Penutup/Berkat
Memberi ruang kepada rasa sakit hati, dendam dan ketidakpuasan berarti memberi tempat peperangan dalam batin kita. Sedangkan melepaskannya berarti menata ruang damai dalam hati kita. Seringkali kita tidak menyadari bahwa rasa sakit hati dan ketidakpuasan menjadi kekuatan yang memporak-porandakan kehidupan kita. Dalam kehidupan bersama tidak mungkin kita menghindari persoalan tersebut, oleh karena itu keberanian untuk melepaskan ampunan ini menjadi sebuah piranti wajib dalam kehidupan keluarga Kristen. Perlakuan buruk seringkali kita terima manjadi bagian kehidupan kita. Bukan saja dari orang-orang yang ada jauh disekitar kita, namun seringkali juga terjadi dalam lingkup keluarga terdekat kita. Jika perasaan tersakiti itu kemudian kita rawat dan tumbuh berkembang dalam batin kita, maka bisa dipastikan bahwa kerusakan dalam kehidupan kita akan terjadi. Sakit hati akan menjadi 'kanker' dalam tubuh kita dan memakan semua pikiran-pikiran bening dalam mengatasi semua persoalan hidup. Melalui Kristus, kita belajar untuk mengampuni supaya orang lain terberkati sedangkan kita juga dijauhkan dari kerusakan batiniah. Melepaskan dan menyerahkan ampunan dari Tuhan kepada orang lain mampu melegakan suasana batin kita karena Cinta Kasih Allah akan mengubahnya menjadi kesejukan yang merawat suasana kehidupan kita. Mengampuni juga menyembuhkan relasi kita dengan orang lain karena dengan demikian tembok pemisah yang dihasilkan oleh rasa sakit hati telah dihancurkan, Amin. 7.
Persembahan Nyanyian — 468 B’RILAH, BAPA, HARI INI 1. B’rilah, Bapa, hari ini kami makan secukupnya. Dan ampuni salah kami; kami saling mengampuni: Datang Kerajaan-Mu! Amin. 2. Bukan untuk hari esok berlebihan kami cari; hanya untuk hari ini kami mohon secukupnya: damai Kerajaan-Mu! Amin. 3. B’rilah, Bapa, hari ini pengampunan secukupnya; agar kami membagikan ampun dan makanan pula dalam Kerajaan-Mu! Amin.
8.
Doa Syafaat
9.
Nyanyian — KJ405:1-2"Kaulah,Ya Tuhan, SuryaHidupku"
87
88
untuk berusaha bahkan dengan melibatkan seluruh anggota keluarga (anak-anaknya). Mujizat terjadi ketika si ibu bersedia melakukan apa yang disarankan kepadanya. Mujizat terjadi ketika si ibu dan dua anaknya bekerjasama dan berusaha, sehingga kisah ini berakhir dengan bahagia. Si ibu dapat menjual minyak yang diperolehnya untuk membayar hutang-hutangnya dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Tata Ibadah Rayon/Kategorial 5 BERTOLONG-TOLONGANDALAMMENANGGUNGBEBAN 1.
Saat Teduh
2.
Pujian — KJ 1:1,2 “HALELUYA! PUJILAH!”
Saudara-saudaraku, mungkin keluarga kita saat ini sedang dalam kondisi kurang ideal karena telah kehilangan salah satu atau beberapa anggota keluarga. Atau keluarga kita sedang kurang bahagia karena berbagai persoalan; mungkin masalah ekonomi, kesehatan, studi, pekerjaan, relasi antar anggota keluarga dan seribu satu penyebab lain. Mari kita renungkan kesaksian Alkitab ini dan menarik pelajaran berharga dari dalamnya.
Refr: Haleluya, pujilah Allah Yang Agung Mahaesa Dalam Kristus kita kenal Allah Yang Hidup, Bapa kekal! 1. Langit buana semesta patut memuji kuasa-Nya. Karna berkat-Nya tak henti, limpah kasih-Nya tak terperi.
Kehidupan ini memang tidak sepi dari persoalan. Semua orang pasti pernah mengalaminya. Persoalan hidup adalah sesuatu yang wajar. Dengan kesadaran ini kita diajak untuk (pertama) menanggapinya dengan “wajar” pula. Dalam arti tidak berlebihan seperti syair lagu yang berbunyi: “aku merasa orang termiskin di dunia, yang penuh derita, bermandikan air mata…”. Kedua, selalu ada penyelesaian atas persoalan yang kita hadapi. Bukankah sebuah pabrik tidak akan memproduksi gembok tanpa anak kunci? Yang harus kita lakukan ialah “bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu” (Galatia 6:2). Elisa menolong si ibu janda. Si ibu janda dan anak-anaknya dengan kompak bekerjasama dan berusaha. Alhasil, masalah pun terselesaikan.
2. Wahai dunia, soraklah! Angkat suaramu nyanyilah! Tabuhlah tifa dan gendang, iringi puji dalam tembang! 3.
Doa
4.
Pujian — KJ 395:3-4 "Betapa Indah Harinya" 3. Sudah ‘ku jadi milik-Nya, Ia pun milikku kekal. Yakin penuh ‘ku ikutlah: suara Tuhan kukenal. 4. Sentosalah, hai hatiku, Pelindungmu percayalah! Jangan tinggalkan Tuhanmu, Sumber segala kurnia.
5.
Doa & Pembacaan Alkitab — 2 Raja-raja 4:1-7
6.
RENUNGAN
Bagaimana dengan keluarga kita? Sudah siap untuk bertolong-tolongan dan bekerjasama? Harus! Amin. 7.
Nyanyian — KJ 256:1,3 “Kita Satu Di Dalam Tuhan” Kita satu di dalam Tuhan, satu g’reja yang esa. Marilah bertolong-tolongan kau dan aku, s’muanya. Marilah bertolong-tolongan kau dan aku, s’muanya.
BERTOLONG-TOLONGAN DALAM MENANGGUNG BEBAN Sesuatu yang biasa bila dalam bulan keluarga kita menyaksikan gambaran keluargakeluarga ideal, keluarga yang utuh dan bahagia. Namun, apakah bulan keluarga ini hanya milik mereka yang dalam kondisi ideal saja? Tentu tidak. Bulan keluarga ini adalah waktu yang dikhususkan bagi semua keluarga Kristen (apapun keberadaannya) untuk menghayati pergumulan hidupnya bersama Tuhan. Untuk itu, saat ini kita diajak menengok kondisi sebuah keluarga yang bisa dianggap kurang ideal. Keluarga ini tidak utuh lagi karena sang ayah sudah meninggal. Kini tinggal si ibu dan dua anaknya dalam kesulitan ekonomi. Sepertinya si ibu ini hanya ibu rumah tangga biasa, bukan wanita karier yang mempunyai penghasilan tetap. Hal paling berat yang harus dihadapinya ialah manakala para penagih hutang datang hendak mengambil kedua anaknya untuk dijadikan budak karena si ibu tidak mampu membayar hutang-hutangnya. Dalam kebingungannya si ibu datang mengadukan nasibnya kepada nabi Elisa. Dengan bijaksana abdi Allah ini membantu si ibu menemukan penyelesaian masalahnya. Sangat menarik, karena nabi Elisa tidak memberikan jalan penyelesaian instan. Si ibu diajak
89
Persembahan
Tuhan s’lalu memelihara s’luruh alam semesta. Kita pun disuruhnya juga, menyatakan kasih-Nya. Kita pun disuruhnya juga, menyatakan kasih-Nya. 8.
Doa Syafaat
9.
Nyanyian — KJ 450:1,2 “Hidup Kita Yang Benar” 1. Hidup kita yang benar, haruslah mengucap syukur dalam Kristus bergemar, janganlah tekebur. Refr: Dalam susah pun senang, dalam segala hal. Aku bermazmur dan ucap syukur, itu kehendak-Nya.
2. Biar badai menyerang, biar ombak menerjang Aku akan bersyukur kepada Tuhanku. 10. Doa Penutup/Berkat
90
RUANG ANAK-ANAK DAN REMAJA Dalam rangka Bulan Keluarga GMIT Tahun 2016 ini, PAR GMIT mengharapkan dan menyerukan 2 Gerakan, yaitu:
Bahan KATEGORIAL
1. 2.
“Gerakan Semua Melayani Anak”. “Gerakan Semua Anak GMIT Punya Akte Kelahiran.
1.
“Gerakan Semua Melayani Anak” adalah sebuah upaya untuk mengajak dan terus mendorong semua unsur dalam keluarga, baik oma opa, bapa mama, dan kakak (pemuda) untuk “melayani” anak, cucu dan adik, selama Bulan Keluarga, khususnya dengan mengajar Sekolah Minggu atau memimpin KAKR, dengan uturan sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Minggu I, 2 Oktober 2016 : Sekolah Minggu dilayani oleh Oma - Opa Minggu II, 9 Oktober 2016 : Sekolah Minggu dilayani oleh Bapak-bapak. Minggu III, 16 Oktober 2016 : Sekolah Minggu dilayani oleh Mama-mama. Minggu IV, 23 Oktober 2016 : Sekolah Minggu dilayani oleh Pemuda-Pemudi (Kakak-kakak) Minggu V, 30 Oktober 2016 : Sekolah Minggu dilayani oleh Presbiter (Pendeta, Penatua, Diaken, Pengajar)
Gerakan ini dimotori oleh para Pelayan PAR di bawah koordinasi dan bimbingan Majelis Jemaat. Tema/materi bisa menggunakan Bahan Bulan Keluarga 2016 atau diatur oleh masingmasing Jemaat, sesuai kondisi dan kebutuhan lokal. Diharapkan melalui Gerakan ini, selain perhatian dan layanan kita terhadap anak-anak dan remaja dapat makin berkembang, baik secara kuantitas maupun kualitas, tetapi juga para orang dewasa (Pemuda, Orangtua/Dewasa dan Oma Opa) terus dapat belajar dan memperkuat diri sendiri (iman, pengharapan dan kasih). Dan dengan itu, keluarga-keluarga kita terus diperkuat. 2.
Bahan yang tersaji ini masih perlu diolah dan disesuaikan dengan kondisi/kebutuhan jemaat
“Gerakan Semua Anak GMIT Punya Akte Kelahiran”
Selama Bulan Keluarga juga diharapkan Gereja membantu warga-warga Jemaat, khususnya anak-anak yang belum memiliki Akte Kelahiran untuk bisa megurus Akte Kelahiran tersebut. Untuk itu, diharapkan Para Pelayan Anak dan Remaja mengambil peran aktif, di bawah koordinasi Majelis Jemaat, untuk mendata dan membantu proses tersebut. Jemaatjemaat ataupun Klasis dapat berkoordinasi bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk hal ini. Diharapkan bahwa pada Hari Anak GMIT tanggal 17 Nopember 2016, kita sudah bisa mendeklarasikan bahwa “Semua Anak GMIT Punya Akte Kelahiran”. Atas dukungan dan kerjasama baik, demi layanan terbaik bagi anak-anak dan remaja kita, kami sampaikan banyak terima kasih. (rbm)
91
92
MEMBUDAYAKAN SPIRIT PRO PERNIKAHAN DI KALANGAN PEMUDA Budaya kita sekarang ini memberi bobot yang rendah bagi pernikahan. Kekudusan pernikahan tergeser oleh pengaruh film, acara televisi, dan musik pop yang selalu mempertotonkan model pernikahan yang tidak alkitabiah. Kita menyaksikan tayangan TV yang memperlihatkan pasangan nikah yang suka bertengkar, saling teriak satu sama lain. Internet menyajikan tayangan perselingkuhan sebagai hal yang biasa. Pasangan nikah mendevaluasi pernikahannya tanpa takut terhadap resiko perceraian. Semuanya menyajikan pernikahan dalam kepura-puraan. Setiap hari budaya kita menantang pasangan nikah untuk membuat keputusan sulit, setia pada Tuhan atau meninggalkan-Nya. Itu sebabnya para pemuda dapat belajar sejak awal, untuk menjaga mereka dari hal-hal yang dapat merusak hubungan perniakahn mereka di kemudian hari. Di sini dikemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan gereja. Pertama, mengembangkan visi pernikahan yang alkitabiah. Para pemuda perlu menyadari bahwa pernikahan bukan hanya kontrak hukum, sosial, dan spiritual antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan yang berpusat pada Kristus juga bukanlah sekedar perjanjian yang dibuat di hadapan Allah untuk hidup bersama, saling melayani, dan tetap setia satu sama lain. Pernikahan adalah wahana di mana Allah ingin mewujudkan seluruh rancangan keselamatan-Nya. Allah ingin menggunakan rumah tangga kita untuk mewujudkan seluruh rancangan keselamatan-Nya bagi dunia. Inilah yang seharusnya menjadi inti ajaran gereja tentang pernikahan. Sayangnya, pasangan nikah selalu dijejali pengajaran dan khotbah yang membuat pernikahan menjadi tugas yang membosankan daripada hak istimewa dan berkah. Percakapan pranikah gereja hingga khotbah-khotbah tentang rumah tangga penuh dengan pesan moral (terlalu berat???), sehingga rancangan Allah yang indah bagi sebuah perkawinan luput dari khotbah gereja. Kedua, gereja dengan jujur mengatakan bagi para pemudanya bahwa pernikahan tidaklah sempurna. Ia penuh dengan kelemahan dan kegagalan karena dicemari dosa. Kita belajar dari Alkitab tentang kegagalan pernikahan tokoh-tokoh Alkitab seperti Adam dan Hawa, Musa, Abraham, Ishak, Daud, Salomo dan lain-lain. Kisah-kisah mereka menggambarkan konsekuensi dari dosa dan keegoisan dalam pernikahan, serta menunjukkan seberapa jauh manusia telah menyimpang dari rencana Allah bagi pernikahan. Hal penting sehingga kesalahan dalam rumah tangga kelak tidak dengan mudah dijadikan alasan untuk bercrai. Allah bekerja melalui kesalahan dan kegagalan orang-orang di Alkitab, dan penebusan terus Ia sediakan bagi mereka. Allah bermaksud agar pasangan nikah menjadi lebih serupa dengan Dia setiap hari. Ketika pasangan menangkap visi ini, pernikahan bukan untuk memenuhi rasa egois kita. Ini tentang menolong pasangan kita bertumbuh melalui cinta, kasih karunia, dan pengampunan. Kita bebas mengasihi pasangan kita, memungkinkannya untuk tumbuh, bahkan melalui kesalahan. Pernikahan adalah tentang memberi, membantu, melayani, percaya,
93
pemaaf, peduli, belajar, dan hidup melalui pasang surut kehidupan dari sekedar keinginan kita sendiri. Ketiga, pasangan Kristen dewasa dapat berperan dalam melayani kaum muda. Pasangan yang sudah lama menikah dapat menjadi model pernikahan yang baik. Mereka dapat menjadi alat gereja untuk menunjukkan rencana Allah tentang hubungan pernikahan yang besar, dan menjadi alat bagi orang lain untuk tumbuh bersama. Dalam masyarakat yang retak ini, bagaimana pasangan muda dapat bertumbuh jika mereka hanya bergaul dengan pasangan muda lainnya? Budaya kita, Facebook, dan fenomena internet bersifat egois dan memutuskan hubungan antar generasi. Alih-alih mencari untuk orang-orang yang lebih tua dan lebih bijaksana, banyak generasi muda meminta nasehat tentang pernikahan dan parenting dari sesama pasangan muda. Ini ibarat orang buta menuntun orang buta. Kita harus mengubah kecenderungan ini segera. Gereja perlu mengidentifikasi pasangan yang telah menikah selama puluhan tahun dan hidup dalam Tuhan, yang berhasil menghadapi tantangan rumah tangga selama bertahuntahun; mereka yang saling mencintai dan sangat berkomitmen satu sama lain. Pasangan seperti ini dapat memuridkan generasi muda, memberi mereka harapan, dan menjadi mentor yang luar biasa bagi orang lain. Gereja perlu melibatkan mereka untuk membangun pernikahan yang sehat di dalam jemaat. Sebagaimana gereja giat mengajarkan prinsip dasar dari ajaran-ajaran iman, kita tidak bisa lagi menganggap bahwa generasi muda tahu bagaimana membangun perkawinan dengan baik. Rusak atau disfungsional pernikahan dan keluarga mengisi telah menghiasi gereja-gereja kita, sehingga gereja memiliki kesempatan besar untuk menyediakan alat-alat untuk mengubah budaya ini. Untuk membuat ini menjadi kenyataan dalam gereja, kita perlu mengembangkan budaya pro-pernikahan. Seringkali kesibukan menyebabkan kita mengabaikan visi dan nilai pernikahan. Diperlukan cara untuk memperbaharui visi dan nilai pernikahan. Memperbaharui cara hidup yang dapat mengaburkan nilai pernikahan, termasuk pada hal-hal kecil seperti menyiapkan makan, membersihkan rumah dll. Budaya pro pernikahan adalah upaya menghidupi perjanjian nikah yang diikrarkan di hadapan Tuhan. Dibutuhkan tindakan untuk terus menerus memperbaharui janji pernikahan. Nilai kasih itu tetap, namun tindakan mengasihi mesti diperbaharui dari waktu ke waktu agar tidak mudah terkikis oleh situasi dan kondisi. Tiap-tiap hari kita perlu mencari jalan untuk membuat janji nikah menjadi vital. Para pemuda mesti yakin bahwa kasih bisa berkurang, komitmen bisa tergerus, namun perjanjian Allah bagi rumah tangga tidak berubah, bahkan bertambah setiap hari. Budaya pro pernikahan tidak mengandalkan cinta dan komitmen kita, tetapi mengandalkan cinta dan komitmen Tuhan bagi keluarga kita. (jam)
94
BAHAN PA PEREMPUAN
CATATAN PINGGIR PERGUMULAN KAUM BAPAK
Dalam menghayati bulan keluarga tahun ini, GMIT menetapkan salah satu tema mingguan adalah keluarga Allah adalah keluarga yang berdoa. Doa adalah hal yang diperintahkan Tuhan seperti dikatakan dalam Yesaya 55:6 dan Matius 7:7-8 yang kita letakan sebagai persembahan di hadapan Allah (Mazmur 5:3). Ada yang memberi refleksi, doa adalah membawa sorga ke bumi (bandingkan 2 Taw 32:20), doa nafas kehidupan, membangun relasi dengan Tuhan, sebuah ucapan syukur lebih dari sekedar menyampaikan permintaan kita. Dari sebab itu, keluarga yang berdoa bisa dimaknai sebagai kesempatan saling mengingat dan memelihara dalam doa di hadapan Allah; dan saat anggota keluarga bertemu menyembah dan mendengar firmanNya. Alkitab menempatkan doa keluarga sama pentingnya dengan doa-doa lainnya seperti: doa umum (Yesaya 56:7, keluarga 20:24), doa dalam kesusahan (2 Raja-raja 19;16, Yakobus 5:13), doa perorangan (Matius 6:6, Lukas 9:28,29), doa syafaat ( Lukas 22:32, Yakobus 5:14,16).
Seseorang menulis, "Menjadi bapak adalah tren demografi yang paling berbahaya dari generasi ini." Berbahaya karena berkaitan dengan kontribusi seorang bapak yang amat penting bagi keseluruhan perkembangan anak-anak mereka secara fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Bapak memainkan peran yang sangat positif dalam setiap indikator kemajuan anak, baik laki-laki dan perempuan. Bapak punya dampak terhadap kelulusan, kinerja sekolah, psikologis dan kesejahteraan fisik, keterlibatan kriminal, kehamilan remaja - dan seterusnya. Bapak memainkan peran besar. Seorang anak yang hidup tanpa bapak secara signifikan lebih mungkin untuk hidup dalam kemiskinan.
Belajar bersama 1. Pelajari Matius 18:19-20 apa janji Tuhan kepada keluarga yang berdoa? Menurut saudara bagaimana janji Tuhan itu menolong keluarga sdr (ayah, ibu, anak-anak). 2. Dalam Yermia 10:25 menyaksikan peranan penting dari keluarga yang berdoa bagi kelangsungan keselamatan yang lebih luas, yaitu bangsa Israel. Sebutkan nilai-nilai apa yang hilang dari keluarga-keluarga Israel dan apa dampaknya? 3. Pelajaran berharga apa yang saudara dapatkan dari Yermia 10:25 untuk memperkuat panggilan saudara sebagai keluarga yang berdoa?. Bagikan. 4. Saat teduh/doa secara pribadi dan bersama. (pinbp)
Peran seorang bapak juga sangat penting berkaitan dengan apa yang terjadi di dalam masyarakat kita, di mana begitu banyak bayi yang lahir di luar nikah, tingginya angka kemiskinan anak-anak, tingkat putus sekolah yang tinggi, dan meningkatnya remaja yang hamil. Semua ini seharusnya membuat setiap bapak tak dapat tidur nyenyak. Bagaimana jika hal-hal ini terjadi pada anak kita? Bagaimana menghindari hal-hal yang buruk ini bagi anakanak yang kita kasihi? Itu sebabnya gereja benar-benar harus berjuang dan berjuang agar semua bapak terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Bahkan jika sang bapak bercerai sekali pun, ia tidak lolos dari tanggung jawab ini terhadap anaknya. Di sinilah letak pentingnya pelayanan kaum bapak dalam gereja kita. Sayangnya, fakta belakangan ini menunjukkan bahwa jumlah laki-laki yang tidak mengikuti kebaktian di gereja terus bertambah. Warta pelayanan gereja-gereja kita di setiap minggu menggambarkan penurunan tersebut dengan jelas. Bahkan data dari negara lain seperti di AS menunjukkan trend yang lebih buruk: prospek kaum lelaki dalam gereja tampak agak muram (mungkinkah mirip gereja kita?):1
1
95
Pengunjung kebaktian Minggu terdiri dari 61 persen perempuan, 39 persen laki-laki. Pada setiap Minggu, perempuan dewasa yang menghadiri kebaktian 13 juta lebih banyak daripada pria. Kurang lebih 25 persen para isteri beribadah di gereja tanpa suami mereka. Lebih dari 70 persen anak laki-laki yang dibesarkan di gereja akan meninggalkannya saat remaja dan usia 20-an. Banyak dari anak-anak ini tidak akan pernah kembali ke gereja. Lebih dari 90 persen laki-laki percaya pada Tuhan, dan lima dari enam menyebut diri mereka Kristen. Tapi hanya satu dari enam menghadiri gereja pada hari Minggu. Rata-rata pria menerima realitas Yesus Kristus, tetapi gagal melihat nilai apapun untuk pergi ke gereja. Kurang dari 10 persen gereja-gereja yang konsisten membangun atau mengembangkan pelayanan kaum bapak yang hidup.
http://churchformen.com/men-and-church/where-are-the-men
96
Kecenderungan tentulah perlu diperbaiki. Tuhan tidak sembarangan memberi kita gelar “bapak”. Tuhan ingin setiap bapak memberikan kontribusi pada kehidupan anak laki-laki dan perempuannya dengan cara yang sangat unik, cara-cara yang tidak bisa dilakukan seorang ibu. Itu bukan karena ibu memiliki kekurangan, tetapi Allah menciptakan setiap bapak secara khas. Apa yang dapat seorang bapak kontribusikan pada kehidupan anak-anak mereka? Ketika memiliki anak-anak, tugas seorang bapak yang utama ialah mengajarkan firman Tuhan kepada mereka sehingga mereka bertumbuh dalam iman dan menjadi pecinta Yesus yang sejati. Kita benar-benar ingin anak kita tahu apa artinya menjadi pengikut Yesus sepenuhnya. Hal itu tercapai bila setiap bapak senantiasa mendekati Tuhan dengan rendah hati dan hormat. Ia mesti menjadi seorang pendoa yang serius bagi keluarganya. Ia mempelajari firman Tuhan dengan sungguh untuk mengetahui jalan Tuhan bagi anak-anaknya. Seorang bapak perlu memastikan bahwa pernikahannya merupakan prioritas. Anakanaknya harus tahu bagaimana komitmennya untuk setia pada isterinya – mama yang mereka cintai - sampai kematian memisahkan. Anak-anak akan sangat merasakan manfaat dari memiliki bapak dan ibu yang pernikahannya bahagia dan yang selalu ada dalam hubungan yang indah dengan Allah. Anak-anak bisa melihat bagaimana bapaknya memperlakukan ibu mereka dengan kehormatan. Mereka melihat bapaknya sebagai suami yang saleh. Dia memimpin rumah tidak hanya dalam mencintai istrinya, tetapi juga menjadi mentor spiritual bagi seluruh anggota keluarga. Ia mengembangkan rumahnya sebagai tempat untuk belajar mengasihi Tuhan dan mengasihi orang lain. Ia menunjukkan rasa hormat bagi seisi rumahnya sehingga anak-anaknya akan berkata: "Bapak selalu menghormati kami sekeluarga; dia sangat menghargai mama; ia menghormati saya." Tindakan seorang bapak seperti ini adalah khotbah yang kuat untuk anak-anaknya. Anakanaknya akan melakukan kebenaran bukan karena mereka tahu bahwa itu benar, tapi karena melihat bapaknya melakukan hal itu. Kecenderungan menjauhnya kaum bapak dari gereja sudah tentu mengkuatirkan kita semua. Namun kita tidak harus kecewa dan putus asa oleh krisis kaum bapak. Sebaliknya, kita mesti berjuang sekuat tenaga untuk menjangkau mereka kembali pada Tuhan. Pembaharuan iman kaum bapak ini akan menjadi mungkin jika Gereja dan semua pemimpin pelayanan kaum bapak mampu menawarkan sebuah visi yang mencakup masa depan yang penuh harapan buat mereka. Ketika Gereja melakukannya dengan benar bagi kaum bapak, rumah tangga dan masyarakat akan mendapatkan manfaat yang besar, juga bagi gereja sendiri. (jam)
97
98