LAPORAN HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN SEPTEMBER 2016 Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733
0
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN CurahHujan < 150 mm /bulan :
Bali NTT NTB Jawa Timur Sulawesi Tenggara DKI Jakarta DIY Maluku Kep. Bangka-Belitung Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Banten Jawa Tengah Sulawesi Utara Jawa Barat Nangroe Aceh Darussalam Maluku Utara
CurahHujan > 150 mm /bulan :
Kalimantan Barat Kalimantan Timur Papua Barat Papua
Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
CurahHujan 150 - 250 mm /bulan:
Gorontalo Kep. Riau Lampung Riau Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Sumatera Barat Sumatera Utara Kalimantan Tengah
1
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasidari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa provinsi. Selengkapnya pada: http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php
Gambar 2.1: Potensi Banjir di PulauJawa Minggu-I, 1-4 September 2016
Gambar 2.2: Potensi Banjir di Pulau Sumatera Minggu-II, 5-11 September 2016
Gambar 2.3: Potensi Banjir di Pulau Kalimantan Minggu-III, 12-18 September 2016
Gambar 2.4: Potensi Banjir di Pulau Sulawesi Minggu-IV, 19-25 September 2016
2
Gambar 2.5: Potensi Banjir di PulauJawa Minggu-V, 26-30 September 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.1. 3.2.
3.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code (Kondisi Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api) Peringkat numeric dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indicator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 September 2016):
Dasarian-II (11-20 September 2016):
FFMC ekstrim terpantau di pesisir NAD, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
FFMC ekstrim terpantau di pesisir NAD, Sumatea Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Gambar 3.1.a. Kondisi FFMC pada Dasarian-I September 2016
Dasarian-III (21-30 September 2016): FFMC ekstrim terpantau di NAD, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. BangkaBelitung, Kep. Riau, Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur.
Gambar 3.1.b. Kondisi FFMC pada Dasarian-II September 2016
3
Gambar 3.1.c. Kondisi FFMC pada Dasarian-III September 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.2. DC = Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap ) Peringkat numeric dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indicator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut.
3.3.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 September 2016):
Dasarian-II (11-20 September 2016):
DC tinggi dan DC ekstrim hanya terpantau dalam luasan kecil di Provinsi NAD, Kep. Bangka-Belitung, serta Kalimantan Selatan.
DC tinggi dan ekstrim terpantau dalam luasan yang kecil dan terpantau hanya di Provinsi NAD, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, dan Kalimantan Selatan.
Dasarian-III (21-30 September 2016): Tidak berbeda pada Dasarian-II, pada dasarian-III, DC tinggi dan ekstrim juga terpantau dalam luasan yang kecil di Provinsi NAD, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.b. Kondisi DC pada Dasarian-II September 2016 Gambar 3.1.a. Kondisi DC pada Dasarian-I September 2016
4
Gambar 3.1.c. Kondisi DC pada Dasarian-III September 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
3.3. ISI = Initial Spread Index (Kesulitan Pengendalian) Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 September 2016): ISI ekstrim terpantau di Provinsi NAD, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. BangkaBelitung, Kep. Riau, bagian selatan Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.a. Kondisi ISI pada Dasarian-I September 2016
Dasarian-II (11-20 September 2016): ISI ekstrim terpantau di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.b. Kondisi ISI pada Dasarian-II September 2016
5
Dasarian-III (21-30 September 2016): ISI ekstrim terpantau dalam luasan kecil di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.c. Kondisi ISI pada Dasarian-III September 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
3.4. FWI = Fire Weather Index(Index Cuaca Kebakaran) Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 September 2016): FWI ekstrim terpantau dalam luasan kecil di Provinsi NAD, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, dalam luasan kecil di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.a. Kondisi FWI pada Dasarian-I September 2016
Dasarian-II (11-20 September 2016): FWI ekstrim terpantau di Provinsi NAD, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.b. Kondisi FWI pada Dasarian-II September 2016 Agustus 2016
6
Dasarian-III (21-30 September 2016): FWI ekstrim semakin berkurang di dasarianIII, terpantau dalam luasan kecil di NAD, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. BangkaBelitung dan hampir tidak terdeteksi di Pulau Kalimantan.
Gambar 3.1.c. Kondisi FWI pada Dasarian-III September 2016 Agustus 2016
4. PEMANTAUAN TITIK API (HOT-SPOT) Informasi titik panas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php Hasil pengamatan bulan September 2016 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 220 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 476 titik panas, di P. Jawa terpantau 18 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 114 titik panas, (Bali,NTB,NTT) terpantau 190 titik panas, (Papua,Papua Barat) terpantau 3 titik panas dan (Maluku,Maluku Utara) terpantau 25 titik panas.
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi Di Indonesia bulan September 2016
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia bulan September 2016
7
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA
Kondisi Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di di Pulau Jawa dan Bali selama bulan September 2016 masih didominasi oleh kelas bera, air dan TKV sangat rendah.
Untuk kelas bera masih mendominasi di Provinsi Banten yaitu Kabupaten Serang, Tangerang, dan Pandeglang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Karawang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Grobogan, Demak, dan Pati. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Probolinggo. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Badung, dan Gianyar.
Untuk kelas air masih didominasi di Provinsi Banten yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Tangerang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Indramayu, Karawang, dan Subang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Demak, Grobogan, dan Cilacap.
Untuk TKV sangat rendah masih mendominasi Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, dan Gunung Kidul. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Jember, Ngawi, dan Lumajang. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Badung.
8
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016 .
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. JAWA
Kondisi fase lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali selama bulan September 2016 masih didominasi oleh fase bera dan vegetatif-1.
Lahan sawah dengan fase Vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang, Tanggerang, dan Pandeglang. Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Subang, Karawang dan Indramayu. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Blora, Grobogan, dan Sragen. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Jember, Bondowoso, dan Lamongan. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan dan Gianyar.
Sedangkan lahan sawah dengan fase bera di dominasi di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Blora, Grobogan, dan Sragen. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Kulon Proga, Sleman, dan Gunung Kidul. Provinsi Jawa Timur yaitu
Kabupaten Lamongan dan Jember.
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Jawa bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016.
9
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA
Musim kemarau di bulan September 2016 yang ditandai dengan intensitas curah hujan yang masih rendah mempengaruhi kondisi lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali. Pada periode ini, lahan sawah berpotensi mengalami rawan kekeringan ringan/sedang dan sebagian kecil mulai mengalami kering berat/puso. Lahan sawah yang berpotensi mengalami kekeringan ringan/sedang terdapat di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Pandeglang, Tangerang, dan Serang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Indramayu, Bekasi, dan Karawang. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Grobogan, Demak, dan Pati. Provinsi D.I Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Bantul. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Probolinggo. Provinsi Bali yaitu di Kabupaten Bangil, Bulengeleng, dan Klungkung.
Sedangkan lahan sawah yang berpotensi mengalami kering berat/puso terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Bekasi. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Pati, Grobogan, dan Demak. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Mojokerto, Gresik, dan Probolinggo.
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Jawa bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016.
10
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016.
Hasil pemantauan Kondisi Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Pulau
Lahan sawah di Provinsi Jambi di dominasi oleh TKV sangat rendah yaitu di
Sumatera selama bulan September 2016 didominasi TKV sangat rendah dan bera.
Kabupaten Tanjungjabung Timur, Tanjungjabung Barat dan Kerinci. Di Provinsi
Untuk Periode Bulan September 2016 TKV sangat rendah mendominasi di Provinsi
Bengkulu di dominasi oleh TKV sangat rendah yaitu di Kabupaten Bengkulu
Sumatera Utara yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Deliserdang dan Labuhanbatu.
Selatan, Bengkulu Utara, dan Rejanglebong. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di dominasi oleh TKV bera yaitu di Kabupaten
di dominasi oleh TKV bera yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering, dan
Pidie, Aceh Utara dan Aceh Besar. Sedangkan pada Provinsi Sumatera Barat di
Ogan Komering Ulu Timur. TKV Bera masih mendominasi Provinsi Bangka Belitung
dominasi oleh TKV sangat rendah yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman
yaitu di Kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Bangka. Sedangkan pada
Barat, dan Limapuluhkoto. Sementara itu di Provinsi Riau di dominasi oleh TKV
Provinsi Lampung di dominasi oleh TKV bera yaitu Kabupaten Lampung Tengah,
bera yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragili Hilir dan Pelalawan.
Lampung Timur, dan Lampung Selatan.
11
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SUMATERA
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sumatera bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016. Pemantauan fase lahan sawah di Pulau Sumatera pada Bulan September 2016 menunjukkan, lahan
Sedangkan lahan sawah dengan fase Generatif-2 mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh
sawah yang didominasi oleh vegetatif-1 dan generatif-1.
Darussalam yaitu Kabupaten Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur. Provinsi Sumatera Utara
Lahan sawah dengan fase Vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
yaitu Kabupaten Labuhan Batu , Deliserdang dan Serdang Bedagai. Provinsi Sumatera Barat
yaitu Kabupaten Pidie, Aceh Tenggara, dan Aceh Barat Daya. Provinsi Sumatera Utara yaitu
yaitu Kabupaten Agam, Pasaman Barat, dan Kota Padang Pariaman. Provinsi Riau yaitu
di Kabupaten Serdang Bedagai, Tapanuli Selatan dan Deli Serdang. Provinsi Sumatera Barat
Kabupaten Indragiri Hilir dan Rokan Hilir. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjungjabung
yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan Limapuluhkoto. Provinsi Riau yaitu
Timur, Tanjungjabung Barat dan Muarojambi. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten
Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir dan Kuantan Singingi. Provinsi Jambi yaitu di
Lebong, Bengkulu Utara, dan Rajanglebong. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di
Kabupaten Kerinci, Tanjungjabung Timur, dan Tanjungjabung Barat. Provinsi Bengkulu yaitu
Kabupaten Ogan Komering, Ogan Komering Ulu, dan Banyuasin. Provinsi Bangka Belitung
di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Seluma. Kemudian Provinsi Sumatera
di Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat, dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu
Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu. Provinsi
Kabupaten Lampung Timur, dan Tulangbawang.
Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Tulangbawang dan Lampung Selatan.
12
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sumatera bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016.
Pemantauan lahan sawah di Pulau Sumatera pada Bulan September 2016
Kabupaten Dharmasraya. Provinsi Riau banjir ringan untuk lahan sawah
menunjukkan beberapa daerah lahan sawah berpotensi mengalami rawan
ada di Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan Sumatera Selatan yaitu di
banjir.
kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Ogan Komering Ulu.
Lahan sawah yang berpotensi mengalami banjir ringan di Provinsi Aceh terdapat di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, dan Gayo Lues.
Sedangkan Lahan sawah di Provinsi Sumatera Utara yang berpotensi
Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Tanjungjabung Barat, Tanjungjabung
mengalami banjir berat/puso terdapat di Kabupaten Langkat, Karo, dan
Timur, dan Muarojambi. Kemudian Provinsi Sumatera Barat yaitu di
Deliserdang .
13
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sulawesi bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016.
dan Gowa. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu terdapat di Kabupaten Kendari, Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Pulau Sulawesi
Konawe Selatan dan Kolaka.
bulan September 2016 masih didominasi TKV rendah dan TKV sedang.
Sedangkan TKV sedang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, dan Minahasa. Provinsi
Lahan sawah TKV rendah mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di
Gorontalo yaitu terdapat di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato.
Kabupaten Kota Bitung, Kep. Sangihe dan Kep Talaud. Provinsi Gorontalo
Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Porigomoutong dan
yaitu terdapat di Kabupaten Boalemo, Gorontalo, dan Pahuwato. Provinsi
Toli-toli. Provinsi Sulawesi Barat yaitu terdapat di Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong.
Polewaliwamasa dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat di
Provinsi Sulawesi Barat yaitu di kabupaten Mamasa, Poliwaliwamasa, dan
kabupaten Bone, Wajo dan sidenrengrappa. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu
Mamuju. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat di Kabupaten Wajo, Bone
di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Bombana.
.
14
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan September 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016.
Pemantuan fase tanaman padi sawah di Pulau Sulawesi bulan September 2016
Sementara
itu, lahan sawah dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Provinsi
didominasi oleh fase tanaman padi sawah vegetatif-2 dan vegetatif-1.
Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato.
Lahan sawah dengan fase vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di
Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Porigomoutong dan Banggai.
Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, dan Minahasa. Provinsi
Provinsi Sulawesi Barat yaitu di kabupaten Polewaliwamasa, Mamuju dan Mamasa.
Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di kabupaten Wajo, Bone dan Sindenrengrappan.
Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Toli-toli dan Banggai. Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
yaitu di kabupaten Mamuju, Polewaliwamasa dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di kabupaten Wajo, Bone dan Sindenrengrappan. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Kolaka dan Konawe Selatan.
15
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan September 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 28 Agustus – 04 September 2016, 05 – 12 September 2016, 13 – 20 September 2016, dan 21 – 28 September 2016.
Intensitas curah hujan < 400 mm selama bulan September 2016
dan Minahasa. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Morowali,
mengakibatkan lahan sawah di Pulau Sulawesi berpotensi mengalami
Porigomoutong dan Banggai. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten
kondisi rawan kekeringan.
Jeneponto, Takalar dan Pinrang .
Lahan sawah yang berpotensi mengalami kekeringan ringan/sedang
Kabupaten Kendari, Bombana dan Kolaka.
terbanyak di Provinsi Sulawesi Utara yaitu, di kabupaten BolaangMongodow
16
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di
14. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN) Tabel 14.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan dari satelit NOAA-AVHRR dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan September 2016 dihasilkan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu project area PA01,PA02, PA03, PA05, PA06, PA07, PA10, PA11, PA12, PA13, PA14, PA15, PA16, PA19, PA20, PA21 dan PA24 sebanyak 79 buah. Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan September 2016 dan daerah-daerah tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 14.1.
Gambar 14.1. Projek Area ZPPI
17
Projek Area PA05,PA06, PA12, PA13, PA14, PA20 dan PA21 Projek Area PA07, PA15, PA16 dan PA24
Projek Area PA01, PA02, PA03, PA10, PA11 dan PA19
18