BAHAN AJAR PEMBELANJAAN PERUSAHAAN HUTAN
Oleh Ir. Siswantoyo, MS
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004
BAB I LINGKUP PEMBELANJAAN PERUSAHAAN HUTAN 1.1
Pengertian dan Fungsi Pembelanjaan Dalam Perusahaan Hutan Untuk dapat menjalankan usahanya setiap perusahaan memerlukan dana.
Dana dapat diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari hutang. Dana yang diperoleh perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, piutang dagang, mengadakan persediaan kas dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau sekuritas baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Dengan demikian maka untuk dapat melakukan bisnis, setiap perusahaan selalu memerlukan aktiva riil (real assets), baik yang berwujud (tangible assets) seperti mesin, pabrik, kantor, kendaraan, maupun yang tidak berwujud (intangible assets) seperti keahlian teknis (technical expertise), merek dagang (trade-mark) dan paten. Untuk memperoleh aktiva riil tersebut, perusahaan harus mencari uang untuk membayarnya, antara lain dengan cara menjual saham atau obligasi bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) maupun sekuritas lain atau mencari kredit dari bank. Sekuritas tersebut yang berupa sepotong kertas itu disebut aktiva keuangan (financial assets). Kertas-kertas yang merupakan aktiva keuangan itu mempunyai nilai sehingga dapat diperjualbelikan karena kertas-kertas tersebut mempunyai tuntutan atau hak (claims) atas aktiva riil dari perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut. Pada unit perusahaan hutan tercakup pula hal-hal seperti diatas. Ditinjau dari segi kegiatan unit perusahaan secara makro, jenis kegiatan dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain: a. Produksi: untuk kegiatan ini mencakup pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hutan, dan pemanenan. b. Pemasaran hasil mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan penjualan hasil hutan. c. Perencanaan
meliputi
kegiatan
penataan
areal
(penentuan
tata
batas),
inventarisasi tegakan, dan penyusunan Rencana Pengusahaan Hutan. d. Umum dan pengembangan sumber daya manusia. e. Finansial atau keuangan. Bagian finansial akan bertanggung jawab terhadap pembelanjaan perusahaan untuk membiayai kegiatan produksi, pemasaran, serta umum dan pengembangan
sumber daya manusia sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk perusahaan hutan secara lengkap harus mewujudkan kelestarian hutan menjadi kenyataan (kelestarian produksi, usaha, sosial, lingkungan, maupun sumber daya hutan itu sendiri). Dalam lingkup perusahaan, pembelanjaan perusahaan dapat dibatasi pada lingkup unit perusahaan secara sendiri-sendiri maupun keseluruhan dalam bentuk organisasi profit center. Sebagai contoh untuk perusahaan hutan di Perum Perhutani, unit perusahaan yang langsung adalah unit-unit pengelolaan atau KPH-KPH (Kesatuan Pem.angkuan Hutan). Pendapatan dari belanja perusahaan diperhitungkan pada tingkat KPH, akan tetapi anggaran pendapatan dari belanja perusahaan juga dapat diperhitungkan pada tingkat Perum Perhutani secara keseluruhan (profit center) yang meliputi kantor direksi di Jakarta, kantor unit (Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat), dan seluruh KPH yang ada termasuk unit-unit industri. Demikian pula halnya yang terjadi di luar Jawa, pembelanjaan dapat dilakukan pada tingkat unit HPH (camp), unit HTI (camp), dan juga pada level perusahaan HPH dan ditambah dengan industri yang secara keseluruhan merupakan unit usaha perusahaan group dalam organisasi profit center. Untuk unit perusahaan hutan karena mencakup aspek kelestarian untuk menilai sampai seberapa jauh fungsi pembelanjaan dapat mempengaruhi secara langsung maka analisis pembelanjaan perusahaan harus dilakukan pada tingkat KPHIHPH/HTI pada tiap-tiap unit yang ada di lapangan. Kelestarian hutan banyak ditentukan oleh jenis dan volume kegiatan di lapangan. Dilihat dari suatu saat tertentu, kelompok dana yang ada dalam perusahaan bersifat statis, yang mencerminkan keadaan pada suatu saat, yaitu yang tercermin pada jumlah aktiva lancar dan jumlah aktiva tetap pada saat tertentu, jumlah sumber dana jangka pendek dan jumlah sumber dana jangka panjang yang digunakan untuk membelanjai atau mendanai aktiva tersebut pada saat tertentu. Dilihat dari suatu periode tertentu, misalnya satu tahun, maka selama satu periode tersebut, yaitu permulaan tahun sampai akhir tahun, kumpulan dana yang ada dalam perusahaan itu selalu berubah dan perubahan-perubahan jumlah dana yang terjadi selama periode tersebut dikenal sebagai aliran dana. Manajer keuangan suatu perusahaan bertugas untuk mengelola aliran dana tersebut sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dimaksudkan dengan manajer keuangan di sini adalah manajer perusahaan yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan penting mengenai investasi (investment) dan pendanaan (financing).
Dengan mengacu pada kegiatan perusahaan hutan dalam satu unit perusahaan hutan dalam satu tahun, dan jenis serta volume pekerjaan satu tahun yang sudah diatur dalam mekanisme kelestarian dan selanjutnya akan dijabarkan dalam rencana menurut tata waktu (bulanan dan triwulan). Di dalam unit perusahaan hutan tata waktu kegiatan sangat dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau kegiatan pemanenan hasil akan meningkat sehingga aliran dana keluar untuk belanja akan meningkat. Sebagai contoh di luar Jawa dengan sistem mekanis maka pada musim kemarau belanja untuk bahan bakar dan pelumas, suku cadang, dan upah langsung akan meningkat. Pada kasus lain musim penghujan aliran dana keluar untuk kegiatan penanaman akan meningkat. Keperluan aktiva lancar kas, persediaan dan lain sebagainya dengan sendirinya juga akan dinamis mengikuti kegiatan perusahaan menurut waktu. Di samping itu komponen aliran dana keluar secara prioritas pengadaarmya kemungkinan berbeda. Sebagai contoh persediaan kas untuk gaji karyawan harus mendapat prioritas, untuk material apabila perusahaan mempunyai hubungan baik dengan pemasok, maka pembayaran dapat diatur dengan kredit/hutang sehingga akan berpengaruh terhadap pengadaan kas. Pada lain pihak aliran dana masuk akan tergantung dari penjualan kayu mencakup tata waktu kapan kayu terjual (kas masuk), yang pada kenyataannya belum tentu sesuai dengan aliran dana keluar. Adanya sistem penjualan dengan kredit juga mempengaruhi tata waktu aliran dana masuk. Salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan kehutanan adalah adanya batasan faktor alam atau musim. Adanya keterlambatan pengadaan bibit atau penanaman yang disebabkan oleh tidak tersedianya dana dapat berakibat batal (gagal tanaman). Dengan pertimbangan teknis yang baik, kewajiban manajer keuangan adalah menyediakan dana dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu. Untuk dana investasi atau modal tetap harus dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu produksi yang telah ditetapkan. Sebagai contoh adalah adanya dana investasi untuk penggantian peralatan yang sudah cukup umur (replacemant) sangat diperlukan untuk mempertahankan produksi. Prinsip manajemen perusahaan menuntut agar dalam memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas. Dengan demikian maka pembelanjaan perusahaan atau manajemen keuangan tidak lain adalah manajemen untuk fungsi-fungsi pembelanjaan. Dalam pengertian
manajemen terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan, dan pengendalian. Berhubung dengan itu maka perlu ada perencanaan dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana. Dari uraian di atas maka pada dasarnya dapat dikatakan bahwa fungsi pembelanjaan dalam perusahaan meliputi (1) fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana (use/allocation of funds) dan (2) fungsi pemenuhan dana atau fungsi pendanaan (financing, obtaining of funds). Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efisien ini berarti bahwa setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva harus dapat digunakan seefisien mungin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi atau rentabilitas yang maksimal. Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Agar supaya dana yang tertanam dalam masing-masing unsur aktiva tersebut di satu pihak tidak terlalu kecil jumlahnya sehingga dapat rnengganggu likuiditas dan kontinyuitas usaha, dan di lain pihak tidak terlalu besar jumlahnya sehingga dapat menimbulkan pengangguran dana, maka perlulah pengalokasian dana tersebut didasarkan pada perencanaan yang tepat sehingga penggunaan dana dapat dilakukan secara optimal. Efisiensi penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Dengan demikian maka manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana harus selalu mencari alternatif-alternatif investasi untuk kemudian dianalisis, dari hasil analisis itu harus diambil keputusan alternatif investasi mana yang akan dipilih. Dengan kata lain manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi (investment decision). Di dalam satu unit perusahaan hutan berbeda dengan perusahaan lain karena pada umumnya kegiatan sudah dibatasi pada mekanisme kelestarian yaitu etat luas tebangan dan etat volume tebangan. Meskipun terjadi kenaikan permintaan kayu oleh masyarakat, unit perusahaan hutan tetap tidak boleh menebang melebihi etat tersebut sesuai dengan prinsip kelestarian. Pada unit perusahaan hutan yang telah dikelola secara lestari maka kegiatan untuk mekanisme kelestarian hutan sudah merupakan kegiatan rutin di lapangan seperti tanaman, tebangan, pemeliharaan, perencanaan dan sebagainya. Pengalaman yang cukup lama akan memberikan pengetahuan dalam pengelolaan dana sehingga realisasinya akan tidak banyak berbeda dengan rencana. Dari pengalaman ini akan dapat dibuat semacam standar khususnya yang menyangkut pembelanjaan antara lain:
a. Tarif upah berbagai jenis kegiatan, tarif upah borongan, harian dan lain-lain. b. Standar biaya untuk bangunan (biaya per m2 dan lain sebagainya). c. Standar biaya material: keperluan biji, bibit, bahan bakar (solar), pelumas, dan lain sebagainya. d. Standar biaya peralatan. e. Standar upah perjalanan dinas. f.
Gaji tetap pegawai. Sedangkan dari aspek pemenuhan dana khususnya dari penjualan harga kayu
pada umumnya telah ditentukan harga patokan sehingga harga pasar aktual telah dapat diperkirakan baik itu melalui lelang, kontrak maupun cara penjualan lainnya. Harga patokan tentunya harus diperkirakan berdasarkan biaya produksi dan lain-lain dalam kegiatan pengusahaan hutan. Mengenai
aliran
dana
masuk
menurut
waktu
dapat
dipertimbangkan
berdasarkan kapan dilaksanakan lelang kayu, kapan jatuh tempo pembayaran menurut kontrak, dan lain-lainnya semuanya akan mempengaruhi kebijaksanaan pengelolaan keuangan. Pengaturan mengenai persediaan kas, berapa yang dapat ditabung secara terus menerus, berapa yang ditabung sementara thn sebagainya, bagaimana pengaturan aliran dana masuk atau keluar antar unit dengan lainnya dalam perusahaan profit center dan lain sebagainya. Fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan juga harus dilakukan secara efisien. Manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Manajer keuangan harus mempertimbangkan dengan cermat sifat dan biaya dari masing-masing sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda. Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber intern perusahaan, yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan (retained earnings): Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan kebutuhan dananya dari sumber intern dikatakan perusahaan itu melakukan pembelanjaan atau pendanaan intern (internal financing). Dalam konteks ini pengertian pembelanjaan adalah dalam artian yang sempit karena hanya menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan dana, atau sering digunakan istilah pendanaan. Makin besarnya sumber dana intern yang berasal dari laba ditahan akan memperkuat posisi keuangan perusahaan dalam menghadapai
kesulitan keuangan di waktu-waktu mendatang. Bagian keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan akan digunakan oleh perusahaan sebagai cadangan untuk menutupi kerugian-kerugian yang akan timbul di waktu yang akan datang, akan dapat digunakan untuk melunasi hutang perusahaan, dapat digunakan untuk menambah modal kerja ataupun untuk membelanjai perusahaan di waktu yang akan datang. Di lain pihak pemilik perusahaan juga menginginkan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat dibagikan kepada mereka sebagai deviden (bagi perusahaan yang berbentuk PT). Oleh karena di satu pihak perusahaan ingin tumbuh yang berarti harus menahan sebagian keuntungannya untuk diinvestasikan kembali (reinvest), dan di lain pihak perusahaan juga ingin riiembayarkan sebagian keuntungannya kepada pemilik perusahaan, maka manajer keuangan khususnya dan perusahaan pada umumnya harus dapat menjaga keseimbangan antara kedua keinginan tersebut. Kebijakan ini merupakan salah sath aspek dan kebijakan deviden, yang tidak dapat dilepaskan dan kebijakan pendanaan. Untuk hal di atas dalam perusahaan hutan sejarahnya dimulai dari adanya hutan alam lebih dahulu. Dari segi ini maka dana investasi yang diperlukan tidak dimulai dari nol. Pada tahun pertama telah tersedia dana dari hasil penjualan kayu. Meskipun demikian perlu ada dana untuk modal pembelian peralatan mekanis (traktor, truk) pembangunan base camp dan lain-lain. Kasus ini terjadi pada awal sejarah pengusahaan hutan HPH di luar Jawa. Selanjutnya untuk tahun-tahun berikutnya untuk modal penggantian peralatan seharusnya telah tersedia dari sumber internal perusahaan hutan yaitu laba yang ditahan atau akumulasi dan penyusutan. Apabila persepsi HPH benar, maka areal yang tidak produktif di wilayahnya harus direhahilitasi atau ditanami sebagai bagian dari mekanisme kelestarian. Biaya rehabilitasi atau tanaman masuk dalam biaya produksi (bagian dari harga pokok produksi). Di samping sumber intern, dalam memenuhi kebutuhan dana suatu perusahaan dapat pula menyediakan dari sumber ekstem, yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi, kredit dari bank. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber luar disebut pembelanjaan ekstem atau pendanaan ekstern (external financing). Apabila perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya dipenuhi dari dana yang berasal dari pinjaman, dikatakan perusahaan itu melakukan pendanaan utang atau pembelanjaan utang (debt financing). Kalau kebutuhan dana diperoleh dari emisi atau penerbitan saham barn dikatakan perusahaan itu melakukan pendanaan atau pembelarijaan modal sendiri (external equity financing atau equity financing).
Dalam melaksanakan fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan (financing), manajer keuangan harus selalu mencari alternatifaltematif sumber dana untuk kemudian dianalisis, dan dari hasil analisis tersebut harus diambil keputusan alternatif sumber dana atau kombinasi sumber dana mana yang akan dipilih. Dengan demikian manajer keuanganpun harus mengambil keputusan pendanaan (financing decision). Dengan demikian maka fungsi pembelanjaan atau manajemen keuangan pada dasamya terdiri atas: 1. Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana (use/allocation of fund) yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan ahernatif investasi atau keputusan investasi, dan 2. Fungsi memperoleh dana (obtaining funds) atau fungsi pendanaan yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan altematif pendanaan atau keputusan pendanaan (financing decision). Berhubung dengan itu maka pengertian pembelanjaan perusahaan (dalam yang luas) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas perusahaan bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperiukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin. Di dalam perusahaan hutan hal tersebut akan berkaitan dengan pemilikan sumber dana dan alokasinya yang dalam prakteknya bervariasi disebabkan oleh variasi dalam manajemennya, antara lain unit perusahaan HPH dengan sistem mekanis penuh yang dalam hal ini memerlukan modal (capital) cukup besar, dalam sistem ini masih bervariasi dalam hal pemiliham mesin berdasarkan jenis dan kapasitasnya ataupun besarnya skala usaha berdasarkan luas atau hasil produksi tahunan. Sistem di atas dilaksanakan pada hutan tanah kering. Variasi lain adalah HPH dengan sistem semi mekanis yang dilaksanakan pada hutan rawa. Pada sistem ini penggunaan mesin terbatas dan selanjutnya lebih banyak menggunakan tenaga kerja. Pada kasus lain HPHTI juga bervariasi dari segi skala usaha, tujuan perusahaan, tingkat teknologi yang berkaitan dengan modal untuk peralatan, jenis kayu yang ditanam, daur. dan sebagainya. Pada kasus lain yaitu pada areal yang tidak produktif secara manajemen masuk ke dalam unit FTPHTI (Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri). Pada kasus ini penebangan atau penjualan kayu tidak dapat dilakukan pada tahun pertama karena harus menunggu sampai umur masak tebang atau melewati daur tanaman yang telah ditetapkan.
1.2
Perkembangan
Pembelanjaan
Perusahaan
sebagai
Suatu
Disiplin
Akademik Pembelanjaan perusahaan seperti dalam bentuk yang sekarang ini adalah hasil perkembangan selama hampir satu abad. Pembelanjaan perusahaan sebagai suatu disiplin akademik mengalami perkembangan secara evolusioner dari waktu ke waktu. Pada mulanya studi pembelanjaan perusahaan lebih menekankan pada perolehan dana perusahaan. Oleh karena itu studi pembelanjaan banyak bersangkutan dengan masalah instrumen dari institusi terutama untuk menempatkan dana jangka panjang melalui pasar modal. Pasar modal pada waktu masih relatif primitif. dan transfer dana dari penabung individual kepada perusahaan masih sangat sulit. Dengan demikian studi pembelanjaan perusahaan waktu itu sudah bersangkutan dengan pasar modal, tetapi studi ini masih oleh studi deskriptif tentang instrumen, institusi, dan aspek-aspek legalistik saja. Pembelanjaan perusahaan sampai permulaan tahun lima puluhan dikuasai oleh pendekatan tradisional yang telah dikembangkan selama tahun dua puluhan dan tiga puluhan, yaitu mempelajari pembelanjaan perusahaan dilihat dari sudut pandang orang luar perusahaan, misalnya dari sudut pandang kreditur dan investor, dan tidak menekankan pada pengambilan keputusan di dalam perusahaan. Apabila sebelum tahun lima puluhan studi pembelanjaan lebih menekankan pada masalah mendapatkan dana, maka dalam tahun lima puluhan perhatian yang lebih besar diberikan pada masalah penggunaan atau pengalokasian dana, dan salah satu perkembangan yang penting dalam dasawarsa tersebut adalah adanya prosedur analisis yang sistematis terhadap manajemen internal di dalam perusahaan dengan fokus pada aliran dana di dalam perusahaan itu sendiri. Dalam pertengahan tahun lima puluhan perhatian yang besar diberikan kepada permasalahan capital budgeting. Penekanan pada topik ini yang terjadi bersama-sama dengan pengembangan konsep present value merupakan katalisator bagi perubahan-perubalian besar yang terjadi pada masa-masa berikutnya. Dengan perkembangan metode dan teknik baru dalam penilaian proyek-proyek investasi, muncullah kerangka kerja untuk mengalokasikan modal dalam perusahaan. Fokus dari pembelanjaan makin bergeser dari sudut pandangan orang luar perusahaan ke sudut pandangan orang dalam perusahaan. Keputusan-keputusan finansial di dalam perusahaan menjadi pokok permasalahan yang kritis dalam pembelanjaan perusahaan. Selain itu permasalahan pokok dalam pembelanjaan yang sebelumnya sebagian besar hanya bersangkutan dengan utang dan modal sendiri
dalam neraca, dalam perkembangannya menyangkut pula masalah perimbangan, komposisi dari pertumbuhan aktiva. Model-model matematika dikembangkan dan diterapkan dalam analisa unsurunsur aktiva dalam neraca. Analisa rasio finansial dan biaya modal terus dikembangkan. Masalah penilaian perusahaan muiai menonjol pada akhir tahun lima puluhan. Masalah bagaimana investor dan kreditor melakukan penilaian terhadap perusahaan, dan bagaimana pengaruh suatu kebijakan tertentu dalam pembelanjaan terhadap penilaian investor dan kreditur terhadap perusahaan yang bersangkutan merupakan hal-hal yang harus dipahami dan dikuasai oleh seorang manajer keuangan. Dengan
demikian
maka
apabila
pada
permulaannya,
pembelanjaan
perusahaan mempelajari pasar modal hanya dari sudut institusi, prosedur dan aspekaspek hukum yang bersangkutan dengan usäha mendapatkan dana dari pasar modal maka tampak kemudian bahwa pembelanjaan perusahaan memperluas studinya mengenai pasar modal hingga meliputi juga cara penilaian perusahaan oleh investor melalui mekanisme pasar modal. Dipelajari bagaimana pengaruh dari suatu kebijakan investasi, kebijakan pemenuhan kebutuhan dana dan kebijakan deviden tertentu bagi penilaian investor tenhadap perusahaan yang bersangkutan yang dicerminkan oleh harga pasar dari saham perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang dapat memilih proyek-proyek investasi yang tepat, yang memenuhi kebutuhan dananya dalam perimbangan yang optimal dan yang mempunyai prospek yang baik, harga pasar dan sahamnya akan meningkat dalam pasar modal, yang berarti makin tinggi nilai perusahaan tersebut. Apabila dilihat dari perkembangan teori, maka tampak bahwa pada mulanya pembelanjaan perusahaan menekankan pada teori positif atau deskriptif yang berusaha untuk menggambarkan dan membenikan pengertian bagaimana pasar modal berperilaku, maka kemudian mulai akhir tahun limapuluhan dengan mulainya pembelanjaan modern, studi pembelanjaan mulai dikuasai oleh teori-teori nofmatif yang berusaha untuk menyatakan bagaimana seorang manajer keuangan seharusnya bertindak dan berperilaku. Berlawanan dengan isi studi pembelanjaan yang lama, yang dikuasai oleh studi deskriptif tentang instrumen, institusi dan aspek-aspek legalistik, maka studi pembelanjaan yang modem disertai dengan kerangka kerja untuk penyusunan dalildalil yang diuji dengan studi empirik. Cara studi pembelanjaan dengan cara demikian dikembangkan terus sejak akhir tahun jima puluhan, sehingga pada umumnya ahli-ahli pembelanjaan mengatakan bahwa era pernbelanjaan modem dimulai pada akhir tahun lima puluhan.
Dalam hubungan ini perlu disebut nama F. Modigliani dan M.H. Miller, yang dalam tahun 1958 telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi pengembangan studi pembelanjaan. Dengan tanpa memandang apakah studi-studi empirik berikutnya menunjang atau menolak dalil-dalil mereka mengenai pengaruh leverage dan kebijakan deviden terhadap penilaian perusahaan. Mondigliani-Miller telah merumuskan beberapa hipotesis dasar yang mencerminkan kerangka kerja yang bernilai untuk pendekatan materi-materi dalam bidang pembelanjaan. Perkembangan yang penting dalam tahun enam puluhanantara lain adalah perkembangan teori portofolio dan sekaligus penerapannya dalam manajemen keuangan dan manajemen pembelanjaan. Teori portofolio pertama-tama dikemukakan oleh Harry Markowitz dalam tahun 1952, yang kemudian teori tersebut diperluas dan diperhalus oleh Sharpe, Lintner, Mossin, Fama dan sejumlah penulis-penulis lainnya. Teori portofolio menyangkut masalah pemilihan portofolio yang optimal, yaitu portofolio saham yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan dengan resiko tertentu, atau portofolio saham yang mempunyai tingkat resiko minimal pada tingkat hitungan yang diharapkan tertentu. Portofolio yang demikian disebut tolio yang efisien. Hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan, resiko pasar atau resiko yang tidak dapat dihindari dengan diversifikasi saham, dan peniIaian saham merupakan inti dari Capital Assets Pricing Model (CAPM) yang dikembangkan oleh Sharpe dan Lintner dalam tahun enam puluhan. CAPM dapat dikatakan sebagai suatu teori mengenai penetapan harga aktiva yang menyatakan bahwa tingkat keuntungan dari suatu saham atau aktiva sebesar tingkat keuntungan dari aktiva yang bebas resiko (misalnya tingkat bunga dan obligasi negara) ditambah dengan premi resiko yang dikalikan dengan resiko pasar pasar yang biasanya disebut beta. Yang disebut dengan premi resiko adalah selisih antara tingkat keuntungan portofolio pasar dengan tingkat bunga bebas resiko. Atas dasar tingkat keuntungan yang diharapkan tersebut, nilai saham atau aktiva dapat ditentukan dengan. cara mengkapitalisasikan deviden atas dasar tingkat keuntungan yang diharapkan tersebut. Dengan demikian hakikat dari CAPM adalah analisis mengenai hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan tingkat resiko pasar dan penilaian saham atau sekuritas. Dari uraian tersebut tampak pula adanya pergeseran fungsi pembelanjaan dalam perusahaan dari waktu ke waktu. Apabila sebelum tahun lima puluhan fungsi pembelanjaan lebih ditekankan pada fungsi memperoleh dana, maka dalam perkembangannya kemudian menunjukkan adanya perhatian yang lebih besar terhadap fungsi menggunakan dana.
Pergeseran fungsi pembelanjaan tersebut juga tampak dari perkembangan pembelanjaan dalam periode yang bersangkutan. •
Wolf-Birkenbihil menyatakan bahwa pembelanjaan itu meliputi usaha-usaha untuk menyediakan uang.
•
Lieffman memberikan definisi yang lebih maju dengan menyatakan bahwa pembelanjaan itu meliputi usaha-usaha untuk menyediakan uang, dengan uang mana berusaha untuk memperoleh atau mendapatkan aktiva.
•
Le Coutre dan Hasenack memberikan definisi yang lebih luas dimana pengertian pembelanjaan meliputi keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dan mengatur penarikan dan penggunaan dana, dimana di sini termasuk juga perencanaan beserta pelaksanaannya. Definisi tersebut kemudian di ikuti oleh kebanyakan penulis-penulis buku pembelanjaan perusahaan, antara lain Gutenberg, Rossele, dan Beckmann.
•
Carl A. Dauten tidak memberikan definisi tentang pembelanjaan, tetapi hanya menyebutkan suhyek dan bidang pembelanjaan perusahaan dengan menyatakan sebagai berikut: The practices, procedures, and the problems involved in channeling funds into investment in business, and the planning for and controlling of the use of such funds are the subject matter ofthe area of business finance.
•
Gerstenberg mengemukakan pengertian pembelanjaan perusahaan sebagai berikut: How business are organized to acquire funds, how they acquire funds, how they use them and how the profits of the business are distributed. Ezra Solomon menggambarkan bahwa suatu pendekatan yang modern
terhadap pembelanjaan perusahaan adalah mencari jawaban terhadap tiga pertanyaan berikut: 1. Aktiva khusus apa yang diperlukan oleh suatu perusahaan? 2. Berapa jumlah dana yang diperlukan oleh suatu perusahaan? 3. Bagaimana kebutuhan dana itu akan dibelanjai? Dua pertanyaan terdahulu 1 dan 2 bersangkutan dengan investment decision dan pertanyaan yang ketiga bersangkutan dengan financing decision. Kedua macam keputusan tersebut saling berkaitan. Demikian pula halnya dengan Van Home, yang merinci fungsi pembelanjaan dalam tiga bidang keputusan, yaitu: 1. Keputusan mengenai investasi, 2. Keputusan mengenai pemenuhan kebutuhan dana, dan 3. Kebutuhan mengenai deviden.
Keputusan mengenai investasi mungkin merupakan keputusan yang paling penting diantara ketiga bidang keputusan tersebut, karena keputusan mengenai investasi ini akan berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu berikutnya. Capital budgeting yang merupakan aspek utama dan jenis keputusan ini, adalah pengalokasian dana pada berbagai usul investasi ini akan menentukan keseluruhan jumlah aktiva yang ada pada perusahaan, komposisi dari aktivaaktiva tersebut, beserta tingkat resiko usahanya. Keputusan mengenai pemenuhan kebutuhan dana bersangkutan dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan perimbangan pembelanjaan yang terbaik, atau penentuan struktur modal yang optimal. Apakah perusahaan akan menggunakan sumber ekstern yang berasal dari utang atau emisi obligasi, atau dengan cara emisi saham baru, merupakan aspek utama dari jenis keputusan mengenai pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan mengenai deviden, bersangkutan dengan penentuan persentase dari keuntungan netto yang akan dibayarkan sebagai cash dividend, penentuan stock dividend, pengembalian kembali saham. Keputusan mengenai dividend ini sangat erat kaitannya dengan keputusan pemenuhan kebutuhan dana. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembelanjaan perusahaan dalam perkembangannya telah berubah dari studi yang terutama bersifat deskriptif menjadi studi yang meliputi analisa dan teori yang normatif, berubah dari bidang yang terutama bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana menjadi bidang yang meliputi penggunaan dan alokasi dana, manajemen dari aktiva dan penilaian perusahaan di dalam pasar keseluruhan, dan bidang yang menekankan pada pengambilan keputusan di dalam perusahaan. Pengambilan keputusan finansial, tidak terkecuali di dalam unit perusahaan hutan merupakan sesuatu yang bersifat dinamik. Untuk itu maka pembelanjaan perusahaan banyak mencakup metode-metode penilaian termasuk toloic ukur atau standar finansial serta kaidah-kaidah yang mengembangkan berfikin altematif dan analitis di dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan yang harus diambil oleh perusahaan akan banyak berkaitan El halhal di luar perusahaan, hal ini misalnya benkaitan dengan pemasaran inya penetapan hargajual) dengan mempertimbangkan konsumen, pinjaman kredit atau hutang dari bank (besarnya suku bunga. lamanya kredit, dan lain-lain), tuntutan pemegang saham, untuk mendapatkan dividend, dan lain sebagainya.
Untuk penusahaan hutan sebenarnya tidak semua masalah dapat dihitung langsung secara finansial (tangible benefits), akan tetapi ada fungsi hutan lainnya yang boleh jadi nilainya lebih besar (intangible benefits). Perkembangan akhir-akhir ini sudah mulai banyak dikembangkan misalnya nilai lingkungan (termasuk hutan) untuk kepentingan umat manusia. Dinamika pembelanjaan perusahaan hutan khususnya akan semakin kompleks akibat adanya berbagai tuntutan akan fungsi hutan dan standar pengelolaan hutan yang harus dicapai antara lain tuntutan ekolabel. Pengelolaan hutan harus dapat lestari ditinjau dari segi kelola produksi, lingkungan, dan sosial. Masing-masing mempunyai standar penilaian berdasarkan kriteria indikator dan parameter-parameter yang harus terukur. Secara khusus dapat disimpulkan bahwa pembelanjaan perusahaan hutan harus mendukung terciptanya kelestarian hutan secara menyeluruh. 1.3.
Peranan Manajer Keuangan Sebagaimana disebutkan di muka, manajer keuangan disini dimaksudkan
sebagai manajer keuangan yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan penting mengenai investasi dan pendanaan. Berkaitan dengan pengambilan keputusan investasi, manajer keuangan akan terlibat secara langsung dalam perencanaan dan pengendalian penggunaan dana. Untuk mendanai investasi dan operasi perusahaan, manajer keuangan bertanggung jawab dalam memperoleh dana yang sesuai dengan kebutuhannya, baik mengenai jangka waktu, persyaratan un biayanya. Dana akan diperoleh baik dari pasar modal maupun dari bank ataupun dari sumber-sumber dana lainnya. Dengan demikian kelancaran aliran kas atau dana yang masuk dari luar ke perusahaan untuk membiayai investasi dan operasi perusahaan sangat tergantung pada kemampuan manajer keuangan dalam menjalankan fungsi pendanaan. Setelah dana diinvestasikan untuk membiayai operasi perusahaan dan mampu menghasilkan keuntungan, maka selanjutnya manajer keuangan juga akan terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai berapa bagian dari keuntungan yang akan dibayarkan kepada pemilik perusahaan atau pemberi dana, dan berapa bagian yang akan diinvestaikan kembali (reinvest) untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian manajer keuangan sangat berperan dalam melancarkan aliran kas atau dana dari luar ke dalam perusahaan, ataupun sebaliknya dari dalam ke luar perusahaan, yaitu pembayaran deviden kepada pemilik perusahaan dari pembayaran kembali utang kepada kreditur. Manajer keuangan dapat mempunyai
peranan yang demikian besarnya dalam memperlancar aliran kas atau dana tersebut disebabkan karena dia bertindak sebagai perantara (intermediary) yang berada pada posisi di antara sumber atau pemberi dana (pasar modal, bank pemberi kredit, dan lain sebagainya) di satu pihak dan operasi perusahaan di lain pihak. Peranan manajen keuangan dalam melancarkan aliran kas atau dana tersebut digambarkan oleh Brealey & Myers sebagai berikut: Gambar 1 . Aliran kas antara pasar modal dengan operasi perusahaan.
Penjelasan: 1. Kas diperoleh dengan menjual financial assets (saham, obligasi, dan sekuritas lainnya) atau mendapatkan kredit dari bank atau sumber dana Iainnya. (panah no. 1); 2. Dana yang diperoleh dari pemberi bank digunakan untuk membeli real assets yang digunakan dalam operasi perusahaan (panah no. 2); 3. Apabila perusahaan bekerja dengan baik, real assets akan menghasilkan aliran kas masuk (cash-inflow) yang lebih besar daripada jumlah yang dibayarkan pada investasi permulaan (panah no. 3); 4. Pada akhirnya kas tersebut direinvestasikan (panah no. 4a) atau dikembalikan pemodal yang memberikan sekuritas dan penusahaan tersebut atau pemberi kredit atau kreditur lainnya (panah no. 4b) 1.4.
Berbagai Macam Pembelanjaan Perusahaan Pembelanjaan di satu pihak dapat dipandang sebagai masalah penarikan
modal, dan di lain pihak dapat dipandang sebagai rnasalah penggunaan modal. Bagi perusahaan yang membutuhkan dana, perusahaan yang meminta atau menarik modal, masalahnya ialah bagaimana perusahaan tersebut dapat memperoleh modal yang dibutuhkan dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Masalah pembelanjaan ini ialah apa yang disebut masalah pembelanjaan pasif. Di lain pihak masalah pembelanjaan dapat dilihat dari sudut perusahaan yang mempunyai uang untuk diserahkan kepada perusahaan lain atau untuk ditanamkan pada perusahaan sendiri.
Masalah pembelanjaan ini ialah apa yang disebut masalah pembelanjaan aktif. Dalam artian sempit masalah pembelanjaan aktif hanya meliputi usaha untuk menyerahkan uang kepada debitur atau menanamkannya dalarn efek, tetapi sesuai dengan perkembangan pengertian pembelanjaan sendiri, pengertian pembelanjaan aktif ini.juga meliputi semua usaha untuk menanamkan funds yang ada dalam perusahaan dengan cara yang seefisien mungkin. Pada hakikatnya masalah pembelanjaan adalah menyangkut masalah keseimbangan finansial didalam perusahaan. Dengan demikian pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaikbaiknya. Pemilihan susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur finansial dari struktur modal perusahaan. Mencari keseimbangan finansial pada perusahaaan kredit (financial corporation) dimulai dengan menentukan besarnya dan
susunan
pasiva,
dengan
memperhatikan
syaratsyaratnya.
Setelah
kita
menentukan jumlah serta susunan pasiva, barulah kita menentukan jumlah dari susunan aktiva yang disesuaikan dengan jumlah dari pasiva tersebut sehingga akhirnya kita dapat menyusun struktur kekayaan yang sebaik-baiknya. Dengan demikian di sini penentuan struktur pasiva (primair) akan menentukan struktur aktiva, sebab besarnya tabungan yang dipercayakan kepadanya akan menentukan luas dari jumlah kredit yang akan diberikan. Sedangkan pada badan usaha-badan usaha yang bukan financial corporation, yang diutamakan lebih dahulu (primair) adalah masalah penentuan dan susunan aktiva yang diperlukan untuk melaksanakan produksi yang direncanakan, misalnya perusahaan industri. Sesudah kita menentukan sejumlah aktiva, besamya komposisi, sifat-sifat dan syarat-syaratnya, barulah kita menentukan jumlah dan susunan pasiva dengan menyesuaikan dengan jumlah dari susunan aktiva, sehingga akhirnya kita dapat menentukan struktur modal yang sebaik-baiknya. Masalah pembelanjaan pasif sebagaimana telah disebutkan, yaitu meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan usaha penarikan modal, baik dalam artian kuantitatif maupun kualitatif. Berhubung dengan itu maka masalah pembelanjaan pasif dapatlah dibedakan antara pembelanjaan kuantitatif yaitu meliputi masalah penentuan besarnya atau kuantitas modal yang dibutuhkan yang akan ditarik, dan masalah pembelanjaan kualitatif yaitu masalah penentuan jenis (kualitas) modal yang akan ditarik. Masalah pembelanjaan kualitatif ini meliputi persoalan-persoalan tentang:
untuk berapa lama modal akan ditarik (dari sudut likuiditas), macam modal apa yang akan ditarik (sudut solvabilitas), pendapatan apa yang diberikan kepada modal yang ditarik (sudut rentabilitas). Masalah pembelanjaan kualitatif merupakan salah satu masalah yang penting bagi perusahaan, karena masalah inilah yang akan menentukan baik-buruknya struktur modal perusahaan. Setiap perusahaan akan berusaha untuk mencapai keseimbangan finansial. Suatu perusahaan akan dikatakan dalam keseimbangan finansial apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan-gangguan finansial yang disebabkan karena adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutulikan. Penyediaan dana yang dapat menempatkan perusahaan dalam keadaan seimbang finansial disebut pembelanjaan normal (normal finanzierung). Pengertian normal di sini adalah bersifat dinamis sehingga harus disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Penyimpangan terhadap pembelanjaan normal dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutuhkan. Ketidakseimbangan finansial tersebut dapat terjadi apabila jumlah uang yang tersedia atau tertanam dalam perusahaan kurang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, atau dengan kata lain jumlah modal yang tersedia tidak cukup untuk membelanjai
usaha-usahanya.
Pembelanjaan
yang
demikian
dinamakan
pembelanjaan kurang cukup (unterfinanzierung). Gejala-gejala yang nampak dalam perusahaan di mana terdapat unterfinanzierung antara lain: ialah persediaan kas yang terlalu kecil untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya; simpanan di bank yang sedikit jumlabnya sehingga tidak cukup untuk membelanjai transaksi-transaksi melalui bank terlalu sedikitnya persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi yang terdapat
dalam
gudang,
sehingga tidak
dapat memenuhi pesanan-pesanan,
banyaknya bangunan-bangunan atau perlengakapan yang terbengkalai karena kurangnya persediaan alat likuid untuk membiayai dan lain sebagainya. Ketidakseimbangan finansial dalam perusahaan dapat terjadi pula apabila jumlah modal yang tersedia atau tertanam dalam perusahaan adalah berlebihan jauh lebih
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhannya
atau
membelanjai
usahanya.
Pernbelanjaan perusahaan yang dalam keadaan yang demikian itu dinarnakan pembelanjaan yang berlebih-lebihan (uberfinanzierung). Gejala-gejala yang namnak dalam perusahaan di mana terdapat uberfinanzierung antara lain: ialah persediaan kas yang terlalu besar sehingga banyak yang menganggur, banyaknya simpanan di bank yang tidak digunakan untuk tujuan usaha, terlalu banyaknya persediaan bahan
mentah, barang dalam peroses, dan barang jadi di dalam gudang yang semuanya ini dapat menekan rentabilitas, adanya kapasitas yang berlebih-lebihan. Adalah menjadi kewajiban financial manajer untuk dapat mengatur pembelanjaan sehingga dalam perusahaan tidak terdapat kekurangan modal yang dapat mengganggu kontinyuitas perusahaan, dan juga tidak terdapat modal yang berlebihan yang merupakan pemborosan modal belaka. Hal ini dapat diatasi dengan adanya perencanaan dan pengawasan modal yang sebaik-baiknya. Ditinjau dari sumber dari mana modal itu diperoleh, pembelanjaan dapat dibedakan antara pembelanjaan dari luar perusahaan (external financing) dan pembelanjaan dari dalam (internal financing). Pembelanjaan dari luar perusahaan adalah bentuk pembelanjaan di mana bentuk pemenuhan kebutuhan modal adalah diambilkan dari sumber-sumber modal yang berada di luar perusahaan. Pembelanjaan ini dapat dijalankan dengan memenuhi kebutuhan modal yang berasal dari pemilik, calon pemilik, peserta, pengambil bagian (modal saham, modal peserta, dan lain-lain), yang ini kemudian akan menjadi modal sendiri di dalam perusahaan tersebut. Bentuk pembelanjaan ini dalam literatur pembelanjaan dinamakan pembelanjaan sendiri (equity financing). Pembelanjaan dari luar perusahaan dapat dijalankan dengan memenuhi kebutuhan modal yang berasal dari kreditur (kredit dari bank, kredit dari penjual, kredit obligasi, kredit dari negara, kredit asuransi, dan lain sebagainya), yang ini bagi perusahaan yang bersangkutan merupakan utang atau modal asing, yang disertai dengan kewajiban-kewajiban tertentu. Bentuk pembelanjaan ini ialah apa yang dinamakan pembelanjaan asing atau pembelanjaan dengan utang (debt financing). Pembelanjaan dari dalam perusahaan adalah bentuk pembelanjaan di mana pemenuhan kebutuhan modal tidak diambilkan dari luar perusahaan, melainkan diambilkan dari funds yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, ini berarti suatu pembelanjaan dengan kekuatan sendiri. Pembelanjaan dari dalam perusahaan dapat dijalankan dengan menggunakan laba cadangan, laba dibagi. Bentuk pembelanjaan ini ialah apa yang dinamakan pembelanjaan (dalam artian yang sempit). Pembelanjaan dari dalam perusahaan dapat dijalankan dengan menggunakan penvusutan-penyusutan aktiva tetap yang sementara belum digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang lama. Bentuk pembelanjaan ini alah apa yang dinamakan pembelanjaan intensif. Supaya dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas baiklah di sini disertakan skema sebagai berikut:
Gambar 2. Macam-macam pembelanjaan ditinjau dari sumber dananya
Untuk suatu unit perusahaan hutan, pembelanjaan perusahaan terikat oleh mekanisme kelestarian. Di dalam mekanisme kelestarian telah ditentukan dari volume kegiatan yang harus dilaksanakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Kecukupan pembelanjaan perusahaan hutan selain harus memenuhi persyaratan seperti di muka, harus memenuhi kecukupan untuk jenis kegiatan pengusahaan hutan. Seperti telah diketahui, untuk kelestarian hutan (produksi) harus terdapat keseimbangan antara pemungutan hasil dengan riap (pertumbuhan). Dalam hal ini jenis kegiatan pembentuk riap adalah penanaman (termasuk kegiatan penyiapan lahan dan
pengadaan
bibit),
pemeliharaan
tanaman,
dan
perlindungan
tanaman.
Pembelanjaan untuk kegiatan ini harus seimbang dengan kegiatan pemanenan. Kasus lain yang berhubungan dengan aspek sosial, sampai seberapa jauh alokasi pembelanjaan untuk menunjang kegiatan ini termasuk besarnya upah pekerja, belanja kegiatan untuk masyarakat desa hutan atau sekitar hutan, dan lain sebagainya. Hal lain yang mencakup kelestarian lingkungan, dapat didekati budget untuk kepentingan kegiatan yang menunjang aspek ini. Aspek yang lain berhubungan dengan beberapa alokasi dana perusahaan hutan baik secara rutin maupun bentuk investasi yang dialokasikan untuk rehabilitasi areal yang tidak produktif dan lain sebagainya. Alokasi dana seperti di atas bervariasi dari satu lokasi ke lokasi yang lain karena mencakup faktorfaktor yang ada di dalarn unit perusahaan hutan antara lain jenis tanaman, teknologi yang dipakai, skala usaha, faktor tempat tumbuh, tujuan perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor permintaan. Dari segi pembelanjaan perusahaan, pendekatan yang dipakai semestinya tidak hanya dari segi masukan (input biaya) akan tetapi harus dikaitkan dengan keluaran yaitu nap atau hasil produksi atau penghasilan perusahaan. Dengan
pendekatan ini maka tidak ada biaya murah atau mahal karena tergantung hasil yang akan diperoleh. Suatu contoh jenis tanaman dengan masukan biaya teknologi penanaman dan lain-lain tertentu dapat meningkatkan nap, sehingga dapat menurunkan lamanya daur. Hal ini sangat menguntungkan ditinjau dan aspek permodalan atau investasi.