Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
PENGARUH PERILAKU BELAJAR SISWA DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN TUBAN Bagus Sudjatmiko
[email protected] Kurnia Ikhsan Budi Riharjo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research was conducted with the aim of analyzing whether there is influence student behavior and emotional intelligence to stress in the face of national exam accounting subjects. The results showed that: behaviors of student learning and emotional intelligence gives significant influence on the national exams stress on accounting subjects. If the students' learning behavior and emotional intelligence lead to increased stress on the face national exam accounting subjects decreased, and vice versa. Keywords: Behavioral learning, emotional intelligence, stress exams. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis pengaruh perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional terhadap stres dalam menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional memberikan pengaruh secara signifikan terhadap stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. Jika perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional semakin meningkat mengakibatkan stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi menurun, begitu juga sebaliknya. Kata kunci: Perilaku belajar, kecerdasan emosional, stres menghadapi ujian. PENDAHULUAN Kebiasaan belajar siswa sangat erat dengan penggunaan waktu, baik untuk belajar maupun untuk kegiatan lain yang menunjang belajar. Belajar yang yang efisien dapat dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, dengan mengatur waktu antara saat mengikuti pembelajaran dikelas, belajar di rumah dan untuk mengikuti ujian. Dorongan untuk membiasakan belajar dengan baik perlu diberikan karena akan mengarah pada suatu pembentukan sikap dalam bertindak (Afifah, 2004:3). Perilaku belajar siswa akuntansi dapat dilihat dari kebiasaan
1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
siswa akuntansi dalam mengikuti dan memantapkan pelajaran, kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke perpustakaan, serta kebiasaan menghadapi ujian (Afifah, 2004: 3). Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karirnya terhambat akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka (Melandy dan Azizah, 2006: 2). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi dalam fungsi kerjanya (Melandy dan Azizh, 2006: 2). Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan siswa, yaitu kemampuan untuk mengolah perasaannya, kemampuan untuk memotivasi diri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi stres atau frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana yang hati serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kemampuankemampuan ini mendukung seorang siswa dalam mencapai tujuan dan citacitanya. (Melandy dan Azizah, 2006: 3). Stres merupakan respon terhadap tekanan yang dirasakan seseorang dalam berbagai situasi sehingga dapat menyebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis dapat disebabkan karena tekanan-tekanan atau beban yang berlebihan dapat terjadi di lingkungan belajar di suatu sekolah (Marita,dkk, 2008). Belum lama terdengar berita mengenai kasus bunuh diri yang dilakukan oleh siswa SMA di suatu daerah. Penyebab dari kasus bunuh diri tersebut karena siswa yang bersangkutan mengalami stres menghadapi ujian nasional. Tingkat stres seseorang sangat mempengaruhi terhadap belajar, karena stres merupakan kondisi psikis yang disebabkan oleh berbagai perasaan yang bersifat positive maupun negatif terhadap suatu hal, misalnya adalah rasa takut, kwatir, cemas, tertekan dan merasa tidak aman, perasaan-perasaan tersebut merupakan hasil dari olah pikiran yang ada dalam diri seseorang. Seorang siswa yang mengalami stres dalam pelajarannya umumnya dikarenakan perasaan negative terhadap pelajarannya. Kuatir pelajarannya tidak selasai sebelum deadline yang diberikan , cemas jika hasil belajarnya jelek. Takut apabila ujian tidak lulus, dan merasa bersalah. Semua perasaan negative itu merupakan hasil olah pikir, rasa kawatir muncul dari pikiran yang menyatakan bahwa sesuatu tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya, rasa cemas merupakan hasil dari pikiran yang menyatakan bahwa hasil sekarang belum maksimal, rasa takut timbul karena pikiran difokuskan pada hal yang tidak diinginkan atau ditolak, bukanya pada hal yang diinginkan atau sukses. Pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Tuban bahwa siswa kelas XII cenderung mengalami stres menghadapi ujian nasional materi “ekonomi akuntansi. Fenomena ini mendorong peneliti untuk meneliti secara empiris perilaku siswa untuk menghadapi ujian nasional. Para siswa merasa tertekan dan cemas yang berlebihan dan takut tidak lulus ujian nasional. Selama ini hasil ujian nasional dijadikan sebagai penentu kelulusan siswa. Proses belajar yang dilakukan siswa selama 3 tahun di Madrasah Aliyah, nasibnya ditentukan oleh hasil ujian nasional yang dilakukan beberapa jam saja.
2
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
Peraturan Mendiknas nomor 45 Tahun 2006 tentang Ujian Nasional menyebutkan tahun 2006/2007 seorang siswa dapat dinyatakan lulus jika mengikuti seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan nilai rata-rata minimal 5,00. Tahun 2007/2008 standart nilai menjadi 5,25 untuk seluruh nilai mata pelajaran yang diujikan , dengan tidak ada nilai dibawah 4,25 atau memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dan mata pelajaran lainnya minimal 6,00 (Pasal 15 Permendiknas no 34 tahun 2007). Pada jenjang SMA dan MA, jumlah mata pelajaran yang diujikan secara nasional bertambanh dari tiga mata pelajaran menjadi enam mata pelajaran. Program IPS meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi dan Geografi. Perubahan yang banyak terjadi mengenai standarisasi nilai rata-rat semakin tinggi serta bertambahnya jumlah mata pelajaran yang diujikan saat ujian nasional banyak membawa dampak bagi siswa karena dinilai sangat berat dan membuat para peserta Ujian Nasional merasa takut, tertekan dan stres menghadapi ujian dan sangat tidak memutup kemungkinan berdampak pada gangguan psikologis siswa jika nantinya gagal atau tidak lulus ujian nasional. Kegagalan menghadapi ujian nasional tidak hanya disebabkan oleh ketidaksiapan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang diujikan, melainkan lebih disebabkan oleh adanya stres dan rasa takut menghadapi ujian. Ketidaklulusan siswa dalam ujian nasional sebagian karena stres pada saat menjelang ujian nasional atau karena pengaruh perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional. Seorang siswa yang kecerdasan emosionalnya tinggi akan berdampak positif pada perilaku belajar siswa, sehingga memiliki peranan penting untuk menghadapi stres dalam menghadapi ujian nasional. Ujian Nasional telah membawa dampak negatif yang sangat luas, proses belajar yang dialami para siswa menjadi sangat parsial, suasana belajarnya menjadi sangat menegangkan membuat siswa cemas berlebihan, belajar dalam kondisi terpaksa dan tidak menyenangkan sehingga menimbulkan stres dalam ujian nasional pada pelajaran akuntansi. Penelitian tentang pengaruh perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional dan stres terhadap ujian nasional pada pelajaran akuntasi sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami stres, tak terkecuali siswa. Siswa terkadang merasa bosan dan tertekan dengan pelajaranya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran siswa mengenai makna belajar di sekolah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis ada tidaknya pengaruh perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional terhadap stres dalam menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Perilaku Belajar Siswa Belajar merupakan salah satu konsep menarik dalam teori-teori psikologi dan pendidikan, sehingga para ahli memberi bermacam-macam pengertian mengenai belajar. Belajar merupakan kegiatan individual, kegiatan yang dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu (Suwarjono, 1991). Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan (Hanifah dan Syukriy, 1991) dan merupakan suatu proses usaha yang 3
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (Slameto, 1991). Ahmadi (1993) lebih jauh menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam diri manusia, sehingga apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan padanya telah berlangsung proses belajar. Anni (2004 : 15), menyatakan bahwa belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang bersal dari pengalaman dan belajar merupakan sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dari manusia untuk mendapatkan pengetahuan dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Belajar harus ada perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek kognitif tapi juga aspek afektif .2. Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman, terjadinya karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkun yaitu bisa berupa fisik dan psikis. 3. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersift cukup permanen. Calhoun dan Acocella ( 1995 ) menyatakan bahwa dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan itu membiarkan mahasiswa dapat lolos tanpa gagal. Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan yakni keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Dalam hal ini terdapat tiga dimensi belajar yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi psikomotorik (Bloom, 1956). Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Selanjutnya dimensi ini dibagi menjadi pengetahuan komperhensif, aplikatif, sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif. Perilaku belajar sering juga disebut kebiasaan belajar, merupakan dimensi belajar yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau spontan. Perilaku ini akan mempengaruhi prestasi belajar (Rampegan, 1997). Kecerdasan Emosional Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain diluar kecerdasan intelektual, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain sebagainya. Sedangkan Gottman (1997) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah menyadari perasaan dan mampu berempati, menghibur dorongan hati, menunda pemuasaan, dan memberi motivasi. Potton (1997) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah cara mempergunakan aset-aset untuk mencapai sasaran profesional dan organisasinya serta berinteraksi sosial dan mencapai kemenangan untuk bisa bekerja keras dan melanjutkan dedikasinya. Goleman (2004 : 34-35) mnyatakan bahwa lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :1).Mengenali emosi diri, 2).Mengelola emosi,3).Memoticasi diri,4).Mengenali emosi orang lain, 5).Membina hubungan dengan orang lain. Secara sederhana kecerdasan emosi (Emotional Quotient) adalah kemampuan untuk merasa dan kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran pada suara hati manusia. Dalam
4
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
kehidupan orang yang memiliki kecerdasan otak, memiliki gelar tinggi, belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan.IQ saja bukan faktor yang dapat membuat seseorang menjadi berhasil akan juga harus ditunjang dari ecerdasan emosional seseorang. Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari : kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2002 : 52). Sementara Cooper dan Sawaf (1998) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya degan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Howes dan Herald (1999) menyatakan bahwa pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita mengarahkan seluruh potensi berpikir dan bernalar secara kognitif dan pertahanan diri dari seluruh kecerdasan, menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Stres Ujian Nasional Pengertian umum mengenai konsep stres banyak digunakan untuk menjelaskan tentang sikap atau tindakan individu yang dilakukanya apabila ia menghadapi suatu tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi tantangan itu. Terjadinya proses stres didahului oleh adanya sumber stres (stresor) yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya. Istilah stres atau ketegangan memiliki konotasi yang beragam. Bagi sementara orang, stres dapat menggambarkan keadaan psikhis yang telah mengalami berbagai tekanan yang melampaui batas ketahanannya. Sementara orang lain mengatakan stres bersifat subyektif hanya berhubungan dengan kondsi-kondisi psikologis dan emosi seseorang. Adapula yang menganggap stres dan ketegangan merupakan faktor sebab akibat. Namun banyak orang cenderung mengangap stres serbagai tanggapan patologos (proses
5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
penyimpangan kondisi biologis yang sehat) terhadap tekanan-tekanan psikologis dan sosial yang berhubungan pekerjaan dan lingkungannya. Lazarus dan Folkman mendefinisikan stress yaitu : “as any event in which enviromentel demands and/or intrrnal demands (physiological/psychological) tax or exeed the adaptive resources of the individual, his or her tissue system, or the social system of which one is part” ( Safaria, 2007 : 5). Artinya adalah stress merupakan segala peristiwa/kejadian baik berupa tuntutan-tuntutan internal (fisiologis/psikologis) yang menuntut, membebani atau melebihi kapasitas sumber daya adaptive individu. Ivianchevic dan Martinson (1993) menyatakan bahwa stres secara sederhana sebagai interaksi individu dengan angkatan. Kemudian difinisi tersebut dirinci lebih jauh sebagai respon yang adaptif ditengahi oleh perbedaan individual dan proses psikologis yang merupakan konsekuensi dari tindakan dan sistem internal atau kejadian yang meminta kondisi psikologis dan fisik seseorang secara berlebihan. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu respon yang dibawa oleh berbagai peristiwa eksternal dan dapat berbentuk pengalaman positif atau pengalaman negatif dan sebagai suatu tuntutan yang muncul karena adanya kapasitas adaptif antara pikiran dan tubuh atau fisik manusia ( Jagaratnam dan Buchanan, 2004 : 238 ) Adapun menurut Robbins (2001 : 563) menyatakan bahwa stres dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Selain itu stres di bagi menjadi tiga kategori potensi penyebab stres (stressor) yaitu faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu. Jadi stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat keteganan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek (Cooper, 1994). Banyak faktor yang menyebabkan stres, faktor-faktor stres banyak mempunyai arti bagi terjadinya stresspada diri seseorang. Stress dalam kehidupan adalah tidak dapat dihindari, masalahnya bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa harus distres. Pengembangan Hipotesis Hal-hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik dapat dilihat dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian. Seseorang yang telah mengalami proses belajar secara formal akan mempunyai wawasan, pengetahuan, ketrerampilan, kepribadian dan perilaku tertentu sesuai dengan apa yang ingin dituju oleh lembaga pendidikan. Hasil penelitian sebelumnya dari Suryaningsum dan Shaalih (2008) menyimpulkan perilaku belajar mahasiswa yang terdiri dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan dalam menghadapi ujian secara parsial berpengaruh negatif terhadap stress kuliah. Dengan perilaku siswa belajar akuntansi dan kecerdasan emosional yang ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati
6
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
dan kemampuan sosial akan mempengaruhi seberapa besar tingkat stres yang dialami siswa. Seorang siswa yang kecerdasan emosionalnya tinggi akan berdampak positif pada perilaku belajar siswa sehingga memiliki peranan penting untuk menghadapi stres yang bakal datang. Dari penelitian sebelumnya yang menemukan adanya korelasi dan pengaruh perilaku belajar mahasiswa akuntansi terhadap stress kuliah maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: Ha1: Perilaku belajar siswa berpengaruh terhadap stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik di dalam diri kita. Kemampuan ini saling berbeda dan melengkapi dengan kemampuan akademik murni yang diukur dengan IQ. Selain Perilaku belajar siswa akuntansi yang berpengaruh terhadap stres mengahdapi ujian nasional, kecerdasan emosional pun menjadi salah satu faktor yang penting dalam membentuk seseorang yang kuat, dan berani menghadapi tantangan serta mau berinovasi. Menurut Goleman dalam ( Melandy dan Azizah, 2006) terdapat lima komponen kecerdasan emosional, yaitu : 1) Pengenalan diri (Self awareness), 2) Pengendalian diri (Self regulation), 3) Motivasi (Motivation), 4) Empati (Empathy) dan 5) Keterampilan sosial (Social kills). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih kuat dalam menghadapai ujian nasional, berani mengambil resiko. Karena orang tersebut telah mampu mengendalikan diri memotivasi dirinya sendiri dan mengenal dirinya dengan baik. Seseorang dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi akan dapat lebih mudah menerima dan memahami sesuatu yang baru yang ia pelajari dibandingkan dengan seseorang yang tingkat kecerdasan emosionalnya lebih rendah maka hipotesis yang diuji adalah : Ha2: Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap Stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. METODE PENELITIAN Populasi Dan Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang belajar di Madrasah Aliyah yang terdapat di wilayah Daerah Kabupaten Tuban, yang berjumlah 5 Madrasah Aliyah, baik Madrasah Aliyah Negeri maupun Swasta yaitu MAN Tuban, MAN Rengel, MA Manbail Futuh Jenu, MA Bahrul Ulum Singgahan, MA Salafiyah Kerek dengan pertimbangan sampel ini sudah mewakili wilayah daerah di Kabupaten Tuban. Adapun dalam penelitian ini menggunakan kreteria sample adalah siswa-siswi kelas XII yang menjadi responden penelitian, karena siswa tersebut sudah mengalami proses pembelajaran yang cukup lama dan saat ini sedang melakukan persiapan menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi.
7
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
Definisi Operasional Variabel Variabel Independen (PB) a. Perilaku Belajar (PB) adalah kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunungan ke perpustakaan, dan kebiasaan mengadapi ujian, variabel ini di ukur dengan 5 item pernyataan. (Marita et.al, 2004) b. Kecerdasan Emosional (KE) adalah pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan kemampuan sosial, variabel ini di ukur dengan 10 item pernyataan (Marita et.al, 2004) Variabel Dependen (SUN) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Stres menghadapi ujian nasional yaitu suatu keadaan yang membuat siswa merasa tertekan dalam pelajarannya sehingga konsentrasi belajar terganggu, penyebabnya adalah adanya kesalahan perilaku belajar atau keadaan lain misalnya lingkungan (Marita et.al, 2004) Variabel ini diukur dalam 5 item pernyataan. Teknik Analisis Data a.Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2002: 135). b.Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002: 132). Analisis Regresi Linier Berganda Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dan Perilaku belajar (PB) dan Kecerdasan emosional (KE) terhadap Stres menghadapi ujian nasional (SUN). Rumus regresi yang digunakan adalah: SUN = b0 + b1.PB + b2.KE + e Dalam hal ini adalah: b0 = Konstanta PB = Perilaku belajar KE = Kecerdasan emosional SUN = Stres ujian nasional b1 ,b2 = Koefisien regresi untuk PB dan KE = error term e Pengujian Asumsi Klasik Persamaan regresi linear berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unblased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, harus dipenuhi tiga
8
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Normalitas 2. Autokorelasi. 3. Multikoliniaritas. 4. Heteroskedastisitas. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian yang datanya diperoleh dengan menggunakan kuesioner sebagai cara pengumpulan data, maka perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrumen pertanyaan dari masing-masing variabel. Setelah dilakukan pengujian instrumen data dan dinyatakan valid, baru kemudian dilakukan analisis regresi terhadap data-data penelitan. Adapun pengujian instrumen data sebagai berikut : a. Uji Validitas Data Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing item pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian. Suatu kuesioner dikatakan valid jika instrumen atau item pertanyaan mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Azwar, 1997:102). Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya yakni dengan membandingkan nilai Corrected Item Total Correlation yaitu nilai rkritis dengan rtabel, dengan , yang mana nilai rtabel diketahui sebesar 0,138. Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS semua instrumen nilai Corrected Item Total Correlation untuk masing-masing indiktor variabel yaitu perilaku belajar siswa > dari nilai rkritis (0,138), artinya semua indikator variabel perilaku siswa belajar dikatakan valid. Untuk variabel kecerdasan emosional > dari nilai rkritis (0,138), artinya semua indikator variabel kecerdasan emosional dikatakan valid. Begitu juga untuk variabel stres ujian nasional > dari nilai rkritis (0,138), artinya semua indikator variabel stres ujian nasional dikatakan valid. Hal ini menunjukkan bahwa semua indikator yang telah dibuat adalah akurat dalam mendukung konstruk. b. Uji Reliabitas Data Realibilitas adalah suatu metode yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, realibilitas juga bisa diartikan sebagai alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Menurut Ghozali (2001:135), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > nilai kritis (0,6000). Dari hasil hasil perhitungan SPSS, untuk masing-masing variabel yaitu: perilaku belajar siswa = 0,807, kecerdasan emosional = 0,753, dan stres ujian nasional = 0,680 > dari nilai kritis (0,6000), jadi dapat disimpulkan bahwa instrumentasi penelitian adalah reliabel. Artinya alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu konstruk adalah relevan. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik (BLUE) Regresi linear berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji t tidak boleh
9
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi di antaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu : 1) Tidak ada Multikolinieritas. 2) Tidak ada Autokorelasi. 3) Tidak ada Heteroskedastisitas. Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. 1). Pengujian adanya Multikolinieritas Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dengan cara melihat / mengamati besarnya VIF, regresi bebas multikolinieritas, apabila VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 regresi tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali; 2006:124). Adapun hasil perhitungan dengan program SPSS terlihat seperti pada Tabel 1 : Tabel 1 Multikolinieritas Model Regresi Variabel Bebas Tolerance VIF Keterangan Perilaku Siswa Belajar
,870
1,210
Non kolinier
Kecerdasan Emosional
,999
1,271
Non kolinier
Sumber : Diolah dari hasil perhitungan SPSS. Dari Tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa semua nilai VIF seluruh variabel independen < 10 dan nilai tolerance > 0,10, maka dapat dikatakan regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas. Artinya antara variabel independen tidak terjadi hubungan linier. 2). Pengujian adanya Autokorelasi Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi antara variabel independen dengan cara melihat nilai Durbin-Watson (DW), bila nilai DW mendekati 2 maka tidak ada autokorelasi, sebaliknya jika nilai DW mendekati 0 atau mendekati 4 maka diduga ada autokorelasi (Agus Widarjono; 2010:99). Hasil pengujian dengan SPSS untuk mengetahui autokoeralsi bisa dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R R Square ,579a ,335
Adjusted R Square ,309
Std. Error of the Estimate ,4075
DurbinWatson 1,890
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar Siswa b. Dependent Variable: Stres Ujian Nasional
10
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
Sumber : Hasil perhitungan program SPSS. Hasil pengujian menunjukkan nilai Durbin-Watson = 1.890. Dengan begitu nilai DW mendekati 2, maka data dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. Karena nilai DW mendektai 2 dan tidak mendekati 4, artinya autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak ada autokorelsi. 3). Pengujian adanya Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dari suatu model regresi diperuntukkan dengan tujuan mengidentifikasi adanya hubungan atau pengaruh variabel bebas dari penelitian terhadap terjadinya kesalahan prediksi (standar error). Apabila suatu model regresi terjadi heteroskedastisitas, hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dibentuk mengandung unsur pembiasan yang diakibatkan adanya kontribusi variabel independen (bebas) terhadap kesalahan estimasi atau kesalahan prediksi (e). Salah satu metode yang dipakai untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas adalah dengan bantuan SPSS melalui pendekatan grafis. Dengan ketentuan, jika letak titik-titik data terdistribusi di sekitar 0-Y dan tidak membentuk pola tertentu berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk melihat heteroskedastisitas seperti Gambar 1 : Heteroskedastisitas pada Regresi Linier Berganda Scatterplot
Dependent Variable: Stres Ujian Nasional
Regression Standardized Residual
2
0
-2
-4
-2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 1. Sumber : Hasil perhitungan program SPSS. Dari gambar 1 di atas diketahui bahwa titik-titik data tersebar di daerah antara 0-Y dan tidak membentuk pola tertentu, maka model regresi yang dibentuk diidentifikasi tidak terjadi heteroskedastisitas.Berdasarkan model regresi yang dibentuk dari data hasil penelitian tidak mengandung unsur terjadinya heteroskedastisitas, maka model regresi yang diperoleh terbebas dari masalah pembiasan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh variabel bebas terhadap kesalahan estimasi.
11
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
Persamaan Regresi Linier Berganda Analisis ini dipakai untuk mempermudah melihat sejauh mana hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dalam analisis ini dapat diukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Untuk mengetahui berpengaruh atau tidak berpengaruh, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan model ordinari least square, perhitungan dengan SPSS, dapat dilihat seperti tabel berikut:
Variabel
Tabel 3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Koefisien t Hitung regresi
(constant) 2,866 Perilaku Belajar Siswa -0,251 -2,219 Kecerdasan Emosional -0,302 -2,564 R ,579 R square ,335 Adjusted R Square ,309 F hitung 2,259 Siginifikan ,003 N 200 Sumber : Diolah dari hasil perhitungan program SPSS.
Signifikan
,048 ,012
Tabel 3 menunjukkan bahwa persamaan umum regresi linier berganda dengan rumus : SUN = b0 + b1 Perilaku Belajar Siswa + b2 Kecerdasan Emosional + ε Dengan begitu persamaan regresi linier berganda dari 2 variabel bebas (perilaku belajar siswa, dan kecerdasan emosional) dan 1 variabel terikat (stres ujian nasional) dapat disusun sebagai berikut: SUN = 2,866 - 0,251 Perilaku Belajar Siswa - 0,302 Kecerdasan Emosional + e. Besarnya koefisien regresi dari variabel independen menunjukkan bahwa persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Nilai konstanta sebesar 2,866 yang berarti bahwa jika tanpa variabel bebas yaitu perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional, maka stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi mempunyai nilai sebesar 2,866. 2). Variabel perilaku belajar siswa mempunyai pengaruh negatif terhadap stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi, hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0,251. Pengaruh negatif ini berarti bahwa perilaku belajar siswa dan stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi menunjukkan pengaruh terbalik. Jika perilaku belajar siswa semakin meningkat mengakibatkan stres menghadapi ujian nasional
12
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
pada mata pelajaran akuntansi semakin menurun, begitu pula sebaliknya jika pada perilaku belajar siswa semakin menurun maka stress menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi akan semakin meningkat. 3). Variabel kecerdasan emosional mempunyai pengaruh negatif terhadap stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi, hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0,302. Pengaruh negatif ini berarti bahwa kecerdasan emosional dan stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi menunjukkan pengaruh terbalik. Jika kecerdasan emosinal semakin meningkat mengakibatkan stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi semakin menurun, begitu sebaliknya, jika pada kecerdasan emosional semakin menurun maka stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi akan semakin meningkat. Pengujian Hipotesis 1). Uji Pengaruh secara parsial (Uji t) Pengujian secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Untuk membukti bahwa variabel perilaku belajar siswa, dan kecerdasan emosional terdapat pengaruh yang signifikan terhadap stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi yaitu dengan cara melihat nilai t hitung dan nilai signifikannya. Langkah pertama untuk mengetahui adalah: a). Menentukan Hipotesis : H0: Tidak ada pengaruh secara parsial variabel perilaku belajar siswa, dan kecerdasan emosional terhadap stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. H1: Ada pengaruh secara parsial variabel perilaku belajar siswa, dan kecerdasan emosional terhadap stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. b). Taraf signifikansi =5% c). Kriteria penerimaan hipotesis H0 diterima apabila nilai sig > (5%), maka H1 ditolak H0 ditolak apabila sig < (5%), maka H1 diterima d). Nilai uji statistik dihitung dengan bantuan SPSS Berdasarkan dari Tabel 3, maka nilai t hitung dan nilai signifikan dari masing-masing variabel independen (perilaku belajar siswa, dan kecerdasan emosional) dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Variabel Perilaku Belajar Siswa Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai uji t untuk perilaku belajar siswa sebesar 2,219 dengan angka signifikansinya sebesar 0,048. Jika dibandingkan dengan angka signifikansi yang ditetapkan (0,05), menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0,048) < 0,05, maka Ho ditolak atau H1 diterima. Ini berarti secara parsial hubungan variabel perilaku belajar siswa (yang terdiri dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian) dapat dikatakan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap stres menghadapi ujian nasional pada mata
13
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
pelajaran akuntansi yaitu = 0,05. Pengaruh negatif ini berarti bahwa perilaku belajar siswa dan stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi menunjukkan pengaruh terbalik. Jika perilaku belajar siswa semakin meningkat mengakibatkan stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi semakin menurun, begitu sebaliknya. jika pada perilaku belajar siswa semakin menurun maka stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi akan semakin meningkat. b. Variabel Kecerdasan Emosional Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai uji t untuk kecerdasan emosional sebesar 2,564 dengan angka signifikansinya sebesar 0,012. Jika dibandingkan dengan angka signifikansi yang ditetapkan (0,05), menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0,012) < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi dapat diterima. 2). Uji Pengaruh secara simultan (Uji F) Pengujian secara simultan dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen. Untuk membukti bahwa variabel perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional berpengaruh secara bersama terhadap stres ujian nasional, dengan cara melihat nilai F hitung dan nilai signifikannya. Langkah pertama untuk mengetahui adalah: a). Menentukan Hipotesis : H0: Tidak ada pengaruh secara simultan variabel perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional terhadap stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. H1: Ada pengaruh secara simultan variabel perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional terhadap stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. b). Taraf signifikansi =5% c). Kriteria penerimaan hipotesis H0 diterima apabila nilai sig > (5%), maka H1 ditolak H1 ditolak apabila sig < (5%), maka H1 diterima Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat bahwa nilai F hitungnya sebesar 2,259 dan nilai signifikannya sebesar 0,003. Bila dibandingkan dengan nilai taraf nyata ( 5%), maka nilai signifikan sebesar 0,003 < 0,05, artinya semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. Koefisien Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi Parsial (r) Digunakan untuk mencari besarnya hubungan antara variabel independen ke dependen, bila nilai kofisien mendekati 1 atau lebih > 0,80, maka dapat dikatakan mempunyai pengaruh cukup kuat. Adapun nilai koefisien determinasi (R2) dan koefisien determinasi parsial (r) yaitu:
14
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
a. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel independen (perilaku belajar siswa, dan kecerdasan emosional) secara bersama-sama atau simultan terhadap stres ujian nasional Dengan ketentuan sebagai berikut: Bila R2 mendekati 1 ( Semakin besar nilai R2 ) artinya bahwa kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat adalah semakin mendekati 100%, dimana kontribusi antara variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kuat . Bila R2 mendekati 0 ( semakin kecil nilai R2) artinya bahwa kontribusi dari variabel bebas terhadap variabel terikat semakin lemah. Seperti pada Tabel 3 diatas , terlihat nilai koefisien determinasi Adjusted 2 (R ) sebesar 0,309 atau 30,9%. Artinya variabilitas variabel stres ujian nasional yang dapat dijelaskan oleh variabilitas perilaku siswa belajar dan kecerdasan emosional sebesar 30,9%. Karena mempunyai nilai koefisien determinasi positif, sehingga ketiga variabel mempunyai hubungan searah. Sedangkan sisanya sebesar 69,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. b. Nilai Koefisien Korelasi Parsial (r) Koefisien korelasi parsial (r) digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional) secara parsial terhadap stres ujian nasional. Adapun nilai Koefisien korelasi parsial (r) dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4 : Tabel 4 Perhitungan Koefisien korelasi Parsial (r) Nilai Koefisien Korelasi Parsial Variabel r Persen Perilaku Belajar Siswa ,202 20,2% Kecerdasan Emosinal ,274 27,4% Sumber : Hasil perhitungan program SPSS. Berdasarkan Tabel 4, terlihat nilai koefisien korelasi parsial (r) dari masing-masing variabel independen (perilaku belajar siswa = 20,2%, dan kecerdasan emosional = 27,4%). Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel secara parsial mempunyai pengaruh terhadap stres ujian nasional dibawah 50%. Artinya pengaruh kedua variabel tersebut masih rendah. Pembahasan Sesuai dengan hasil uji statistik diketahui bahwa besarnya pengaruh perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional terhadap stres ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi yaitu dengan ditunjukkan oleh besar Adjusted R Square sebesar 0,309. Hasil ini dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas secara bersama–sama terhadap stres ujian nasional sebesar 30,9%. Artinya variabilitas variabel stres ujian nasional yang dapat dijelaskan oleh variabilitas perilaku belajar siswa dan kecerdasan emosional 30,9%. Sedangkan sisanya sebesar
15
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
69,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. Variabel perilaku belajar siswa yang mana mempunyai nilai signifikan (0,048) < 0,05, artinya perilaku belajar siswa mempunyai peran dalam mempengaruhi stres menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. Dimana perilaku belajar siswa yang terkait dengan kebiasaan dalam mengikuti pelajaran, kebiasaan dalam membaca buku, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan, dan kebiasaan dalam menghadapi ujian, apabila dikerjakan dengan baik dan teratur akan berdampak pada penurun stres dalam menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. Sesuai dengan pendapat Anni (2004 : 15), menyatakan bahwa belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman dan belajar merupakan sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Artinya Strategi belajar yang efisien akan mengarah pada hasil belajar yang maksimal. Dorongan untuk membiasakan belajar dengan akan mengarah pada suatu pembentukan sikap dalam bertindak. Untuk itu, yang terpenting adalah adanya motivasi dari diri individu untuk terbiasa belajar secara tepat, efektif dan efisien. Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat diartikan bahwa perilaku siswa merupakan suatu proses dari manusia untuk mendapatkan pengetahuan dengan ciri-ciri sebagai berikut : (1) Belajar harus ada perubahan perilaku pada diri individu, perubahan tersebut tidak hanya pada aspek kognitif tapi juga aspek afektif dan (2) Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman, terjadinya karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkun yaitu bisa berupa fisik dan psikis. Dan (3) Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. Variabel kecerdasan emosional dengan nilai signifikan sebesar 0,012<0,05, artinya kecerdasan emosional mempunyai dampak yang baik terhadap stres dalam menghadapi ujian nasionalpada mata pelajaran akuntansi. Dimana kecerdasan emosional yang terkait dengan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empaty, dan kemampuan sosial apabila dilakukan dengan baik dan teratur, maka akan dapat mengurangi stres dalam menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. Sesuai dengan pendapat Howes dan Herald (1999) menyatakan bahwa pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Artinya kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan,mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
16
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
Berdasarkan dari penelitian, maka dapat diartikan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut penilikan perasaan, untuk mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan yang tepat, maka akan dapat mengurangi rasa stres dalam menghadapi ujian nasional pada mata pelajaran akuntansi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Perilaku belajar siswa mempunyai peran dalam mempengaruhi stres menghadapi ujian Nasional. Di mana perilaku belajar siswa yang terkait dengan kebiasaan dalam mengikuti pelajaran, kebiasaan dalam membaca buku, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan, dan kebiasaan dalam menghadapi ujian, apabila dikerjakan dengan baik dan teratur akan berdampak pada penurunan stres. 2. Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap Stres Ujian Nasional. Artinya kecerdasan emosional mempunyai dampak yang baik terhadap stres dalammenghadapi ujian nasional. Dimana kecerdasan emosional yang terkait dengan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empaty, dan kemampuan sosial, apabila dilakukan dengan baik dan teratur, maka akan dapat mengurangi stres dalam menghadapi ujian nasional. Saran Berdasarkan hasil penelitian penulis mengusulkan saran-saran yang sekiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. 1. Kepada siswa-siswi Madrasah Aliyah jurusan IPS yang akan menghadapi Ujian Nasional, hendaknya siswa-siswi perlu mempunyai perilaku belajar yang baik dan menciptakan rasa tenang dan nyaman, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, serta mempunyai kepribadian dan kecerdasan emosional yang baik sehingga siswa-siswi mampu mengatasi tekanan atau stres dalam menghadapi Ujian Nasional. 2. Selanjutnya bagi penelitian mendatang agar memasukkan sampel yang lain, seperti SMU dan SMK Kejuruan di wilayah Kabupaten lain, sehingga hasil peneliannya dapat di generalisasi. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat melemahkan hasil pengujiannya. Adapun keterbatasan dan kelemahan dari hasil penelitian sebagai berikut : 1. Ruang lingkup penelitian hanya diakukan pada Madrasah Aliyah yang terdapat di wilayah Daerah Kabupaten Tuban, yang berjumlah 5 Madrasah Aliyah, sehingga untuk mendapatkan kesimpulan yang 17
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
bersifat umum perlu dilakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas yaitu tidak hanya pada Madrasah Aliyah saja. 2. Penelitian ini menggunakan metode survey melalui penyebaran kuesioner dalam memperoleh data yang dijadikan dasar analisa. Kelemahan model ini adalah responden mungkin tidak serius dalam memberikan jawaban atau tanggapan yang diberikan tidak jujur. Hal ini dapat menimbulkan bias terhadap hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A . 1993. Cara Belajar Yang Mandiri dan Sukses. Solo: CV Aneka. Ali, M. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Sinar Baru. Ariyanti, Ika M P(2005), Pengaruh Kecerdasan Emosional Mahasiswa Akuntansi Terhadap Stres Kuliah, Skripsi Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran”, Yogyakarta. Bulo, William (2002), Pengaruh Tingkat Pendidikan Tinggi Terhadap Kecerdasan Emosional, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Catharina Tri Anni, 2004, Psikologi Belajar, UPT Unness Press, Semarang. Calhoun,J.F dan J. R. Acocela. 1995. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi 03. Semarang : IKIP Semarang Press. Cooper, R.K. dan Sawaf A (1998), Executive EQ: Kecerdasan emosional dalam Kepemimpinan Organisasi, (Terjemahan T. Hermaya), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Cooper, C.L., Clarke, S. And Rowbotton,A.M.(1999), “Occu[ational stres, Job satisfation and well-being in anaesthetists”,Stress Medicine, Vol.15,pp.115-126. Goleman, Daniel (2000), Working With Emotional Intelegence, (Terjemahan Alex Tri Kantjono W) Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.. Gottman John, Kiat –Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional ( Edisi terjemhan : T. Hermaya), PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997. Giyono. 1993. Hubungan Sikap dan Kebiasaan Belajar dengan tes Kemampuan verbal Siswa Kelas II A3 Kristen Kota Administratif Metro Lampung Tengah. Bandar Lampung : Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Ghozali, Imam, 2006, Statistik Non Parametrik, UNDIP Press, Semarang. Handoko, T. Hani (2000), Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE. Hanifah, Syukriy Abdullah (2001), Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Volume 1, No. 3, 63-86. Hardjana, Agus (1994), Stres Tanpa Distres, Yogyakarta: Kanisius. Hamalik, O. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito
18
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
Ivancevich,J.M, Matteson,M.T.,Freedman, S.M,.Philips,J.S (1990), “Worksite stress management intervations”, American psychologist,Vol.45.pp.252261. Jagaratnam, Giri dan Polly Buchanam, 2004, “Balance the demands of school and work: Stres and employed hospitally students.”. International Journal of Contemporary Hospitally management, Vol. 16, No.4, pp.237-245 Mardiana, Tri dan Muafi,2001, :Studi empiris pengaruh stressor terhadap kinerja”,Journal Siasat Bisnis, No.6, Vol.1 Marita, dan Shaalih (2008) Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar Dan Kecerdasan Emosional Dalam Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi, SNA XI Pontianak. Melandy dan Aziza, 2006. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi. SNA IX. Padang. Nasrudin,AM. Dan S. Kumaresan, “Organisational Stressor”, Singapore Management Review, Vol. 27, No.2 Patton, Patricia, Kecerdasan Emosi Pelayanan Sepenuh hati, ( edisi terjemahan : Sulitno Harahap), PT Pustaka Delapratasa, Jakarta, 1997. Riduwan, 2007, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik, Alfabeta, Cetakan Kedua, Bandung. Riduwan, 2008, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta, Cetakan Kelima, Bandung. Robbins, Stephens P., 2003, Prilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Prentice-Hall, Jakarta. Rampegan, M,J.1997. Faktor-Faktor Penentu dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa PGSD IKIP Manado. Jurnal MKP IKIP Manado, 2 Tahun I, September. Sullivan,sherry E, Rabi S. Bhagat,1992, “Organizational Stress, Job Satisfaction and Job Performance: Where do We Go From Here?”, Journal Of Management, 4, 59-70 Singgih, Santoso (2001), SPSS Versi 10.0 Mengelola Data Statistik Secara Profesional, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono, 2007, Statistik untuk Penelitian, CV.ALFABETA, Bandung. Suryaningsum, dan Afifah (2004), Pengaruh Pendidikan Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan Emosional Mahasiswa, SNA VII, Denpasar Bali. Sucahyo Heriningsih (2005) Kajian Empiris Atas Pengaruh Kecerdasan Emosional Mahasiswa Akuntansi Terhadap Stres Kuliah, Siposium Nasional Mahasiswa Dan Alumni Pascasarjana Ilmu-Ilmu Ekonomi, MM UGM. Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis ,C.V ALFABETA, Bandung Suwardjono (1991), Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi, Jurnal Akuntansi, edisi Maret, Yogyakarta: STIE YKPN. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Syukri. 1995, Kebiasaan Belajar Mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Duinia Usaha Ekonomi Koperasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
19
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
dan Ilmu Keguruan Universitas Syiah Kuala. Skripsi S1. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (tidak diterbitkan) Trisnawati. (2003), Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, SNA VI, Surabaya. Triantoro Safaria, 2007, Stress Ditinjau Dari Active Coping, Avoidance Coping dan Negative Coping, Konferensi Stress Nasional Managemen, Fakultas Psikologis Ahmad Dahlan Bandung. Widarjono, Agus, 2010, Analisis Statistika Multivariat Terapan, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
20