[124] Jejak Amerika di Semua Rezim Indonesia Monday, 21 April 2014 05:42
Revrisond Baswir, Pengamat Ekonomi Politik UGM
William Blum dalam buku terbarunya America’s Deadliest Export Democracy menyebutkan ekspor Amerika yang paling mematikan adalah demokrasi. Menurut mantan staf Kementerian Luar Negeri Amerika tersebut, dalam empat puluh tahun, Amerika mengekspor demokrasi ke lebih dari 50 negara. Namun, 40 presiden yang dipilih secara demokratis itu digulingkan, lantaran tidak sejalan dengan kepentingan Amerika.
Lantas apa yang dilakukan Amerika di Indonesia dengan instrumen demokrasinya? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan Media Umat Joko Prasetyo dengan Pengamat Ekonomi Politik Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir. Berikut petikannya.
Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?
Awal masuk Amerika ke Indonesia untuk menjajah secara ekonomi dan politik pada Konferensi Meja Bundar 1949. Pada konferensi itu, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tetapi pengakuan itu disertai dengan tiga syarat ekonomi.
Pertama, Indonesia harus tetap mempertahankan keberadaan perusahaan asing di Indonesia. Nah, sebagian perusahaan itu berasal dari Amerika, di antaranya adalah perusahaan minyak.
Kedua, Indonesia harus mengakui IMF. Kita tahu persis bahwa Amerika pemegang saham terbesar di IMF.
Ketiga, Indonesia harus bersedia menerima warisan utang dari Hindia Belanda. Dan kita tahu
1/6
[124] Jejak Amerika di Semua Rezim Indonesia Monday, 21 April 2014 05:42
juga waktu itu pihak Belanda berutang ke Amerika Serikat.
Inilah awal terjadinya transisi penguasaan Indonesia dari pihak Belanda ke pihak Amerika.
Adakah Amerika bermain dalam menjatuhkan rezim Demokrasi Terpimpin Soekarno dan menggantinya dengan rezim Demokrasi Pancasila Soeharto?
Banyak sekali soal keterlibatan Amerika dalam menggulingkan Soekarno. Karena kebijakan Soekarno yang ingin menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. Jadi kalau kita bicara tentang penggulingan Soekarno dan naiknya Soeharto itu pun sebenarnya rekayasa dari kepentingan modal intenasional. Saya kira buktinya lebih dari cukup.
Karena di situ peralihan tidak terjadi secara normal. Tetapi didahului oleh kerusuhan politik sehingga timbul ‘kudeta’ yang sifatnya tidak hanya domestik. Karena bila dicermati, kita akan menemukan rekayasa yang sifatnya multinasional, yang dimotori oleh korporasi-korporasi asing untuk menyingkirkan Soekarno dan mendudukkan Soeharto.
Lalu apa tugas yang diberikan Amerika pada rezim Soeharto?
Pemerintahan baru itu adalah pemerintahan boneka yang melakukan proses legalisasi berbagai hal. Maka terbitlah sejumlah UU, termasuk terbitnya UU Penanaman Modal Asing tahun 1967. Kemudian disusul terbitnya UU Pertambangan, UU Kehutanan, UU Perdagangan, dll.
Bukti bahwa UU tersebut pesanan Amerika?
Banyak. Contohnya draf UU Penanaman Modal Asing yang membuat adalah USAID. Termasuk masuknya ekonom-ekonom lulusan Amerika Serikat dalam pemerintahan Soeharto.
2/6
[124] Jejak Amerika di Semua Rezim Indonesia Monday, 21 April 2014 05:42
Bahkan keterlibatan pihak asing itu tidak hanya pada level pergantian kepala negaranya saja, tetapi termasuk dalam level menteri-menteri dan para perumus undang-undang.
Melalui semua UU tersebut, terjadilah proses pendalaman cengkraman pihak asing di Indonesia. Itu berlanjut terus sampai sekarang.
Dalam peralihan Soekarno ke Soeharto juga kita mendapatkan kucuran pinjaman utang besar-besaran, sehingga kita terbenam dalam himpitan utang. Dalam situasi tertentu, kita menjadi sulit membayar.
Indonesia juga bergabung menjadi anggota IMF, World Bank, perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi di era Soekarno itu sebagian dikembalikan kepada asing. Modal asing diundang kembali masuk.
Lantas di era Demokrasi Liberal SBY ini bagaimana?
Amerika panen. Karena kadernya itu tersebar luas baik di birokrasi, parlemen maupun di tengah masyarakat.
Lihat saja, walaupun Soeharto jatuh, kan Freeport masih ada di sini, Chevron masih ada di sini. Jadi ketergantungan rezim yang berkuasa terhadap modal asing itu masih sangat besar.
Sehingga orang-orang yang mengusik kepentingan asing di sektor-sektor pertambangan, kehutanan, itu tidak akan dibiarkan oleh asing untuk menjadi kepala negara di sini. Jadi hanya orang-orang yang bersahabat dengan kepentingan modal asing itu yang dibiarkan menjadi penguasa.
Kongkretnya?
3/6
[124] Jejak Amerika di Semua Rezim Indonesia Monday, 21 April 2014 05:42
Terjadi liberalisasi yang lebih besar-besaran lagi. Di Undang-undang Penanaman Modal era SBY itu asing diizinkan masuk ke semua sektor bahkan sampai mencangkup 95 persen saham. Padahal di era Soeharto, ada sektor-sektor yang tidak boleh dimasuki oleh asing dan itu tercantum dalam undang-undang.
Sektor apa saja yang dimaksud?
Seperti listrik, kereta api, dan penyiaran itu tidak boleh dimasuki oleh asing. Jadi ada sektor-sektor yang dilarang. Kalau sekarang ini sudah tidak ada lagi sektor yang dilarang, semuanya boleh. Jadi era sekarang ini memang penyempurnaan.
Berarti daya rusak yang sekarang jauh lebih tinggi?
Ya. Tapi saya kira kondisinya sudah berbeda. Karena proses perusakan itu kan berlangsung sudah lama. Dan mungkin mereka juga harus berganti, bergeser tidak bisa mengeksploitasi itu-itu juga. Freeport masih bertahan, Chevron masih bertahan. Dan itu sudah tidak cukup lagi. Makanya kalau kita lihat perkembangannya yang terakhir-terakhir ini mulai tampak terjadi hal-hal baru.
Misalnya?
Berkembangnya investasi di sektor perkebunan.Walau pun namanya perkebunan tapi yang dihasilkan juga kan minyak yang sebagian juga dipakai untuk energi juga. Perkebunan sawit yang kalau kita lihat peranan asing sangat besar sekali dalam pengelolaan perkebunan itu.
Namun saat ini, banyak orang yang rindu era Soeharto, karena harga-harga barang relatif lebih stabil...
Pada awal era Soeharto tidak terasa, karena kita belum mulai membayar utang. Tetapi pada 1984, mulai terasa. Nah, tumpukan utang itu, dipakai alat oleh Amerika Serikat memaksakan
4/6
[124] Jejak Amerika di Semua Rezim Indonesia Monday, 21 April 2014 05:42
perubahan UU. Nilai rupiah merosot, harga-harga barang pun mulai beranjak naik.
Pada 1998, kita kesulitan bayar utang. Akibatnya, harga rupiah pun merosot tajam, harga-harga barang pun melambung. Maka kita pinjam utang lebih besar lagi kepada IMF. Melalui LoI, IMF memberikan syarat, oke akan dikasih pinjaman tetapi kamu harus buat UU ini, UU ini, UU ini, yang sesuai dengan selera Amerika.
Dengan demikian kita sudah terbenam. Satu, penguasanya penguasa boneka. Dua, kita terjerat ke dalam utang yang semakin dalam. Tiga, semakin banyak UU yang disusun sesuai dengan keinginan Amerika.
Lantas mengapa tak sedikit rakyat yang tidak merasa dijajah Amerika?
Ya tentu saja karena paradigma cara berpikirnya sudah diubah sehingga pro kepada Amerika dan bangga dengan segala yang berbau Amerika. Perubahan cara berpikir itu merupakan penjajahan yang pertama dan utama.
Bentuk penjajahan yang kedua adalah di bidang ekonomi, baik pada sektor perbankan, pertambangan, dll. Ketiga, penjajahan kebudayaan. Disadari atau tidak, produk-produk kebudayaan kita sebagian besar dari Amerika seperti pergaulan bebas, individualisme, dll. sehingga orang Indonesia tidak sadar lagi kalau mereka dijajah bahkan jadi agen.
Sejak kapan Amerika melakukan penjajahan pemikiran di Indonesia?
Sejak 1957 atau 1958, Amerika juga sudah masuk ke dalam pembentukan cara berpikir. Pertama-tama, diberi beasiswa sekolah ke Amerika untuk mengenal apa itu kapitalisme. Setelah mereka pulang, mereka masuk ke dalam pemerintahan Soeharto untuk membuat UU.
Jangan lupa, pada saat yang sama, mereka juga masuk ke dunia pendidikan. Lalu dari sanalah mereka mulai menyusun kurikulum, silabi, termasuk dengan memperbanyak pengiriman
5/6
[124] Jejak Amerika di Semua Rezim Indonesia Monday, 21 April 2014 05:42
tenaga-tenaga pengajar untuk belajar ke Amerika Serikat.
Kembali ke Indonesia, mereka mengembangkan pendidikan tinggi dengan arah yang sangat jelas yaitu sebagai bagian praktik penguasaan Amerika Serikat di Indonesia, untuk semua disiplin.
Dengan demikian, tidak hanya pemimpin dan UU-nya, perekonomiannya tetapi juga cara berpikirnya pun sekarang sudah dikendalikan.[]
6/6