BADBAD BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA S STASIUN METEOROLOGI MARITIM KENDARI Jl. Jend. Sudirman No. 158 Kendari, Tlp / Fax (0401) 3131479 BMKG J
ANALISA HUJAN LEBAT DI KOTA KENDARI TANGGAL 13 FEBRUARI 2017
Oleh : ADI ISTYONO
KENDARI 2017
I. PENDAHULUAN Kendari (Kendari Pos Net).Terjadi Hujan lebat disertai Guntur ,di Kota Kendari tanggal 13 Februari 2017, sekitar pukul 23.00 WITA s/d tanggal 14 Februari 2017 jam 03.00 WITA dinihari. Hujan menimbulkan banyak terjadi genangan air di jalan-jalan utama maupun pemukiman penduduk,diakibatkan drainase tidak dapat menampung air hujan. Akibatnya banyak sampah-sampah yang ikut terbawa air hujan berserakan di pemukiman maupun di jalan-jalan utama.
Gambar 1. Kejadian Banjir malam hari di salah satu jalan utama Kota Kendari II. DATA HUJAN NO TEMPAT PENGAMATAN
CURAH HUJAN
1.
Stamar Kendari
81.8 mm
2.
Stageof Kendari
61 mm
3.
Staklim Ranomeeto Konsel
12 mm
III. ANALISA DINAMIKA ATMOSFERA 1. SEA SURFACE TEMPERATUR (SST)
Gambar 2 . Sea Surface Temperature dan Anomali SST Tgl 13 Februari 2017 (Sumber:BMKG) Nilai suhu muka laut pada tanggal 13 Februari 2017 disekitar Perairan Sulawesi Tenggara berkisar 29°C- 30.5°C, dengan anomali (0) – (+1°C) . Anomali positif menandakan suhu muka laut di perairan Sulawesi Tenggara Relatif lebih hangat. Ini berarti suplai uap air menjadi lebih banyak akibat dari penguapan tinggi, sehingga menambah potensi pembentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah perairan Sulawesi Tenggara.
2. ENSO (ELNINO SOUTH OSCIILATION) Nilai Indeks Nino 3.4 tanggal 13 Februari 2017 berkisar (– 0.31) dan nilai data SOI tanggal 13 Februari 2017 berkisar (+0.3), hal ini dapat dikatakan dalam kondisi normal sehingga pengaruhnya kurang significant terhadap curah hujan harian di wilayah Indonesia,begitu pula suplai uap air dari Pasifik timur ke pasifik barat kurang significant sehingga pengaruh ENSO ini kurang berarti bagi pembentukan awan-awan konvektif
Gambar 3. Indeks Nino 3.4 dana SOI Tanggal 13 Februari 2017 (Sumber: www.bom.gov.au)
3.MJO (Madden Julian Oscillation)
Gambar. 4:Track MJO Tanggal 12 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au) Berdasarkan data Track diagram MJO pada tanggal 12 Februari 2017 yang berada pada Kwadrant VII,kurang significant pada pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Indonesia.
4. OLR (Outgoing Long Wave Raditation)
Gambar 5.OLR Tanggal 12 Februari 2017 (Sumber :www.bom.gov.au)
Berdasarkan data anomali OLR tanggal 12 Februari 2017 yaitu -10W/m2 s/d -30W/m2 di wilayah Indonesia kondisi tutupan awan lebih tebal dari Klimatologisnya.
5.ANGIN 3000 FEET Bedasarkan data analisis angin 3000 feet tanggal 13 Februari 2017 jam 12.00 UTC dari BOM, di wilayah Sulawesi Tenggara tardapat daerah pertemuan angin atau Konvegensi yang menyebabkan potensi pembentukan awan awan konvektif cukup tinggi, hingga berpotensi menimbulkan hujan lebat disertai angin kencang dan guntur di Kendari.
Gambar 6 Angin 3000 feet Tanggal 13 Februari 2017 Sumber: (www.bom.gov.au)
6. KELEMBABAN RELATIF 850 MB DAN 700 MB Dari data analisis kelembaban relative 850 mb dan 700 mb, kelembaban udara berkisar 80 – 90 % . Nilai kelembaban udara tersebut cukup basah dan menjadi suplai uap air potensial bagi pembentukan awan-awan konvektif di wilayah kota Kendari.
Gambar 7. Data Kelembaban 700 mb dan 800 mb
7. SATELIT AWAN Berdasarkan data satelit awan Himawari IR 1 tanggal 13 Februari 2017 Jam 15.00 UTC s/d 20.00 UTC, pertumbuhan awan-awan konvektif terus meningkat masuk ke wilayah Sulawesi Tenggara dan puncaknya pada jam 17.00 UTC dan 18.00 hampir menutupi wilayah Sulawesi Tenggara. Dari jenisnya terlihat putih terang menandakan awan dengan suhu puncak berkisar -60°C – (-69°C) yaitu awan Comulinimbus (CB) yang menyebabkan hujan lebat disertai angin dan Guntur.
Gambar 6. Satelit awan pada saat terjadi hujan Sumber: (Satelit Himawari)
IV. KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa dinamika atmosfer, menunjukan bahwa ENSO, SOI dalam kondisi normal Sehingga kurang berpengaruh pada pembentukan awan-awan konvektif di Indonesia bagian Timur, namun SST dalam keadaan lebih hangat di wilayah perairan Sulawesi Tenggara yang Berkontribusi Menambah suplai uap air bagi pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Sulawesi tenggara khususnya kendari. 2
Angin 3000 feet menunjukan adanya aliran masa udara basah dari barat yang membentuk Pola konvergensi sehingga potensi pembentukan awan-awan konvetif lebih besar.
3. Kelembaban Relatif lapisan 700 mb dan 850 mb cukup basah berkisar 80-90%, sehingga Awan-awan konvektif menjadi lebih cepat tumbuh ‘ 4. Dari data satelit awan dapat dilihat bahwa awan konvektif mulai terbentuk pada jam 15.00 UTC hingga puncaknya pada jam 18.00 UTC yang terjadi hujan lebat di wilayah Kendari.