BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen
dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan.Hidrogen peroksida mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Bukan asam, tetapi dapat mengubah warna lakmus menjadi merah. b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit. c. Memiliki daya desinfektan (Bariqina dan Ideawati, 2001).
2.1.1
Hidrogen Peroksida Pada Pewarna Rambut Hidrogen peroksida sangat berguna dalam pembuatan kosmetika penataan
rambut seperti yang tersebut berikut ini. a) Sebagai bahan penambah dalam larutan pengeriting dan bahan cat rambut untuk memudahkan meresapnya bahan-bahan tersebut ke dalam korteks rambut. b) Sebagai bahan untuk menghilangkan atau memudakan warna pigmen rambut (bleaching). Di dalam bahan kosmetika untuk pengeritingan rambut, hidrogen peroksida digunakan untuk meregangkan hubungan antara sirip-sirip kutikula rambut dan menghentikan daya kerja larutan
3
pengeriting dengan memulihkan ikatan antara molekul-molekul tanduk (Bariqina dan Ideawati, 2001).
2.1.2
Efek Hidrogen Peroksida Kelainan-kelainan pada batang rambut yang tidak sampai mempengaruhi
akar rambut, misalnya batang rambut yang terbelah ujungnya, kekeringan dan kekusaman akibat berjemur disinar matahari, rapuh karena tindakan pengeringan dengan alat-alat yang panas (blow-dry), pengeritingan, pelurusan, pewarnaan dan sasakan.
Sementara
itu
kelainan-kelainan
rambut
yang
dapat
sampai
mempengaruhi akar rambut, misalnya rambut yang kusut sehingga waktu disisir banyak yang putus atau tercabut dengan akar rambutnya, infeksi karena jamur dan kuman serta keracunan bahan-bahan kimia atau cat rambut yang sampai ke akar rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.1.3
Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Redoks Larutan baku kalium permanganat dapat dipakai untuk menentukan
beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor (Rivai, 2006). Menurut Farmakope Edisi IV (1995) Larutan baku kalium permanganat hanya digunakan untukmenetapkan kadar hidrogen peroksida dengan cara titrasi. Dimana tiap ml larutan kalium permanganat 0,1N setara dengan 1,701 mg hidrogen peroksida. Larutan baku kalium permanganat dapat dipakai untuk penentuan beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor. Pada penetapan kadarhidrogen
4
peroksida menggunakan kalium permanganat, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 5H2O2 + 2MnO-4 + 6H+ = 5O2↑ + 2Mn2+ + 8H2O (Rivai, 2006)
2.2
Pewarnaan Rambut Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam
tatarias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut manusia bermacammacam, tergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan (Putro, 1998). Zat warna mulai bekerja saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut. Disini terjadi adsorpsi berupafenomena antarmuka padat-cair. Zat warna rambut melewati kompleks membran sel dan melalui kutikula masuk ke dalam korteks secara permeasi dan difusi (Mitsui, 1997).
2.2.1
Zat Pewarna Rambut Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berupa zat warna
alam, sintetik, maupun logam (Ditjen POM, 1985).
5
Zat warna alam yang lazim digunakan adalah zat warna yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia, sediaan galenika seperti ekstrak dan rebusan, sari komponen warna, maupun zat semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang terkandung dalam simplisianya (Ditjen POM, 1985).
2.2.2
Proses Pewarnaan Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi dalam 2
golongan: 1. Pewarnaan Rambut Langsung Sediaan pewarnaan rambut lansung telah mengandung zat warna, sehingga dapat lansung digunakan dalam pewarna rambut, tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna (Ditjen POM, 1985). 2. Pewarnaan Rambut Tidak Langsung Sediaan pewarnaan rambut tidak lansung disajikan dalam 2 kemasan, masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Jika hendak digunakan terlebih dahulu harus dicampur komponen satu dengan yang lainnya (Ditjen POM, 1985).
2.3
Titrasi Redoks Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena
berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun
6
demikian, agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi: 1) Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometris. 2) Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan 99,9%). 3) Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai. Cara titrasi redoks untuk penentuan reduktor digolongkan sesuai dengan oksidator yang digunakan sebagai pentiter. Umumnya, KMnO4, K2Cr2O7, Ce(SO4), KbrO3 dan I2 digunakan sebagai pentiter. Karena itu, cara-cara titrasi redoks
ini
digolongkan
sebagai
titrasi
permanganometri,
titrasi
bikromatometri, titrasi serimetri, titrasi bromatometri dan titrasi iodometri (Rivai, 2006).
2.3.1
Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Redoks Dalam
titrasi
redoks,
titran
yang
digunakan
adalah
kalium
permanganat.Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun.Pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetespermanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan (Day dan Underwood, 1986).
7
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Paro-reaksinya sebagai berikut: MnO-4 + 5e + 8H+ →
Mn2+ + 4H2O E0 = + 1,51V
Reaksi ini tidak berbolak-balik, sedangkan potensial elektroda bakunya diukur secara tidak langsung. Potensial elektrodanya sangat tergantung pada pH. Karena itu titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat (H2SO4 1N). Meskipun demikian kalium permanganat juga merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO2 yang terbentuk, lalu bakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah natrium oksalat. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan tersebut adalah sebagai berikut: 5C2O2-4 + 2MnO-4 + 16H+ → 10CO2↑+ 2Mn2+ + 8H2O Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh kelebihan permanganat (Rivai, 2006)
2.4
Autotitrator Titrasi adalah proses pengukuran volume yang konsentrasi diketahui zat
ditentukan dengan mendeteksi volume reagen standar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan reaksi yaitu, untuk mencapai titik akhir reaksi. Titik ekivalen merupakan stoikiometri sempurna antara zat yang tidak diketahui dan reagen. Kesalahan dalam titrasi perbedaan antara titik ekivalen dan titik akhir yang
8
sebenarnya disebut kosong indikator. Titrasi dapat dikelompokkan berdasarkan jenis reaksi yang dapat asam-basa, oksidasi-reduksi (ORP), kompleksasi, atau curah hujan (Liptak, 1994). Sebuah Titrator pada dasarnya terdiri dari buret listrik, sensor yang sinyal diperkuat dengan preamplifier dan komputer mikro. Selama titrasi, Titrator yang mengukur sinyal dari sensor dan menggunakan informasi ini untuk mengontrol penambahan titran dengan buret listrik. Setelah titik akhir tercapai, mikro menghitung volume titran ditambahkan dan mengkonversi nilai ini ke hasilnya (misalnya konsentrasi seperti konsentrasi garam meja dalam kecap) berdasarkan formula. Rumus yang dibutuhkan untuk perhitungan ini dapat diprogram dan tergantung pada jenis analisis (Anonim, 2014).
2.4.1
Cara Kerja Titrator Bentuk kurva titrasi (volume titran vs sinyal dari sensor) tergantung pada
jenis sampel yang dianalisa dan sensor yang digunakan. •
Jenis sampel: Kurva titrasi dapat memiliki satu atau beberapa titik akhir. Titrasi asam karbonat dengan natrium hidroksida menghasilkan dua titik akhir. Dalam banyak kasus, tidak semua titik akhir terdeteksi dalam titrasi yang menarik.
•
Jenis sensor: pH dan logam elektroda biasanya menghasilkan kurva berbentuk S, sedangkan titrasi conductometric menghasilkan satu berbentuk V.
Sebuah titrator harus mampu:
9
•
Menghitung titik akhir dengan benar untuk berbagai bentuk kurva.
•
Menyaring titik akhir yang tidak menarik. Untuk menghitung titik akhir tepat titran harus secara teoritis ditambahkan
perlahan yang berarti dalam langkah-langkah kecil. Untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan per analisis, bagaimanapun, titran harus ditambahkan cepat yang berarti dalam langkah-langkah besar. Untuk melakukan titrasi cepat dan tepat, titrator harus demikian idealnya menambahkan titran cepat sampai mendekati titik akhir dan kemudian memperlambat penambahan titran agar dapat menghitung titik akhir tepat. Ini berarti dengan kata lain bahwa kecepatan penambahan titran harus berhubungan dengan turunan pertama dari kurva titrasi (dE / DML): Semakin kecil perubahan sinyal per mL titran ditambahkan (yaitu datar kurva) semakin cepat titran harus ditambahkan. Ketika kurva menjadi lebih curam, penambahan titran harus melambat. Hal ini diperlukan dalam hal apapun, bagaimanapun, bahwa titran tidak ditambahkan lebih cepat daripada yang dapat bereaksi dengan sampel. Jika reaksi lambat, rasio antara jumlah titran ditambahkan per detik dan turunan pertama dari kurva titrasi harus (s / mL / (dE / DML) sehingga harus lebih rendah daripada reaksi cepat. Rasio ini disebut kontrol kecepatan (CS) di KEM titrators dan dapat dipilih sesuai dengan jenis sampel yang dianalisis (Anonim, 2014).
10