BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. (http://id.wikipedia.org-Air)
Manusia dalam kehidupan sehari-hari akan selalu membutuhkan air namun ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Hampir 97% air dimuka ini merupakan air laut dan tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% yang tersisa, 2% diantaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0.62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya sekitar 0.03%. (Effendy, 2003)
2.2.
Pembagian Air Berdasarkan Sumbernya Menurut (Sutrisno, 2004), sumber-sumber air meliputi:
1. Air Laut 2. Air Atmosfir 3. Air Permukaan
Universitas Sumatera Utara
4. Air Tanah 2.2.1. Air Laut Lebih dari 80% air yang yang berada di alam merupakan air laut. Air laut menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Kadar dan komponen unsur di dalam air laut ditentukan sejumlah reaksi kimia, fisika dan biologi yang terjadi di laut. (Gabriel, 2001) Air laut mempunyai rasa asin, karena mengandung garam NaCl, kadar NaCl dalam air laut sekitar 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak dapat untuk digunakan secara langsung. (Sutrisno, 2004). 2.2.2. Air Atmosfer Air di atmosfer tersedia dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari proses evaporasi (penguapan), baik yang berasal dari laut, danau, sungai, tanah, bahkan dari permukaan tubuh makhluk hidup atau permukaan daun tumbuhan. Namun yang paling utama berasal dari laut. Setelah itu uap-uap air ini akan terkumpul dan membentuk awan. Pada saat awan-awan ini bergerak mengikuti pola angin, kelembapan udara menyebabkan suhu menjadi dingin selanjutnya uap-uap air akan terkondensasi menjadi tetes-tetes air dan jatuh sebagai air hujan atau salju. (http://rengkiik08.blogspot.com/2011/01/peranan-mikroorganisme-air) Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi karena adanya pengotoran yang disebabkan oleh asap industri dan debu vulkanik, air hujan dapat bersifat korosif atau karat. (Riyadi, 1984) Selain itu menurut (Sutrisno, 2004), air hujan juga mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang mengalir atau yang terkumpul di cekungan di permukaan bumi yang berasal dari mata air, air hujan, atau lelehan salju yang mencair. Air permukaan banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain untuk diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, pembangkit listrik, industri, dan sebagainya. Pada umumnya terdapat berbagai pengotoran pada air permukaan selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, pelapukan batang-batang kayu, daun-daun, limbah industri perkotaan dan sebagainya. Beberapa pencemaran ini, untuk masing-masing air permukaan berbedabeda, tergantung pada daerah yang menjadi tempat mengalirnya air permukaan ini. Jenis pencemarannya dapat berupa pengotoran kimia, fisika, dan bakteri. (Sutrisno,2004) Air permukaan yang mengalir disebut dengan air sungai. Air sungai akan mengalir dari hulu (mata air) ke hilir (muara) karena pengaruh kemiringan permukaan bumi. Secara fisik, air sungai terlihat berwarna cokelat dengan tingkat kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan pasir, lumpur, pelapukan kayu, dan pencemar lainnya. Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar aliran sungai. Secara umum, kualitas air sungai di daerah hilir (muara) lebih rendah dibandingkan di daerah hulu (mata air). Hal ini terjadi akibat limbah industri dan limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai akan terkumpul di muara sungai. Akibatnya secara kualitas fisika, kimia, maupun biologi, air di daerah muara sungai sangat rendah dan tidak layak di jadikan bahan baku air minum. (Sitepoe, 1997)
Universitas Sumatera Utara
Sementara air permukaan yang terkumpul pada cekungan di permukaan bumi disebut air danau. Air danau dapat ditumbuhi berbagai macam alga, tumbuhan seperti eceng gondok, dan berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrient bagi pertumbuhannya, kesemuanya ini sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya. (Slamet, 1994) Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2. (Effendy, 2003) Untuk pengambilan air danau, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada di permukaan air. (Sutrisno, 2004) 2.2.4. Air Tanah Menurut (Sutrisno, 2004), air tanah terbagi atas: 1. Air tanah dangkal 2. Air tanah dalam 3. Mata air 2.2.4.1. Air Tanah Dangkal Air tanah terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan oleh penyaringan lapisan tanah, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. (Sutrisno, 2004) Air tanah dangkal dapat berkualitas baik jika tanah di sekitarnya tidak tercemar, oleh karenanya air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya karena banyak zat yang terlarut ataupun tersuspensi di dalamnya. (Slamet, 1994) 2.2.4.2. Air Tanah Dalam Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi biologinya, karena selama pengalirannya air tanah mengalami penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. (Slamet, 1994) 2.2.4.3. Mata Air Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, tidak terpengaruhi oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam. (Sutrisno, 2004) 2.3.
Pembagian Air Berdasarkan Analisis Berdasarkan analisis air maka air digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Air kotor/air tercemar Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan disebut air kotor/tercemar. 2. Air bersih Air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologinya belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air sumber yang dari mata air.
Universitas Sumatera Utara
3. Air minum Air minum ialah air yang sudah terpenuhi sifat fisik, kimia, maupun bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi kekeruhan, kandungan zat kimia organik/anorganik, dan jumlah bakteri coliform. 2.4.
Karakteristik Air Air memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologis yang sangat
mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada beberapa parameter guna memperoleh air yang layak digunakan. 2.4.1. Karateristik Fisika Air Karakter fisik air ialah karakter pada air yang dapat terlihat langsung melalui fisik air tanpa harus melakukan pengamatan yang lebih jauh pada air tersebut. Karakteristik fisik air meliputi: 1. Kekeruhan Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh bahan buangan industri. 2. Temperatur Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.
Universitas Sumatera Utara
3. Warna Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuhan. 4. Bau dan rasa Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya mikroorganisme dalam air seperti alga, senyawa H2S yang terbentuk dalam keadaan anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu. 2.4.2. Karakteristik Kimia Air Karakteristik kimia air meliputi banyaknya senyawa kimia yang terdapat di dalam air, sebagian diantaranya berasal dari alam secara alamiah dan sebagian lagi sebagai kontribusi aktivitas makhluk hidup. Karakteristik kimia air meliputi: 1. pH Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air, dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi pH. 2. DO (Dissolved Oxigen) DO adalah jumlah oksigen terlarut yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. 3. BOD(Biological Oxigen Demand)
Universitas Sumatera Utara
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air secara biologi. 4. COD (Chemical Oxigen Demand) COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. 5. Kesadahan Kesadahan air yang tinggi akan mempersulit efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air. 6. Senyawa-senyawa kimia yang racun Kehadiran unsur arsen pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0.05 mg/l). Sementara kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan bau ligan, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia. (Farida, 2002) 2.4.3. Karakteristik Biologis Air Berbagai macam organisme hidup dalam air lebih banyak ditemukan pada air permukaan daripada air tanah, karena proses penyaringan oleh lapisan tanah. Jenis-jenis organisme yang terdapat dalam air meliputi organisme mikroskopik dan makroskopik. (Suripin, 2002)
Universitas Sumatera Utara
Organisme mikroskopik seperti bakteri dan coliform dapat ditemukan dalam air. Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak memiliki klorofil, berkembangbiak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner, sebagian besar (± 80%) berbentuk batang. Secara umum hidupnya saprofitik pada sisa buangan hewan atau tanaman yang sudah mati, ada juga yang bersifat parasitik pada hewan dan manusia sehingga dapat menyebabkan penyakit. (http://massofa.wordpress.com/mikroorganisme-dan-mikrobiota) Coliform tidak termasuk dalam taksonomi bakteri namun hanya istilah untuk menyebutkan kelompok mikroorganisme yang berada di air. Pada keadaan normal, coliform terdapat di air dalam jumlah standar dan dapat diukur, namun bila terjadi pencemaran air, jumlah coliform akan menjadi sangat banyak dan dapat melebihi jumlah bakteri patogen lain. Oleh karena itu, coliform dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air. Coliform memproduksi bermacammacam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih dalam tubuh. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri-koliform). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no. 492/MENKES/PER/2010, coliform tidak boleh terdapat di dalam air minum. Organisme mikroskopik lainnya seperti; jamur, alga, dan virus juga terdapat di dalam air. Jamur adalah tanaman yang dapat tumbuh tanpa sinar matahari dan pada waktu tertentu dapat merajalela pada pipa-pipa air, sehingga menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. (Linsley, 1991). Sementara alga adalah tumbuhan kecil yang hidup di air yang jika dalam jumlah yang besar dapat mempengaruhirasa, warna, dan bau pada air. Pertumbuhan alga yang berlebihan
Universitas Sumatera Utara
dapat dikontrol dengan penambahan tembaga sulfat. Dan virus adalah mikrooganisme penyebab infeksi dan ukurannya lebih kecil dari bakteri. Virus dalam air biasanya dikendalikan dengan klorinasi dikombinasikan dengan proses penonaktifan virus. (Suripin, 2002) Organisme makroskopik seperti ganggang dan rumput laut dapat menurunkan kualitas air dalam hal rasa, warna, dan bau, namun dapat dihilangkan dalam proses purifikasi. Keberadaan ikan dalam air dapat mengendalikan pertumbuhan organisme mikroskopik ataupun mikroskopik. (Suripin, 2002) 2.5.
Proses Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
2.5.1. Bendungan Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi ± 4m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake. 2.5.2. Intake Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya kotorankotoran maupun sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan
Universitas Sumatera Utara
penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk. 2.5.3. Raw Water Tank (Bak Air Baku) Raw water tank (bak air baku) merupakan bangunan yang dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 50 m x 25 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlate gate, sluice gate dan pintu bilas 2 buah. Raw water tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi (pengendapan alamiah). Di IPA Sunggal volume air baku pada 2 RWT ± 1.400 m3. Waktu pengendapan (detention time) untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbiditi yang lebih rendah. 2.5.4. Raw Water Pump (Pompa Air Baku) Raw water pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa air baku 110 liter/detik dengan rata-rata head 18 m memakai motor AC nominal daya 75 KW. Pada Raw water pump (RWP) dilakukan prechlorination yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik, anorganik, dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) juga menghilangkan polutan-polutan lainnya. 2.5.5. Clarifier (Bak Penjernih) Bangunan clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 400 l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Clearator dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut: 1. Primary Reaction Zone 2. Secondary Reaction Zone 3. Return Reaction Zone 4. Clarification Reaction Zone 5. Concentrator. 2.5.6. Filter Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan flok–flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan (lolos) dari clearator. Media filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0.75 KW. Filter ini berfungsi untuk menyaring turbiditi melalui pelekatan pada media filter. Dimensi tiap filter yaitu 8.25 m X 4 m X 6.25 m. Tinggi maksimum permukaan air adalah 5.05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan sebagi berikut : 1. Pasir kwarsa, diameter 0.5 mm – 1.5 mm dengan ketebalan 60 cm 2. Pasir kwarsa, diameter 1.8 mm – 2.0 mm dengan ketebalan 10 cm
Universitas Sumatera Utara
3. Kerikil halus, diameter 4.57 mm – 6.3 mm dengan ketebalan 10 cm 4. Kerikil sedang, diameter 6.3 mm – 10 mm dengan ketebalan 10 cm 5. Kerikil sedang, diameter 10 mm – 20 mm dengan ketebalan 10 cm 6. Kerikil kasar, diameter 20 mm – 40 mm dengan ketebalan 20 cm Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang di-supply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk backwash untuk satu buah filter adalah 200-300 m3 dan backwash dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan. 2.5.7. Reservoir Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 4 m yang berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor disebut post chlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total 12.000 m3.
Universitas Sumatera Utara
2.5.8. Finish Water Pump (Pompa Air Bersih) Finish Water Pump (pompa air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas 150 l/detik. 2.5.9. Lagoon Lagoon berfungsi untuk menampung semua air buangan bekas pencucian sistem pengolahan untuk di daur ulang, dan kemudian di alirkan kembali ke RWT untuk diproses kembali. 2.6.
Aluminium Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa. Titik lebur
aluminium sekitar 659°C. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer. Ion-ion aluminium (Al3+) membentuk garam-garam yang tidak berwarna dengan anionanion yang tak berwarna. Garam-garam halida, nitrat, dan sulfat dari aluminium larut dalam air. (Vogel, 1985) Salah satu senyawa aluminium adalah tawas (Al2(SO4)3). Perusahaanperusahaan pengolahan air biasanya menggunakan tawas (Al2(SO4)3) sebagai koagulan untuk menjernihkan air. Tawas sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi karena tawas yang dilarutkan dalam air mampu mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga menjadikan air menjadi jernih. (Alaerts, 1987)
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi aluminium yang tinggi dalam air dapat mengendap sebagai Al(OH)3 yang dapat mempengaruhi kehidupan dalam air. Aluminium juga memungkinkan gangguan neurologis pada manusia seperti penyakit Alzheimer. (W.H.O, 1993) 2.7.
Kolorimetri Kolorimetri
adalah
suatu
teknik
pengukuran
yang
berdasarkan
diabsorbsinya cahaya oleh zat berwarna baik warna yang berasal dari zat itu sendiri maupun warna yang terbentuk akibat reaksi dengan zat lain. (Khopkar, 2007) Kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni: 1.
Kolorimetri visual, dan
2. Kolorimetri fotolistrik. Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya. Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna, dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata. Sementara itu, dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya. Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Universitas Sumatera Utara
Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%. Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan: 1. Kespesifikan reaksi warna. Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja). 2. Kestabilan warna Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat. Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui. 3. Kejernihan larutan Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya. 4. Kepekaan tinggi. Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan ditetapkan sangat kecil. (Basset, 1994) 2.8.
Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri Pada penetapan kadar aluminium secara kolorimetri ini digunakan metode
aluminon untuk pembentukan warna. Metode aluminon merupakan metode yang umum digunakan untuk menganalisis aluminium yang terdapat dalam air. Dalam metode ini menggunakan pereaksi alu ver 3 yang dikemas dalam bentuk powder pillow untuk menjamin
Universitas Sumatera Utara
stabilitas dari pereaksi. Alu ver 3 merupakan pereaksi yang berisi aluminon dikombinasikan dengan buffer pH. Aluminon akan bereaksi dengan aluminium yang terdapat dalam sampel membentuk pewarnaan merah jingga. Intensitas warna yang terbentuk tergantung pada jumlah aluminium yang terdapat dalam sampel. Ascorbic acid (asam askorbat) ditambahkan terlebih dahulu sebelum penambahan alu ver 3 untuk menghilangkan besi, karena besi dapat mengganggu dan tidak boleh ada. Setelah penambahan alu ver 3, sampel dibagi 2 bagian. Kemudian pada salah satu bagian tersebut ditambahkan bleaching 3 reagent powder pillow dan campuran ini merupakan blanko. (http://www.hach.com)
Universitas Sumatera Utara