BABII TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui manusia untuk memahami objek yang dihadapi atau hasil usaha manusia dalam memahami suatu objek.Tujuan manusia memiliki pengetahuan adalah memenuhi kebutuhan hidup, memahami arti kehidupan dan mencapai tujuan hidup. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya (Bakhtiar. 2010). Menurut Notoatmodjo (2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu.Ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). 2. Tingkat Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
(2010).
pengetahuan
seseorang
terhadap
objek
mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda–beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni : a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypty, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu
7
8
dapat menggunakan pertanyaan misalnya : apa tanda–tanda anak kurang gizi, apapenyebab TBC, bagaimana cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
menginterpretasikan secara benar objek yang diketahui tersebut, misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya, tempat – tempat penampungan air tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain, misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja, orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja dan seterusnya. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut, misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk
9
biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidung cacing kremi dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen–komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–formulasi yang telah ada, misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata–kata atau kalimat sendiri tentang hal–hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma–norma yang berlaku dimasyarakat, misalnya ; seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
3. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya Pengetahuan Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. b. Usia Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
10
c. Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pribadi ataupun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. d. Sumber informasi Informasi merupakan cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya. Melalui pengetahuan yang dimiliki akan menyebabkan seseorang berperilaku sesuai dengan yang dimilikinya. e. Penghasilan Penghasilan yang rendah akan memperoleh kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan kebutuhan lainya (Notoatmodjo 2010). 4. Indikator Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010). Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), antara lain : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : 1) Penyebab penyakit 2) Gejala atau tanda-tanda penyakit 3) Bagaimana cara pengobatan,atau kemana mencari pengobatan 4) Bagaimana cara pencegahannya b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: 1) Jenis-jenis makanan yang bergizi 2) Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya
11
3) Petingnya olahraga bagi kesehatan 4) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minuman keras, narkoba, dan sebagainya 5) Untuk kesehatan, pentingnya istrahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya. c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan 1) Manfaat air bersih 2) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah 3) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat 4) Akibat polusi (polisi air, udara dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya. 5. Cara Memperoleh Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang
sejarah,
dapat
dikelompokkan
menjadi
dua
(Notoatmodjo, 2010). Yakni: a. Cara tradisional atau nonilmiah, dan b. Cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian. a. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah. Cara kuno atau cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, Sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi: 1) Cara Coba Salah Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error’’. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan
12
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba). Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan bebagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 2) Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. 3) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. 4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. 5) Cara Akal Sehat (Common Sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuatsalah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. 6) Kebenaran Melalui Wahyu Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para nabi.
13
7) Kebenaran Secara Intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh mausia secara cepat sekali melalui proses penalaran diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. 8) Melalui Jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. 9) Induksi Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus kepernyataan yang bersifat umum. 10) Deduksi Pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu cara yang disebut “ silogisme’’. Silogisme ini merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mecapai kesimpulan yang lebih baik. b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pegetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology).
B. Konsep Tindakan 1. Definisi Tindakan Tindakan atau praktik adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (Notoatmodjo, 2010). Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam
14
bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2010). Seseorang setelah mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010). 2. Tingkatan Dalam Tindakan Menurut Notoatmodjo(2010), Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu: a.
Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan.
b. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. c.
Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan dilakukan dengan baik . 3. Pengukuran Tindakan atau Praktik (Practice) Untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi), (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2006), tingkatan praktik dapat dikategorikan berdasakan nilai sebagai berikut: a. Praktik tindakan baik, bila tindakan dilakukan > 75% b. Praktik tindakan cukup, bila tindakan dilakukan 60-75% c. Praktik tindakan kurang, bila tindakan dilakukan <60%.
15
C. Konsep Demam Berdarah 1. Definisi Demam Berdarah Dengueadalah penyakit yang menyerang bagian utama dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni darah.Bagian darah yang diserang oleh penyakit ini yaitu keping-keping darah atau trombosit. Akibat dari serangan penyakit ini, kadar trombosit dalam darah menurun drastis. Darah lebih pekat dan mengental karena kehilangan cairan.Akibat selanjutnya adalah fatal yaitu kematian (Surtiretna, 2007). Demam Berdarah Dengueadalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui darahkedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang awalnya banyak menyerang anak-anak tetapi akhir–akhir ini menunjukkan pergeseran yang dapat menyerang semua usia(Soegeng Soegijanto, 2009). 2. Etiologi Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk Aedes aegypti.Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama (Rozi Abdullah, 2013).
16
3. Patofisiologi Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan deman dengue dengan deman berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamine dan serotonin serta aktivasi system kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat
kurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, konsentrasi,
hiponatremia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Adanya kebocoran plasma di daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan pada rongga serosa yaitu rongga peritoneum.Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi berakibat anoreksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.Perdarahan pada DBD umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gamgguan fungsi trombosit dan kelainan system koagulasi (Rozi Abdullah, 2013). 4. Tanda dan Gejala DBD Gejala klinik utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji tourniquet.Hasil penelitian multisenter menunjang pernyataan ini, untuk menegakkan diagnosis klinik DBD, menentukan beberapa patokan gejala klinik dan laboratorium (Soegeng Soegijanto, 2009). a.
Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan. 1) Uji tourniquet positif. 2) Perdarahan spontan, perdarahan gusi, hematesis, melena. c.
Hepatomegali.
d. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah.
17
Menurut Hastuti(2008). Tanda dan gejala penyakit demam berdarah adalah tidak khas, bervariasi pada setiap penderita berdasarkan derajat yang dialaminya. Umumnya penderita akan mengalami tanda dan gejala-gejala berikut: a.
Demam.
b. Perdarahan/bintik-bintik merah pada kulit. c.
Perdarahan lain : Mimisan, perdarahan gusi.
d. Keluhan pada saluran pernapasan : Batuk, pilek. e.
Keluhan pada saluran penceranaan ataupun sakit waktu menelan.
f.
Keluhan pada tubuh yang lain : nyeri/sakit kepala; nyeri pada otot, tulang, sendi dan ulu hati; pegal-pegal pada seluruh tubuh.
g. Dapat juga dijumpai adanya pembesaran pada hati,limpa, dan kelenjar getah bening, yang akan kembali normal pada masa peyembuhan. h. Pada keadaan yang berat, penderita akan jatuh pada keadaan renjatan/shock, yang dikenal dengan DDS (Dengue Shock Syndrome), dengan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Kulit terasa lembab dan dingin. 2) Tekanan darah menurun; nadi cepat dan lemah. 3) Nyeri perut yang hebat. 4) Terjadi perdarahan, baik dari mulut, hidung, maupun anus yag terlihat seperti tinja hitam. 5) Lemah, mengantuk, terjadi penurunan tingkat kesadaran. 6) Gelisah. 7) Tampak kebiru-biruan pada sekitar mulut, hidung, dan ujung-ujung jari. 8) Tidak buang air kecil selama 4-6 jam. 5. Faktor – Faktor resiko untuk terjadinya DBD a.
Status imunologi seseorang Seseorang yang memiliki system kekebalan tubuh kurang maka dengan mudah terserang penyakit termasuk penyakit yang disebabkan virus khusunya virus dengue.
18
b.
Strain virus/serotype virus yang menginfeksi Virus dengue juga merupakan faktor penyebab resiko timbulnya DBD namun tidak semua virus memiliki potensi menimbulkan wabah/ kejadian luar biasa .
c.
Usia Meskipun DBD mampu dan terbukti menyerang tubuh manusia dewasa namun lebih banyak kasus ditemukan pada pasien anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun.Hal ini disebabkan karena system kekebalan tubuh pada anak-anak masih kurang sehingga rentan terhadap penyakit dan aktivitas anak-anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari,sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada siang hari.
6. Fase-Fase DBD Menurut (Hastuti, 2008). Diketahui bahwa terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit DBD, yaitu fase demam (berlangsung antara 2-7 hari).Fase kritis (berlangsung antara 24-48 jam).Fase penyembuhan (berlangsung antara 2-7 hari). a.
Fase Demam Pada fase ini, diperlukan pengobatan simtomatik atau pengobatan yang dilakukanuntuk menghilangkan gejala saja, seperti menurunkan demam atau meningkatkan perbaikan kondisi penderita DBD.
b. Fase Kritis Pada fase ini, penderita tidak memungkinkan untuk dirawat di rumah, tetapi harus di rawat di Rumah Sakit karena membutuhkan penanganan yang intensif.Fase ini umumnya dimulai pada hari ketiga sampai kelima sejak diketahui adanya panas/demam yang pertama kali, berlangsung selama kurang lebih 24-48 jam. Fase kritis merupakan fase yang sangat menentukan apabila penderita berhasil melewati fase ini maka penderita akan memasuki
19
proses
penyembuhan,
tetapi
jika
kondisi
kritis
ini
tidak
dapat
teratas/terlambat ditangani maka penderita akan mengalami keadaan yang fatal. Pada keadaan ini biasanya penderita mengalami mual-muntah, tidak nafsu makan, dan sudah mengalami perdarahan, sehingga harus dilakukan pemantauan secara lebih intensif. c.
Fase Penyembuhan Pada umumya penderita DBD yang telah berhasil melewati fase kritis akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu kurang lebih 24-48 jam setelah shock. Keadaan ini ditandai dengan kondisi umum penderita yang mulai membaik, nafsu makan meningkat, disertai dengan hasil pemeriksaan tanda vital yang stabil (Suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah). Hasil pemeriksaan laboratorium yang normal, maka penderita diperbolehkan pulang, biasanya dokter atau perawat akan menjelaskan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan penderita.
7. Mencegah Upaya Berjangkitnya DBD Ada beberapa cara untuk melaksanakan pencegahan DBD, yaitu langkah membasmi nyamuk pembawa virus dengue, termasuk telur dan jentik-jentiknya. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut (Surtiretna, 2007). a. Pengasapan ataufogging. Cara memberantas nyamuk secara massif yaitu menyemprotkan insektisida. Insektisida yang dimaksud adalah malathion yang disemprotkan dalam bentuk asap,sehingga tindakannya disebut pengasapan atau fooging. b. Abatisasi Abatisasi yaitu menaburkan obat abate kedalam tempat penampungan air. Abate adalah bubuk obat untuk membunuh jentik-jentik nyamuk didalam air. Abate akan melapisi dinding tempat penampungan air yang dapat bertahan hingga 3 bulan asal tidak digosok atau disikat.
20
c. Penyuluhan dan penggerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam rangka pemberantasan sarang nyamuk DBD dilakukan dengan kerja sama lintas sektor dibawah koordinasi dilakukan selama sebulan terus-menerus. 1) Penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan tentang penyakit DBD dan pencegahannya melalui media massa, sekolah, tempat ibadah, dan kelompok masyarakat lainnya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan setiap saat dalam berbagai kesempatan. 2) Pemantauan jentik-jentik berkala (PJB) Pemantauan terhadap jentik-jentik nyamuk aedes aegypti dilakukan setiap
3 bulan dirumah masing-masing dan ditempat-tempat umum.
Untuk pemantauan jentik-jentik berkala dirumah dilakukan pemeriksaan untuk setiap desa/kelurahan.Hasil pemantauan jentik-jentik berkala diinformasikan oleh pihak kesehatan kepada kepala daerah setempat sebagai
evaluasi
dan
dasar
penggerakan
masyarakat
dalam
pemberantasan sarang nyamuk BDB. 3) Melakukan 3M Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan melalui kegiatan 3M yaitu, menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang data menampung air hujan, menutup rapat-rapat tempat penampungan air. 4) Meningkatkan
pelayanan
penanganan penderita
tanggap
darurat
(emergency)
dalam
kejadian luar biasaDBD dengan cara :
1).Menyiagakan sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, palang merah Indonesia, dan laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta untuk mendukung kegiatan penanggulangan kejadian luar biasa DBD. 2). Manajemen sarana pelayanan
kesehatan wajib
21
memberikan pelayanan cepat dan tepat bagi tersangka penderita kejadian luar biasa DBD guna menekan angka kematian. 8. TindakanPertolongan Pertama Penderita DBD Oleh Masyarakat Pada awal perjalanan penyakit DBD, tanda gejalanya tidak spesifik karena itu,masyarakat atau keluarga diharapkan waspada jika terdapat tanda atau gejala yang mungkin merupukan awal perjalanan penyakit DBD. Tanda Gejala Awal Perjalanan Penyakit DBD a. Panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak dan terus menerus. b. Badan lemah atau lesu. c. Ujung jari kaki dan tangan dingin atau lembab. Apabila keluarga atau masyarakat menemukan tanda atau gejala tersebut diatas,maka penderita segera diberi obat penurun panas golongan parasetamol seperti tempra,panadol,dan lain-lain: beri kompres dingin dan minum yang banyak seperti air teh, susu, sirop, oralit, dan lain-lain. Jika dalam waktu dua hari panas tidak turun atau timbul tanda gejala lanjut seperti: a. Perdarahan dikulit (seperti bekas gigitan nyamuk) b. Muntah- muntah c. Gelisah d. Mimisan Dianjurkan segera dibawa berobat ke dokter atau ke RS dan puskesmas terdekat untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pertolongan.Seorang yang menderita penyakit demam berdarah pada awalnya menderita demam tinggi.Dalam keadaan demam ini tubuh banyak kekurangan cairan karena terjadi penguapan yang lebih banyak dari pada biasanya.Cairan tubuh makin berkurang bila anak terus-menerus muntah atau tidak mau minum (Misnidiarly, 2009). Maka pertolongan pertama yang penting adalah :
22
a. Memberikan minum sebanyak-banyaknya. Berikan minum kira-kira 2 liter (8 gelas) dalam satu hari atau 3 sendok makan setiap 15 menit. Minuman yang diberikan sesuai dengan selera anak misalnya air putih, air teh manis, sirup, sari buah seperti jus jambu, susu, oralit, softdrink, dapat juga diberikan nutricious diet yang banyak beredar saat ini. Dengan memberikan minum banyak diharapkan cairan dalam tubuh tetap stabil. b. Untuk memantau bahwa penderita tidak kekurangan cairan, perhatikan jumlah kencingnya. Apabila banyak buang air kecil, minimal 6 kali dalam satu hari berarti jumlah cairan yang diminum anak mencukupi. c. Demam yang tinggi demikian juga mengurangi cairan tubuh dan dapat menyebabkan kejang pada yang mempunyai riwayat kejang bila demam tinggi. Untuk menurunkan demam, beri obat penurun panas. d. Jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang berasal dari golongan parasetamol. e. Apabila anak menderita demam terlalu tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan kompres dingin, karena kompres dingin dapat menyebabkan menggigil. Pertolongan pertama jika terjadi peteki atau perdarahan dikulit seperti gigtan nyamuk adalah memberikan yang mengandung zat besi seperti sayur daun ubi, bayam, daun bangun-bangun, anggur, daging dan susu. Penderita DBD membutuhkan darah akibat dari merembes darah dari intraseluler ke ekstraseluler sehingga penderita tersebut membutuhkan zat besi yang terkandung di dalam sayur daun ubi, bayam, daun bangun-bangun,anggur, daging dan susu sebagai zat penambah darah, jika terjadi muntah-muntah, gelisah, dan mimisan segera bawa penderita ke pelayanan kesehatan jika menunjukkan gejala kegawatan seperti : Lemas, mual-muntah, badan dingin, kejang-kejanng, mimisan atau perdarahan lain.
23 Tabel 2.1 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan Tindakan Pertolongan Pertama Penderita DBD Tempat dan Jumlah Sampel Masyarakat dengan riwayat DBD di Desa Bayah Timur sebanyak 106 orang.
Desain Penelitian desain Cross sectional
Aboesina Sidiek (2012)
Subyek penelitian pada kelompok kasus adalah ibu yang memiliki anak yang berusia ≤ 14 tahun yang mengalami kejadian DBD yang dirawat pada RSUP Dr.Kariadi pada periode penelitian. Subyek pada kelompok kontrol adalah ibu yang memiliki anak yang berusia ≤ 14 tahun yang tidak menderita DBD yang berdomisili di wilayah kelurahan Sekayu, Semarang.
desain control
Suhardiono (2005)
Sampel dalam penelitian ini adalah data sebagian dari populasi yaitu kejadian DBD dalam anggota keluarga dengan jumlah 100 KK (Kepala Keluarga).
desain Cross sectional
Judul
Peneliti
Hubungan pengetahuan tentang pengetahuan masyarakat mengenai pertolongan pertama pada demam berdarah dengue di desa bayah timur provinsi banten.
Diba (2010)
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Penyakit Dbd Terhadap Kejadian Penyakit Dbd Pada Anak
Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2005
case
Hasil Penelitian Data dianalisa secara univariat dan bivariat dengan uji statistic kolmogorov-smirnov. Dengan hasil 91 (85,5 %) responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, 13 (12,3 %) responden memiliki pengetahuan cukup dan 2 (1,9 %) responden memiliki pengetahuan baik. Yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan masyarakat pertolongan pertama pada Demam Berdarah Dengue. Faktor umur ibu, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu pada kelompok kasus dengan kontrol tidak berbeda secara bermakna. Tingkat pengetahuan tentang DBD kategori kurang pada kelompok kasus sebanyak 3 responden (8,8%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 7 responden (20,6%). Tingkat pengetahuan cukup-baik pada kelompok kasus sebanyak 3 1(91,2%) responden, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 27 (79,4%) responden. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang DBD dengan kejadian DBD adalah tidak bermakna (p=0,2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji statistic diketahui ada hubungan tingkat pengetahuan respunden dengan kejadian DBD dengan nilai p=n0,015 (p < 0,05), OR =3,007 (CL 95 % =1,218 -7,7776) dan PR =2,087, ada hubungan sikap dengan kejadian DBD dengan nilai p =0,016 (P < 0,005), OR = 2,738 (Cl 95%= 1.196 – 6,269) dan PR =1,829 serta ada hubungan tindakan dengan kejadian DBD dengan nilai p= 0,001 (p < 0,05), OR = 4,487 (Cl95%v=1,822- 11,051) dan PR= 2,619
24
D. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep Variabel Dependent
Variabel Independent
Pengetahuan masyarakat dengan pertolongan pertama
Tindakan Pertolongan pertama
penderita DBD
DBD
E. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan pengetahuan masyarakat dengan tindakanpertolongan pertama
DBD.