BABII URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produk barang dan jasa mengalami peningkatan. Pertumbuhan output ini tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto. Pertumbuhan ekonomi menurut Sumitro Djojohadi Kusumo (dalam Fitri, 2007:13) adalah proses peningkatan produksi barang atau jasa dalam keadaan ekonomi masyarakat suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat ekonomi yang dicapai tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kenaikan produksi total oleh suatu perekonomian oleh beberapa ahli ekonomi di defenisikan sebagai kenaikan PDRB/GNP rill suatu daerah atau Negara. Perhitungan pertumbuhan ekonomi:
Nilai PDB yang dipergunakan adalah PDB harga konstan sehingga disebut dengan PDB riil yang berarti pengaruh pertumbuhan harga telah dihilangkan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan utama dan perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah ingin melihat apakah kondisi perekonomian mangkin membaik atau memburuk. Kondisi perekonomian yang mencerminkan adanya proses pembangunan dalam suatu Negara. Melalui pertumbuhan ekonomi itulah standar hidup berubah. Pertumbuhan ekonomi memang membawa perubahan. Ada yang percaya ekonomi merupakan tujuan dasar masyarakat, karena dengan adanya tujuan pertumbuhan ekonomi, dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Menurut Case dan Fair (1996: 142) pertumbuhan ekonomi terjadi apabila masyarakat mendapat lebih banyak sumber secara lebih efisien. Pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena pertumbuhan ekonomi dapat menggeser kurva kemungkinan produksi masyarakat. Kurva kemungkinan produksi adalah kurva yang menunjukkan semua kombinasi yang mungkin dapat diproduksi dengan teknologi yang sekarang ini dan semua sumber daya yang tersedia telah dimanfaakan secara penuh dan efisien. Pertumbuhan ekonomi akan menggeser batas kemungkinan produksi masyarakat kekanan atas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kurva kemungkinan produksi Batas kemungkinan produksi menunjukkan semua kombinasi keluaran yang diproduksi jika semua sumber daya yang langka yang dimiliki oleh masyarakat dimanfaatkan secara penuh dan efisien maka pertumbuhan ekonomi memperluas kurva kemungkinan produksi ke kanan atas. Menurut Todaro (1998:2) yang mengutip pernyataan Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai “kenaikan jangka panjang dan kemampuan untuk meningkatkan persediaan berbagai macam barang kebutuhan ekonomi bagi penduduknya”. Kapasitas pertumbuhan ini dimungkinkan oleh adanya perkembangan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan idiologis sebagaimana yang diminta oleh kondisi masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam analisa modern mengenai pertumbuhan ekonomi, Kuznets telah memilah-milah 6 ciri pokok proses pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua Negara maju dewasa ini. Keenam ciri pokok tersebut adalah: 1. Tingkat laju keluaran perkapita yang tinggi dan laju pertumbuhan penduduk. 2. Tingkat kenaikan yang tinggi pada total faktor produkstivitas, terutama faktor tenaga kerja. 3. Tingkat transformasi struktural yang tinggi 4. Tingkat transformasi sosial dan idiologi yang tinggi 5. Kecenderungan Negara-negara yang secara otomatis maju untuk mencapai kemajuan disektor lain dalam usaha memperluas pasar dan mendapatkan bahan mentah. 6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya meliputi sepertiga dari jumlah penduduk dunia.
2.1.1 Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi Kestabilan politik, kebijakan ekonomi pemerintah, kekayaan alam yang dimiliki, jumlah dan kemampuan tenaga kerja, tersedianya usahawan yang gigih dan kemampuan mengembangkan dan menggunakan teknologi modern merupakan beberapa faktor yang penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa komponen utama yang telah lama dipandang oleh ahli ekonomi dalam pertumbuhan ekonomi: 1. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat terhadap perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan pertambahan tersebut akan meningkatkan Negara itu menambah produksi. Disamping itu, akibat pendidikan, latihan dan pengalamanan kerja, kemahiran penduduk yang selalu bertambah tinggi maka produktivitas akan bertambah yang selanjutnya akan menimbulkan pertumbuhan produksi yang lebih cepat dari pada pertambahan tenaga kerja. Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan luas pasar. Besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan dalam suatu ekonomi tergantung kepada pendapatan penduduk dan jumlah penduduk. Maka, apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi dan tingkat kegiatan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Suatu Negara dipandang menghadapi masalah kelebihan penduduk apabila jumlah penduduk tidak seimbang dengan faktor-
Universitas Sumatera Utara
faktor produksi lain yang tersedia. Akibat ketidak seimbangan ini produktivitas marginal penduduk akan rendah sekali atau negatif. Apabila didalam perekonomian sudah berlaku keadaan dimana pertambahan tenaga kerja tidak dapat menaikkan produksi yang tingkatnya lebih cepat dari tingkat pertumbuhan penduduk, maka pendapatan perkapita akan menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebih-lebihan akan menimbulkan kemerosotan atas kemakmuran masyarakat. 2. Tanah dan kekayaan alam lainnya Kekayaan alam suatu Negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis kekayaan barang-barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu Negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. 3. Barang-barang modal dan teknologi Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi, pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, dimana barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan ekonomi yang tinggi. Kemajuan ekonomi yang berlaku diberbagai Negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa akibat yang positif dalam pertumbuhan ekonomi menjadi lebih cepat meningkat. Pertama,
Universitas Sumatera Utara
kemajuan teknologi dapat mempertinggi efesiensi produksi suatu barang. Kemajuan seperti itu akan menurunkan ongkos produksi dan meningkatkan jumlah produksi. Kedua, kemajuan teknologi menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diproduksi sebelumnya. Kemajuan seperti itu menambah barang-barang dan jasa-jasa yang dapat digunakan masyarakat. Disamping itu, kemajuan teknologi dapat meningkatkan mutu barang-barang yang diproduksi. 4. Luas pasar sebagai pertumbuhan Luas pasar yang terbatas tidak dapat mendorong para pengusaha untuk menggunakan teknologi modern yang tingkat produktivitasnya sangat tinggi. Namun para pengusaha lebih suka menggunakan cara memproduksi yang teknologinya rendah, karena produktivitas yang rendah maka pendapatan para pekerja tetap rendah dan ini selanjutnya akan membatasi luas pasar. Dari hal diatas, dinyatakan bahwa luas pasar menimbulkan hambatan pada Negara yang miskin perlu secara serempak melakukan pembangunan di segala bidang. 5. Sistem sosial dan sikap masyarakat Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Adat-istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara-cara produksi yang modern dan yang produktivitasnya tinggi, oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat.
Universitas Sumatera Utara
Sikap hemat yang bertujuan untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap yang sangat mengagumi kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan usaha dan sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan merupakan sikap masyarakat yang dapat menjadi pendorong dalam pertumbuhan ekonomi.
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori Ekonomi Klasik Orang yang pertama membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis sehingga dijuluki sebagai bapak ekonomi adalah Adam Smith (1723-1790) yang membahas masalah ekonomi dalam bukunya An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nation (1776). Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang dirasanya terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith, sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efesiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stasioner (stationery state). Posisi stasioner terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan. Kalaupun ada pengangguran, hal itu bersifat sementara.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa. Peranan pemerintah adalah jaminan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat serta membuat “aturan main” yang memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana sehingga aktivitas swasta menjadi lancar. Pengusaha perlu mendapat keuntungan yang memadai (tidak sekedar keuntungan minimum) agar dapat mengakumulasikan modal dan membuat investasi baru, sehingga dapat menyerap tenaga kerja baru. Kemudian, ketika terjadi depresi ekonomi dunia tahun 1929-1932, pandangan Smith kemudian dikoreksi oleh Keynes (1936) dengan mengatakan bahwa untuk
menjamin
pertumbuhan
yang
stabil
pemerintah
perlu
menerapkan
kebijaksanaan fiskal (perpajakan uang beredar) dan pengawasan langsung. Ahli ekonomi setelah itu ada yang mendukung dan memperluas pandangan Keynes. Kedua kelompok ini tetap mengandalkan mekanisme pasar. Perbedaannya adalah ada yang menginginkan peran pemerintah yang cukup besar tetapi ada pula yang menginginkan peran pemerintah haruslah sekecil mungkin. Walaupun berbeda, kedua kelompok umumnya sepakat bahwa salah satu tugas Negara adalah menciptakan distribusi pendapatan yang tidak terlalu pincang (ada
Universitas Sumatera Utara
kaitan dengan tingkat saving dan konsumsi) sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mantap dan berkelanjutan. Belakang disadari bahwa pemerintah perlu turun tangan untuk menyediakan jasa yang melayani kepentingan orang banyak ketika swasta tidak berminat menanganinya apabila tidak diberi hal khusus. Misalnya membangkit tenaga listrik, telepon dan air minum. Swasta mungkin berniat menyediakan fasilitas ini apabila diberi hal monopoli dan karena hal itu mungkin tidak diterima oleh masyarakat dan penanganannya diambil oleh pemerintah. Atau, kalaupun itu dikelola oleh swasta harus diawasi oleh pemerintah. Hal ini yang dianggap wajar pemerintah ketika turun tangan adalah mengatur stok pangan agar tercipta harga yang stabil. Dalam keterangan ekonomi wilayah, ada pandangan Smith yang tidak bisa diterapkan sepenuhnya, misalnya tentang lokasi dari berbagai kegiatan sudah diatur dan kegiatan yang akan dilaksanakan harus memilih diantara lokasi yang diperkenankan. 2. Teori Pertumbuhan Neoklasik Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dari Amerika Serikat dan Swan (1956) dari Australia. model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antar kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara modal dan
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja. Hal ini berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal out put dalam rasio modal tenaga kerja. Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbagan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhui pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori neoklasik. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat. Teori neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menunjukkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran luas informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya keamanan, dan kestabilan politik. Demikian pula model neoklasik sangat memperhatikan faktor kemajuan teknik, yang dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. Mutu sumber daya manusia adalah menyangkut
Universitas Sumatera Utara
keahlian dan moral, dan moral sangat dipengaruhi oleh aturan main yang berlaku. Hal khusus yang perlu dicatat bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka menyimpan uang kontan dalam jumlah besar dirumah (bukan di bank) tanpa tujuan khusus, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Paham neoklasik melihat peran kemajuan teknologi atau inovasi sangat besar dalam memacu pertumbuhan wilayah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mendorong terciptakan kreativitas dalam kehidupan masyarakat, agar produktivitas per tenaga kerja terus meningkat. Analisis lanjutan dari paham neoklasik menujukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yangmantap (steady growth) diperlukan suatu tingkat saving (S) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali (di wilayah tersebut) 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Bertahap Menurut Rostow (dalam Fitri, 2007:35) pertumbuhan ekonomi dapat dilihat arah dan perjalanannya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang ia kemukakan. Menurut Rostow ada lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut : 1. Masyarakat tradisional Suatu masyarakat tradisional adalah masyarakat yang strukturnya dibangun dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas struktur pertanian masih sangat tradisional. Pengetahuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat terbatas
Universitas Sumatera Utara
membuat produktivitas tidak mengalami kenaikan. Dan hubungan kekeluargaan masih memainkan peranan yang sangat penting dalam kasta sosial. 2. Pra Take Off Pra Take Off adalah masa peralihan yaitu suatu periode pada waktu mana sudah ada pra syarat untuk take off. Pada saat ini sudah ada lembaga-lembaga yang memobilisasi modal. Investasi bertambah dan perdagangan mulai meluas. Mulai muncul perusahaan manufaktur modern yang menggunakan metode baru. Tetapi semua kegiatan ini berlangsung dengan kecepatan yang terbatas dalam perekonomian yang produktivitasnya masih rendah dan tradisional. 3. Take off (Lepas landas) Take off adalah masa-masa dimana halangan-halangan dan rintangan-rintangan lama terhadap pertumbuhan ekonomi yang datang secara terus menerus akhirnya dapat diatasi. Dorongan langsung dari Take off terutama datang (meskipun tidak seluruhnya) dari perkembangan teknologi. Perekonomian mulai meneksploitasi sumber daya alam dengan metode-metode produksi yang baru. 4. Gerak menuju kematangan Karena perekonomian yang kini tumbuh dengan teratur mendorong meluasnya teknologi modern ke seluruh sektor terutama sektor pertanian. Perekonomian akan senantiasa berkembang dengan semakin majunya teknologi. Perdagangan internasional bergerak dan kegiatan ekspor impor mulai dilakukan secara lebih meluas.
Universitas Sumatera Utara
5. Konsumsi tahap tinggi Jika suatu negara sampai pada tahap kematangan, maka timbullah dua hal penting yaitu : •
Pendapatan perkapita naik sampai pada orang-orang mampu membeli barang konsumsi lebih tinggi dari harga kebutuhan pokok
•
Struktur tenaga kerja berubah sehingga merubah perbandingan antara penduduk kota dan desa secara lapangan kerja. Timbulnya kesejahteraan adalah manifestasi dari gerak masyarakat
yang
sedang melampaui kematangan teknik. Terjadi restrukrisasi besar dalam bidang teknologi sehingga produktivitas sangat tinggi dan konsumsi naik karena pendapatan perkapita juga naik secara signifikan. Untuk mengetahui apakah suatu negara telah masuk ke tahap lepas landas atau belum, Komaluddin (1987:97) yang mengutip pernyataan Rostow mengemukakan tiga ciri pokok dan persyaratan dari tahap lepas landas yaitu : a)
Berlakunya kegiatan dalam tabungan dan penanaman modal yang produktif dari 5% atau kurang menjadi lebih dari 10% atau lebih dari jumlah NNP
b)
Berlakunya perkembangan atau kemajuan pesat pada satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi sekali
c)
Adanya atau terciptanya suatu dasar politik, sosial, dan institusional yang akan berhasil
Universitas Sumatera Utara
4. Teori Schumpeter Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahawan. Sebab, para pengusaha yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan suatu langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik, tahap produksi, serta masalah organisasi manajemen agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.
2.2. Urbanisasi Menurut Kingsley Davis (1965), urbanisasi adalah jumlah penduduk yang memusat di daerah perkotaan atau meningkatkannya proporsi tersebut. Menurut Prof. Drs. Bintarto (1986:15) urbanisasi dapat dipandang sebagai suatu proses dalam artian : 1. Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota; kota menjadi lebih padat sebagai akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil kenaikan fertilitas penghuni kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang bermukim dan berkembang di kota 2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai akibat dari perkembangan ekonomi, budaya, dan teknologi 3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana kehidupan kota.
Universitas Sumatera Utara
Urbanisasi biasanya dapat diukur dengan melihat proporsi jumlah penduduk yang tinggal menetap di daerah perkotaan. Untuk mengukur tingkat urbanisasi di suatu daerah biasanya dengan menghitung perbandingan jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk seluruhnya dalam suatu wilayah. Adapun perhitungannya dapat dicari dengan rumus : Pu =
U x100% P
Keterangan : U = besarnya jumlah penduduk urban (perkotaan) P = populasi/jumlah penduduk keseluruhan Pu = persentase penduduk yang tinggal di perkotaan Sedangkan untuk mengetahui apakah suatu negara memiliki jumlah penduduk yang terpusat di suatu daerah perkotaan tertentu dapat diukur dengan menggunakan primacy index, yaitu indeks yang menunjukkan dominasi suatu kota yang terbesar penduduknya dibanding kota-kota berikutnya. Indeks ini diukur melalui empat kota terbesar atau bisa juga dengan 11 kota terbesar sesuai dengan kegunaannya. Perhitungan indeks primacy dengan perbandingan empat kota dihitung dengan rumus seperti dibawah ini : PI 4 =
K1 K2 + K3 + K4
Universitas Sumatera Utara
keterangan : = Primacy Index di empat kota terbesar
PI4
K1, K2......, K4 = jumlah penduduk kota terbesar pertama, kedua, dan seterusnya.
2.2.1. Dampak Positif Urbanisasi Sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk yang ditunjun dengan perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan, frekuensi mobilitas yang semakin meningkat, urbanisasi memiliki implikasi terhadap berbagai sektor kehidupan (Bintarto, 1986:36) yaitu sebagai berikut : a.
Sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi lebih bervariasi. Bermacammacam usaha atau kegiatan di bidang transportasi, perdaganagn dan jasa timbul dari mereka yang bermodal kecil sampai yang bermodal besar.
b.
Perkembangan di bidang wiraswasta juga tampak meluas misalnya saja peternakan, kerajinan tangan dan lain lain
c.
Berkembangnya bidang pendidikan mulai tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi
d.
Meluasnya kota ke ara pinggiran kota sehingga transportasi menjadi lebih lancar
e.
Meningkatnya harga tanah, baik di kota maupun pinggiran kota
f.
Berkembangnya industrilisasi sebab tenaga kerja murah dan melimpah, pasaran meluas sehingga industri cenderung lebih berkembang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Urbanisasi dan Dampak Lingkungan Akibat dari pengembangan dan pembangunan wilayah perkotaan dapat menimbulkan berbagai jenis dampak lingkungan baik dan positif maupun yang negatif. Dampak lingkungan kota yang bersifat negatif dapat timbul dari kota-kota besar di dunia dan terutama di negara-negara berkembang. Gangguan terhadap kualitas hidup adalah karena adanya ketimpangan interaksi antara manusia dan lingkungannya. Adapun dampak lingkungan kota yang berkaitan dengan urbanisasi adalah antara lain : 1. Pertambahan penduduk kota yang begitu cepat, sudah sulit diikuti dengan kemampuan daya dukung kotanya. 2. Penambahan kenderaan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota tidak henti-hentinya, menimbulkan berbagai populasi atau pencemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi pendengaran manusia 3. Pengembangan industri di kota atau dekat kota menghasilkan bahan sisa industri yang harus dibuang, dan berbagai limbah industri lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Pendekatan Konsep dan Teori Urbanisasi 1. Teori Pusat Tepi (Core and Periphery) Pendekatan teori mengenai urbanisasi menggunakan suatu paradigma yaitu sistem keruangan atau spatial system sebagai suatu titik tolak. Paradigma yang dimaksud didasarkan pada pandangan adanya suatu sistem keruangan yang lengkap (complete spatial system) yang melihat pusat dan tepi (core and periphery) sebagai satu sistem. Konsep pusat-tepi dikemukakan oleh Friedman yang membagi dunia ini dalam pusat yang dinamis dan daerah tepi yang statis, teori ini menekankan analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini gerak langkah pembangunan perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa disekitarnya. Sebaliknya corak perkembangan daerah pedesaan tersebut juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah (spatial interaksi) sangat ditonjolkan. Friedman mengusulkan adanya empat wilayah (region) yaitu : 1. Core-region, merupakan konsentrasi ekonomi metropolitan dengan memiliki kapasitas inovasi dan perubahan yang tinggi. Wilayah ini memiliki jaringan dari metropolis sampai ke daerah pedesaan 2. Upward-Transistin Region adalah daerah tepi dari pusat. Wilayah ini mengandung sumber atau resource yang dapat dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Resource-Frontier Region merupakan daerah-daerah tepi yang digunakan untuk pemukiman baru 4. Downward Transition Region merupakan daerah-daerah yang mengalami stagnasi atau daerah-daerah yang mengalami kemunduran. Dari empat wilayah tersebut dapat diketahui derah yang paling parah keadaannya adalah Dowward-Transition Region. Wilayah-wilayah semacam ini dapat merupakan sumber migran bagi kota-kota terdekat. Paradigma yang mendasarkan pada sistem keruangan atau spatial system yang terdiri dari pusat wilayah dan daerah tepi dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini. Sistem keruangan dalam paradigma ini dibagi dalam pusat wilayah atau inti wilayah dengan simbol (I), dan daerah tepi dengan simbol (D). Pusat wilayah ini memiliki potensi aktivitas ekonomi dan penanaman modal (E), kemampuan inovasi dibidang sosial budaya dan teknologi (S), kekuatan di bidang pemerintahan dan politik (P) dan daya dorong tarik migrasi (M).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Paradigma Urbanisasi
keterangan : I = pusat atau inti wilayah D = daerah tepi E = aktivitas ekonomi S = potensi sosial budaya P = kekuatan politik M = migrasi
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan mengenai skema diatas adalah sebagai berikut : a. Banyaknya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan serta kemungkinan penanaman modal di pusat wilayah banyak menarik modal daerah tepi untuk dikembangkan di kota atau di pusat wilayah. Arusnya akan lebih besar arus ke pusat wilayah dibanding arus dari pusat wilayah ke daerah tepi. b. Kemampuan inovasi di berbagai bidang yang dimiliki oleh pusat wilayah banyak yang mengalir mempengaruhi daerah pedesaan atau daerah tepi. c. Demikian pula halnya pengaruh pemerintahan pusat banyak yang mengarah ke pedesaan baik berupa berbagai anjuran dan informasi pembangunan dan pengembangan daerah pedesaan dan daerah tepi. d. Kemudian mengenai daya dorong-tarik migrasi yang dapat mempengaruhi pola kemungkinan dipusat wilayah maupun di daerah tepi banyak di pengaruhi
oleh
daya
tarik
kota,
karena
adanya
berbagai
potensi
pengembangan yang tersimpan dipusat wilayah. Daya tarik inilah yang menyebabkan tingkat urbanisasi menjadi semakin membesar. 2. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole) Teori ini dikemukakan oleh Perroux (1950) yang mengamati adanya suatu mekanisme-mekanisme yang menyebarluaskan aspek-aspek pengembangan ekonomi yaitu yang disebut dengan istilah growth pole atau “kutub pertumbuhan”.
Universitas Sumatera Utara
Growth poles atau kutub-kutub pertumbuhan ini memiliki pengaruh dalam pengembangan tata ruang dan pengembangan wilayah. Ini berarti dapat terjadi adanya perubahan-perubahan nilai sosial ekonomi dari suatu tempat tertentu, atau kota-kota tertentu yang berada dalam wilayah kutub pertumbuhan itu. Menurut Perroux, suatu pusat pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang semuanya saling berkaitan melalui hubungan antara input dan output serta industri utama (propulsive industry). Konsentrasi dan saling berkaitan merupakan dua faktor penting dalam setiap wilayah pusat pertumbuhan karena melalui faktor ini akan diciptakan berbagai bentuk aglomerasi ekonomi yang dapat menunjung pertumbuhan industri-industri yang bersangkutan melalui ongkos produksi. (dalam Sirojuzilam, 2005:10) Keuntungan aglomerasi yang merupakan kekuatan utama bagi setiap wilayah pusat pertumbuhan selanjutnya dibagi menjadi tiga jenis yakni : a.
Scale econimics yaitu semacam keuntungan yang dapat timbul karena wilayah kutub pertumbuhan memungkinkan industri yang tergabung didalamnya beroperasi dengan skala besar karena adanya jaminan sumber bahan baku dan pasar
Universitas Sumatera Utara
b.
Localization economics yang dapat timbul karena adanya saling keterkaitan antar industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat dipenuhi dengan ongkos yang minim.
c.
Urbanization yang timbul karena fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang dapat digunakan secara bersama-sama. Kota disini diartikan sebagai central place yang menjadi badan penyalur atau
media penyalur yang efektif, dan kutub pertumbuhan disini diartikan sebagai mesinmesin wilayah yang memiliki tenaga penyebar perkembangan (the regional ‘engine’ of growth). Dengan adanya teori kutub pertumbuhan ini maka arus migram dari tepi pusat dan sebaliknya akan banyak terjadi, sehingga baik urbanisasi dalam artian perpindahan penduduk dari desa ke kota, maupun dalam artian tumbuhnya wilayah perkotaan akan sangat mungkin terjadi. Daerah-daerah pedesaan yang terisolasi akan menjadi lebih terbuka terhadap inovasi, budaya, dan teknologi baru dari kota, dan ini akan dapat memberikan suatu dorongan kepada penduduk desa untuk mengubah cara hidupnya yang tradisional
Universitas Sumatera Utara
Urbanisasi Dan Pembangunan Ekonomi Urbanisasi dalam pengertian kenaikan proporsi penduduk didaerah perkotaan merupakan salah satu gejala yang banyak menarik perhatian karena mempunyai pengaruh yang penting dalam pembangunan. Hipotesis bahwa semakin tinggi tingkat urbanisasi suatu negara semakin tinggi pula tingkat pendapatan percapita serta Produk Domestik Bruto negara yang bersangkutan, telah didukung oleh pengalaman empiris sehingga memberikan keyakinan bahwa urbanisasi mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan (Keban : 1) Sebaliknya ada yang tidak setuju dengan hipotesia tersebut, menurut mereka proses urbanisasi yang tidak terkendalikan akan menimbulkan berbagai akibat negatif baik terhadap negara secara keseluruhan, penduduk kota, dan terhadap daerah terbelakang. Proses urbanisasi yang berlebihan ini dikenal dengan istilah overurbanization. Teori Keterkaitan Antara Urbanisasi dan Pertumbuhan Ekonomi Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi dapat ditelusuri pada pemikiran
Arthur
Lewis
dan
para
pengikutnya.
Dalam
teorinya,
Lewis
mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor
Universitas Sumatera Utara
pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Disektor pedesaan terjadi kelebihan supply tenaga kerja karena jumlah penduduk yang besar tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang tersedia. Over supply tenaga kerja ini ditandai dengan produk marginalnya yang nilainya nol dan tingkat upah rill yang rendah. Nilai produk marginal nol artinya fungsi produksi di sektor pertanian (sektor pedesaan) telah sampai pada tingat berlakunya hukum diminishing return, yakni semakin banyak orang bekerja disektor pertanian, semakin rendah tingkat produktivitas tenaga kerja (Output per tenaga kerja). Qp = Fp (Np) Dalam kondisi seperti ini, pengurangan jumlah pekerja tidak akan mengurangi jumlah output disektor tersebut, karena proporsi tenaga kerja terlalu banyak dibandingkan proporsi input lain seperti tanah dan kapital. Akibat over supply tenaga kerja ini, upah atau tingkat pendapatan di pertanian/pedesaan menjadi sangat rendah.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Diminishing Return di dalam Fungsi Produksi Sektor Pertanian Sebaliknya diperkotaan sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Sesuai prilaku rasional pengusaha, yakni mencari keuntungan maksimal, kondisi pasar buruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai produk marginal dari tenaga kerja positif, yang menunjukkan bahwa fungsi produksi belum mencapai titik yang optimal yang dapat dicapai. Tingginya produktivitas membuat tingkat upah rill per pekerja di sektor perkotaan tersebut juga tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan upah di sektor pertanian/desa dengan sektor industri di perkotaan menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor kedua. Maka terjadilah suatu proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang pindah ke industri mendapat penghasilan yang lebih tinggi dari pada sewaktu masih bekerja di pertanian
Kelebihan (excess supply) tenaga kerja (NPs > NPd) Secara agregat berpindahnya sebagian tenaga kerja dari sektor dengan upah rendah ke sektor dengan upah lebih tinggi membuat pendapatan di negara bersangkutan. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan tersebut, permintaan terhadap bahan makanan meningkat, dan ini menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan output di sektor tersebut di sisi agregat demand. Dan dalam jangka panjang perekonomian pedesaan mengalami pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
Dipihak lain terjadi pola perubahan permintaan konsumen/masyarakat tenaga kerja yang mengalami peningkatan pendapatan mengkonsumsikan sebagian besar dari pendapatannya untuk berbagai macam produk-produk industri dan jasa. Perubahan pola konsumsi ini menjadi motor utama pertumbuhan output dan diverfikasi produksi di sektor-sektor non pertanian tersebut. Konsep Wilayah Perkotaan dan Penggunaan Tanah (Tata Ruang Kota) Daerah disebut urban atau kota apabila ada sarana dan prasarana yan beragam lengkap dan bermutu (Mill 1989:12). Ada beberapa kondisi yang diperlukan bagi suatu daerah untuk dapat berkembang menjadi daerah perkotaan yaitu ; 1 adanya produksi yang lebih di sektor pertanian yang dapat mencukupi kebutuhaan penduduk se tempat pada tingkat yang tetap, 2 adanya economies of scale dalam produksi di mana firm-firm dapat menghasilkan barang dengan lebih efisien bila barang tersebut diproduksi oleh individu. Firm dikatakan mempunyai tingkat produksi dengan economics of scale jika terjadi perubahan yang sebanding di semua input dapat menyebabkan perubahan output yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan perusahaan akan menimbulkan suatu komunitas penduduk di sekitarnya, karena para pekerja akan tinggal di sekitar perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga akan menghemat biaya transportasi dari rumah ke tempat kerja. Kondisi seperti ini akan merubah kepadatan penduduk di daerah sekitar perusahaan menjadi lebih padat daripada di daerah lain. (Mill, 1989:31) Kondisi selanjutnya adalah adanya surplus produksi di sektor pertanian yang kemudian diperdagangkan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi di kota. Hal ini terjadi karena adanya “comparative advantage” (keuntungan komparatif) yaitu ; apabila dua daerah yang masing-masing mempunyai kemampuan relatif besar untuk memproduksi barang yang berbeda. Adapun prinsip comparative advantage dapat dideskripsikan melalui Gambar Garis ab pada Gambar A dan B masing-masing mengambarkan product possibility curva (kurva kemungkinan produksi) untuk daerah 1 dan 2 Sedangkan agregat dari PPC digambarkan dalam gambar C. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa daerah 1 lebih efisien dalam memproduksi khusus barang X1 dan daerah 2 memproduksi khusus barang X2. Dan apabila unsur transportasi dimasukan maka perdagangan akan terjadi bila keuntungan dari perdagangan tersebut dapat menutupi biaya transportasi. (Mill dan Hamilton 1989:33)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 PPC (Product Possibility Curve) Agregat di Tiga Wilayah Yang Berbeda Unsur biaya dalam perdagangan menandakan bahwa perdagangan di antara dua daerah akan menyebabkan perkembangan kota bila ada economies of scale karena apabila tidak, maka perdagangan inter-regional hanya terjadi di mana individu di daerah yang berbeda tanpa melibatkan campur tangan kota. Adanya economies of scale dalam tranportasi menjadikan biaya pengiriman meningkat dengan tingkat yang makin menurun sebanding dengan kenaikan volumen barang yang dikirim. Skala yang dalam bidang perdagangan dengan kegiatan mengumpulkan, mengangkut dan mendistribusikan barang-barang.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya trading firm ini akan mendirikan pasar yang tepat untuk melakukan pengumpulan dan distribusi barang-barang. Keputusan penempatan lokasi dari para pedagangan menyebabkan perkembangan kota-kota yang berfungsi sebagai pasar (market cities). Para pekerja yang bekerja pada trading firm ini akan bertempat tinggal di sekitar perusahaan berada. Dengan demikian kombinasi antara comparative advantage dan econimies of scale dalam transportasi menyebabkan perkembangan kota yang berfungsi sebagai pasar. Pertumbuhan kota yang disebabkan oleh kombinasi ini akan makin berkembang dengan bertambahnya jumlah pabrik sehingga menciptakan kota-kota industri. Kota-kota yang tumbuh karena adanya pemusatan kegiatan ini akan menimbulkan keuntungan aglomerasi (agglomerative economies), yaitu bagi firmfirm yang berdekatan lokasinya dapat mengurangi biaya produksinya karena dapat menggunakan fasilitas infrastruktur secara bersama sama. Teori Migrasi Migrasi merupakan salah satu faktor dasar di samping faktor kelahiran dan kematian yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk dalam suatu daerah. Di negara-negara sedang berkembang migrasi secara regional sangat penting untuk mengkaji secara khusus, mengingat meningkatnya kepadatan penduduk yang pesat di daerah-daerah tertentu sebagai distribusi penduduk yang tidak merata.
Universitas Sumatera Utara
Definisi migrasi dalam arti luas menurut Lee (1991:7); migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen tanpa adanya pembatasan, baik pada jarak perpindahan maupun sifatnya, yaitu apakah tindakan itu bersifat suka rela atau terpaksa; serta tidak diadakan perbedaan antara migrasi dalam negeri dan migrasi ke luar negeri. Tidak semua macam perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dapat digolongkan kedalam definisi ini; yang tidak dapat digolongkan misalnya pengembaraan orang nomad dan pekerja-pekerja musiman yang tidak lama berdiam di suatu tempat, atau perpindahan sementara. Menurut Lee faktor-faktor yang mendorong terjadinya migrasi ada 4 faktor migrasi yaitu : a. faktor-faktor yang terdapat di daerah asal b. faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan c. penghalang antara dan d. faktor-faktor pribadi Menurut Lee, dalam setiap daerah banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk tinggal atau menetap di situ atau menarik orang untuk pindah ke situ, atau ada faktor-faktor lain yang memaksa mereka untuk meninggalkan daerah itu. Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam diagram berbentuk tanda + dan -, sedangkan faktor-faktor yang pada dasarnya tidak berpengaruh sama sekali terhadap penduduknya digambarkan dengan tanda 0.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor itu mempunyai pengaruh yang sama terhadap beberapa orang, sedangkan ada faktor berpengaruh yang berbeda terhadap seseorang. Sebagai suatu contoh hampir semua orang senang dan tertarik untuk bertempat tinggal di daerah yang nyaman udaranya, ada juga orang yang tidak memilik tempat yang mempunyai fasilitas pendidikan dan kesehatan yang bagus namun biaya hidup mahal, sebagian orang yang kaya akan memilih tinggal di situ. Sementara bagi orang yang hidup sendiri mungkin tidak terpengaruh untuk tinggal di tempat itu, karena tidak ada anak yang harus disekolahkan. Faktor pendorong utama adalah kondisi daerah asal (pedesaan), di antaranya adalah tekanan ekonomi, jumlah keluarga yang banyak, lapangan usaha dan pekerjaan terbatas serta fasilitas hidup terbatas. Faktor penarik merupakan faktor yang berasal dari kota yang meliputi : tersedianya berbagai fasilitas hidup yang lebih baik, terbukanya lapangan usaha dan pekerjaan, tingkat upah dan gaji yang relatif lebih daripada penghasilan di desa. Semua faktor-faktor ini menyebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan dan hal ini menjadi daya tarik masyarakat desa untuk pindah dari desa ke kota. Faktor ketiga adalah faktor penghalang bagi para pendatang yang antara lain meliputi : jarak antara kota dan desa cukup jauh serta kurang tersedianya alat transportasi dan komunikasi di desa sehingga kota sulit terjangkau serta pertimbangan-pertimbangan lain seperti ketidak pastian untuk meraih kehidupan yang lebih baik di kota menjadi pertimbangan bagi penduduk desa untuk pindah ke kota.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : + faktor penarik - faktor pendorong 0 faktor netral Gambar 2.6 Faktor-faktor yang menyebabkan migrasi Faktor pendorong serta faktor penarik secara bersama sama akan menimbulkan arus migrasi (perpindahan) penduduk dari desa ke kota yang menjadi tinggi bahkan melebihi pertumbuhan daya serap kota dalam menampung jumlah pendatang baru. Kondisi seperti ini disebut over urbanization atau urbanisasi berlebih, di mana kondisi seperti ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dari keempat faktor pendorong terjadinya migrasi, tiga faktor pertama secara skematis dapat digambarkan sebagai Gambar 2.4 diatas.
Universitas Sumatera Utara
a. Karakteristik Migran Todaro (1998:334) mengidentifikasi karakteristik migran di negara-negara berkembang menjadi tiga yaitu : a. Karakteristik demografi : para migran di negara-negara berkembang cenderung terdiri dari para pemuda yang berusia15 sampai 24 tahun. Dalam beberapa tahun terakhir ini proporsi wanita yang melakukan migrasi cenderung terus meningkat karena membaiknya pendidikan yang telah mereka peroleh b. Karakteristik pendidikan : salah satu pola hubungan yang paling konsisten yang ditemukan oleh penelitian-penelitian mengenai migrasi desa kota adalah korelasi positif antar tingkat pendidikan yang dicapai dengan kecenderungan untuk melakukan migrasi. Singkatnya, mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi, cateris peribus memiliki kemungkinan untuk bermigrasi lebih besar. Hal ini dikarenakan perolehan kesempatan kerja di daerah perkotaan akan ditentukan oleh tingkat pendidikan para migran dan hanya mereka yang mengecap pendidikan, minimal Sekolah Menengah sajalah yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan (di sektor formal). c. Karakteristik ekonomi : selama beberapa tahun terakhir ini persentase terbesar para migran adalah mereka yang dikategorikan miskin, tidak memiliki tanah dan tidak memiliki keahlian, serta yang tidak memiliki kesempatan untuk maju di daerahnya. Para migran di daerah pedesaan, baik laki-laki maupun perempuan dengan segala status sosial ekonomi (mayoritas berasal dari golongan miskin).
Universitas Sumatera Utara
Sengaja pindah secara permanen untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan di daerah pedesaan b. Model Migrasi Todaro Model ini bertolak dari asumsi bahwa migrasi desa-kota pada dasarnya merupakan fenomena ekonomi. Selanjutnya, model Todaro berdasarkan pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan antara desa dan kota. Namun pendapatan yang dipersoalkan disini bukanlah penghasilan yang aktual melainkan penghasilan yang diharapkan (expected income). Asumsikanlah bahwa perekonomian suatu negara hanya ada dua sektor, yakni sektor pertanian di pedesaan dan industri di perkotaan. Tingkat permintaan tenaga kerja (kurva produk marginal tenaga kerja) dalam sektor pertanian dilambangkan oleh garis yang melengkung ke bawah, AA’. Adapun tingkat permintaan tenaga kerja di sektor industri ditujukan oleh garis lengkung (dari kanan ke kiri) MM’. Total angkatan kerja yang tersedia disimbolkan oleh OAOM. Dalam perekonomian pasar neoklasik (upah ditentukan oleh mekanisme pasar dan segenap tenaga kerja akan terserap), tingkat upah equilibrium akan tercipta bila W*A=W*M, dengan pembagian tenaga karena sebanyak OAL*A untuk sektor pertanian dan OML*M untuk sektor industri. Sesuai dengan asumsi full employment, segenap tenaga kerja yang tersedia akan terserap habis oleh kedua sektor tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Model Migrasi Todaro
Namun apa yang terjadi bila pemerintah yang menentukan tingkat upah (bukannya oleh mekanisme pasar lagi sehingga garis lengkungnya tidak lagi fleksibel), pada titik WM. Jika kita berasumsi dalam perekonomian tersebut tidak ada pengangguran, maka tenaga kerja sebanyak OMLM akan berkecimpung disektor pertanian dengan uang sebanyak OAW**A ini lebih kecil dari tingkat upah pasar yang mencapai OAW*A, jika pekerja didesa bebas melakukan migrasi meskipun di desa terdapat lapangan kerja sektor pertanian sebanyak OMLM mereka kan pergi ke kota guna mendapatkan upah yang lebih tinggi. Jika peluang bagi mereka untuk mendapatkan
pekerjaan
di
sektor
industri
manufaktur,
yang
selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
menyamankan tingkat upah di pedesaan yakni WA dengan tingkat upah yang diharapkan di perkotaan. Adanya selisih tingkat upah desa kota kemudian mendorong arus migrasi desa kota. Tempat kedudukan (lokus) titik-titiknya diperhatikan sebagai kurva qq’. Titik equilibrium pengangguran yang baru kini berada di titik Z, dimana selisih pendapatan aktual antara desa dan kota sama dengan WM – WA. Jumlah tenaga kerja yang masih ada di sektor pertanian adalah OALA, sedangkan tenaga kerja sebanyak OMLM ada disektor manufaktur dengan tingkat upah WM sisanya yakni LUS=OMLA-OMLM, akan menganggur atau memasuki sektor informal di perkotaan. Jadi singkatnya, model migrasi Todaro memiliki empat pemikiran besar sebagai berikut : 1. Migrasi desa kota dirangsang oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional 2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selirih antara tingkat pendapatan yang diharapkan dikota dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan 3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di kota 4. Migrasi desa-kota masih tetap saja berlangsung meskipun pengangguran di kota cukup tinggi (asalkan masih dibawah selisih pendapatan tersebut).
Universitas Sumatera Utara