BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diaudit. Pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit berdasarkan
atas evaluasi terhadap bukti-bukti
audit yang diperoleh melalui pelaksanaan serangkaian prosedur audit. Hal ini sesuai dengan standar pekerjaan lapangan butir ketiga yang menyatakan bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai
untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit (Triano, 2012:152). Dalam melakukan prosedur audit tidak jarang auditor melakukan perilakuperilaku yang menyimpang atau disebut juga perilaku disfungsional. Perilaku menyimpang atau perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan suatu program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung (Mahardini, 2014:2). Seseorang dari bidang akuntansi yang berprofesi sebagai auditor dapat menerapkan ilmu dan teori yang di dapat di perguruan tinggi ke dunia nyata. Namun selain hal positif di atas, banyak orang yang mempunyai persepsi yang negatif tentang profesi tersebut. Selain kompleks, pekerjaan auditor tidak kenal
1
waktu, selalu dengan tingkat kesibukan waktu yang sangat tinggi. Hal ini dapat menimbulkan tekanan tersendiri bagi auditor. Auditor dituntut harus memiliki kemampuan untuk menghadapi tekanan ini dan menyelesaikan semua pekerjaan yang ada dalam waktu terbatas (Marfuah, 2011:1). Hal yang paling menonjol tentang profesi auditor adalah tingkat stress yang tinggi karena bekerja di bawah tekanan. Saat tingkat stress terlalu rendah maka efektivitas kerja juga cenderung rendah karena tidak adanya faktor pendorong semangat kerja. Pada umumnya struktur organisasi KAP disusun secara hirarkis dengan susunan sebagai berikut: junior, senior, supervisor, manajer, dan partner. Bila diperbandingkan dengan posisi individual pada struktur organisasi bisnis, auditor junior dan senior setara dengan karyawan yang menduduki posisi level bawah, sedangkan auditor supervisor, manajer, dan partner setara dengan manajer level menengah dan puncak (Marfuah, 2011 :20). Posisi auditor pada hirarki organisasi KAP menggambarkan tugas, kewenangan dan tanggungjawab individu auditor di KAP. Auditor junior dan senior melaksanakan sebagian besar prosedur audit, dan kinerja mereka disupervisi oleh auditor pada posisi yang lebih tinggi. Locus of control merupakan karakteristik auditor yang menggan1barkan
tingkat keyakinan seseorang tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Auditor yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, pada pihak auditor yang meyakini keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh faktor eksternal (di luar kontrolnya) disebut memiliki locus of control eksternal (Triono, 2012: 153).
2
Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak. Tindakan-tindakan yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung disebut sebagai perilaku reduksi kualitas audit (audit quality reduction behaviors), sedangkan yang dapat mereduksi kualitas audit secara tidak langsung disebut perilaku underreporting of time. Kedua perilaku terse but dapat juga dikategorikan sebagai perilaku tidak
etis, karena auditor memalsukan laporan pekerjaan mereka dan melanggar standar profesional dan kebijakan KAP (Silaban, 2011:2). Komitmen profesional merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam menghadapi isu-isu etis. Komitmen profesional didefinisikan sebagai kekuatan relatif identifikasi dan keterlibatan individu terhadap suatu profesi (Silaban, 2011 :2). Komitmen seseorang terhadap profesinya diwujudkan dalam tiga karakteristik berikut; (1) suatu penerimaan atas tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, (2) suatu kemauan untuk melakukan usaha sekuat tenaga demi kepentingan profesi dan (3) suatu keinginan untuk memelihara dan mempertahankan keanggotaan dalam profesi. Oleh karena itu, perilaku disfungsional auditor dalam pelaksanaan program audit dapat juga dipengaruhi komitmen profesional mereka. Bukti empiris pengaruh komitmen profesional terhadap perilaku audit disfungsional masih terbatas (Silaban, 2011 :2). Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti tentang pengaruh locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional terhadap perilaku auditor disfungsional.
3
1.2. Rumusan Masalah Perilaku disfungsional auditor dalam pelaksanaan program audit dipengaruhi banyak faktor. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah masalah perilaku disfungsional auditor, namun karena luasnya ruang lingkup masalah utama maka peneliti membatasi hanya masalah: 1.2.1 Apakah locus of control berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor? 1.2.2 Apakah tekanan
anggaran
waktu
berpengaruh terhadap
perilaku
disfungsional auditor? 1.2.3 Apakah komitmen profesional berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap perilaku disfungsional auditor. 2.
Untuk mengetalmi pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku
disfungsional auditor. 3. Untuk mengetahui ada pengaruh komitmen profesional terhadap perilaku
disfungsional auditor.
4
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari aspek teoritis maupun praktis. Secara akademis, penelitian ini dapat bermanfaat antara lain dapat memberikan sumbangan aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu akuntansi dan menjadi bahan referensi studi akuntansi khususnya tentang
locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional terhadap perilaku disfungsional auditor. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terkait dengan persepsi mahasiswa tentang locus of control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional terhadap perilaku disfungsional auditor. Mahasiswa dapat lebih mengendalikan persepsinya dalam locus of
control, tekanan anggaran waktu, dan komitmen profesional terhadap perilaku disfungsional auditor.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini, hanya membahas: 1.5.1
Pengaruh locus of control terhadap perilaku disfungsional auditor.
1.5.2 Pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor. 1.5.3
Pengaruh komitmen profesional terhadap perilaku disfungsional auditor.
5