BABAD PACITAN JAGAKARYA PENDIRI DINASTI PENGUASA DI PACITAN Luwiyanto1 dan Nanik Herawati2 FKIP Universitas Widya Dharma Klaten 1
[email protected] 2
[email protected] Abstrak Salah satu bentuk historiografi tradisional Jawa adalah babad.Babad disebut juga sastra sejarah, artinya teks sastra yang mengandung unsur sejarah.Babad Pacitan adalah satu di antara sekian banyak teks babad yang ditemukan di Jawa.Dalam teks Babad Pacitan, ketokohan Jagakarya menjadi sentral cerita, Jagakarya dipandang sebagai pendiri dinasti penguasa di Pacitan. Legitimasi terhadap Jagakarya dikukuhkan melalui motif cerita yaitu motif tetruka, ―kawin angkat anak‖, ramalan, dan kutukan. Jagakarya adalah tokoh sejarah, bukan tokoh fiktif.Melalui penelusuran terhadap arsip sejarah dapat ditemukan keterangan bahwa Jagakarya adalah tokoh sejarah yang memang pernah ada dan pernah memerintah di Pacitan. Kata kunci: Babad Pacitan, Jagakarya, legitimasi, dan tokoh sejarah
PENDAHULUAN Babad adalah jenis sastra Jawa yang pernah digandrungi oleh para penulis Jawa pada masa lalu. Naskah babad banyak jumlahnya, baik yang tersimpan di museum-museum, instansi, maupun yang masih disimpan secara perorangan oleh masyarakat. Membicarakan babad erat kaitannya dengan fungsinya yaitu untuk melegitimasi penguasa suatu daerah tertentu. Begitu juga salah satu teks babad yang akan dibicarakan dalam tulisan ini, yaitu Babad Pacitan (selanjutnya disingkat BPc). Naskah BPc dideskripsikan sebagai berikut. Judul : Babad Pacitan Tempat penyimpanan: Museum Sanabudaya Yogyakarya, Kode naskah : PBC 169 Ukuran : 16 x 21,5 Cm, tebal 93 halaman Tulisan : Huruf Jawa Bahasa : Bahasa Jawa Bentuk : Tembang macapat, 15 pupuh, 596 bait Penulis : Raden Ngabei Prawirawinata, seorang pensiunan Patih di Ngawi Waktu penulisan : 10 November 1908 M Di dalam BPc terdapat pola naratif yang berpusat pada tokoh-tokoh, ada tokoh pusat dan ada tokoh sampingan. Tokoh pusat di dalam BPc ini adalah Jagakarya, sedangkan tokohtokoh sampingan ada dua macam, yaitu pertama adalah tokoh-tokoh pribumi, misalnya Ki Ampok Baya, Ki Petung, Molana Maghribi, Menak Sopal, Setrawijaya, Samadiwirya, Karyadipura, dan lain-lainnya. Kedua adalah tokoh-tokoh Belanda, misalnya Tuan Inger, Tuan Momer, Tuan Plisingan, Tuan Sembri, dan lainnya. Tokoh pusat ini dikelilingi oleh tokoh-tokoh sampingan, sedangkan tokoh sampingan itu dikelilingi oleh peristiwa-peristiwa. PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
171
Segala gerak dan tingkah laku tokoh pusat selalu didukung oleh tokoh sampingan beserta peristiwa-peristiwa yang mengelilinginya. Dalam segala situasi dan dalam seluruh situasi tokoh pusat selalu menonjol, baik dalam kemenangan maupun kekalahannya.Tokoh pusat yaitu Jagakarya berperan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berperan secara langsung artinya Jagakarya ini benar-benar hidup ketika satu peristiwa itu terjadi. Hal itu nampak pada episode pemerintahan Setrawijaya, episode pemerintahan Samadiwirya, dan episode pemerintahan Karyadipura. Berperan secara tidak langsung artinya bahwa Jagakarya tidak hidup dan tidak mengalami ketika peristiwa itu terjadi, tetapi peristiwa mendukung peranan Jagakarya. Hal itu nampak pada episode pemerintahan Bathara Katong. Pada episode ini Jagakarya belum hidup, yang hidup adalah Ki Ampok Baya, Ki Petung, Molana Magribi, Menak Sopal, dan Ki Bana Keling. Berasal dari tokoh-tokoh itulah Jagakarya ada dan memungkinkan ia menjadi penguasa di Pacitan. Dari peranan Jagakarya itu dibentuk sejarah Pacitan di dalam sebuah teks babad yang bulat dan utuh. Dalam teks BPc sering menampilkan ketokohan Jagakarya dan keturunannya. Jagakarya ditampilkan sebagai tokoh yang mempunyai kelebihan, kehebatan, misalnya bentuk fisiknya, pemikirannya, strategi perang, kekuatan melobi, dan sebagainya, bahkan kemampuannya membangun dinasti penguasa di daerah Pacitan. Masalah penyuntingan teks dan terjemahan tidak dibicarakan di tulisan ini.Akan tetapi pembicaraan difokuskan pada ketokohan Jagakarya.,Sejauh mana pengarang menggambarkan tokoh Jagakarya sehingga mampu menguasai dan membangun dinasti penguasa di Pacitan. Mengingat BPc adalah teks sastra-sejarah akan disinggung juga tentang eksistensi Jagakarya, apakah merupakan tokoh fiktif atau tokoh sejarah. TINJAUAN PUSTAKA Teks BPc yang menjadi objek penelitian ini pernah diteliti oleh Manu dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1982 dengan judul: ―Babad Pacitan: Penelitian Historiografi, Tipe, Motif, dan Fungsinya‖ (Manu, 1982). Penelitian tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi prasyarat memperoleh gelar Sarjana Muda, program studi Sastra Nusantara. Penelitian tersebut lebih difokuskan pada pendekatan ekspresif, yang menekankan pada proses penciptaan teks BPc hingga fungsi teks tersebut ditulis. Analisisnya lebih banyak diarahkan pada penelusuran fakta-fakta sejarah yang ikut serta membangun teks BPc. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan unsur seni sastra yang memberi ciri pada teks BPc belum banyak diperhatikan.Bagaimana wujud jalinan unsur-unsur narasinya dalam membentuk keutuhan teks BPc, terutama unsur penokohan.Jagakarya merupakan tokoh sentral yang mewarnai jalinan teks BPc sehingga menarik dilakukan kajian. METODE PENELITIAN Teori struktural merupakan salah satu teori sastra yang sudah lama berkembang. Teori ini meninjau karya sastra sebagai kesatuan yang utuh dan bulat. Setiap karya sastra tersusun dari bagian-bagian teks nyang mempunyai peranan penting dalam pembentukan makna keseluruhan teks karya sastra itu, dan sebaliknya bagian-bagian itu baru dan hanya mendapat
172
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
makna yang sepenuhnya dari keseluruhan teks (Luxemburg, 1984:38). Proses penafsiran bagian-bagian teks tertentu baru dan hanya mendapat makna yang sebenarnya dengan mengandaikan terlebih dahulu pemahaman keseluruhan karya itu, sedangkan karya seluruhnya dibina maknanya atas dasar makna-makna bagian (Teeuw, 1984:123). Tiap kajian struktur keseluruhan atau keutuhan karya itulah yang dinomersatukan.Titik tolaknya adalah keseluruhan. Dalam keseluruhan bagian-bagian atau unsur tidak dapat dipisah-pisahkan atau dibeda-bedakan yang satu dari yang lain. Dengan demikian penghargaan atau penilaian terhadap satu bagian atau satu unsur saya dari teks itu sama sekali tidak tepat. Tiap bagian atau tiap unsur harus disoroti dalam konteks cerita itu. Cara kerja atau praktek penafsiran sastra, lingkaran itu dipecahkan secara dialektik, bertangga dan lingkarannya bersifat spiral, mulai interpretasi menyeluruh yang bersifat sementara kemudian diusahakan untuk menafsirkan anasir-anasir sebaik mungkin; penafsiran bagian-bagian pada gilirannya dihadapkan untuk memahami bagian-bagiannya secara lebih tepat dan sempurna dan seterusnya; sampai pada akhirnya dicapai taraf penafsiran yang memperoleh makna total dan makna bagian yang optimal (Teeuw, 1984:123-124). Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, seterperinci dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Dalam hal ini yang dimaksudkan kebulatan tidak berupa penjumlahan unsur karya sastra, misalnya tema, alur, latar dan sebagainya, tetapi yang penting justru keterlibatan dan keterkaitan unsur itu di dalam keseluruhan makna karya sastra tersebut. Analisis struktural ini hanya menekankan pada objek karya sastra secara otomatis. Karya sastra dipandang sebagai objek yang nyata, kongkrit dan berstruktur secara mandiri yang lepas dari kerangka sejarah sastra dan latar belakang sosial budayanya (Teeuw, 1984:61). Di sisi lain sastra tidak lahir dari kekosongan tetapi merupakan produk seseorang yang tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan budayanya. Oleh karena itu, hasil analisis teks akan lebih bermanfaat bila selanjutnya dikaitkan dengan proses penciptaannya. HASIL PEMBAHASAN A. Jagakarya dalam Teks BPc 1. Tokoh Jagakarya Tumenggung Jagakarya adalah orang asli Pacitan, akan tetapi leluhurnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat hingga keturunan yang ke dua belas: Mas Tumenggung Jagakarya, tyang asli Pacitan tulen, leluhur bana kasrepan, ing kathah ping dwi welas, pinetang wit saking luhur,(BPc, v:32) ‗Tumenggung Jagakaryaadalah orang asli Pacitan.Leluhurnya tidak diketahui banyak orang hingga keturunan yang ke-12terhitung dari yang teratas‘ PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
173
Bila dilihat dari garis keturunan istrinya, bahwa Nyi Jagakarya (istri Jagakarya) itu adalah keturunan Ki Ampok Baya. Ki Ampok Baya ini merupakan tokoh cikal bakal yang membuka hutan di daerah Posong sehingga menjadi sebuah desa (BPc, i:12-13). Dalam teks BPc dijelaskan bahwa Jagakarya sebelum menjadi penguasa di Pacitan bernama Jayaniman.Ia adalah seorang abdi dalem yang diambil menjadi anak angkat oleh Setrawijaya. Ia diberi tugas mengajar para santri dan juga merangkap menjadi modin. Hal itu dapat dilihat dalam BPc pada pupuh iv bait 29-30, sebagai berikut. Ki Jayaniman ingangkat, suta jalu mring Setrawijaya siki, sinung karya memulang. santri-santri ngiras dadya modin (BPc, iv:29-30). ‗Ki Jayaniman diangkat menjadi putra Setrawijaya diberi pekerjaan mengajarpara mantri dan juga sebagai modin,‘ Pada waktu orang Inggris datang pertama kali di Pacitan, Jayaniman ini diangkat menjadi ngabei dengan nama Mas Ngabei Pancagama atas jasanya kepada orang Inggris. Hal ini dapat dilihat pada pupuh v bait 2 yang berbunyi sebagai berikut. Sira sun kula wisudha, dadya ngabei ana, ing kampung Harjawinangun, jenenga Mas Pancagama (BPc, v:2). ‗Kamu saya wisuda menjadi ngabei di kampung Harjawinangun,bernamalah Mas Pancagama‘ Orang Inggris merasa tertarik atas kepiawaian Jayaniman dalam menanggapi semua pertanyaan yang dilontarkan olehnya. Di samping itu, Jayaniman dipandang mempunyai kemampuan dan keterampilan kerja yang oleh orang Inggris dapat diajak bekerja sama, Banget trima kasih ingwang. Sagunging pitakon mami, sira tanggap limpat pagat, patitis tan ana cecer,
174
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
sira sun kula wisudha, dadya ngabei ana, ing kampong Harjawinangun, jenengaMas Pancagama (BPc, v:1-2) ―Saya (mengucapkan) sangat berterima kasih.Semua pertanyaanku kau tanggapi dengan cepat dan tuntas,rinci tanpa ada yang ketinggalan.Kamu saya wisudamenjadi ngabei didesa Harjawinangundengan nama Mas Pancagama‖ Ketika orang Inggris datang untuk kedua kalinya, Mas Ngabei Pancagama ini diangkat menjadi bupati di Pacitan, sedangkan Setrawijaya dipecat dari kedudukannya. Hal itu dapat dilihat dalam teks BPc pupuh v bait 16-17, sebagai berikut. Setrawijaya Tumenggung, kaping kalih linerehan. Pancagama winisudha, samengko dadi bupatos, aneng ing kutha Pacitan, sinung ran Jagakarya (BPc, v:16-17). ‗Setrawijaya Tumenggung yang kedua diberhentikan. Pancagama diwisuda di Pacitan dengan nama Jagakarya.‘ Tokoh Jagakarya oleh pengarang BPc dijadikan tokoh sentral dalam teks.Ia digambarkan sebagai tokoh yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya, baik kelebihan dalam hal fisik maupun gagasan-gagasannya. Dalam teks BPc pupuh v bait 34-36 dijelaskan sebagai berikut. Mas Tumenggung Jagakarya, Lelawungira winarni, Mas Tumenggung Jagakarya, balengah kuning dedege, sembada alus kulitnya, wulune amarkata, pasmon kereng dadi patut, lantip pasang panggraita. Karem dheteng olah ngelmi, banter kasutapanira, PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
175
mandi sacipta sapdane, kaprawirane ngaguna, ajijaya sampurna, wus kinarilan Hyang Ngagung, tan pae oliya Allah (BPc, v:35-36). ‗Bahwa Tumenggung Jagakaryaberperawakan kuning, tinggi besar serasi serta halus kulitnya,bulu matanya jumerut, berwatak berwibawa serta cerdas pikirannya.Suka menuntut ilmu,kuat bertapanya, manjur semua yang dikatakannya, sangat pemberani,sempurna kesaktiannya,sudah diberkahi oleh Hyang Agung, tak bedanya sebagai kekasih Allah.‘ Selanjutnya dijelaskan bahwa sisi lain kelebihan Jagakarya tersebut juga mempunyai kekurangan, terutama dalam hal karkter atau watak. Ia mempunyai watak yang temperamen, mudah marah, labil pikirannya sehingga terasa kurang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, lihat pupuh v bait 37, berikut ini. Nanging getas ing panggalih, tan memper dennira tapa, asring kebrongot galihe, katen tan wedharing sabda (BPc, v:37). ‗Tetapi hatinya labil, tak sesuai dengan kemampuan bertapanya, hatinya sering mudah terbakar (amarah).‗ 2. Motif cerita yang mendukung kisah Jagakarya Motif dapat dijelaskan sebagai kesatuan struktural yang paling kecil dan fungsi utamanya ―menghubungkan‖, yaitu menghubungkan unsur-unsur tertentu yang mendukung struktur cerita. Motif cerita ini mempunyai fungsi menggerakkan dan mendorong cerita lebih lanjut (Sutrisno, 1983:246).Beberapa motif cerita yang dipandang mendukung cerita ketokohan Jagakarya adalah sebagai berikut. a. Tetruka Motif tetruka berupa cerita Ki Ampok Baya setelah mendapat ijin dari Bathara Katong di Panaraga untuk membuka hutan, hasil pembukaan hutan itu lalu dijadilan tempat tinggal yang baru yang diberi nama desa Posong. Ki Ampok Baya inilah yang nantinya menurunkan Nyi Jagakarya, istri Ki Jagakarya. Dengan begitu sebenarnya tidak berlebihan bila Jagakarya mempunyai hak mewarisi apa yang telah dirintis oleh leluhurnya dahulu. b. ―Kawin ambil anak‖ Motif ini dalam kisah bahwa Ki Ampok Baya mempunyai seorang anak angkat yang bernama Menak Sopal, yang sebenarnya ia adalah anak Menak Sopal pendiri desa Trenggalek. Di kisah lain bahwa Ki Petung mempunyai seorang
176
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
putri yang bernama Ken Katimah yang sebenarnya adalah putri Ki Ampok Baya. Mereka berdua bersepakat untuk menjodohkan putra-putrinya.Setelah Ki Ampok Baya tidak berkuasa lagi di Posong Menak Sopallah yang menggantikan kedudukannya (BPc, iii18-30).Motif tersebut telah memberi gambaran bahwa Menak Sopal adalah sorang yang berhak menerima warisan berupa kedudukan Ki Ampok Baya.Kaitannya dengan Jagakarya bahwa sebagai keturunan Menak Sopal dengan Ken Katimah maka Jagakarya menjadi orang yang sah menjadi pewaris kedudukan leluhurnya yaitu mewarisi kedudukan Ki Ampok Baya. c. Ramalan Ramalan terhadap Jagakarya yang kelak menjadi seorang penguasa di Pacitan telah diungkapkan dalam BPc pupuh v bait 38, sebagai berikut. wecane nujum turunmu, dadi bupati Pacitan (BPc, v:38) ‗Menurut ramalan nujum kelak keturunanmu,akan menjadi bupati Pacitan‘ Jagakarya yang akhirnya menjadi seorang penguasa Pacitan adalah keturunan Ki Banakeling yang gugur ketika hendak diislamkan.Walaupun Ki Banakeling ini meninggal dunia, tetapi keturunannya itu berhasil menjadi penguasa di Pacitan. d. Kutukan Motif kutukan terjadi dari Jagakarya yakni ketika terjadi pemberontakan Kyai Bagor Kramat yang mengakibatkan Samadiwirya tewas terbunuh. Ketika Samadiwirya berhasil menipu Danureja, ia lalu diangkat menjadi penguasa di Pacitan menggantikan Jagakarya. Jagakarya sangat marah karena sebenarnya ia menginginkan kelak yang menggantikan kedudukannya adalah Karyadipura. Samadiwirya lalu dikutuk oleh Jagakarya, seperti berikut ini. Becik timen Samadiwirya tinemu, nadyan dadia bupati, namung saumuring jagung, ‗Apakah yang akan kau temui Samadiwirya, walaupun kamu menjadi bupati akan tetapi (lamanya) hanya seumur jagung‘ Motif tersebut telah memberi gambaran bahwa ternyata Jagakarya mempunyai pengaruh yang besar di Pacitan.Ia mempunyai peran yang penting di dalam menentukan orang-orang yang akan menduduki jabatan sebagai penguasa di Pacitan. PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
177
3. Legitimasi Jagakarya Legitimasi Jagakarya sebagai pendiri dinasti penguasa di Pacitan disahkan secara historiografi tradisional yaitu melalui ramalan dan berdasarkan keturunan. Pada pupuh v bait ke-38 disebutkan bahwa keturunan Ki Banakeling yang gugur dalam pertempuran penyebaran agama Islam akan menjadi penguasa di Pacitan. Pada waktu garis keturunan sampai pada Jagakarya ternyata ramalan itu bnar-benar terwujud.Jagakarya sungguh-sungguh menjadi penguasa Pacitan. Hal itu juga diperkuat lagi pada pernyataan disebutkan bahwa orang menjadi cikal bakal darah Pacitan adalah Ki Ampok Baya.Pada bagian itu pula diterangkan bahwa seorang cikal bakal seperti halnya Ki Ampok Baya mendapat kedudukan yang istimewa di kalangan masyarakat dan berhak menerma upeti dari orang-orang yang datang lebih kemudian. Ki Ampok Baya ini adalah nenek moyang yang menurunkan Nyi Jagakarya, berarti Nyi Jagakarya ini juga berhak mendapat kedudukan yang istimewa dan berhak pula menerima upeti.Ketika Nyi Jagakarya ini diperistri oleh Ki Jagakarya, semakin kuatlah kedudukan Ki Jagakarya sebagai penguasa Pacitan. Sementara itu di lain pihak secara historis, legitimasi Jagakarya ini disahkan dengan diangkatnya Jagakarya menjadi penguasa Pacitan oleh Pemerintah Inggris. Pada waktu orang Inggris dating ke Pacitan, Jagakarya inilah yang berhasil menarik perhatian orang Inggris yaitu dengan mengatakan tentang kemampuan seseorang di dalam hal menanam pohon kopi.Jagakarya mengatakan bahwa seseorang mampu menanam 200 batang pohon opi, sedangkan penguasa Pacitan yang pada waktu itu memerintah adalah Setrawijaya.Ia mengatakan bahwa seseorang hanya mampu menanam 25 pohon kopi. Hal inilah yang menyebabkan Jayaniman (namaJagakarya sebelum berkuasa di Pacitan) diangkat oleh Pemerintah Inggris menjadi Bupati Pacitan dengan gelar Tumenggung Jagakarya. B. Jagakarya dalam Data Sejarah Berdasarkan penjelasan di atas muncullah pertanyaan, tokoh Jagakarya di atas merupakan tokoh fiktif, rekayasa pengarang BPc, atau tokoh yang benar-benar ada dalam sejarah. Untuk mengupas persoalan tersebut maka diperlukan sumber-sumber sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya, misalnya arsip ataupun referensi sejarah lain. Di dalam kumpulan arsip The Archive of Yogyakarta disebutkan nama Jagakarya. Nama tersebut dapat dilihat pada surat Setrawijaya kepada John Crawfurd yang berbunyi sebagai berikut. …sareng dinten Senen Jagakarya kalempakan Bekelipun sadaya, kalih atusan kalih opas, anacahaken tiyang, anacahaken sabin, sareng ing di(n)ten Selasa kalempakan malih, kalih Bekelipun sadaya, sakanak-kepenakanipun, pun Jagakarya lajeng parentah,… (Carey, 980:24).
178
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
‗…., maka pada hari Senin Jagakarya berkumpul bersama bekel yang jumlahnya dua ratus orang bersama upasnya, ia menghitung jumlah orang dan jumlah sawah. Pada hari Selasa ia berkumpul lagi dengan bekel dan semua anak kemenakannya, Jagakarya lalu memerintahkan,…‘ Surat-surat yang ditulis oleh Setrawijaya tersebut menyebutkan bahwa penguasa Pacitan itu bernama Jagakarya. Berdasarkan pengertian bahwa surat itu adalah sumber primer, berarti bahwaSetrawijaya melihat, mengetahui dan mengenal secara langsung orang yang menjadi penguasa Pacitan yaitu Jagakarya. Oleh karena itulah dapat disimpulkan bahwa orang yang memerintah di Pacitan itu bernama Jagakarya. Di tempat lain, nama Jagakarya ini kadang-kadang disebut Jayakarya. Di dalam buku tulisan Sagimun yang berjudul Pahlawan Dipanegara Berjuang (1956) juga disebut nama tokoh Jagakarya ini menjadi Jayakarya. Hal itu dapat dilihat dalam keterangan sebagai berikut. …seorang utusan Pahlawan Dipanagarajang bernamaAmat Aris dapat menginsjafkan bupati Patjitan Kjai Djajakarja untuk berpihak kepada pahlawan Dipanagara…(Sagimun, 1956:114). Berdasarkan data di atas dapat diperoleh keterangan bahwa tokoh Jagakarya atau ada yang menyebut juga Jayakarya, adalah tokoh sejarah yang memang pernah ada dan pernah memerintah di Pacitan. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil simpulan bahwa penulisan teks BPc erat kaitannya dengan legitimasi kekuasaan Jagakarya di Pacitan.Dalam teks BPc, Jagakarya ditempatkan sebagai tokoh sentral, yang oleh pengarang diberi karakter lebih daripada tokohtokoh lainnya.Jagakarya digambarkan sebagai tokoh yang hebat, baik secara fisik maupun nonfisik.Hal itulah yang membuat penguasa Inggris di Pacitan tertarik terhadap Jagakarya. Bentuk balas budi dan kerjasamanya dengan penguasa Inggris, akhirnya ia dinobatkan sebagai bupati di Pacitan. Jagakarya merupakan tokoh sejarah yang pernah ada di Pacitan.Hal itu dapat ditelusuri melalui arsip sejarah, terutama arsip surat-surat yang ditulis oleh Setrawijaya. REFERENSI Bratakesawa, Raden. 1952. Katrangan Tjandrasengkala. Djakarta:Balai Pustaka. Carey, P.B.R. 1980. The Archive of Yogyakarta, Volume I, Document Relating to Politics an Internal Court Affairs, The Oxford UniversityPress. Luxemburg, Jan van, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko.Jakarta: PT Gramedia. Manu. 1982. ―Babad Pacitan, Penelitian Historiografi, Tipe, Motif, dan Fungsinya‖. Skripsi Sarjana Muda Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
179
Poerwadarminta. 1952. Baoesastra Djawa. Batavia, J.B. Wolters‘uitgevers: Maatshappij n.v.Groningen. Prawirawinata, Raden Ngabei. 1908. ―Babad Pacitan‖. Naskah tersimpan di Museum Sanabudaya Yogyakarta. Sagimun, M.D. 1956.Pahlawan Dipanagara Berjuang. Djakarta: Gunung Agung. Sutrisno, Sulastin. 1983. Hikayat Hang Tuah: Analisis Struktural dan Fungsinya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Teeuw, Andreas. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
180
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖