BAB I BAB.1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan kekayaan alam yang harus dijaga. Secara
teoritis, sumberdaya alam diartikan sebagai kesatuan tanah, air, dan ruang udara, termasuk kekayaan alam yang ada di atas dan di dalamnya yang merupakan hasil proses alamiah baik hayati maupun nonhayati, terbarukan dan tidak terbarukan, sebagai fungsi kehidupan yang meliputi fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan (Undang-undang tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam, Pasal 1). Salah satu sumberdaya alam yang bermanfaat bagi kehidupan manusia adalah sumberdaya belerang. Belerang merupakan bahan galian hasil kegiatan vulkanik yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran kosmetik, obat-obatan, pemutih dan sebagainya. Sumberdaya belerang terdapat di wilayah-wilayah tertentu dengan bentuklahan vulkanik. Salah satu wilayah penghasil belerang adalah Kawasan Gunungapi Ijen. Kawasan Gunungapi Ijen merupakan kawasan vulkanik yang terletak di Jawa Timur. Kawasan Gunungapi Ijen ini berada di Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso. Kawasan ini berjarak sekitar 33 km dari Banyuwangi dengan posisi geografi sekitar 8°2’30”LS-8°5’30”LS dan 114°12’30”BT-114°16’30”BT. Ijen merupakan Kawasan Gunungapi berkawah dengan ketinggian danau kawah mencapai 2.145 mdpl dan tepi kawahnya mencapai 2.386 m dari permukaan laut (Abidin, dkk. 2007). Aktivitas vulkanik yang menghasilkan senyawa belerang dalam jumlah yang banyak serta fenomena api biru yang menarik terdapat di dalam danau kawah ini (Sankhyaadi, 2014). Keberadaan sumberdaya belerang ini mendorong adanya penambangan belerang di kawah tersebut. Saat ini, penambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen merupakan penambangan belerang terbesar di Indonesia sehingga perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kegiatan penambangan ini. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, menyebutkan bahwa:
"sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidupnya. Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy) dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support sistem)"
Peraturan Presiden ini sejalan dengan pemanfaatan sumberdaya alam belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. Pemanfaatan dan penambangan belerang dilakukan untuk kemakmuran rakyat dan masyarakat sekitar dengan tetap memperhatikan lingkungan. Permasalahan yang timbul saat ini adalah belum adanya kajian tertentu mengenai dampak dan manfaat penambangan. Kajian mengenai dampak dan manfaat penambangan belerang dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi yang digunakan mengacu pada tema interaksi aktivitas manusia dan lingkungan. Tema ini menekankan kepada analisis interaksi antara lingkungan dan aktivitas manusia. Aktivitas manusia dalam hal ini adalah aktivitas masyarakat sekitar Gunungapi Ijen dalam memanfaatkan sumberdaya belerang. Faktor-faktor penyebab adanya aktivitas, baik eksternal maupun internal akan dibahas dan dijabarkan lebih lanjut dengan pendekatan ekologi ini sehingga dampak penambangan tersebut dapat dikaji dengan lebih baik. Berdasarkan sejarahnya, penambangan belerang di Gunungapi Ijen telah berlangsung selama puluhan tahun. Pengoperasian tambang belerang ini membuat masyarakat sekitar yang sebelumnya merupakan petani berpindah mata pencaharian menjadi penambang belerang. Selain menjadi penambang belerang, masyarakat sekitar juga bekerja sebagai guide turis yang datang untuk berwisata (Rizanti, 2007). Gunungapi Ijen merupakan penghasil belerang dalam jumlah yang cukup besar. Informasi dari pengelola Taman Nasional Alas Purwo, yang saat itu masih membawahi antara lain kawasan Kawah Ijen, bahwa sedikitnya 14 ton belerang setiap hari berhasil ditambang yang merupakan sekitar 20% dari total cadangan belerang (Wittiri dan Sumarti, 2011). Penambangan belerang di Kawah Ijen ini setiap harinya paling tidak melibatkan 500 orang penambang yang mengambil tambang secara
2
bergantian (Kompas, 2011). Penambangan dilakukan dengan cara tradisional tanpa alat pengamanan tertentu. Penambang turun langsung ke kawah tanpa menggunakan alat bantu pernafasan untuk menghalangi gas belerang yang dihasilkan (Suhindarto, 2014). Pengangkutan belerang dari dalam kawah ke penampungan di Paltuding dilakukan dengan cara tradisional pula, yaitu dengan cara dipikul. Dengan cara ini, para penambang mendapatkan penghasilan per hari sebesar Rp50.000,00Rp75.000,00 setelah mengangkat 75-90 kg belerang sebanyak dua kali (Wittiri dan Sumarti, 2011). Penambangan belerang dengan cara tradisional tanpa alat pengaman ini menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan, terutama permasalahan kulit, gigi dan pernafasan. Ketika penambangan dilakukan, para pekerja tidak jarang mengalami batuk-batuk dan mata perih akibat terpapar gas belerang yang mengenai hidung dan mata. Akan tetapi, selain dampak negatif, penambangan belerang juga memiliki manfaat berupa pengembangan masyarakat terutama di sektor perekonomian (Rianse dan Abdi, 2011). Adanya dampak dan manfaat yang mengenai masyarakat secara langsung inilah yang membuat penelitian ini perlu dilakukan. Penilaian bagi dampak dan manfaat penambangan sumberdaya belerang Gunungapi Ijen dilakukan dengan valuasi ekonomi. Penggunaan valuasi ekonomi dalam penilaian dampakdan manfaat ini akan memberikan gambaran yang lebih nyata dan terukur mengenai besaran dampak
dan manfaat penambangan sumberdaya
belerang Gunungapi Ijen. Besaran nilai yang terukur ini nantinya akan secara kasat mata terlihat dan dapat dipergunakan sebagai data oleh pemerintah setempat. Data ini nantinya akan bermanfaat bagi studi lanjutan mengenai penambangan belerang atau pengambilan kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah setempat dalam hal ini adalah pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 1.2.
Perumusan Masalah Penambangan merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak, baik
dampak positif yang kemudian disebut manfaat maupun dampak negatif. Manfaat suatu
kegiatan
penambangan
biasanya
ditunjukkan
dengan
meningkatnya
perekonomian masyarakat sekitar sedangkan dampaknya pada umumnya berimbas
3
pada kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat lingkar tambang. Pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen juga memiliki dampak dan manfaat terhadap masyarakat di sekitarnya. Manfaat yang tercipta dari kegiatan ini adalah terbantunya masyarakat dalam meningkatkan pendapatan, sedangkan dampaknya berupa menurunnya kesehatan masyarakat. Penelitian sebelumnya menunjukkan salah satu bentuk dampak kegiatan penambangan, yaitu paparan uap sulfur ditemukan bahwa subjek yang terpapar uap sulfur mempunyai risiko mengalami gingivitis yang lebih berat dibandingkan dengan subjek yang tidak terpapar. Asam-asam yang terdapat di dalam udara pernafasan dapat menyebabkan ulserasi, hemoragi, dan stomatitis pada mukosa (Kartiyani, 2006). Dampak-dampak ini belum terinventarisasi dan belum terukur dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi dampak dan mengukur besar dampak melalui pendekatan valuasi ekonomi. Besarnya dampak yang terukur tersebut dapat dibandingkan dengan besarnya manfaat yang terukur sehingga terlihat nilai ekonomi penambangan sumberdaya belerang yang sebenarnya. Hasil perhitungan nilai sumberdaya belerang dapat dipergunakan untuk menentukan kelayakan kegiatan penambangan yang telah dilakukan sampai saat ini. Hasil kelayakan dapat dipergunakan sebagai panduan pembentukan arahan pengelolaan yang baik bagi penambangan sumberdaya belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa sajakah manfaat dan dampak aktivitas pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen? 2. Berapa besar valuasi ekonomi aktivitas pertambangan belerang Gunungapi Ijen? 3. Berapa nilai kelayakan aktivitas penambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen? Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah disampaikan tersebut maka penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “Valuasi Ekonomi Penambangan Sumberdaya Belerang Kawah Ijen, Desa Tamansari, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur”.
4
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis manfaat dan dampak adanya aktivitas pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. 2. Mengetahui valuasi ekonomi aktivitas pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. 3. Mengetahui kelayakan aktivitas penambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen untuk penentuan arahan pengelolaan penambangan. 1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat utama yang didapat dari penelitian ini adalah diketahuinya manfaat
dan dampak adanya aktivitas penambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen yang dirumuskan dengan nilai ekonomi. Penaksiran nilai ekonomi ini akan bermanfaat untuk memprediksi nilai manfaat dan dampak adanya tambang belerang. Besaran valuasi ekonomi manfaat dan dampak penambangan belerang akan memberikan gambaran yang jelas mengenai kebermanfaatan aktivitas pertambangan tersebut. Pada akhirnya, penelitian ini akan bermanfaat untuk memberikan arahan sistem pengelolaan lingkungan yang baik guna mempertahankan kelestarian kawasan pertambangan belerang Gunungapi Ijen melalui analisis biaya manfaat yang dilakukan untuk menilai kelayakan kegiatan penambangan sumberdaya belerang ini. Manfaat penelitian ini secara lebih rinci terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Intansi terkait, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur tata kelola penambangan sumberdaya belerang. Instansi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah PT Candi Ngrimbi, Pengelolan Kawasan Wisata Gunungapi Ijen dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sebagai
instansi
yang mengawasi
kegiatan penambangan
sumberdaya belerang di Gunungapi Ijen. b. Bagi Pemerintah, dapat menjadi bahan pertimbangan peyusunan kebijakan pengelolaan pertambangan khususnya penambangan belerang. Pemerintah
5
yang dimaksudkan adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai media pengaplikasian ilmu khususnya tentang valuasi ekonomi. b. Bagi kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan menjadi data pendukung bagi penelitian selanjutnya yang menganalisis bidang yang sama yaitu valuasi ekonomi. 1.5.
Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1.5.1.
Konsep Valuasi Ekonomi Pengelolaan lingkungan merupakan hal yang harus dilakukan dan dirumuskan
dengan baik. Salah satu perangkat perumusan kebijakan lingkungan adalah valuasi ekonomi. Valuasi Ekonomi dipelajari dalam ilmu ekonomi lingkungan. Ekonomi lingkungan didefinisikan sebagai studi tentang dampak yang tidak diinginkan atau tidak diketahui dari adanya suatu pilihan tentang penggunaan sumberdaya alam (Suparmoko, 1989). Pada prinsipnya valuasi ekonomi dilakukan untuk memberikan harga atau memperhitungkan suatu nilai dari sumberdaya yang digunakan dalam bentuk uang (monetary form) (Mubarok dan Udisubakti, 2012). Konsep lain menunjukkan bahwa konsep ekonomi merupakan pernyataan nilai ekonomi untuk seluruh fenomena sumberdaya alam dan lingkungan (Suparmoko, 2006). Valuasi ekonomi dilakukan karena penyajian angka-angka ekonomi lebih menarik dan lebih membuka mata pemerintah dalam menentukan kebijakan. Penyajian nilai ekonomi dinilai lebih nyata dan konkrit dalam menunjukkan besarnya manfaat maupun dampak dari suatu kegiatan. Nilai yang diperhitungkan merupakan nilai manfaat sumberdaya dan nilai dampak lingkungan yang terjadi. Valuasi ekonomi mempunyai beberapa pendekatan dalam penentuan nilai ekonomi suatu sumberdaya. Suparmoko (2006) membagi pendekatan valuasi ekonomi menjadi tiga, yaitu:
6
1. Penentuan nilai ekonomi berdasarkan pada perubahan produktivitas dan pendekatan nilai pasar Pendekatan ini merupakan pendekatan yang menggunakan harga barang yang ada di pasaran sebagai nilai dari suatu manfaat atau dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan. Pendekatan ini hanya dapat dilakukan apabila manfaat dan dampak tersebut mempunyai harga pasar, yaitu manfaat dan dampak yang berwujud konkrit. Salah satu contoh manfaat yang dapat dinilai dengan harga pasar adalah nilai manfaat dibebaskannya lahan untuk pembangunan hotel. Harga hotel yang berlaku di pasaran itulah yang menjadi nilai manfaat dari kegiatan pembebasan lahan tersebut. Pendekatan harga pasar kurang dapat diaplikasikan untuk manfaat atau dampak yang tidak konkrit seperti dampak yang mengenai lingkungan dan menurunkan kualitas lingkungan yang tidak dapat dihitung dengan harga pasar. Pendekatan harga pasar dibagi kembali menjadi dua, yaitu: a. Pendekatan harga pasar sebenarnya b. Pendekatan modal manusia atau pendekatan pendapatan yang hilang
2. Penentuan nilai ekonomi berdasarkan nilai pasar barang pengganti atau barang pelengkap Pendekatan kedua ini merupakan pendekatan yang dapat dilakukan apabila pendekatan harga pasar tidak dapat diaplikasikan untuk menilai suatu kegiatan. Pendekatan ini dibagi menjadi: a. Pendekatan nilai kekayaan Pendekatan nilai kekayaan mendasarkan nilai kekayaan sebagai nilai pengganti dalam penentuan kualitas lingkungan. Harga rumah yang berada pada lingkungan yang tidak bersih akan cenderung lebih murah. Melalui logika ini, maka dapat diketahui nilai lingkungan di daerah tersebut. b. Pendekatan tingkat upah Pendekatan ini merupakan pendekatan yang hampir sama dengan pendekatan nilai kekayaan. Pendekatan ini mempergunakan perbedaan harga upah sebagai nilai lingkungan. Sebagai contoh, terdapat orang yang mempunyai pekerjaan yang sama
7
namun mempunyai tingkat upah yang berbeda. Logika yang dipakai adalah bahwa tingkat upah yang dibayarkan pada lingkungan yang tercemar akan lebih tinggi daripada tingkat upah untuk pekerjaan yang sama namun berada pada lingkungan yang lebih baik. Tingkat upah yang lebih tinggi tersebut biasanya termasuk didalamnya dana untuk kesehatan. c. Pendekatan biaya perjalanan Pendekatan ini biasa dipergunakan dalam menilai lingkungan pada objekobjek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan dan waktu yang dikorbankan oleh wisatawan beserta biaya hotel, tiket masuk kawasan wisata dan lain sebagainya merupakan nilai lingkungan yang ada pada tempat wisata tersebut.
3. Penentuan nilai ekonomi berdasarkan pada hasil survei Pendekatan ketiga yang dipergunakan untuk mengetahui nilai ekonomi suatu kegiatan adalah pendekatan survei. Pendekatan ini dibagi kembali menjadi: a. Lelang dan Survei Langsung Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan kegiatan wawancara kepada responden untuk mengetahui pendapat mereka mengenai nilai suatu kegiatan. Nilai suatu kegiatan tersebut tercermin dari kemauan mereka untuk membayar (Willingness to Pay) suatu kegiatan agar dihentikan atau dengan kemauan mereke menerima ganti rugi (Willingness to Accept) dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Melalui dua hal tersebut, nilai lingkungan dapat diketahui. b. Metode Delphi Metode ini dilakukan dengan mendasarkan diri pada pendapat para ahli. Metode ini telah banyak dipraktekkan dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ini sangat bergantung pada kehidupan, pengalaman dan pengetahuan para ahli tersebut dalam menentukan nilai lingkungan. Berbagai pendekatan tersebut secara lebih sistematis dikelompokkan dalam Tabel 1.1.
8
Tabel 1.1. Pendekatan Valuasi Ekonomi Harga Pasar 1. Harga pasar yang sesungguhnya
Nilai barang pengganti/pelengkap 1. Nilai kekayaan (kondisi lingkungan, kualitas lingkungan) 2. Tingkat upah
2. Modal manusia (biaya pengobatan, hilangnya waktu kerja, turunnya produktivitas) 3. Biaya kesempatan 3. Biaya perjalanan (pendapatan yang hilang)
Teknik Survei 1. Lelang (kesediaan membayar atau kesediaan menerima pembayaran) 2. Survei langsung (kesediaan membayar atau kesediaan menerima pembayaran) 3. Pendekatan Delphi
Sumber: M. Suparmoko dan Maria R Suparmoko (2000) dalam Suparmoko (2006)
Nilai dalam valuasi ekonomi dibagi menjadi beberapa bagian. Pembagian nilai dalam valuasi ekonomi adalah sebagai berikut (Suparmoko, 2006): 1. Nilai Ekonomi Langsung Nilai Ekonomi Langsung merupakan nilai yang dihasilkan dari penggunaan sumberdaya secara langsung atau dari suatu kegiatan secara lasngung. 2. Nilai Ekonomi Tidak Langsung Merupakan nilai yang didapatkan melalui penggunaan sumberdaya secara tidak langsung atau hasil tidak langsung dari suatu kegiatan. 3. Nilai Pilihan Merupakan nilai yang muncul akibat pilihan-pilihan yang dibuat dalam pemanfaatan suatu sumberdaya. 4. Nilai Warisan Merupakan nilai yang dikorbankan untuk manfaat yang akan didapatkan oleh generasi mendatang 5. Nilai Keberadaan Merupakan nilai yang muncul karena keberadaannya untuk kehidupan generasi berikutnya. Rincian pembagian nilai secara lebih detail dapat dilihat pada Gambar 1.1.
9
Sumber: David W. Pearce dan Jeremy J. Warford, World Without End: Economics, Environment, and Sustainable Development, Oxford University Press, 1993 hal. 99-144 dalam Suparmoko, 2006
Gambar 1.1. Diagram Nilai Sumberdaya Alam dan Lingkungan Analisis valuasi ekonomi umumnya dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu kegiatan namun dapat juga dilakukan untuk mengetahui nilai total suatu sumberdaya. Perbedaan tujuan analisis tersebut membuat banyaknya teknik analisis valuasi ekonomi. Analisis valuasi ekonomi yang umum dipergunakan adalah: 1. Benefit Cost Analysis atau Analisis Biaya Manfaat Analisis Biaya Manfaat merupakan suatu prosedur yang menggunakan variabel biaya dan manfaat untuk menganalisis suatu kegiatan. Hasil perhitungan biaya manfaat dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk menentukan diberlakukan atau tidak diberlakukannya suatu kegiatan. Kebijakan dibuat oleh pembuat kebijakan dan analisis biaya manfaat adalah salah satu alat yang dapat dipergunakan sebagai penentu kebijakan tersebut (Zerbe dan Dively 1994). Hasil analisis biaya manfaat berupa nilai yang menunjukkan kelayakan suatu kegiatan. Nilai ini didapatkan melalui perhitungan yang melibatkan manfaat dan biaya sebagai komponennya. Analisis biaya manfaat terbagi menjadi beberapa metode sebagai berikut:
10
a. Net Present Value (NPV) Net
Present
Value
merupakan
analisis
valuasi
ekonomi
yang
memperhitungkan selisih antara nilai biaya dan nilai manfaat terhadap besarnya suku bunga (Husni, 2001). Analisis ini bisa juga diartikan sebagai analisis yang telah mempertimbangkan faktor diskonto pada waktu tertentu. Penentuan kelayakan suatu kegiatan dilakukan dengan melihat nilai NPV. Suatu kegiatan dinyatakan layak apabila nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol. Nilai NPV ini menunjukkan bahwa besar manfaat dari suatu kegiatan dinyatakan lebih besar atau sama dengan besar biaya yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan tersebut. Besar NPV kurang dari nol menunjukkan bahwa komponen biaya lebih besar daripada manfaat yang lebih besar sehingga kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak (Husnan dan Suwarsono, 1994). Net Present Value merupakan teknik analisis biaya manfaat yang paling sederhana dalam analisis biaya manfaat. b. Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio merupakan suatu analisis yang menggunakan komponen manfaat dan biaya seperti yang dipergunakan dalam NPV. Perbedaan BCR dengan NPV terletak pada cara hitung dan kriteria kelayakannya. Benefit Cost Ratio merupakan analisis yang membandingkan nilai biaya dan nilai manfaat dalam suatu kegiatan. Benefit Cost Ratio terbagi menjadi tiga, yaitu (Zerbe dan Dively, 1994):
Undiscount Benefit Cost Ratio (BCRu) Undiscount Benefit Cost Ratio merupakan metode yang paling sederhana
dalam analisis BCR. Metode ini tidak memasukkan nilai uang yang masuk tiap tahun dalam perhitungan. Hal ini tentu akan mempengaruhi perhitungan karena dalam setiap kegiatan selalu ada aliran dana yang masuk tiap tahunnya. Metode ini menganggap besar pembayaran yang dilakukan di masa depan sama dengan besar pembayaran yang dilakukan pada tahun pertama (Zerbe dan Dively, 1994). Atas dasar alasan
tersebutlah,
metode
BCRu
ini
kurang
dapat
dipergunakan
untuk
menggambarkan kelayakan suatu kegiatan.
11
Discount Benefit Cost Ratio (BCRd) Discount Benefit Cost Ratio merupakan metode perhitungan kedua dalam
analisis BCR. Discount Benefit Cost Ratio telah memasukkan nilai uang yang masuk tiap tahunnya dalam perhitungan. Metode ini menggunakan logika yang serupa dengan perhitungan NPV, yaitu menghitung biaya dan manfaat kegiatan dengan memasukkan aliran dana yang masuk tiap tahun. Penentuan kelayakan suatu kegiatan dilihat pada besaran nilai BCRd. Nilai BCRd lebih dari 1 menunjukkan bahwa manfaat yang didapatkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan sehingga suatu kegiatan layak untuk dilakukan. Nilai BCR kurang dari 1 merupakan nilai yang menunjukkan bahwa manfaat tidak lebih besar dari biaya sehingga kegiatan tersebut tidak layak dilakukan (Zerbe dan Dively, 1994).
Net Benefit Cost Ratio (BCRn) Zerbe dan Dively (1994) menyebutkan bahwa Net Benefit Cost Ratio
merupakan metode perhitungan ketiga dalam analisis BCR. Metode BCRn merupakan metode dengan formula yang paling rumit dalam analisis ini. Formula BCRn memadukan formula NPV dengan BCRn secara bersamaan. Kelayakan suatu kegiatan ditentukan berdasarkan besaran nilai BCRn. Nilai BCRn lebih atau sama dengan satu menunjukkan bahwa suatu kegiatan layak untuk dilakukan. c. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan suatu penilaian kelayakan yang menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai biaya dengan nilai manfaat yang diterima. Suatu kegiatan dinyatakan layak apabila tingkat bunya nilai biaya lebih besar daripada tingkat bunga relevan, yaitu tingkat keuntungan yang disyaratkan (Husnan dan Suwarsono, 1994). Perhitungan IRR tergolong rumit karena menggunakan trial and error untuk mendapatkan nilai yang sama untuk persamaan tersebut 2. Analisis Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) Nilai Ekonomi Total (NET) atau Total Economic Value (TEV) merupakan metode yang menekankan pada perbedaan nilai use value dan non use value. NET atau TEV adalah penjumlahan nilai riil, nilai pilihan dan nilai keberadaan
12
sumberdaya alam dan lingkungan (Suparmoko,1994). Penetapan use value dan non use value berbeda untuk masing-masing objek kajian sumberdaya. Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah konsep analisis Total Economic Value untuk penentuan nilai total penambangan sumberdaya belerang dan Benefit Cost Analysis untuk penentuan kelayakan kegiatan penambangan sumberdaya belerang di Kawah Ijen. Metode Benefit Cost Analysis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio dan Internal Rate of Return. Pemilihan tiga metode ini dilakukan karena penggunaan ketiga metode tersebut dianggap dapat menentukan kelayakan kegiatan penambangan sumberdaya belerang dengan lebih akurat. 1.5.2.
Sumberdaya dan Barang Sumberdaya Alam mempunyai banyak kekayaan. Kekayaan alam tersebut seringkali
disebut dengan sumberdaya alam. Sumberdaya alam adalah sesuatu yang masih terdapat di dalam maupun di luar permukaan bumi. Sumberdaya alam mempunyai sifat masih potensial dan belum dilibatkan dalam fungsi produksi untuk meningkatkan tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian (Suparmoko, 1994). Pengertian sumberdaya berbeda dengan pengertian barang sumberdaya. Barang sumberdaya merupakan sumberdaya alam yang telah diambil dari dalam bumi dan siap untuk dikombinasikan dengan faktor produksi lain sehingga menghasilkan luaran baru yang dapat berupa barang ataupun jasa sehingga meningkatkan tersedianya barang dan jasa tersebut (Suparmoko, 1989). Keberadaan sumberdaya dan barang sumberdaya mempunyai hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan keadaan ekonomi. Adanya sumberdaya alam dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar ketika sumberdaya tersebut dimanfaatkan. Hubungan kedua hal tersebut bukanlah merupakan hubungan tunggal, akan tetapi, terdapat hubungan lain serta dampak yang ditimbulkan dengan adanya hubungan sumberdaya alam dan keadaan ekonomi. Pemanfaatan barang sumberdaya untuk mempercepat laju perekonomian masyarakat mendorong pertumbuhan industri yang akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan (Suparmoko, 1994). Pencemaran lingkungan yang terjadi secara intensif
13
akan berdampak kepada terganggunya kesehatan masyarakat. Hubungan antara sumberdaya alam, perekonomian serta pencemaran lingkungan dapat dilihat pada Gambar 1.2. Barang dan Jasa
Pertumbuhan Ekonomi
Jumlah Penduduk
Pencemaran Lingkungan
Menipisnya Sumberdaya Alam
Gambar 1.2. Hubungan Antara Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Barang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suparmoko, 1989) 1.5.3.
Sumberdaya Belerang Belerang atau yang dikenal dengan nama lain Sulfur adalah bahan yang
berbentuk kumpulan kristal kuning padat dengan berat jenis relatif sebesar 2,07 pada suhu 20° C. Belerang atau Sulfur biasanya didapatkan dalam dua bentuk, yaitu senyawa sulfida dan sebagai belerang alam yang berbentuk kristal bercampur lumpur (Sukandarrumidi, 1999). Sulfur memiliki bentuk belah ketupat (kristal rombik) pada keadaan padat. Sulfur akan tetap stabil pada keadaan ini hingga mencapai suhu 95° C dan mencair (Kristal monoklinik) pada suhu sekitar 116° C (Setiawan, 2012). Proses perubahan kristal belerang ini melalui beberapa tahap sebagai berikut (Nurdajat dan Elkhasnet, 2007): 1. Belerang berbentuk kristal rombik pada suhu kamar. Pada suhu ini, molekul dari S8 akan saling terkunci. 2. Belerang akan mencair atau membentuk kristal monoklinik pada suhu cairnya (116° C-120° C). Pada saat pencairan ini, cincin molekul akan terputus dan atom belerang masing-masing akan memiliki satu elektron bebas.
14
3. Pada suhu yang semakin panas, ujung-ujung rantai S8 akan bertemu dan membentuk S16. Penambahan temperature akan membuat terbentuknya S24, S32, S48 dan seterusnya sehingga semakin panjang rantai yang terbentuk, belerang akan semakin cair dan semakin mudah mengalir (vioscous). Temperatur yang terlalu tinggi akan membuat ikatan terputus kembali dan belerang cair kembali berkurang viskositasnya. Pembentukan semua endapan belerang di Indonesia mempunyai hubungan erat dengan kegiatan gunungapi. Pada umunya, belerang diperoleh melalui penyubliman uap belerang, namun dapat juga diperoleh pada endapan lumpur belerang. Belerang juga terdapat sebagai kerak dasar kawah (Departemen Pertambangan dan Energi 1992). Indonesia memiliki cebakan belerang hasil sublimasi uap solfatara dengan kadar yang relatif tinggi, yaitu sebesar 70% sampai 99,9% (Sukandarrumidi, 1999). Belerang merupakaan salah satu bahan galian. Berdasarkan penggolongan dalam Pasal 1 huruf b dan Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan Galian, belerang termasuk kedalam bahan galian vital. Bahan galian vital dapat disebut pula bahan galian golongan B. Penggolongan sumberdaya belerang disetarakan dengan yodium, brom dan klor (Salim, 2008). 1.5.4.
Pengolahan dan Pemanfaatan Sumbedaya Belerang Belerang merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai
segi kehidupan. Pengolahan belerang dibedakan menjadi dua, yaitu pengolahan belerang kristal dan belerang cair. Belerang dalam bentuk kristal dapat langsung dimasukkan dalam autoklaf kemudian ditambahkan solar, air dan NaOH kemudian dipanaskan dengan uap air tekanan 3 atm (Sukandarrumidi, 1999).Skema pengolahan belerang ditunjukkan dalam Gambar 1.3 berikut:
15
Gambar 1.3. Skema Pengolahan Belerang (Sukandarrumidi, 1999) Belerang biasanya menjadi campuran suatu bahan kimia lain untuk menguatkan manfaat yang ada di dalamnya. Beberapa industri atau bahan olahan yang memanfaatkan belerang sebagai barang sumberdaya adalah: 1. Belerang sebagai bahan campuran aspal Setiawan (2012) dalam
jurnalnya menyatakan bahwa sulfur dapat
ditambahkan ke dalam aspal minyak. Penambahan sulfur diharapkan akan memberikan karakteristik campuran yang lebih baik seperti yang disyaratkan oleh Bina Marga dalam Spesifikasi Umum 2010. Penelitian lain menyebutkan bahwa penggunaan campuran belerang dengan kadar 15 % terhadap berat agregat aspal menyebabkan meningkatnya stabilitas aspal. Peningkatan stabilitas ini disebabkan karena rongga agregat terisi oleh belerang sehingga membuat daya dukung campuran meningkat. 2. Belerang sebagai bahan sabun Belerang mempunyai zat-zat yang dapat menghaluskan kulit. Karena mengandung zat-zat inilah, belerang seringkali dimanfaatkan untuk bahan campuran sabun. Pemanfaatan belerang sebagai bahan campuran sabun disebabkan karena belerang dapat mengurangi risiko berbagai penyakit kulit.
16
3. Belerang sebagai bahan pemurni nira dalam produksi gula Pembuatan gula kristal putih dari bahan baku tebu giling memerlukan berbagai proses pengerjaan, salah satunya adalah proses pemurnian. Pemurnian merupakan proses yang sangat penting dan menjadi salah satu proses yang menentukan kualitas gula kristal putih (Sunantyo, 1995; Utami dan Sumarno, 1996 dalam Sunantyo dan Harisuji, 2002). Salah satu bahan pemurni adalah belerang. 4. Belerang sebagai souvenir Hasil observasi (2015) menunjukkan bahwa di Gunungapi Ijen, belerang cair langsung dicetak menjadi souvenir belerang dan ditawarkan kepada para wisatawan. Souvenir ini dihargai sesuai dengan keinginan penambang. Hal ini karena tidak ada ukuran yang jelas mengenai harga souvenir belerang tersebut per-gramnya. 1.5.5.
Dampak dan Manfaat Penambangan Sumberdaya Belerang Pemanfaatan suatu sumberdaya tentu memiliki dampak dan manfaat. Dampak
ini dapat mengenai manusia secara langsung sebagai pengendali utama ataupun kepada lingkungan akibat eksternalitas pemanfaatan sumberdaya belerang. Dampak yang dapat dikatakan layak untuk dianalisis pada umumnya merupakan dampak penting. Kriteria dampak penting menurut Suparmoko (2006) adalah: 1. Manusia yang terkena dampak ada dalam jumlah yang besar 2. Dampak mengenai wilayah yang cukup luas 3. Keberlangsungan dampak cukup memakan waktu lama 4. Intensitas dampak tinggi 5. Banyak komponen lingkungan lain yang terkena dampak 6. Dampak tersebut mempunyai sifat kumulatif 7. Dampak mengakibatkan tidak dapat dikembalikannya lingkungan kepada bentuk dan keadaan sebelumnya. Berdasarkan studi pustaka, beberapa dampak dan manfaat dari adanya kegiatan penambangan sumberdaya belerang adalah:
17
1. Dampak: a. Resiko penyakit gingivitis pada pekerja tambang meningkat Penelitian yang dilakukan Kartiyani (2006) menyebutkan bahwa subjek yang terpapar uap sulfur memiliki risiko mengalami karang gigi yang lebih besar daripada subjek yang tidak terpapar. Penelitian Tuominen dalam Kartiyani (2006) pada pekerja pabrik baterai dan seng menyebutkan bahwa risiko penyakit terjadi pada pekerja yang telah 15 tahun bekerja dan terpapar uap sulfur. b. Risiko gangguan faal paru pada sebagian besar penambang belerang Penyakit gangguan faal paru disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah paparan hidrogen sulfida (H2S). Gas ini salah satunya dihasilkan oleh aktivitas pembentukan belerang dalam proses kegunungapian. Guidorri (1996) dalam Masud (2013) menyebutkan bahwa paparan gas H2S dalam konsentrasi 20-50 ppm dapat menyebabkan iritasi paru dan iritasi mukosa. c. Pencemaran lingkungan Salim (2008) menyebutkan bahwa pencemaran lingkungan merupakan salah satu dampak pokok dalam sebuah kegiatan pertambangan. Pengolahan sumberdaya hasil tambang akan menghasilkan zat sisa yang akan mencemari lingkungan 2. Manfaat: Meskipun mempunyai beberapa dampak negatif, Salim (2008) dalam bukunya juga menyebutkan bahwa keberadaan tambang memberikan dampak positif bagi masyarakat lingkar tambang, yaitu: a. Bertambahnya lapangan kerja Adanya pertambangan secara otomastis akan membuat lapangan kerja baru. Penambahan lapangan kerja ini biasanya akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar, yaitu masyarakat lingkar tambang. b. Meningkatnya kesejahteraan Bertambahnya lapangan kerja dan tenaga kerja yang berkerja dalam sektor pertambangan membuat pendapatan masyarakat naik dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Hal ini karena tingkat upah dalam sektor pertambangan umumnya lebih tinggi daripada hasil bekerja dari menanam padi di sawah.
18
c. Terangkatnya potensi pariwisata daerah Uniknya kegiatan penambangan khususnya penambangan secara tradisional menarik minat wisatawan untuk datang dan berkunjung. Salah satu penambangan yang dilakukan dengan unik dan tradisional adalah penambangan sumberdaya belerang Gunungapi Ijen. 1.5.6.
Pengelolaan Penambangan Sumberdaya Belerang Belerang merupakan bahan galian vital atau biasa disebut bahan galian
golongan B. Usaha penambangan bahan galian vital diatur dalam Pasal 9 UndangUndang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Penambangan. Usaha pertambangan bahan galian vital yang dilaksanakan oleh negara ataupun daerah dapat juga dilaksankan oleh (Salim, 2008): 1. Instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri 2. Perusahaan negara 3. Perusahaan daerah 4. Perusahaan dengan modal bersama antara pemerintah atau perusahaan di satu pihak dengan Daerah Tingkat I dan atau Daerah Tingkat I atau perusahaan daerah di pihak lain 5. Perusahaan dengan modal bersama antara negara atau perusahaan negara dan atau daerah atau perusahaan daerah di satu pihak dengan badan dan/atau perseorangan swasta di pihak lain. Bahan galian vital seperti belerang boleh ditambang oleh rakyat (pertambangan rakyat). Seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 1 huruf n UndangUndang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Penambangan, pertambangan rakyat adalah: “Suatu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b, dan c seperti yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri”
19
Aspek hukum penambangan rakyat diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Penambangan. Pengaturan luas maksimal penambangan rakyat dibagi sebagai berikut (Salim, 2008): 1. Penambangan kuasa perseorangan dengan luas maksimal 5 hektar 2. Penambangan kuasa kelompok masyarakat dengan luas maksimal 5 hektar 3. Penambangan kuasa koperasi dengan luas maksimal 25 hektar. Luas 25 hektar ini didapatkan melalui kepemilikan surat kuasa pertambangan sebanyak 5 buah untuk satu koperasi. 1.6.
Penelitian Terdahulu Penelitian valuasi ekonomi bukan merupakan penelitian baru. Telah banyak
penelitian sejenis yang mempergunakan metode valuasi ekonomi untuk menghitung nilai suatu kegiatan atau suatu sumberdaya. Perbedaan penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang dengan penelitian valuasi lain yang dilakukan sebelumnya adalah pada tema kegiatan yang diambil. Valuasi ekonomi dengan tema kegiatan penambangan merupakan valuasi yang jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena arahan teknis dan tata cara valuasi penambangan belum disusun secara detail dan terstruktur seperti halnya valuasi ekonomi ekosistem hutan, mangrove maupun terumbu karang. Akan tetapi, belum disusunnya teknis valuasi kegiatan penambangan tidak menjadi alasan untuk tidak dilaksanakannya penelitian valuasi dengan tema penambangan ini. Adanya penelitian valuasi dengan tema baru akan memberikan sumbangsih pemikiran guna merumuskan teknis valuasi penambangan di masa mendatang. Beberapa penelitian valuasi ekonomi yang telah dilakukan terlebih dahulu dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Penelitian karya Syarif Husni berjudul “Kajian Ekonomi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang (Studi Kasus Kawasan Taman Wisata Alam Laut Gili Indah Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat)”. Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu: a. Menganalisis tingkat pemanfaatan ekosistem terumbu karang b. Menganalisis nilai ekonomi total manfaat ekosistem terumbu karang
20
c. Mengkaji alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang yang optimal dan berkelanjutan Penelitian ini menggunakan tiga metode. Metode Nilai Ekonomi Total dipergunakan untuk mengetahui manfaat Ekosistem Terumbu Karang di TWAL Gili Indah Kabupaten Lombok. Metode Analisis Biaya Manfaat dipergunakan untuk menganalisis kelayakan skenario pengelolaan. Metode ketiga adalah metode skoring yang dipergunaan untuk melakukan analisis keputusan guna mengetahui prioritas skenario pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di TWAL Gili Indah, Kabupaten Lombok. Perbedaan mendasar penelitian ini dengan penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang adalah terletak pada pendekatan valuasi ekonominya. Meskipun metode yang dipergunakan sama, yaitu Nilai Ekonomi Total dan Analisis Biaya Manfaat, namun pendekatan valuasi ekonomi yang dipakai berbeda. Pada penelitian ini, Nilai Ekonomi Total hanya dihitung berdasarkan nilai manfaat saja sedangkan pada penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang Nilai Ekonomi Total dihitung berdasarkan pengurangan nilai manfaat dan dampak penambangan. Analisis Biaya Manfaat dalam penelitian ini dilakukan pada beberapa skenario pengelolaan yang berbeda sedangkan pada penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang Analisis Biaya Manfaat dilakukan pada keadaan saat ini untuk memprediksikan kelayakan penambangan pada tiga hingga empat tahun kedepan. 2. Penelitian karya Gerhard berjudul “Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Rawa Pening dan Strategi Pelestariannya di Kabupaten Semarang”. Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu: a. Menganalisis atribut-atribut, fisik, peraturan serta institusi dan masyarakat sumberdaya Rawa Pening b. Mengestimasi biaya untuk mengembalikan Rawa Pening pada bentuknya yang dapat berkesinambungan c. Memformulasikan strategi pelestarian sumberdaya alam Rawa Pening Penelitian ini memfokuskan tujuan penelitian pada strategi pengelolaan sumberdaya Rawa Pening. Penelitian ini menggunkan dua metode untuk
21
menjawab tiga tujuan yang telah dirincikan tersebut. Analisis Hirarki Proses dipergunakan untuk menjawab tujuan pertama dan tujuan ketiga. Analisis Biaya Manfaat untuk mengetahui besarnya biaya pengembalian fungsi Rawa Pening. Perbedaan mendasar penelitian ini dengan penelitian valuasi ekonomi penambangan sumberdaya belerang adalah tidak dipergunakannya metode Nilai Ekonomi Total untuk menghitung nilai sumberdaya Rawa Pening. Analisis Biaya Manfaat yang dipergunakan dalam penelitian ini juga mempunyai tujuan yang berbeda dengan Analisis Biaya Manfaat pada penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang. Analisis Biaya Manfaat pada penelitian ini tidak dipergunakan untuk menentukan kelayakan suatu kegiatan, namun lebih mengarah pada nilai biaya pengembalian fungsi Rawa Pening kepada keadaan yang lebih baik. 3. Penelitian karya Nugroho berjudul “Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Glagah dengan Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost) di Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo”. Penelitian ini memiliki empat tujuan, yaitu: a. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan perilaku pengunjung wisata Pantai Glagah. b. Mengetahui besar penilaian ekonomi dan besarnya jumlah kesediaan untuk membayar (Willingness to pay) dari wisata Pantai Glagah. c. Mengetahui pengaruh berbagai variabel biaya perjalanan di Pantai Glagah. d. Mengetahui analisis pasar (trend) mengenai permintaan jumlah kunjungan terhadap wisata Pantai Glagah pada tahun-tahun mendatang Fokus penelitian adalah untuk mengetahui fenomena sosial dan ekonomi yang terjadi di Pantai Glagah. Terdapat empat metode analisis yang dipergunakan, yaitu analisis deskriptif, analisis biaya manfaat, analisis regresi dan analisis trend. Masing-masing analisis tersebut secara berurutan dipergunakan untuk menjawab tujuan satu, dua, tiga dan empat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian valuasi ekonomi penambangan sumberdaya belerang adalah pada penggunaan metodenya. Penelitian ini hanya menggunakan Metode Biaya Perjalanan saja dan tidak menggunakan metode Nilai Ekonomi Total dan Analisis Biaya Manfaat.
22
Metode Biaya Perjalanan yang dipergunakan pada valuasi penambangan belerang hanya dipergunakan sebagai metode pendukung untuk mencari Nilai Ekonomi Total penambangan dan bukan metode pokok seperti pada penelitian ini. 4. Penelitian karya Simanjuntak berjudul “Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Nami Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara)”. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu: a. Mengetahui nilai ekonomi objek wisata Tangkahan, dengan Metode Biaya Perjalanan b. Mengetahui manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar Desa Namo Sialang dan Sei Serdang Penelitian ini menggunakan Metode Biaya Perjalanan untuk menjawab tujuan pertama dan menggunakan analisis deskriptif untuk menjawab tujuan kedua. Metode Biaya Perjalanan meruapak metode valuasi utama yang dipergunakan dalam penelitian. Tujuan kedua dalam penelitian dilakukan untuk memperkuat analisis pada tujuan pertama. Perbedaan mendasar penelitian ini dengan penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang adalah tidak dipergunakannya metode Nilai Ekonomi Total dan Analisis Biaya Manfaat. 5. Penelitian karya Eva Nursusandhari berjudul “Persepsi, Preferensi dan Willingness To Pay Masyarakat terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)”. Penelitian ini mempunyai empat tujuan, yaitu: a. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungan sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama. b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama. c. Mengkaji kesediaan masyarakat Kelurahan Utama untuk membayar agar lingkungan di sekitar tempat tinggal tersebut menjadi lebih baik. d. Menyusun alternatif kebijakan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama
23
Penelitian ini berfokus pada analisis variabel kesediaan masyarakat untuk membayar biaya lingkungan serta perhitungan nilai lingkungan tersebut. Objek analisis pada penelitian ini adalah lingkungan sekitar kawasan industri. Penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang mengadopsi perhitungan pada penelitian ini untuk melakukan perhitungan nilai damapak lingkungan di sekitar pabrik pemasakan belerang. Akan tetapi, perhitungan WTP ini tidak dijadikan sebagai perhitungan utama dalam valuasi penambangan dan hanya dipergunakan sebagai perhitungan pendukung untuk mendapatkan Nilai Ekonomi Total. 6. Penelitian “Valuasi Ekonomi Penambangan Sumberdaya Belerang Kawah Ijen, Desa Tamansari, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur” merupakan penelitian yang saat ini dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan konsep valuasi ekonomi dalam menjawab tujuan pertama hingga ketiga. Tujuan penelitian ini adalah: a. Menganalisis manfaat dan dampak adanya aktivitas pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. b. Mengetahui valuasi ekonomi aktivitas pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. a. Mengetahui kelayakan aktivitas penambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen untuk penentuan arahan pengelolaan penambangan. Penelitian ini berbeda jika dibandingkan dengan penelitian valuasi ekonomi sebelumnya. Hal ini disebabkan karena penelitian ini mengambil tema yang jarang divaluasikan, yaitu penambangan. Selain itu, penggunaan konsep valuasi ekonomi untuk menjawab semua tujuan juga merupakan perbedaan yang mendasar yang dimiliki penelitian ini dengan penelitian valuasi ekonomi sebelumnya.
Tujuan
pertama
dalam
penelitian
ini
didapatkan
dengan
menggunakan pendekatan valuasi ekonomi dalam menganalisis dampak dan manfaat penambangan. Tujuan kedua dianalisis dengan menggunakan metode Nilai Ekonomi Total yang perhitungannya didasarkan pada nilai manfaat dan nilai dampak penambangan. Tujuan ketiga dalam penelitian ini didapatkan dengan
24
menggunakan Analisis Biaya Manfaat berdasarkan tiga rumus, yaitu NPV, BCRn dan IRR. Tabel 1.2 memperlihatkan secara lebih rinci dan sistematis terkait penelitian terdahulu dalam hal valuasi ekonomi serta perbandingannya dengan penelitian valuasi ekonomi penambangan sumberdaya belerang yang baru saja dilakukan.
25
Tabel 1.2. Rincian Penelitian Terdahulu No 1
Nama Syarif Husni (Penelitian)
Judul Kajian Ekonomi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang (Studi Kasus Kawasan Taman Wisata Alam Laut Gili Indah Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat)
Tujuan 1. Menganalisis tingkat pemanfaatan ekosistem terumbu karang 2. Menganalisis nilai ekonomi total manfaat ekosistem terumbu karang 3. Mengkaji alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang yang optimal dan berkelanjutan
2
Gerhard (Penelitian)
Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Rawa Pening dan Strategi Pelestariannya di Kabupaten Semarang
1. Menganalisis atribut-atribut, fisik, peraturan serta institusi dan masyarakat sumberdaya Rawa Pening. 2. Mengestimasi biaya untuk mengembalikan Rawa Pening pada bentuknya yang dapat berkesinambungan 3. Memformulasikan strategi pelestarian sumberdaya alam Rawa Pening.
3
Puguh Setyo Nugroho (Penelitian)
Valuasi Ekonomi Wisata Pantai Glagah dengan Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost) di Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo
1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan perilaku pengunjung wisata Pantai Glagah. 2. Mengetahui besar penilaian ekonomi dan besarnya jumlah kesediaan untuk membayar (Willingness to pay) dari wisata Pantai Glagah. 3. Mengetahui pengaruh berbagai variabel biaya perjalanan di Pantai Glagah. 4. Mengetahui analisis pasar
Metode 1. Nilai Ekonomi Total untuk mengetahui manfaat Ekosistem Terumbu Karang di TWAL Gili Indah Kabupaten Lombok Barat. 2. Analisis Biaya Manfaat dipergunakan untuk menganalisis kelayakan skenario pengelolaan. 3. Analisis keputusan dengan sistem skoring untuk mengetahui prioritas skenario 1. Analisis Hirarki Proses untuk menjawab tujuan pertama dan tujuan ketiga 2. Analisis biaya manfaat untuk mengetahui besarnya biaya pengembalian fungsi Rawa Pening
1. Analisis deskriptif untuk menganalisis fenomena individual pengunjung 2. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) untuk menghitung nilai ekonomi Pantai Glagah 3. Analisis regresi untuk untuk menjawab tujuan ketiga 4. Analisis trend untuk menjawab tujuan ke empat
Hasil 1. Nilai Ekonomi Total untuk Ekosistem Terumbu Karang di TWAL Gili Indah 2. Skenario yang paling sesuai dan memberikan nilai ekonomi yang tinggi serta pengelolaan lingkungan yang baik
Perbandingan Penelitian 1. Hasil Nilai Ekonomi Total dalam penelitian ini hanya dihitung berdasarkan manfaat saja 2. Menggunakan skenario untuk pemilihan pengelolaan
1. Pengelolaan Rawa Pening berbasis masyarakat menunjukkan nilai yang rendah 2. Hasil valuasi untuk skenario kontrol rawa pening mempunyai nilai 7 dan baik digunakan untuk pengelolaan 3. Strategi yang baik untuk pengelolaan rawa pening 1. Karakteristik pengunjung Pantai Glagah 2. Nilai Ekonomi Pantai Glagah 3. Korelasi antar variabel biaya perjalanan 4. Pengunjung Pantai Glagah menunjukkan trend naik sejak tahun 2006
1. Tidak meghitung Nilai Ekonomi Total. 2. Analisis Biaya Manfaat dipergunakan untuk menentukan strategi yang sesuai
1. Tidak menghitung Nilai Ekonomi Total 2. Tidak menghitung kelayakan 3. Pada penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang, tidak dilakukan uji korelasi anatara variabel biaya perjalanan 4. Penelitian valuasi ekonomi penambangan belerang menggunakan Metode Biaya Perjalanan
Lanjutan Tabel 1.2. Rincian Penelitian Terdahulu No
Nama
Judul 5.
4
5
Yessy Mei Nina Simanjuntak (Penelitian)
Eva N (Penelitian)
Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata Tangkahan (Studi Kasus di Desa Nami Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Sumatera Utara) Persepsi, Preferensi dan Willingness To Pay Masyarakat terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)
1.
2.
1.
2.
3.
4.
6
Latifatul Khoiriyah (Penelitian)
Valuasi Ekonomi Penambangan Sumberdaya Belerang Kawah Ijen, Desa Tamansari, Kabupaten
1.
Tujuan (trend) mengenai permintaan jumlah kunjungan terhadap wisata Pantai Glagah pada tahun-tahun mendatang Mengetahui nilai ekonomi objek wisata Tangkahan, dengan Metode Biaya Perjalanan Mengetahui manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar Desa Namo Sialang dan Sei Serdang Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungan sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama. Mengkaji kesediaan masyarakat Kelurahan Utama untuk membayar agar lingkungan di sekitar tempat tinggal tersebut menjadi lebih baik. Menyusun alternatif kebijakan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama.
Menganalisis manfaat dan dampak adanya aktivitas pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen.
Metode
1. Metode Baiaya Perjalanan dipergunakan untuk menjawab tujuan pertama 2. Analisis deskriptif dipergunakan untuk menjawab tujuan kedua 1. Analisis uji Rank Spearman, Chi-Square dan tabulasi silang. Chi-Square digunakan hanya untuk melihat hubungan Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Lingkungan 2. uji Rank Spearman, ChiSquare (χ2) dan tabulasi silang dengan program SPSS untuk Analisis Preferensi Masyarakat terhadap Tempat Tinggal 3. analisis crosstab dan uji ChiSquare serta Rank Spearman untuk Analisis Kesediaan dan Ketidaksediaan Masyarakat Membayar untuk Memperoleh Lingkungan Pemukiman yang Lebih Baik 4. Metode Willingness to Pay untuk menghitung nilai kesediaan membayar masyarakat 1. Analisis statistik deskriptif untuk menjawab tujuan pertama 2. Analisis dengan Metode
Hasil
Perbandingan Penelitian sebagai metode pendukung untuk mendapatkan Nilai Ekonomi Total 1. Nilai Ekonomi objek 1. Penelitian ini tidak wisata Tangkahan menggunakan metode 2. Deskripsi manfaat Nilai Ekonomi Total dan ekonomi dan sosial objek Analisis Biaya Manfaat wisata Tangkahan bagi 2. Metode Biaya Perjalanan masyarakat sekitar dipergunakan sebagai metode pokok 1. Hubungan Korelasi 1. Hanya menggunakan antar variabel metode WTP dalam 2. Nilai ekonomi analisis valuasi lingkungan pemukiman ekonominya sekitar kawasan industri 2. Penelitian ini tidak menggunakan metode Nilai Ekonomi Total dan Analisis Biaya Manfaat
1.
Inventarisasi manfaat dan dampak penambangan sumberdaya belerang
1.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan konsep valuasi ekonomi
27
Lanjutan Tabel 1.2. Rincian Penelitian Terdahulu No
Nama
Judul Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur
2.
3.
Tujuan Mengetahui valuasi ekonomi aktivitas pertambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. Mengetahui kelayakan aktivitas penambangan belerang di Kawasan Gunungapi Ijen untuk penentuan arahan pengelolaan penambangan.
3.
Metode Nilai Ekonomi Total untuk mendapatkan nilai ekonomi penambangan belerang pada tujuan kedua Analisis Biaya Manfaat untuk menentukan kelayakan pada tujuan ketiga
2.
3.
Hasil Nilai Ekonomi Total penambangan sumberdaya belerang Nilai kelayakan sumberdaya belerang dan arahan pengelolaan penambangan belerang
Perbandingan Penelitian secara penuh mulai dari tujuan pertama hingga tujuan ketiga 2. Tujuan pertama dicari dengan pendekatan valuasi ekonomi untuk mencari manfaat dan dampak 3. Tujuan kedua dicari dengan metode Nilai Ekonomi Total 4. Tujuan ketiga dicari dengan Analisis Biaya Manfaat
28
1.7.
Kerangka Pemikiran Kegiatan penambangan sumberdaya belerang yang telah berjalan selama
bertahun-tahun tentu menimbulkan manfaat dan dampak. Manfaat penambangan berupa manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat keberadaan sedangkan dampaknya berupa dampak lingkungan dan dampak kesehatan. Data-data ini diperoleh dari masyarakat sekitar yang berinteraksi langsung dengan penambangan belerang maupun dengan kawasan wisata Gunungapi Ijen, yaitu penambang, masyarakat sekitar pabrik dan wisatawan. Melalui tiga jenis masyarakat ini, didapatkan data yang dipakai untuk melakukan analisis tujuan pertama, kedua dan ketiga. Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk menentukan manfaat dan dampak suatu kegiatna penambangan. Tujuan kedia penelitian adalah untuk menentukan nilai ekonomi manfaat dan dampak tersebut. Manfaat dan dampak tersebut dianalisis dengan menggunakan valuasi ekonomi sehingga dapat terlihat besar kecilnya manfaat dan dampak yang didapat akibat aktivitas pertambangan belerang. Valuasi ekonomi manfaat dan dampak penambangan sumberdaya belerang dilakukan dengan metode Nilai Ekonomi Total (NET). Nilai Ekonomi Total akan menampilkan nilai total yang dihasilkan dari pengurangan nilai total manfaat dengan nilai total dampak penambangan sumberdaya belerang. Hasil NET merupakan hasil tujuan
kedua
dan
dapat
dipergunakan
sebagai
bahan
analisis
besarnya
kebermanfaatan kegiatan penambangan suberdaya belerang di Kawasan Gunungapi Ijen. Tujuan ketiga adalah menentukan kelayakan kegiatan penambangan sumberdaya Belerang.
Penentuan
kelayakan
kegiatan
penambangan
dilakukan
dengan
menggunakan metode Analisis Biaya Manfaat. Hasil analisis ini dipergunakan sebagai acuan penyusunan arahan pengelolaan kegiatan penambangan sumberdaya belerang di Kawasan Gunungapi Ijen khususnya di Desa Tamansari. Kerangka teoretik penelitian ini dapat dilihat secara lebih rinci dan sistematis dalam diagram yang tersaji pada gambar 1.4.
29
Gambar 1.4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran 1.8.
Batasan Istilah
1. Valuasi Ekonomi Pernyataan nilai ekonomi untuk fenomena sumberdaya alam dan lingkungan dalam hal ini khusunya sumberdaya belerang (Suparmoko, 2006).
30
2. Sumberdaya Sesuatu yang masih terdapat di dalam maupun di luar permukaan bumi dan mempunyai sifat masih potensial dan belum dilibatkan dalam fungsi produksi untuk meningkatkan tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian (Suparmoko, 1994). 3. Sumberdaya belerang Bahan yang berbentuk kumpulan kristal kuning padat dan dapat ditambang (Sukandarrumidi, 1999). 4. Nilai Ekonomi Total Penjumlahan nilai riil, nilai pilihan dan nilai keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan (Suparmoko,1994). 5. Analisis Biaya Manfaat Suatu prosedur yang menggunakan variabel biaya dan manfaat untuk menganalisis suatu kegiatan yang dapat dipergunakan sebagai penentu kebijakan tersebut (Zerbe dan Dively, 1994). 6. Net Present Value Analisis valuasi ekonomi yang memperhitungkan selisih antara nilai biaya dan nilai manfaat terhadap besarnya suku bunga (Husni, 2001). 7. Net-Benefit Cost Ratio Analisis valuasi ekonomi yang memperhitungkan perbandingan antara nilai biaya dan nilai manfaat terhadap besarnya suku bunga. 8. Internal Rate of Return Penilaian kelayakan yang menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai biaya dengan nilai manfaat yang diterima di mana suatu kegiatan dinyatakan layak apabila tingkat bunga nilai biaya lebih besar daripada tingkat bunga relevan, yaitu tingkat keuntungan yang disyaratkan (Husnan dan Suwarsono, 1994).
31