85
BAB VI TINGKAT PENDAPATAN USAHA DAN KERJA PARIWISATA DI PULAU PRAMUKA
6.1 Tingkat Pendapatan Usaha dan Kerja Pariwisata Semenjak Pulau Pramuka berkembang menjadi pulau wisata pemukiman, telah terjadi beberapa perubahan seperti Pulau Pramuka dikenal oleh masyarakat luas, wawasan orang pulau meningkat, dan munculnya sumber penghasilan tambahan meskipun kegiatan pariwisata masih bersifat siklikal. Kunjungan wisatawan cenderung meningkat pada saat akhir pekan maupun pada hari libur tertentu seperti tahun baru, natal dan lainnya. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan usaha pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 Tingkat Pendapatan
Jumlah
Persen
Tinggi ( Pendapatan > Rp 33.380.000 )
3
3,7
Sedang ( Rp 16.620.000 < Pendapatan ≤ Rp 33.380.000)
1
1,2
77
95,0
81
100,0
Rendah ( Rp 140.000 ≤ Pendapatan ≤ Rp 16.620.000) Total
Berdasarkan data pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa hanya terdapat tiga usaha yang tergolong sebagai tingkat pendapatan tinggi dimana pendapatan tersebut lebih dari Rp 33.380.000. Usaha yang masuk ke dalam kategori tingkat pendapatan tinggi tersebut adalah biro perjalanan (travel agent) DPN, restoran NRO dan homestay WDG. Selain itu terdapat dua usaha yang masuk ke dalam tingkat pendapatan sedang yaitu homestay VDM. Sebaliknya sebanyak 95 persen usaha termasuk ke dalam tingkat pendapatan rendah. Rata-rata pendapatan di sektor pariwisata yaitu sekitar Rp 4.262.901,00/bulan dengan pendapatan tertinggi mencapai Rp 50.000.000,00/bulan dan pendapatan terendah Rp 140.000,00/bulan. Usaha dengan pendapatan tertinggi tersebut merupakan usaha biro perjalanan,
86
sedangkan usaha dengan pendapatan terendah adalah usaha penyewaan kapal yang dilakukan oleh nelayan setempat. Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dan jenis kegiatan usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Gambar 25. Dari data tersebut dapat dilihat tingkat pendapatan disetiap jenis kegiatan memang dominan pada tingkat pendapatan rendah, namun pada sektor kegiatan homestay, rumah makan dan jasa terdapat dapat usaha yang masuk pada tingkat pendapatan tinggi dan sedang. Usaha-usaha yang tergolong ke dalam tingkat pendapatan tinggi tersebut dominan dilakukan oleh pendatang yang bermodal besar dan hanya ada satu usaha yang tergolong tingkat pendapatan tinggi yang dilakukan oleh penduduk asli yaitu pada sektor jasa.
45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
40.7
17.3
16.0 1.2 1.2
4.9
1.2
16.0
Tingkat Pendapatan Rendah 1.2
Tingkat Pendapatan Sedang Tingkat Pendapatan Tinggi
Gambar 25. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Jenis Kegiatan Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011
Pemanfaat usaha dan kerja di pariwisata terdiri dari mereka yang berusaha dan kerja hanya di sektor wisata, usaha dan kerja utama di sektor wisata dengan pekerjaan sampingan di sektor lain, serta usaha dan kerja sampingan di sektor wisata dengan pekerjaan utama di sektor lain. Kontribusi pendapatan pariwisata terhadap pendapatan rumahtangga bagi mereka yang berusaha dan bekerja hanya di sektor wisata adalah 100 persen. Hal ini karena mereka hanya mengandalkan usaha dan pekerjaan mereka di satu sektor saja. Kontribusi pendapatan pariwisata terhadap pendapatan rumahtangga bagi mereka yang menjadikan usaha dan kerja
87
di sektor wisata sebagai pekerjaan sampingan dengan pekerjaan utama di sektor lain adalah rata-rata sebesar 49,9 persen. Angka tersebut mencapai 50 persen dikarenakan beberapa pengusaha memiliki pekerjaan atau usaha sampingan ganda di sektor pariwisata sehingga pendapatan sampingan mereka bisa lebih besar daripada pendapatan utama mereka. Akan tetapi, pendapatan pada sektor pariwisata tergolong tidak menentu sehingga para pengusaha maupun pekerja tersebut tetap mengandalkan pendapatan dari pekerjaan utama mereka untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Hal ini karena pekerjaan utama mereka memiliki penghasilan yang tetap setiap bulannya. Sebaliknya kontribusi pendapatan pariwisata terhadap pendapatan rumahtangga bagi mereka yang menjadikan usaha dan kerja di sektor wisata sebagai pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan di sektor lain adalah rata-rata sebesar 72,1 persen.
18% 14% Usaha / Kerja Hanya di Sektor Pariwisata 68%
Usaha/Pekerjaan Utama di Sektor Pariwisata Usaha/Pekerjaan Sampingan di Sektor Pariwisata
Gambar 26. Persentase Responden Berdasarkan Tipe Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011
Persentase responden berdasarkan tipe usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Gambar 26, dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 68 persen pemanfaat usaha dan kerja yang bekerja dan berusaha di satu sektor yaitu sektor pariwisata, sedangkan sisanya terdapat sekitar 18 persen pemanfaat usaha dan kerja yang menjadikan sektor pariwisata sebagai pekerjaan utama dan sektor lain sebagai pekerjaan sampingan serta 14 persen pemanfaat usaha dan kerja yang menjadikan sektor pariwisata sebagai pekerjaan sampingan dan sektor lain sebagai pekerjaan utama. Umumnya yang menjadikan usaha atau
88
kerja di sektor wisata sebagai pekerjaan sampingan adalah mereka yang bekerja sebagai PNS. Beberapa dari pelaku usaha dan kerja yang menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan utama dulunya sempat bekerja sebagai nelayan, namun dikarenakan kelimpahan ikan yang saat ini semakin berkurang maka nelayan tersebut beralih ke sektor pariwisata karena dilihat lebih menguntungkan, seperti yang diutarakan salah satu pelaku usaha pariwisata di Pulau Pramuka : “Modal usaha saya yang sekarang berasal dari jual kapal saya sendiri. Dulunya saya nelayan, tapi karena ikan susah dicari dan kadang hasilnya ga sampai bisa nutup bayar solar, akhirnya saya berhenti melaut. Daripada dapet hasil engga tapi dapet cape iya. Soalnya kan melaut itu bisa dari pagi sampai sore. Kalau pekerjaan yang sekarang, saya bisa lebih santai, ga perlu cape, tapi pemasukan ada, apalagi kalau hari libur dan banyak wisatawan.”( Syt, 46 tahun). Ada pula para pekerja dan pengusaha di sektor wisata yang dulunya merupakan ABK nelayan, buruh di Jakarta, serta pekerja di resort-resort wisata seperti housekeeper dan pekerja restoran. Beberapa pensiunan PNS juga memanfaatkan usaha di sektor wisata sehingga dapat menjadi tambahan pendapatan bagi keluarga mereka.
80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
72.8
Tingkat Pendapatan Rendah Tingkat Pendapatan Sedang
22.2
Tingkat Pendapatan Tinggi 1.2 Formal
3.7 Informal
Gambar 27. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Sifat Kegiatan Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011
Data persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dan sifat kegiatan usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Gambar 27. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa seluruh usaha di sektor informal tergolong ke dalam tingkat pendapatan rendah. Sebaliknya usaha pada sektor formal cukup
89
beragam pada tingkat pendapatan tinggi hingga rendah. Namun pada sektor formal juga cukup dominan pada tingkat pendapatan rendah.
74.1
80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
Tingkat Pendapatan Rendah 21.0
Tingkat Pendapatan Sedang Tingkat Pendapatan Tinggi
1.2
3.7
Setiap Hari
Akhir Pekan
Gambar 28. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan Pola Kegiatan Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 Data persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dan pola kegiatan usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka disajikan pada Gambar 28. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada pola kegiatan setiap hari, tingkat pendapatan usaha beragam pada tingkat pendapatan tinggi hingga rendah. Sebaliknya pada pola kegiatan akhir pekan seluruhnya termasuk ke dalam tingkat pendapatan rendah. 6.2 Pendapatan Homestay Pendapatan homestay di Pulau Pramuka cukup bervariasi dan tidak menentu.
Hal ini karena kunjungan wisatawan yang masih bersifat siklikal.
Beberapa homestay (terutama homestay yang bersifat informal) bahkan tidak selalu mendapatkan tamu dalam satu bulan. Rata-rata pendapatan homestay di Pulau Pramuka berkisar Rp 7.200.000,00/bulan, dimana pendapatan tersebut masih berupa pendapatan kotor. Sebaliknya sebelum pariwisata berkembang, pendapatan homestay rata-rata Rp 700.000,00/bulan bahkan bisa kurang dari ratarata tersebut. Homestay yang tergolong kecil (dengan jumlah bangunan yang dimiliki satu buah dan kisaran luas lahan satu kaveling 12 x 15 m) umumnya memiliki pendapatan antara Rp 1.000.000,00 – Rp 5.000.000,00/bulan. Homestay yang tergolong besar (dengan jumlah bangunan lebih dari satu buah dan kisaran luas
90
lahan dua hingga empat kaveling) umumnya memiliki pendapatan antara Rp 6.000.000,00 – Rp 15.000.000,00/bulan. Bahkan di bulan-bulan tertentu dimana musim kunjungan wisatawan memuncak (seperti pada tahun baru, Idul Adha, lebaran, hari kemerdekaan Indonesia, dan hari libur lainnya), beberapa homestay besar tersebut mencapai pendapatan diantara Rp 20.000.000,00 hingga Rp 50.000.000,00/bulan. Pada homestay formal rata-rata pendapatan per bulan mencapai Rp 16.000.000,00 – Rp 33.000.000,00/bulan. Di beberapa homestay informal, terdapat sistem bagi hasil bagi para pengelola homestay yang dipercayakan oleh para pemiliknya. Umumnya dari tarif sekitar Rp 300.000,00/kamar atau Rp 350.000,00/kamar, para pengelola mendapat imbalan sebesar Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00/kamar dan sisanya Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00 merupakan biaya operasional seperti laundry, pengisian air galon, pembayaran listrik, pembelian pembersih ruangan dan sebagainya. Selain mendapatkan imbalan tersebut, beberapa pengelola juga mendapatkan upah dengan rata-rata sekitar Rp 500.000,00 – Rp 600.000,00/bulan. Para pekerja homestay di sektor formal umumnya mendapat upah antara Rp 600.000,00 – Rp 1.000.000,00/bulan. Sejauh ini tidak semua homestay melakukan pembukuan keuangan maupun pencatatan penghuni homestay. Hanya homestay formal yang melakukan pencatatan tersebut, dan beberapa homestay informal juga melakukan pencatatan meskipun masih dengan cara yang sederhana. Pendapatan suatu homestay secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah (1) tipe bangunan, (2) tarif homestay, (3) jarak dari dermaga, (4) kapasitas ruangan, (5) fasilitas, (6) promosi dan kerjasama dengan pihak tertentu. Homestay di Pulau Pramuka terdiri dari dua tipe bangunan yaitu tipe bangunan per kamar dan tipe bangunan rumah, sehingga perbedaan tipe bangunan tersebut turut membedakan tarif yang dipasang. Tipe bangunan per kamar umumnya dipatok dengan tarif Rp 350.000,00/malam sedangkan tipe
bangunan rumah berkisar
pada harga Rp 400.000,00
– Rp 500.000,00/malam, tergantung kapasitas bangunan tersebut. Tipe bangunan per kamar umumnya memiliki kapasitas dua hingga empat orang, meskipun kadang-kadang ada pula yang memperbolehkan hingga enam orang per kamar karena kamar yang disediakan cukup luas. Tipe bangunan rumah umumnya
91
memiliki kapasitas tujuh hingga sepuluh orang bahkan lebih tergantung luas bangunan dari rumah tersebut. Beberapa homestay yang sifatnya informal, dapat ditawar dalam hal tarif terutama pada hari-hari biasa (weekday) sehingga harganya bisa berkisar pada Rp 75.000,00 – Rp 250.000,00/malam. Berikut adalah kutipan yang disampaikan salah satu pemilik homestay di Pulau Pramuka : “yaa, harganya sih sebenernya bisa ditawar, tapi kalau weekday aja, kalau weekend kita pasang tarif standar. Apalagi kan yang biasanya dateng kesini tuh kebanyakan mahasiswa, mereka biasa maunya yang murah-murah, satu kamar aja kadang sampai dipakai melebihi kapasitas, desak-desakan gitu. Biasanya kalau gitu ya kita kasih charge extra bed. Kita tau lah mahasiswa kan sama aja kayak anak sekolahan, kasian juga. Buat kitanya juga daripada ga ada pemasukan sama sekali yang mending kita kasih harga miring aja. Siapa tau ntar mereka bawa tamu ke kita lagi pas balik lagi ke pulau” (Hrt, 40 tahun). Namun untuk homestay yang bersifat formal (memiliki SIUK) tarif tersebut tidak dapat ditawar karena biaya per kamar sudah termasuk pajak 10 persen. Pada saat akhir pekan maupun hari libur tertentu tidak jarang beberapa homestay juga turut menaikan tarif homestay mereka yaitu sekitar Rp 50.000,00 hingga Rp 100.000,00 dari harga standar. Jarak dari dermaga juga turut mempengaruhi tingkat pendapatan, semakin dekat jarak homestay dengan dermaga, umumnya semakin sering tamu memilih menginap di homestay tersebut, sehingga pendapatan yang diterima juga cenderung besar. Seperti yang diungkapkan salah satu pengelola homestay sebagai berikut : “Mau weekday maupun weekend biasanya yang pasti keisi itu homestay jajaran depan dulu atau yang dipinggir-pinggir dermaga, soalnya letaknya paling strategis dan mudah dicari wisatawan. Orang pasti milihnya yang dekat dengan pantai atau dermaga biar bisa melihat pemandangan.” (Tgh, 51 tahun). Lama homestay tersebut berdiri juga turut mempengaruhi tingkat hunian yang berdampak pada tingkat pendapatan. Homestay yang sudah berdiri lebih lama umumnya sudah banyak dikenal para wisatawan ataupun biro perjalanan (travel agent) dari luar, sehingga mereka yang kembali datang ke Pulau Pramuka ada pula yang kembali menggunakan homestay tersebut. Hal ini karena mereka sudah
92
merasa nyaman ataupun mengenal pengelola homestay tersebut, seperti yang diungkapkan salah satu pengelola homestay : “Beberapa dari tamu kami memang sudah langganan datang ke homestay kami, soalnya mereka menyukai fasilitas yang kami berikan dan beberapa diantaranya memang sudah kenal. Ada juga beberapa travel luar yang suka memakai homestay kami sehingga mereka sering memesan kamar untuk para tamu mereka”(Adw, 24 tahun). Kapasitas dari bangunan homestay juga mempengaruhi tingkat pendapatan homestay.
Beberapa
wisatawan
umumnya
datang
secara
berkelompok
(rombongan) dan kadang-kadang dengan jumlah yang cukup besar, sehingga mereka mencari homestay yang dapat menampung semua rombongan tersebut. Bila tidak memungkinkan menampung seluruhnya, maka wisatawan tersebut akan memesan homestay yang masih berdekatan dengan homestay tersebut. Data homestay dengan kapasitas besar di Pulau Pramuka ditunjukkan dalam Tabel 13. Berdasarkan data pada Tabel 13 tersebut, dapat dilihat bahwa beberapa homestay dapat menampung wisatawan dalam satu lahan yang dibangun, yaitu homestay VDM, WDG, VIW, WTN dan DPN. Sebaliknya beberapa homestay dapat menginapkan tamu-tamu mereka di beberapa lokasi dimana homestay tersebut dibangun. Fasilitas yang diberikan homestay secara langsung juga turut mempengaruhi wisatawan untuk menginap di tempat tersebut yang nantinya dapat berpengaruh terhadap pendapatan. Udara yang kerap panas membuat wisatawan umumnya mencari fasilitas terutama AC dan kipas angin, juga fasilitas lain yang dapat memberi kenyamanan bagi para wisatawan seperti teras atau tempat duduk dengan pemandangan langsung ke laut. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh pemilik maupun pengelola homestay juga turut mempengaruhi tingkat hunian yang dapat berdampak pada pendapatan mereka. Hanya sedikit homestay yang melakukan promosi melalui media internet, dimana promosi tersebut dibantu oleh situs Pulau Seribu.net. Bahkan salah satu homestay formal yaitu VDM pun hingga saat ini belum memiliki website. Promosi homestay yang dilakukan sejauh ini umumnya dengan menaruh papan nama homestay beserta contact person yang dapat dihubungi. Meskipun ada pula beberapa pemilik homestay yang belum memasang papan
93
nama homestay mereka, sehingga tidak semua wisatawan menyadari keberadaan homestay mereka. Biasanya wisatawan mengetahui adanya homestay yang belum dipasang papan nama, melalui penduduk setempat.
Tabel 13. Homestay dengan Kapasitas Besar di Pulau Pramuka Tahun 2011 No. Nama Homestay 1. VDM 2. WDG 3. MTR 1 MTR 2 MTR 3 4. TGL 1 TGLl 2 TGL 3 SFR 5. AGL 1 AGL 2 AGL 3 6. VIW 7. MGA 1 MGA 2 MGA 3 8. LLD 1 LLD 2 9. DPN 10. WTN
Tipe Bangunan Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar Bangunan Rumah Bangunan Rumah Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar Bangunan Rumah Bangunan Rumah Bangunan Rumah Bangunan Rumah Bangunan Rumah Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar Bangunan Rumah Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar Bangunan Rumah
Deskripsi 5 Bangunan, 10 Kamar 1 Bangunan, 12 Kamar 1 Bangunan, 1 Pintu, 2 Kamar 1 Bangunan, 2 Kamar 1 Bangunan, 4 Kamar 1 Bangunan, 3 Kamar 2 Bangunan, 4 Kamar 1 Bangunan, 3 Kamar 1 Bangunan, 4 Kamar 1 Bangunan, 1 Pintu 1 Bangunan, 2 Kamar 1 Bangunan, 1 Pintu, 3 Kamar 3 Bangunan, 7 Kamar 1 Bangunan, 1 Pintu, 3 Kamar 1 Bangunan, 5 Kamar 1 Bangunan, 2 Kamar 1 Bangunan, 1 Pintu, 2 Kamar 1 Bangunan, 3 Kamar 1 Bangunan, 6 Kamar 3 Bangunan
Sumber : Hasil survai lapang penelitian.
Promosi juga dilakukan melalui word of mouth yang dilakukan para wisatawan yang pernah menginap di homestay tersebut, termasuk juga dari penduduk pulau yang memberi tahu adanya homestay tersebut. Ada pula mereka yang melakukan promosi melalui media internet seperti facebook dan melakukan kerjasama dengan biro perjalanan (travel agent) ataupun penduduk setempat. Bagi biro perjalanan ataupun penduduk setempat yang dapat membawa tamu ke homestay tersebut umumnya mendapat imbalan Rp 50.000,00/kamar.
6.3 Pendapatan Pedagang Pedagang di Pulau Pramuka dibagi ke dalam jenis pedagang kaki lima, pedagang oleh-oleh dan warung sembako. Rata-rata pendapatan bersih pedagang
94
di Pulau Pramuka adalah Rp 1.500.000,00/bulan. Pedagang kaki lima di Pulau Pramuka umumnya adalah pendatang. Pedagang tersebut biasanya berjualan makanan dan minuman seperti nasi goreng, mie ayam, es buah, batagor, gorengan dan lainnya di pinggir dermaga. Para pedagang ini diperbolehkan berdagang di pinggir dermaga (tanpa iuran apapun) dengan syarat menjaga kebersihan di tempat mereka berjualan. Pada saat hari biasa (ketika kunjungan wisatawan tergolong sepi), pendapatan rata-rata pedagang kaki lima adalah Rp 80.000,00 – Rp 150.000,00/hari. Namun pada saat kunjungan wisatawan meningkat, para pedagang kaki lima bisa mendapatkan pendapatan mencapai Rp 400.000,00 – Rp 800.000,00/hari. Sebelum pariwisata berkembang, pendapatan pedagang rata-rata Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00/hari. Pedagang oleh-oleh mencakup pedagang makanan khas pulau dan pedagang souvenir. Makanan khas pulau yang umumnya dijual adalah aneka ikan segar, cumi asin, kerupuk ikan, fillet bandeng, ikan asin, dodol dan manisan rumput laut, serta keripik sukun. Sebaliknya souvenir yang dijual diantaranya seperti kaos, gantungan kunci, gelang, jepitan, hiasan, dan celana pendek yang umumnya bernuansa pantai. Para pedagang oleh-oleh tersebut rata-rata mengambil keuntungan sekitar Rp 2.000,00 – Rp 5.000,00 dari barang yang mereka jual. Harga souvenir yang dijual berkisar pada harga Rp 5.000,00 – Rp 100.000,00/buah, sedangkan harga makanan khas pulau berkisar pada harga Rp 7.000,00 – Rp 50.000,00/kemasan, harga ikan segar juga rata-rata pada harga Rp 25.000,00 – Rp 35.000,00/kg. Harga dagangan yang dijual oleh para pedagang oleh-oleh sebelum pariwisata berkembang, umumnya memiliki selisih harga Rp 2.000,00 – Rp 15.000,00/produk dari harga saat ini. SMO juga turut menjual souvenir untuk para wisatawan. SMO merupakan suatu lembaga yang didirikan oleh SPKP Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sebagai suatu upaya pemulihan lingkungan melalui kegiatan daur ulang sampah rumahtangga. Tenaga kerja SMO ini meliputi para pengrajin (terutama ibu-ibu) yang mencakup satu Kelurahan Pulau Panggang. SMO memiliki 30 pengrajin dimana 21 orang diantaranya merupakan pengrajin yang aktif. Produk – produk yang mereka jual antara lain adalah tas, kotak pensil, tempat tisu, celemek, gantungan kunci, dompet mini, dan hiasan. Semua produk dibuat dengan bahan
95
plastik dari sampah rumahtangga seperti bungkus permen, bungkus kopi, bungkus sabun, bungkus pelembut pakaian dan lainnya. Produk tersebut dijual dengan harga antara Rp 5.000,00 – Rp 50.000,00/produk tergantung bahan dan tingkat kesulitan dalam membuatnya. Produk kerajinan yang telah dibuat akan ditaruh pada Toko SMO, dimana upah para pengrajin akan sesuai dengan berapa banyak produk yang mereka buat. Rata-rata pendapatan SMO adalah Rp 100.000,00 – Rp 150.000,00/ minggu untuk tiap pengrajin. Toko SMO biasanya buka di akhir pekan maupun di hari dimana kunjungan wisatawan meningkat. Selain itu SMO juga menerima pesanan untuk acara-acara tertentu. Di KPP yang baru saja diresmikan Bulan April 2010 juga menjual beraneka produk oleh-oleh (home industry) yang dibuat oleh ibu-ibu PKK di Kelurahan Pulau Panggang. KPP ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan keluarga di Kelurahan Pulau Panggang. Saat ini terdapat sekitar 25 orang anggota KPP yang turut menyediakan barang dagangan. Produk yang dijual umumnya berupa makanan khas dengan harga Rp 7.000,00 –
Rp
20.000,00/kemasan.
Rata-rata
pendapatan
KPP
ini
adalah
Rp 500.000,00/minggu, dimana biasanya KPP buka pada akhir pekan dan di saat kunjungan wisatawan meningkat. Keberadaan wisatawan juga cukup membantu penjualan di warung-warung yang dimiliki oleh warga. Tidak jarang warung-warung didirikan tepat disamping homestay sehingga memudahkan wisatawan dalam mencari barang yang akan dibeli.
Rata-rata
pendapatan
warung
berkisar
pada
Rp
1.000.000,00
- Rp10.000.000,00/bulan.
6.4 Pendapatan Rumah Makan dan Warung Nasi Pulau Pramuka merupakan daerah pesisir sehingga menu makanan seafood tidak jarang ditemukan di restoran, rumah makan dan beberapa warung nasi yang ada disana. Meskipun demikian, menu masakan Indonesia juga cukup banyak tersedia di rumah makan dan warung nasi. Menu tersebut seperti menu masakan Padang dan masakan Sunda. Tidak semua rumah makan memiliki tenaga kerja, sehingga beberapa dari rumah makan yang ada hanya mengandalkan bantuan keluarga seperti anak-anak mereka. Tenaga kerja rumah makan ataupun
96
restoran umumnya berasal dari penduduk asli dan pendatang. Upah tenaga kerja rumah makan berkisar antara Rp 800.000,00 - Rp 1.000.000,00/orang. Sejauh ini hanya Rumah Makan Padang dan restoran NRO yang memiliki tenaga kerja. Rumah Makan Padang memiliki dua tenaga kerja (keduanya adalah pendatang) sedangkan restoran NRO memiliki delapan tenaga kerja (umumnya penduduk asli). Menu yang disediakan restoran NRO dominan pada seafood, dimana ikanikannya berasal dari hasil budidaya di keramba yang dimiliki perusahaan tersebut. Harga makanan berkisar dari Rp 6.000,00 – Rp 100.000,00/menu. Menu yang disediakan seperti olahan ikan bandeng, bawal bintang, kuwe, kakap putih, kerapu macan, kepiting, cumi, udang dan aneka sayuran. Tersedia juga aneka minuman seperti softdrink, beer, termasuk hot and cold beverage. Restoran ini selalu penuh di saat akhir pekan. Pendapatan restoran NRO berkisar pada Rp 20.000.000,00 – Rp 80.000.000,00/bulan. Dengan biaya operasional restoran mencapai Rp 15.000.000,00 – Rp 20.000.000,00/bulan. Dengan kisaran pendapatan dan biaya operasional tersebut, ketika pendapatan NRO tergolong kecil misalnya Rp 20.000.000,00 maka biaya operasional akan ditekan sekecil mungkin dengan biaya maksimal Rp 15.000.000,00. Pendapatan
rumah
makan
bervariasi,
antara
Rp
400.000,00
– Rp 1.000.000,00/hari. Sebelum pariwisata berkembang, pendapatan rumah makan berkisar pada Rp 200.000,00 – Rp 500.000,00/hari. Pola belanja rumah makan umumnya adalah mingguan, dengan biaya yang dikeluarkan untuk belanja berkisar pada Rp 1.000.000,00 – Rp 6.000.000,00/minggu tergantung kebutuhan rumah makan tersebut. Menu yang ditawarkan pada rumah makan yang ada di Pulau Pramuka diantaranya adalah masakan Padang dan masakan Indonesia yang umum dijual seperti soto dan pecel ayam. Sebaliknya pendapatan warung nasi berkisar pada Rp 100.000,00 – Rp 350.000,00/hari, dengan menu makanan yang tidak menentu. Pendapatan warung nasi sebelum pariwisata berkembang yaitu antara Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00. Umumnya menu makanan di warung nasi hampir sama dengan menu-menu di warung Tegal (Warteg).
97
6.5 Pendapatan Transportasi Usaha yang turut memanfaatkan kunjungan wisatawan di sektor transportasi adalah ojek Muara Angke, ojek antar pulau dan penyewaan kapal. Ojek Muara Angke menarik penumpang dengan sistem piket yang telah diatur oleh Paguyuban Ojek Muara Angke dan telah disepakati oleh para anggotanya. Dalam satu minggu satu ojek Muara Angke dapat piket antara satu hingga dua kali giliran. Keberangkatan kapal adalah pada jam tujuh pagi dan jam satu siang, lebih dari jam tersebut maka sudah tidak ada lagi keberangkatan kapal, kecuali bila kapal tersebut disewa. Anak Buah Kapal (ABK) ojek Muara Angke berkisar antara empat hingga enam orang termasuk satu nahkoda. Tarif kapal ojek Muara Angke saat ini adalah Rp 30.000,00/penumpang dengan kapasitas kapal mencapai 100 - 300 orang tergantung dari ukuran kapal tersebut. Biaya operasional yang umumnya dibutuhkan untuk sekali berlayar (pergi dan pulang) adalah Rp 1.500.000,00, dimana biaya tersebut sudah termasuk solar cadangan selama di perjalanan laut. Pendapatan ojek Muara Angke berkisar pada Rp 3.000.000,00 untuk kapal dengan kapasitas 100 orang dan Rp 9.000.000 untuk kapal dengan kapasitas 300 orang untuk setiap sekali jalan. Bila kapal tersebut disewa, harga yang ditawar umumnya Rp 4.000.000,00 - Rp 8.000.000,00, atau seharga dengan kapasitas maksimal kapal tersebut dan tergantung jarak pulau yang ditempuh. Para wisatawan umumnya menyewa ojek Muara Angke pada akhir pekan. Kadang-kadang di saat penumpang sepi, pendapatan kapal bisa mencapai Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00/sekali jalan. Dalam hal upah tenaga kerja ojek Muara Angke, umumnya pembagian upah tidak selalu dilakukan satu bulan sekali. Pembagian dapat dilakukan dua bulan atau tiga bulan sekali tergantung kesepakatan dan besarnya pendapatan yang diraih oleh kapal tersebut. Secara umum, sistem bagi hasil kapal ojek Muara Angke umumnya adalah dengan membagi dua pendapatan, sehingga 50 persen untuk operasional kapal (perbaikan dan perawatan kapal) dan 50 persen untuk dibagi sama rata pada ABK kapal. Sebagai contoh bila pendapatan kapal adalah Rp 7.000.000,00, maka pembagiannya adalah Rp 3.500.000,00 untuk kapal, dan Rp 3.500.000,00 untuk ABK. Bila ABK seumpamanya berjumlah lima orang, maka masing-masing orang akan mendapatkan upah Rp 700.000,00. Rata-rata
98
pendapatan yang diterima ABK Ojek Muara Angke per bulan adalah Rp 1.000.000,00. Kehadiran angkutan Kerapu yang dibuat oleh Dinas Perhubungan (dari Dermaga Marina Ancol) belakangan telah menimbulkan persaingan dengan kapal ojek masyarakat. Dibutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk mencapai Pulau Pramuka bila menggunakan kapal ojek Muara Angke, maka dengan menggunakan Kapal Kerapu perjalanan hanya membutuhkan waktu satu setengah jam. Selain itu harga tiket Kerapu adalah Rp 32.000,00/penumpang, dimana harga tersebut tidak berbeda jauh dengan tarif kapal ojek Muara Angke. Kapasitas Kapal Kerapu hanyalah sekitar 20 orang dengan biaya operasional yang disubsidi oleh pemerintah, sehingga meski jumlah penumpang hanya sedikit, kapal tersebut akan tetap berangkat sesuai jadwal. Dermaga untuk berlabuh Kapal Kerapu pun dibuat khusus di dua tempat yaitu Pulau Pramuka serta di Dermaga Marina Ancol, sedangkan kapal ojek Muara Angke sampai saat ini masih menumpang berlabuh di dermaga tempat pelelangan ikan pasar Muara Angke. Melihat kondisi tersebut, tentunya para wisatawan akan cenderung memilih menggunakan Kapal Kerapu. Hal ini karena hanya dengan Rp 32.000,00, perjalanan jauh akan lebih singkat dan tidak harus melewati pasar. Sejauh ini paguyuban ojek Muara Angke sudah menyampaikan keluhan mereka kepada Sudin Perhubungan agar menaikkan harga tarif Kapal Kerapu sehingga kapal ojek Muara Angke tidaklah dirugikan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah satu responden ojek Muara Angke sebagai berikut : “Ya kita sih sebenernya nerima-nerima aja ada Kapal Kerapu di Pulau Pramuka, asal harga yang dipasang tuh adil. Dengan uang Rp 32.000,00 orang naik Kerapu cuma butuh satu setengah jam buat ke Pulau Pramuka, sedangkan dengan uang Rp 30.000,00 orang naik Ojek Angke butuh waktu tiga jam buat ke Pulau Pramuka. Perbedaan harga cuma selisih Rp 2.000,00, otomatis ya yang wisatawan milih yang lebih enak kayak Kapal Kerapu. Udah mesinnya canggih, cepet, dan berangkat sesuai jadwal mau itu sepi atau rame, soalnya di subsidi pemerintah. Makanya kami dari paguyuban ojek Muara Angke merasa dirugikan dan menyampaikan keluhan tersebut kepada Sudin Perhubungan” (Adl, 43 tahun). Ojek antar pulau juga kerap membawa wisatawan. Saat ini tarif ojek Pulau Pramuka - Pulau Panggang - Pulau Karya adalah Rp 3.000,00/penumpang.
99
Kapasitas kapal ojek antar pulau adalah 20 hingga 25 orang. Rata-rata pendapatan ojek antar pulau adalah Rp 50.000,00 – Rp 400.000,00/hari. Ojek ini juga tidak jarang disewa oleh wisatawan untuk mengantarkan mereka ke pulau tertentu terutama untuk kegiatan snorkeling. Harga sewa kapal tersebut berkisar pada harga Rp 350.000,00 – Rp 500.000,00, tergantung jarak dan penawaran yang dilakukan. Kapal ojek antar pulau umumnya dijalankan oleh pemiliknya langsung, namun ada pula yang dijalankan oleh anak buah kapal sang pemilik yang berjumlah satu hingga dua orang. Sistem bagi hasil dilakukan atas kesepakatan antara pemilik dengan pengelola kapal dimana biasanya adalah dengan membagi dua pendapatan sama rata. Rata-rata pendapatan para pengelola kapal adalah Rp50.000,00/hari. Usaha penyewaan kapal untuk kegiatan snorkeling, diving, mancing maupun trip pulau juga mulai bermunculan seiring usaha penyewaan alat snorkeling dan diving tumbuh.
Tarif penyewaan kapal berkisar pada
Rp 300.000,00 – Rp 700.000,00/trip. Tarif untuk kegiatan snorkeling dan diving umumnya adalah Rp 300.000,00, tarif untuk kegiatan mancing umumnya Rp 500.000,00, sedangkan untuk kegiatan trip umumnya antara Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00 tergantung jarak yang ditempuh. Lokasi yang umumnya dicapai adalah Pulau Air, Pulau Semak Daun, Pulau Kotok dan daerah soft coral. Ratarata pendapatan penyewaan kapal Rp 1.200.000,00 – Rp 3.000.000,00/bulan. Ketika kunjungan wisatawan tergolong sepi kadang-kadang pendapatan penyewaan kapal hanya Rp 300.000,00/bulan. Terdapat satu kapal yang didesain khusus untuk kegiatan diving yaitu Kapal DMG. Kapal ini dimiliki oleh investor luar yang dikelola oleh penduduk asli Pulau Pramuka dan masih tergolong baru. Kapal tersebut menerima antar jemput (pulang-pergi) Jakarta dengan harga sewa Rp 3.500.000,00/trip dengan kapasitas 35 orang. Pendapatan kapal ini berkisar Rp 14.000.000.00/bulan. Sistem bagi hasil dari kapal tersebut tidak beda jauh dengan sistem bagi hasil kapal ojek Muara Angke, yaitu dengan membagi dua pendapatan setelah dikurangi biaya operasional dan pajak 10 persen. Pendapatan yang telah dibagi dua tersebut diberikan untuk pemilik dan untuk dibagi kepada ABK yang berjumlah dua orang.
100
Perubahan tarif pada kapal ojek Muara Angke dan ojek antar pulau semenjak pariwisata berkembang di Pulau Pramuka lebih disebabkan oleh meningkatnya harga bahan bakar kapal sehingga peningkatan tarif kapal lebih disesuaikan dengan peningkatan harga solar. Sebaliknya harga penyewaan kapal untuk snorkeling dan diving sebelumnya belum ada patokan harga, sehingga pendapatannya juga tidak menentu.
6.6 Pendapatan Jasa Pendapatan pada sektor jasa cukup bervariasi. Jasa rental sepeda umumnya menyewakan sepeda dengan tarif Rp 15.000,00/jam, namun ada pula yang menyewakan dengan tarif Rp 10.000,00/jam, Rp 15.000,00/2 jam dan Rp 35.000,00/24 jam. Jumlah unit sepeda yang dimiliki para pengusaha rental rata-rata adalah 10 unit dimana beberapa rental sepeda tersebut ada yang menggunakan sepeda bekas (second) yang kemudian direnovasi. Pendapatan rental sepeda cukup tidak menentu, bahkan terdapat rental sepeda yang sempat tidak mendapatkan penyewa sepeda hampir sebulan lebih. Rata-rata pendapatan rental sepeda pada akhir pekan adalah Rp 60.000,00 – Rp 80.000,00/hari sehingga pendapatan per bulan berkisar pada Rp 300.000,00 – Rp 400.000,00. Mulai banyaknya wisatawan yang menginap di Pulau Pramuka, membuat muncul usaha-usaha catering yang dapat memudahkan wisatawan dalam mencari makan. Beberapa catering memang khusus disediakan untuk melayani tamu homestay (sepaket dengan homestay), namun ada pula rumah makan yang menyediakan catering serta usaha catering yang memang berdiri sendiri. Harga paket catering berkisar pada Rp 15.000,00 – Rp 25.000,00/porsi, dengan paket standar umumnya Rp 15.000,00 dan VIP Rp 25.000,00. Jumlah pesanan pada catering tidak menentu, beberapa pesanan umumnya untuk ukuran 5-15 orang, beberapa untuk jumlah besar antara 20 hingga 100 orang lebih (terutama untuk usaha formal). Pesanan juga dapat berupa prasmanan maupun box kemasan. Umumnya usaha catering mengambil keuntungan sekitar Rp 2.000,00 Rp 5.000,00/porsi. Pendapatan catering untuk ukuran 5-15 orang berkisar pada Rp 75.000,00 - Rp 375.000,00/pesanan, sedangkan untuk ukuran 20 orang hingga
101
100 orang lebih berkisar Rp 300.000,00 - Rp 9.000.000,00/pesanan, sehingga pendapatan bersih umumnya antara Rp 20.000,00 - Rp 3.000.000,00/pesanan. Tenaga kerja catering (kecuali catering pada rumah makan) umumnya masih saudara atau tetangga sendiri dengan sistem upah bagi hasil. Catering dengan ukuran pesanan 5-15 orang (biasanya yang sepaket dengan homestay informal) umumnya tidak menggunakan bantuan tenaga kerja, sehingga pendapatan bersih seluruhnya hanya untuk satu orang. Sebaliknya untuk ukuran pesanan 20 hingga lebih dari 100 orang, umumnya membutuhkan beberapa tenaga kerja (bisa tiga hingga lima orang tergantung jumlah pesanan) dimana pendapatan akan dibagi rata. Bila pesanan mencapai 500 orang maka rata-rata tenaga kerja catering dapat mendapatkan upah sekitar Rp 300.000,00/orang per pesanan. Sebelum pariwisata mulai berkembang, harga paket catering berkisar pada harga
paket
Rp
10.000,00/porsi,
Rp
12.500,00/porsi
serta
VIP
Rp 15.000,00/porsi. Namun harga paket tersebut meningkat dikarenakan oleh meningkatnya harga-harga bahan pangan di pasaran. Peningkatan harga paket disesuaikan dengan harga bahan baku, namun pola keuntungan yang diambil dari harga per porsi masih sama yaitu antara Rp 2.000,00 hingga Rp 5.000,00/porsi. Kehadiran wisatawan telah meningkatkan permintaan pada jasa catering, jika dahulu catering dipesan untuk acara-acara seperti pernikahan maupun acara dari pemerintahan, sekarang jasa catering bisa dipesan untuk para wisatawan dengan pemesanan bisa mencapai lebih dari 100 orang per bulan. Pendapatan jasa gerobak (kuli angkut) umumnya adalah Rp 30.000,00 – Rp 50.000,00/hari, namun ketika ada proyek tertentu pendapatan bisa mencapai Rp 100.000,00 - Rp 200.000,00/proyek. Tarif jasa gerobak tidak pernah ditentukan namun umumnya pengguna jasa tersebut membayar mulai dari Rp 10.000,00 hingga Rp 25.000,00/angkut. Beberapa wisatawan cukup membantu penghasilan para jasa gerobak, sebab kadang-kadang ada pula yang membayar hingga Rp 50.000,00/angkut. Jasa gerobak ada yang berkelompok maupun sendiri. Bagi jasa gerobak yang berkelompok, sejauh ini terdapat tiga kelompok gerobak dimana dua diantaranya memiliki dua gerobak dengan tenaga kerja dua hingga tiga orang serta satu kelompok yang memiliki empat gerobak dengan tenaga kerja enam orang. Pembagian pendapatan bagi mereka yang berkelompok
102
adalah
dengan
membagi
sama
rata
pendapatan
dengan
potongan
Rp 10.000,00/gerobak untuk biaya perawatan gerobak. Jasa biro perjalanan (travel agent) di Pulau Pramuka biasanya memiliki kantor di daerah Jakarta, atau bekerjasama dengan biro perjalanan yang ada di daerah Jakarta. Terdapat satu biro perjalanan (travel agent) yang cukup terkenal di pulau ini, yaitu DPN. Biro perjalanan ini berdiri sejak tahun 2006 dan pemiliknya merupakan penduduk asli Pulau Pramuka. Pendapatan biro perjalanan ini berkisar Rp 100.000.000,00/bulan dengan pendapatan bersih Rp 40.000.000,00/bulan. Hal ini karena hampir di setiap akhir pekan maupun hari biasa banyak wisatawan yang menggunakan jasa tersebut. Tenaga kerja pada biro perjalanan ini adalah sekitar 30 orang, namun bukan merupakan tenaga kerja tetap. Pemasaran jasa biro perjalanan umumnya dilakukan melalui media internet social network seperti facebook, blog, youtube, kaskus dan sebagainya. Paket wisata terdiri dari paket dua hari satu malam (2D1N) dan tiga hari dua malam (3D2N). Paket tersebut sudah termasuk akomodasi pulang pergi, penginapan AC, peralatan snorkeling, makan, guide, penyewaan kapal jelajah pulau atau snorkeling, tiket penangkaran penyu, dan pesta barbeque (untuk peserta minimal 10 orang). Tambahan pada paket tiga hari dua malam adalah makan di restoran NRO, jelajah pulau dan beberapa menyediakan kegiatan perkenalan diving. Paket yang umumnya digunakan para wisatawan adalah paket dua
hari
satu
malam,
dengan
harga
paket
berkisar
Rp
300.000,00
- Rp 350.000,00/orang (jumlah minimal 10 orang). Namun ada pula wisatawan yang ingin menghabiskan waktu lebih lama sehingga menggunakan paket tiga hari dua
malam
dengan
harga
paket
berkisar
pada
Rp
400.000,00
– Rp 500.000,00/orang (jumlah minimal 10 orang). Terdapat pula jasa biro perjalanan (travel agent) skala kecil yang dilakukan beberapa pengusaha wisata yang memiliki homestay, sekaligus memiliki jasa penyewaan kapal, alat snorkeling dan guide tetap. Kepemilikan terhadap beberapa jenis usaha menyebabkan pengusaha tersebut dapat membuat paket wisata sendiri bagi para wisatawan. Keuntungan yang diperoleh berkisar pada Rp 20.000,00 - 100.000,00/harga paket, bahkan keuntungan bisa lebih dari Rp 100.000,00 terutama bila pengusaha tersebut memiliki semua jenis usaha pada
103
paket wisata yang disediakan. Harga paket wisata yang umum disediakan oleh jasa travel agent disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Harga Paket Wisata Berdasarkan Jumlah Orang di Pulau Pramuka Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jumlah Orang 20 – 100 orang 15 – 19 orang 10 – 14 orang 9 orang 8 orang 7 orang 6 orang 5 orang 4 orang 3 orang 2 orang
Harga Paket 2D1N/orang Rp 280.000 Rp 290.000 Rp 300.000 Rp 315.000 Rp 325.000 Rp 340.000 Rp 360.000 Rp 385.000 Rp 410.000 Rp 460.000 Rp 620.000
Harga Paket 3D2N/orang Rp 400.000 Rp 410.000 Rp 420.000 Rp 440.000 Rp 475.000 Rp 500.000 Rp 520.000 Rp 550.000 Rp 650.000 Rp 800.000 Rp 1.000.000
Keterangan : 2D1N = 2 day 1 night ; 3D2N = 3 day 1 night Sumber : Data Primer
Jasa pemandu wisata di Pulau Pramuka ada yang terikat dengan usaha tertentu dan ada pula yang tidak terikat. Umumnya mereka yang terikat adalah pemandu yang bekerja untuk jasa penyewaan alat snorkeling atau diving maupun penyewaan kapal. Sebaliknya jasa pemandu yang tidak terikat umumnya digunakan ketika
beberapa
penyewaan alat
snorkeling
ataupun diving
membutuhkan pemandu ekstra untuk memandu para tamunya. Tarif jasa pemandu snorkeling umumnya adalah Rp 75.000,00 – Rp 100.000,00/mandu, sedangkan tarif memandu diving Rp 150.000,00 - Rp200.000,00/mandu. Selain itu terdapat pula jasa pemandu mancing dengan tarif Rp 200.000,00/mandu. Sebelum pariwisata berkembang di Pulau Pramuka, tarif jasa pemandu belum memiliki patokan harga, sehingga para wisatawan memberikan tips yang tidak menentu. Pendapatan pemandu di Pulau Pramuka berkisar Rp 300.000,00 – Rp 1.000.000,00/bulan. Satu pemandu snorkel maksimal memandu sepuluh orang, sedangkan satu pemandu selam maksimal memandu lima orang. Bagi para pemandu yang terikat dengan jasa penyewaan alat snorkeling, beberapa memiliki sistem bagi hasil dari pemasukan yang didapat. Pembagian hasil ini dilakukan sesuai kesepakatan dan umumnya dibagi sama rata.
104
Jasa penyewaan alat snorkeling dan diving umumnya memasang tarif Rp 30.000,00 - 35.000,00/set alat snorkel dan Rp 350.000,00 - Rp 450.000,00/set alat dive. Peralatan snorkel terdiri dari masker, fin dan life jacket, sedangkan peralatan dive terdiri dari tabung, regulator, skin diving, sabuk pemberat, baju selam, fin, dan masker. Di Pulau Pramuka, lebih banyak para pengusaha jasa penyewaan alat snorkeling dibandingkan jasa penyewaan alat diving. Hal ini karena harga peralatan diving yang terbilang cukup mahal dan juga kecenderungan wisatawan yang lebih memilih kegiatan snorkeling. Pendapatan rata-rata
jasa
penyewaan
alat
ini
adalah
Rp
1.000.000,00
– Rp 7.500.000,00/bulan, tergantung banyaknya alat yang dimiliki oleh sang pengusaha. Pengusaha jasa snorkel memiliki jumlah alat yang bervariasi antara 10 set hingga 100 set, sedangkan jumlah alat diving antara 5 set hingga 10 set. Saat ini di Pulau Pramuka terdapat satu buah jasa penyewaan kano. Kano ini dimiliki oleh investor luar yang bekerjasama dengan homestay VDM. Usaha kano ini dikelola oleh penduduk asli yang juga pegawai dari VDM. Jumlah kano yang disewakan adalah lima unit dengan harga Rp 50.000,00/jam. Pendapatan jasa kano berkisar pada Rp 150.000,00 – Rp 500.000,00/hari. Namun di saat pengunjung tergolong sepi, tidak jarang jasa kano ini juga turut sepi dari pengguna jasa, sehingga dalam satu hari tidak ada satupun yang menyewa (sama seperti kegiatan usaha pariwisata lainnya). Pengelola jasa kano ini diupah Rp 300.000,00/bulan. Baik usaha jasa penyewaan alat snorkeling, diving maupun kano tergolong ke dalam usaha yang baru tumbuh, sehingga sejak awal harga sudah dipatok seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.