e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015)
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BULELENG PERIODE 2010-2013 Kadek Dewi Udayantini, I Wayan Bagia , I Wayan Suwendra Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang pengaruh (1) jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata (2) jumlah wisatawan terhadap pendapatan sektor pariwisata, (3) tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata, dan (4) jumlah wisatawan terhadap tingkat hunian di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif kausal. Subjek dalam penelitian ini adalah hotel, restauran, dan retribusi pariwisata lannya, dan objeknya adalah jumlah wisatawan, tingkat hunian, dan pendapatan sektor pariwisata. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Data di analisis dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh dari jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata dengan sumbangan pengaruh sebesar 88,3%, (2) ada pengaruh positif dari jumlah wisatawan terhadap pendapatan sektor pariwisata dengan sumbangan pengaruh sebesar 63,5%, (3) ada pengaruh positif dari tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata dengan sumbangan pengaruh sebesar 17,3%, dan, (4) ada pengaruh positif dari jumlah wisatawan terhadap tingkat hunian hotel di Kabupaten Buleleng dengan sumbangan pengaruh sebesar 05,1%. Kata Kunci : jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, dan pedapatan sektor pariwisata
Abstract The research aimed to obtain an explanatory findings were tested on the effect of (1) the number of tourists, hotel occupancy rates for tourism revenue (2) the number of tourists to the tourism revenue, (3) the occupancy rateof the tourism revenue, and (4) the number of tourists to the occupancy rates in Buleleng. This study uses a quantitative research design causal. Subjects in this study is a hotel, restaurant, and tourism levy eat it, and its objectis the number of tourists , occupancy rates, and tourism revenue.The data collection in this study used documentation technique. Data were analyzed using path analysis. The results of this study showed that (1) there isthe influence ofthe number of tourists, hotel occupancy rates for the contribution of tourism revenue amounted to 88.3% influence, (2) there isa positive effect on the number of tourists to the revenue contribution ofthe tourism sector with the effect of 63.5%, (3) there is a positive effect on the hotel occupancy rate of the contribution of tourism revenue with the effectof 17.3%, and, (4) there is a positive effect on the number of tourists to the occupancy rate in Buleleng with a contribution of 05.1% influence. Keywords : the number of tourists, hotel occupancy rate, and income are tourism sector
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015)
PENDAHULUAN Salah satu usaha pemerintah dalam menambah pendapatan daerah berasal dari berbagai sumber yaitu non migas dan migas.Non migas merupakan sumber pendapatan yang berasal dari bukan kekayaan alam sedangkan migas yang berasal dari kekayaan alam.Didalam menambah pendapatan daerah adalah dari sektor non-migas yang salah satunya adalah sektor pariwisata.Selain untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, sektor pariwisata ini juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat nasional, mengurangi pengangguran, menciptakan lapangan kerja, juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini telah menjadi alasan pembangunan sektor pariwisata juga bisa dikatakan sebagai produk alternatif penghasil devisa bagi negara. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.Dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah, maka pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata menjadi hal yang sangat penting. Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Sektor pariwisata berasal dari berberbagai aktifitas antara lain: akomodasi, restauran dan obyek wisata. Berdasarkan data tingkat penghunian kamar di Bali (TPK), tercatat bahwa tingkat hunian kamar hotel tahun 2012 lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu dari 64,62 persen menjadi 62,53 persen. Sedangkan data tingkat okupansi di hotel pada tahun 2013 mencapai ratarata 51,07%, turun 10,29% dibandingkan tahun 2012 yaitu 62,53%. Padahal, jumlah kunjungan wisatawan pada akhir tahun 2013 sebanyak 800 ribu orang naik 34%
dibandingkan dengan tahun 2012. Sedangkan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali pada tahun 2012 sebesar 766 ribu orang, sementara pada sebelumnya yaitu tahun 2011 sebanyak 783 ribu orang. Penyebab menurunnya okupansi hotel di sebabkan karen banyaknya sarana akomodasi wisata ilegal seperti vila-vila tidak berizin berpengaruh terhadap okupansi hotel. Pada sektor restoran, penurunan yang terjadi lebih disebabkan karena terjadinya penurunan pada sektor hotel, mengingat kedua sektor tersebut mempunyai keterkaitan dan korelasi yang cukup erat, atau dengan kata lain saling mempengaruhi. Dari data yang didapat di Bali tingkat hunian kamar tertinggi terjadi di kabupaten Tabanan sebesar 70,56% dan terendah terjadi pada Kabupaten Buleleng yang hanya 51,47%. Dari fakta tersebut dapat dikatakan sektor pariwisata di Buleleng masih sangat rendah dilihat dari Kabupaten lainnya. Wisatawan yang berkunjung diluar daerah telah disediakan hotel,losmen, penginapan untuk pengujung yang ingin menginap. hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/beristirahat, memperoleh pelayanan dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang sama, Dengan adanya seperti itu diharapkan dapat meningkatkan tingkat hunian hotel sehingga dapat meningkatkan pendapatan sektor pariwisata. Tingkat hunian hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu untuk dijual (Hanggara, 2009). Dengan tersedianya kamar hotel yang memadai, para wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi. Penerimaan potensial sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah, penerimaan dari dinas-dinas dan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) penerimaan lainnya yang termasuk dari pendapatan daerah. Pajak daerah itu tidak semuanya terlaksana secara efisien.Hal ini karena di beberapa pemerintah daerah, penerimaan yang potensial hanya berasal dari pajak hotel dan restoran, pajak tontonan dan pajak reklame saja. (Betty Rahayu, 2010). Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan pembangunan, sehingga dapat menunjang berkembangnya bisnis rekreasi (pariwisata) adalah pajak hotel. Tarif tertinggi pajak hotel sesuai yang diatur dalam undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pasal 35 ayat 1 adalah sebesar 10%. Maka dengan itu pajak hotel sangat besar pengaruhnya terhadap pendapatan ekonomi, Dapat dilihat dari kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Buleleng khususnya dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke buleleng akan berpengaruh besar terhadap pendapatan sektor pariwisata. Pendapatan sektor pariwisata bagi daerah mempunyai potensi yang tinggi dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah, yang diharapkan mampu mendukung segala aktivitas pemerintah daerah dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan merata. Fakta menunjukan perkembangan pendapatan pariwisata kecenderungan menurun. Dengan menurunnya pendapatan tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi kabupaten buleleng menurun. kenyataanya Selama dua tahun terakhir dari tahun 2011-2012 pendapatan sektor pariwisata cenderung menurun dengan rata-rata penurunan sebesar -7,76%. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa pendapatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Buleleng mungkin kurang fokus dalam meningkatkan sektor pariwisata. Menurunya pendapatan sektor pariwisata disebabkan karena adanya penurunan jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel yang menurun. Pada jumlah kunjungan wisatawan dapat diketahui bahwa pada tahun 2011–2012 terakhir jumlah wisatawan mengalami penurunan sebesar 1,31%. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan terjadi pada tahun
2011 sebesar 1,135%. Berbeda halanya pada tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan sebesar 0,865%. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah hotel yang ada di Bali dan tiap tahunnya selalu bertambah dan juga sudah banyak kota lain atau daerah lain yang berfokus mengembangkan objek wisata, sehingga para pengunjung wisatawan tidak hanya berkunjung ke Kabupaten Buleleng saja, namun mereka bisa berkunjung ke kota lainnya yang ada di Bali yang masih banyak memiliki keanekaragaman objek wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ketempat tersebut. Sehingga jumlah kunjungan wisatawan sangat berpengaruh dalam pendapatan daerah, karena kunjungan wisatawan bagi daerah mempunyai potensi yang tinggi dalam peningkatan Pendapatan asli daerah. Secara teoritis masalah ini sesuai dengan teori lia andriayani (2013) mengatakan tinggi rendahnya jumlah kunjungan wisatawan akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan sektor pariwisata. Semakin banyak wisatawan berkunjung, maka pendapatan sektor pariwisata akan meningkat dan sebaliknya apabila kunjungan wisatawan menurun, maka pendapatan sektor pariwisata akan ikut menurun.Secara teoritis masalah ini sesuai juga dengan teori Austriana (2005) yang mengatakan bahwa semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut.Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Mengingat Kota Buleleng termasuk kota pariwisata yang selalu ramai dikunjungi touris dari dalam maupun luar kota, sehingga jumlah hotel di kabupaten Buleleng bisa dikatakan cukup terbilang banyak, seperti yang terlihat dari data jumlah Tingkat Penghunian hotel menurut Kabupaten Buleleng dari tahun 2011– 2012. Pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada Hotel di Kabupaten Buleleng cenderung menurun sebesar 1,06%. Dapat diketahui pada Tahun 2011 lebih baik
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) dibanding tahun 2012. Pada tahun 2011 rata-rata TPK sebesar 1,031%, sedangakan pada tahun 2012 rata-rata TPK sebesar 0,33%. Penurunan tingkat hunian hotel pada tahun 2012 disebabkan karena jumlah kunjungan yang relatif kecil. Dari teori lia ardiani (2013) mengatakan bahwa ketika tingkat hunian meningkat, maka akan diikuti dengan meningkatnya jumlah pendapatan daerah sektor pariwisata, sebaliknya ketika tingkat hunian menurun, maka akan diikuti dengan menurunnya jumlah pendapatan daerah sektor pariwisata. Sedangkan menurut Rudi (2001) mengatakan bahwan industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila wisatawan tersebut semakin lama menginap dan sebaliknya. Dalam penelitian terdahulu dari Nasrul qoadarohman (2010), mengenai pengaruh jumlah objek wisata, jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di kota semarang tahun 19942008. Diperoleh bahwa yang paling mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata adalah jumlah objek wisata. Felita (2006), meneliti pengaruh jumlah wisatawan yang berkunjung ke Surabaya dan tingkat okupansi kamar hotel bintang terhadap realisasi penerimaan pajak hotel di Kota Surabaya.Data penelitian ini membuktikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Surabaya dan tingkat okupansi kamar hotel bintang Berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak hotel. Dari fakta dan teori diatas, maka dipandang perlu melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Jumlah Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata Di Kabupaten Buleleng Pada Periode 2010 – 2013 ’’ . Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasi suatu rumusan masalah sebagai berikut: (1) Seberapa besar Pengaruh Jumlah wisatawan dan Tingkat hunian hotel terhadap Pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng periode 2010-2013 ?
(2) Seberapa besar pengaruh Jumlah wisatawan terhadap Tingkat hunian hotel di Kabupaten Buleleng periode 2010 – 2013 ? (3) Seberapa besar pengaruh Jumlah wisatawan terhadap Pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng periode 2010-2013 ? (4) Seberapa besar pengaruh Tingkat hunian hotel terhadap Pendapatan sektor pariwisata periode 2010-2013 ? Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang pengaruh sebagai berikut: (1) Seberapa besar Pengaruh Jumlah wisatawan dan Tingkat hunian hotel terhadap Pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng periode 2010-2013. (2) Seberapa besar pengaruh Jumlah wisatawan terhadap Tingkat hunian hotel di Kabupaten Buleleng periode 2010 – 2013. (3) Seberapa besar pengaruh Jumlah wisatawan terhadap Pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng periode 2010-2013. (3) Seberapa besar pengaruh Tingkat hunian hotel terhadap Pendapatan sektor pariwisata periode 2010-2013. Manfaat penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. (1) Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan dalam ilmu ekonomi manajemen keuangan, khususnya pada keuangan daerah. Serta sebagai tambahan kepustakaan serta referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah yang terkait, khususnya tentang jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel dan pendapatan sektor pariwisata. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Buleleng. Sehingga, dapat dijadikan bahan koreksi dan acuan dalam upaya meningkatakan pendapatan daerah melalui pendapatan sektor pariwisata, sehingga kedepannya menjadi lebih baik lagi. KAJIAN PUSTAKA Menurut Soekadijo (2001) jumlah wisatawan adalah sejumlah orang yang mengadakan perjalanan dan pergi kesuatu tempat yang akan di datanginya tanpa menetap di tempat tersebut, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Sedangkan Mereka
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (Foster, 1999). Menurut Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut jumlah wisatawan hasil dari total keseluruhan orang yang bukan penduduk asli yang datang untuk melakukan perjalanan pendek. Adapun menurut Krapf and Hunziker (1996), seorang pakar pariwisata meyakini bahwa jumlah wisatawan adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh sejumlah orang yang bukan penduduk asli dengan alasan untuk mencari kesenangan. Berdasarkan seluruh definisinya, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah wisatawan adalah total keseluruhan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berkunjung atau datang kesuatu tempat yang bukan daerah tempat tinggalnya dengan tujuan untuk berlibur. Tingkat hunian hotel merupakan suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu untuk dijual (Vicky Hanggara, 2009). Sedangkan menurut Darmadjati (2006) mengatakan bahwa tingkat hunian hotel adalah persentase dari kamar-kamar yang terisi atau disewakan kepada tamu yang dibandingkan dengan jumlah seluruh kamar yang disewakan yang diperhitungkan dalam jangka waktu, misalnya harian,bulanan atau tahunan. Dengan tersedianya kamar hotel yang memadai, para wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah, terlebih jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi. Oleh karena itu, industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila wisatawan tersebut semakin lama menginap (Rudi, 2001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian hotel merupakan persentase dari jumlah kamar hotel yang terjual dibagai total kamar yang tersedia. Dalam dasawarsa terakhir ini banyak negara berkembang menaruh perhatian yang khusus terhadap industri pariwisata.
Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya program pengembangan kepariwisataan di negara tersebut. Disamping itu kita mengetahui, bahwa bahan baku industri pariwisata tidak akan pernah habis-habis, sedangkan bahan baku industri lain terbatas. Kebijakan pemerintah pada sektor pariwisata ada yang memberikan dampak langsung dan ada pula yang memberikan dampak tidak langsung. Selain dari hal diatas ada kemungkinan suatu kebijakan ekonomi pemerintah memberikan dampak langsung pada sektor lain tetapi dapat memberikan dampak tidak langsung bagi sektor pariwisata. Pendapatan sektor pariwisata adalah bagian dari pendapatan asli daerah yang berasal dari kegiatan pariwisata seperti retribusi rekreasi, hotel, resturan dan yang lainnya dengan satuan rupiah (Yoeti,1996). Beberapa atau sebagian besar pemerintah daerah belum mengoptimalkan penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari pemerintahanpusat. Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan sektor pariwisata adalah pendapatan yang diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang dihitung melalui satuan rupiah. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal, adalah suatu penelitian yang menggambarkan suatu generalisasi atau menjelaskan hubungan sebab akibat dan pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lain. Subyek dalam penelitian ini adalah hotel, restauran, retribusi pariwisata dan obyeknya adalah jumlah wisatawan (X1), tingkat hunian (X2), dan pendapatan sektor pariwisata (X4). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif, yaitu data bulanan selama lima tahun yang meliputi data jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, dan pendapatan sektor pariwisata yang bersumber dari Dinas Pariwisata Dinas Pendapatan Kabupaten Buleleng. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis).
Hasil analisis jalur (Path Analysis) dengan bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0 For Windows maka diperoleh hasil penelitian seperti yang tampak pada Tabel 1dan Tabel 2 berikut ini:
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Analisis Jalur (Path Analysis) No Parameter Koefisien Keputusan p-value Alpha (α) 1
Ryx1x2
0,940
0,000
0,05
Menolak Ho
2
R yx1x2x3
2
0,883
0,000
0,05
Menolak Ho
3
Pyx1
0,798
4
P yx1
2
0,635
0,000
0,05
Menolak Ho
5
Pyx2
0,416
6
P yx2
2
0,173
0,004
0,05
Menolak Ho
7
Px2x1
0,225
8
P x2x1
2
0,051
0,002
0,05
Menolak Ho
9
Py ε
0,117
-
-
-
(Sumber: Hasil Output SPSS)
Kesimpulan Ada hubungan pengaruh X1 dan X2 terhadap Y Besar sumbangan pengaruh X1 dan X2 terhadap Y adalah 88,3% - Ada pengaruh X1 terhadap Y - Besar sumbangan pengaruh X1 terhadap Y adalah 63,5% - Ada pengaruh X2 terhadap Y - Besar sumbangan pengaruh X2 terhadap Y adalah 17,3% - Ada pengaruh X1 terhadap X2 - Besar sumbangan pengaruh X1 terhadap X2 adalah 05,1% Besar pengaruh dari faktor lain adalah 11,7%
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Tabel 2. Sumbangan Pengaruh Variabel X1, X2, dan X3 Terhadap Y Keterangan
Besar Sumbangan
Persentase (%)
Besar pengaruh langsung X1 terhadap Y Besar pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X2 Besar pengaruh total X1 terhadap Y
0,635 0,075
63,5% 07,5%
0,71
71%
Besar pengaruh total X2 terhadap Y
0,173
17,3%
Besar pengaruh total X1 dan X2, terhadap Y Besar pengaruh variabel lain terhadap Y
0,883 0,117
88,3% 11,7%
Total
1,000
100%
(Sumber: Hasil Output SPSS)
Pyx1= 0,798
X1
Pyε= 0,117
X Px1x2=0,225
2 Y n
Pyx2ε = 0,775
X2 Pyx2 = 0,416 n Keteranga X1 = Jumlah Wisatawan X2 = Tingkat Hunian Y = Pendapatan sektor pariwisata ε=Variabellain
R2yx1x2 = 0,883
w q 2
Gambar 1.Pengaruh Variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y (1) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata Di Kabupten Buleleng. Pada tabel 4.1 dapat diungkapkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel secara bersama-sama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng. Hal tersebut ditunjukkan dengan p-value R2yx1x2= 0,000
pengaruh dari jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng adalah 0,883. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebesar 88,30% pendapatan sektor pariwisata dipengaruhi oleh variable jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel, sedangkan pengaruh dari variabel lain diluar variabel jumlah kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel sebesar 11,70%. Variabel lain yang diduga
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata menurut Lia Ardiani (2013) adalah jumlah objek wisata. (2) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Tingkat Hunian Hotel Di Kabupeten Buleleng Pada tabel 4.1 mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap tingkat hunian hotel. Besar pengaruh dari jumlah kunjungan wisatwan dan tingkat hunian hotel adalah 22,50% sedangkan pengaruh faktor lain terhadap tingkat hunian hotel sebesar 7,50%. Artinya semakin tinggi jumlah kunjungan wisatawan maka semakin baik tinggi pula tingkat hunian hotel. (3) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata Di Kabupaten Buleleng. Pada tabel 4.1 dapat diungkapkan bahwa ada pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng. Keeratan hubungan pengaruh dari jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan sektor pariwisata sebesar 79,80% dan besar sumbangan pengaruh adalah 63,50% denganpvalue Pyx1= 0,000
pengaruh dari pengawasan keuangan daerah terhadap nilai informasi laporan keuangan adalah 17,30 % dengan pvalue Pyx2 = 0,000
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) sektor pariwisata. Hal ini berarti tinggi rendahnya jumlah kunjungan wisatawan akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan sektor pariwisata. Selanjutnya penelitian mengenai pengaruh dari variabel tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata menunjukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng nilai. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Felita (2006) melalui penelitiannya memperoleh hasil tingkat huniani kamar hotel berpengaruh signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata. Keterbatasan pada penelitian ini adalah Meskipun peneliti telah berusaha merancang dan mengembangkan penelitian sedemikian rupa, namun masih terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dimana dari model penelitian yang digunakan, diketahui bahwa variabel penelitian yang digunakan hanya dapat menjelaskan sebesar 88,30% sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor faktor lain sebesar 11,70% yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Sehingga variabel penelitian yang digunakan kurang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap pendapatan sektor pariwisata. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.: (1) Jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng periode 2010-2013. (2) Jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng periode 2010-2013. (3) Tingkat hunian berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng periode 2010-2013. (4) Jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap tingkat hunian hotel di Kabupaten Buleleng 2010-2013. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. (1) Perlunya meningakatkan jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Buleleng dengan adanya promosi serta komunikasi dan pembinaan terhadap industri pariwisata, sehingga nantinya kontribusi jumlah wisatawan dapat meningkatkan pendapatan sektor pariwisata. (2) Perlu adanya pengembangan hotel di kabupaten buleleng, baik hotel kelas melati maupaun kelas berbintang. Dan juga dengan menetapkan tarif hotel yang bersaing, pelayanan yang bagus dan kondisi hotel yang nyaman. (3) Pendapatan sektor pariwisata yang dipengaruhi oleh jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel perlu lebih diperhatikan dengan cara menarik investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata, mengembangkan peluang investasi di bidang pariwisata serta meningkatkan dan memberikan kemudahan dalam pemberian perizinan industri pariwisatan dan juga lebih mengembangkan objek-objek wisata yang lebih menarik atau dengan membuat objek wisata yang baru yang dapat menambah pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Buleleng. (4) Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yaitu penelitian ini masih mengguanakan data taem series yaitu obyek penelitian yang di pakai hanya menggunakan satu kabupaten dan data yang digunakan menggunakan periode tahunan, semestinya dengan menggunakan data yang ada dibeberapa kabupaten. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memakai data yang ada di beberapa kabupaten.
DAFTAR RUJUKAN Austriana, Ida. 2005, “Analisis Faktor yang MempengaruhiPenerimaan Daerahdari Sektor Pariwisata”.Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Lia, Ardianai Widyaniggrum. 2013. Pengaruh jumlah wisatawan, tingkat hunian dan jumlah objek wisata terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Kudus tahun 1981-2011”. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Nasrul Qadarrocman. 2010. Analisis Penerimaan Derah Dari Sektor Pariwisata di Kota Semarang dan Faktor-FaktorYang Mempengaruhinya. Semarang. Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif.Cetakan kedua.Yogyakarta: Gajah Mada University Press Pleanggara, 2012.Analisis pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Retribusi Obyek Pariwisata 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah.Jurnal Ekonomi Dan Bisnis.Vol.1.No.1 Universitas Diponegoro. Semarang Prof.Hunziker, Kraft. 1942. Definisi-definisi Wisatawan. PT.Gramedia. Jakarta Satrio, Dicky. 2002, “Perkembangan Pendapatan Pemerintah Daerah dari SektorPariwisata, di Kabupaten Blora dan Faktor Yang Mempengaruhi”.Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Rudi, Badruin. 2001. Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Daerah Istimewa Yogyakarta Melalui Pembangunan Industri Pariwisata. Kompak. Ekonomi, Universitas Diponegoro. Soekadijo, R.G, 2001. Anatomi Pariwisata, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar,H. 2002. Metode Akuntansi terapan. PT. Gramedia. Jakarta
Vicky, Hanggara. 2009. Tingkat Hunian Hotel (Http:/vickyhanggara.blog.frienster.co m/2009/Pengertian-Tingkat Hunian/), diakses 9 November 2014 Yoeti. 1999. Pengantar Ilmu Pariwisata. PT. Angkasa. Bandung