BAB VI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)
6.1 Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Dalam penelitian ini, analisis SWOT digunakan untuk memetakan kelebihan dan kelemahan yang berasal dari internal TNGHS sebagai pelaku komunikasi pemasaran serta peluang dan ancaman yang dimiliki TNGHS yang berasal dari luar. SWOT juga digunakan untuk merancang formulasi strategi komunikasi pemasaran TNGHS. Strategi ini terdiri dari strategi komunikasi pemasaran S-O (strengths-opportunities), strategi komunikasi pemasaran S-T (strengths-threats),
strategi
komunikasi
pemasaran
W-O
(weakness-
opportunities), dan strategi komunikasi pemasaran W-T (weakness-threats). Berdasarkan analisis matriks SWOT, maka sebelum penentuan strategi, dibutuhkan sebuah analisis mengenai strenght (kelebihan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threats (ancaman). 6.1.1 Analisis Strenght (Kekuatan) Analisis strenght (kelebihan) merupakan analisis faktor-faktor kelebihan internal yang dimiliki TNGHS. TNGHS memiliki keberagaman flora serta fauna yang jarang ditemukan di objek wisata alam yang lain. Pengunjung bisa menyaksikan sebuah fenomena alam saat malam hari dimana adanya jamur menyala. Untuk menyaksikan pesona alam ini, pengunjung bisa diantarkan oleh petugas ke area sekitar 200 m dari stasiun penelitian Cikaniki. Jamur bercahaya ini merupakan salah satu atraksi andalan TNGHS. Terdapat sedikit spesies jamur di dunia yang mampu mengeluarkan kerlip cahaya, dimana dua yang paling terkenal adalah Panellus stipticus dan Omphalotus olearius. Jamur jenis tersebut juga agak sulit ditemukan di Indonesia. Panellus bisa ditemukan di hutan hujan Amerika Utara sementara Omphalotus banyak dijumpai di hutan Australia. Selain
71
fenomena jamur menyala, terdapat juga stasiun penelitian Cikaniki. Stasiun penelitian ini menyediakan fasilitas untuk akomodasi peneliti, termasuk laboratorium yang memiliki peralatan standar seperti kulkas, lemari pembeku, oven pengering, mikroskop, timbangan elektronik dan lain-lain. Sarana prasarana ini sangat berguna bagi penelitian hutan hujan tropis, dimana TNGHS merupakan hutan hujan tropis tersisa yang berada di dekat area Jabotabek. Tidak hanya peneliti, staf TNGHS juga melakukan kegiatan pemantauan untuk jenis-jenis terancam punah (Owa Jawa, Macan Tutul, Elang Jawa dan lain-lain). Beberapa hasil kegiatan penelitian telah dibukukan dan terkumpul dalam kumpulan publikasi penelitian. Saat ini TNGHS menjadi salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki data flora dan fauna yang cukup lengkap. Ekowisata di Citalahab yang merupakan area dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki kelebihan tersendiri, dimana seluruh aktivitas dalam area kawasan ekowisata berbasis masyarakat tersebut memang dirancang sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, sehingga seluruh aspek dari ekowisata tersebut seperti homestay, catering, serta pemandu wisata memang berasal dari masyarakat sendiri. Dalam hal ini pengelolaan yang dilakukan masyarakat sendirilah yang membuat ekowisata ini menjadi unik, karena homestay yang disediakan warga selain memiliki lingkungan yang cukup bersih, juga memiliki kekhasan tersendiri dimana terbuat dari kayu dan merupakan jenis rumah panggung yang jarang terdapat pada rumah-rumah masyarakat pada umumnya. Masyarakat lokal di TNGHS juga merupakan masyarakat yang sadar lingkungan, dimana masyarakat menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka dengan baik. Hal ini dilihat dari pengetahuan mereka tentang Taman Nasional yang juga memiliki misi untuk konservasi dan pelestarian lingkungan. Masyarakat Citalahab cukup terbuka dengan pendatang serta mendukung pengembangan ekowisata di daerah mereka, sehingga peneliti tidak akan mendapat kesulitan jika melaukan pengumpulan data atau penelitian di Citalahab. 6.1.2 Analisis Weakness (Kelemahan) Analisis mengenai aspek weakness (kelemahan) merupakan analisis kelemahan yang berasal dari internal organisasi. TNGHS sampai saat ini belum memiliki icon yang dapat dijadikan sebuah kekhasan tersendiri sebagai bahan
72
promosi ekowisatanya, kekhasan tersendiri yang dimaksud disini adalah seperti badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, atau komodo di Taman Nasional Pulau Komodo. TNGHS juga masih memiliki keterbatasan di bidang pemasaran ekowisata. Disamping itu, akses menuju kawasan ekowisata berbasis masyarakat merupakan akses yang cukup sulit untuk dijangkau, dengan jalan berbatu yang harus dilewati lebih dari 17 km membuat kendaraan sulit melewati medan tersebut. Jalan yang dilewati juga tergolong ekstrem karena selain berbatu, saat hujan, jalan sering licin dan berair. Kurangnya penerangan juga menjadikan akses menuju kawasan lebih sulit untuk dilewati. Manajemen pengelolaan ekowisata di TNGHS yang dikelola langsung oleh masyarakat masih membutuhkan banyak pembenahan. Konflik-konflik kecil dalam kawasan wisata dapat menjadi sumber masalah besar. Kekurangankekurangan yang masih ada contohnya seperti pengalokasian pengunjung di homestay yang kurang merata, tidak tersedianya daftar harga, atau juga cara mendapatkan pemandu wisata, pembukuan, manajemen keuangan yang masih perlu dibenahi, serta pembuatan daftar tamu dan jumlahnya yang belum terkelola dengan baik. Website juga merupakan salah satu cara pemasaran langsung yang dimana sebaiknya mebdapat perhatian yang baik, dalam website ini terdapat nomor telepon, email, serta dan nama kontak orang yang bisa dihubungi. Sebenarnya website yang dimiliki TNGHS memiliki kandungan yang cukup lengkap mulai dari foto-foto serta nomor yang bisa dihubungi. Namun kelemahan website yang dimiliki TNGHS adalah hampir semua informasi yang disediakan di website tersebut adalah informasi lama yang belum di-update, selain itu juga masih terlihat banyak halaman kosong yang sebenanrnya harus diisi. Mulai dari data pengunjung yang muncul di website hanya sampai pada tahun 2006, padahal sampai saat ini pengunjung yang datang ke TNGHS jauh lebih banyak dan meningkat. Budget pointers yang tersdia juga belum diperbaharui lagi, dari list budget pointers yang tersedia di website, harga yang sebenarnya sudah jauh berbeda.
73
6.1.3 Analisis Oportunity (Peluang) Menurut Ambinari (2003) sudah beberapa kali terdapat tayangan mengenai TNGHS di beberapa stasiun televisi yang merupakan hasil kerjasama Balai TNGHS dengan stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini, balai TNGHS menyediakan tempat untuk berlangsungnya suatu program televisi terutama yang berkaiatan dengan konservasi dan wisata alam. Beberapa acara televisi swasta yang berkaitan dengan wisata alam antara lain Jejak Petualang (TV 7), Horison (Indosiar), Potret (SCTV), Jelajah (Trans TV), dan Expedition (Metro TV). Dari penelitian yang dilakukan terlihat cukup banyak pameran yang diikuti oleh LSM yang sebenrnya dapt juga dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan pihak TNGHS. Pameran yang dilakukan biasanya merupakan undangan dari pihak dinas pariwisata. Pameran ini biasanya rutin dilakukan baik dari tingkat kabupaten, maupun propinsi, dan nasional. Saat ini trend peduli lingkungan makin marak tidak hanya di kalangan LSM namun juga dikalangan perusahaan, kepedulian terhadap lingkungan hidup akan meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan. Pelanggan produk perusahaan semakin banyak saja yang menuntut produk dan layanan yang ramah lingkungan, karena kekhawatiran akan berbagai akibat negatif dari terjadinya degradasi kualitas lingkungan hidup. 6.1.4 Analisis Threats (Ancaman) Analisis threats merupakan analisis ancaman yang dimiliki TNGHS yang berasal dari eksternal TNGHS. Area ekowisata merupakan konsep pariwisata yang bergantung pada alam, dimana pengunjung berdatangan untuk menikmati keindahan alam. Oleh karena itu alam menjadi tujuan utama kedatangan pengunjung. Perlindungan terhadap alam harus selalu dilakukan untuk menjaga ekowisata agar tetap dapat berjalan. Sampai saat ini pembangun villa, pembangunan area wisata lain dalam kawasan hutan lindung, penambangan dan penebangan ilegal masih menjadi salah satu kendala yang sedang ditangani pihak TNGHS. Pada awalnya terdapat beberapa area yang memang sengaja dikonsepkan untuk menjadi area ekowisata berbasis masyarakat, namun ternyata kedua area yang dipergunakan tersebut mengalami masalah dengan adanya penambangan dan penebangan ilegal. Benturan wewenang juga kerap terjadi, dalam hal ini benturan
74
wewenang yang terjadi masih dapat diatasi dengan upaya komunikasi antar pihakpihak terkait. Perbedaan kewenangan dan maksud dari pihak-pihak ini sebaiknya selalu dapat dikomunikasikan untuk mencegah adanya kesalahpahaman antar stakeholder. Mengingat area wisata ini merupakan area wisata yang sulit dijangkau, maka kemungkinan pengunjung untuk beralih ke area ekowisata lain yang lebih mudah dijangkau akan sangat memungkinkan. Akses menuju kawasan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS merupakan jalan berbatu serta curam, oleh karena itu sampai saat ini pengunjung yang berwisata ke area tersebut merupakan wisatawan khusus yang memang menyukai area untuk wisata petualangan. TNGHS juga memiliki keterbatasan dana yang diberikan pemerintah. Hanya terdapat 10% dari dana APBN yang dialokasikan kepada sektor ekowisata. Oleh karena itu pemasaran ekowisata tersebut memiliki dana yang sangat terbatas. Masalah lain yang sering menjadi ancaman bagi TNGHS yakni ketidakstabilan keamanan dalam negeri. Akibat kerusuhan dan ragedi pemboman yang kerap terjadi di Indonesia menyebabkan Indonesia dianggap menjadi salah satu daerah dengen kewaspadaan yang cukup tinggi, karena tragedi dan kerusuhan kerap sering terjadi. Hal ini ternyata cukup berimbas dengan minat pengunjung untk mendatangi area-area wisata di Indonesia. TNGHS sempat mengalamai penurunana jumlah pengunjung disaat security warning diberlakukan. Keadaan ini kerap menjadi ancaman tersendiri bagi TNGHS selaku pengelola area wisata.
75
Faktor Internal
Faktor eksternal
Peluang (O) 1. Adanya dukungan Dinas Pariwisata 2. Trend pasar yang beralih ke pariwisata alam 3. Area yang dekat dengan wilayah Jabodetabek 4. Kerjasama dengan berbagai LSM 5. Banyaknya liputan media tentang TNGHS 6. Maraknya trend peduli lingkungan di kalangan perusahaan 7. Banyaknya mahasiswa ataupun ilmuwan yang melakukan penelitian di TNGHS yang berasal dari beragam instansi.
Ancaman (T) 1. Adanya penambangan dan penebangan ilegal yang dapat merusak potensi wisata. 2. Masih adanya benturan wewenang antara TN. Dengan pihak Pemerintah Daerah 3. Kecenderungan wisatawan untuk berpaling ke objek wisata lain yang lebih populer dan mudah dijangkau 4. Keterbatasan pendanaan yang mendukung kegiatan pemasaran 5. Ketidakstabilan kondisi keamanan dalam negeri
Kekuatan (S) 1. Masyarakat sadar lingkungan 2. Memiliki keunikan ragam hayati yang banyak dicari 3. Dukungan masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata dan promosinya 4. Berdekatan dengan wilayah Jabodetabek 5. Homestay unik, karena tinggal bersama warga 6. Masyarakat terbuka dengan pendatang 7. Lingkungan cukup bersih dan nyaman 8. Adanya stasiun penelitian Cikaniki untuk wisata ilmiah 9. Hutan hujan tropis tersisa dekat Jakarta, dengan beragam flora dan fauna yang dilindungi Mendukung pengembangan dan promosi wisata ilmiah dengan Cikaniki sebagai unggulannya (S1, S5, S8, S9, O1, O4, O7) Pembuatan paket wisata, salah satunya paket wisata tree-adoption (S1, S5, O3, O4) Melakukan upaya kerjasama promosi dengan hotel-hotel, instansi pendidikan, dan airport (S2,S9, O5, O6, O7)
Usaha pembangunan kerjasama di kalangan swasta (S4, T4) Pemberian info saat promosi mengenai jaminan keamanan saat berkunjung. (S3, T5)
Kelemahan (W) 1. Tidak memiliki fauna atau flora yang menjadi icon/ kekhasan untuk dipromosikan 2. Keterbatasan SDM di bidang pemasaran wisata 3. Akses menuju kawasan yang cukup sulit 4. Manajemen dalam masyarakat yang belum optimal 5. Sistem informasi yang belum optimal 6. Web yang kurang update
Upaya peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan manajemen pariwisata dan bahasa asing serta pengelolaan website untuk karyawan dan masyarakat lokal (W3, W5, W7, W6, O4) Pemasaran via media online dengan web TNGHS sebagai web utamanya menggunakan search engine optimization. (W7, W8, O1,O4,O5, O7) Pemasangan Billboard, banner, serta penyebaran media pemasaran cetak di tempat-tempat atau instansi yang dianggap potensial (W4, W7, O1, O3) Memanfaatkan tahun kunjungan pada event-event nasional dan internasional (W1, W2, O1, O4)
Mengadakan workshop dengan masyarakat lokal mengenai bahaya penambangan dan penebangan ilegal untuk keberlangsungan ekowisata berbasis masyarakat (W6, T2) Pengunggulan brand image community based ecotourism untuk menarik pengunjung (W1, W2, T3, T4)
Gambar 13. Matriks SWOT Strategi Komunikasi Pemasaran TNGHS
76
6.2 Strategi Komunikasi Pemasaran TNGHS 6.2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O) Strategi S-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang menggunakan kelebihan yang dimiliki TNGHS dan memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal TNGHS. Terdapat beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
6.2.1.1 Mendukung Pengembangan dan Promosi Wisata Ilmiah dengan Cikaniki sebagai Unggulannya Melihat TNGHS memiliki kekayaan hayati yang beragam dan langka, serta banyaknya potensi wisata yang dimiliki, maka TNGHS cocok dikembangkan sebagai wisata ilmiah. Wisata ilmiah merupakan sebuah kegiatan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain diluar dari rutinitas keseharian baik tempat tinggal maupun pekerjaan, yang bersifat sementara, untuk melakukan aktivitas dan atau menuju ke tempat objek yang menyajikan pengetahuan yang logis, dengan metode-metode tertentu, sistematis dan dapat dibuktikan secara empirik dengan tujuan untuk memberikan penyegaran/hiburan kepada wisatawan dari perjalanan yang dilakukan dengana kreativitas ataupun objek dan daya tarik yang ada dan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan bagi wisatawan. Mengingat banyak kalangan mahasiswa yang berasal dari universitas-universitas yang melakukan penelitian di TNGHS, maka wacana mengenai ekowisata berbasis penelitian di TNGHS dapat pula dipromosikan. Menurut Faizin (2003) ekowisata berbasis penelitian adalah suatu perpaduan kegiatan ekowisata dan penelitian, dimana taman nasional dapat menawarkan potensi kawasan dan berbagai fasilitas yang tersedia sebagai objek dan daya tarik bagi para peneliti dari dalam maupun luar negeri. Promosi mengenai wisata ilmiah ini dapat dilakukan di instansiinstansi pendidikan seperti sekolah, universitas, ataupun lembaga-lembaga penelitian di dalam maupun luar negeri dengan cara memasang bagian tersendiri mengenai penelitian-penelitian yang memang sudah pernah dilakukan di TNGHS dalam brosur, pamflet, booklet, ataupun web TNGHS. Hal ini dilakukan agar kalangan peneliti, serta mahasiswa, ataupun pengelola sekolah-sekolah dapat melakukan penelitian dan juga wisata ilmiah di TNGHS.
77
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terlihat masyarakat cukup terbuka dalam memberi informasi kepada pengunjung dan peneliti yang datang. Selain kekayaan hayatinya, masyarakat kasepuhan juga sering menjadi objek penelitian kalangan peneliti untuk pembuatan tugas akhir. Keberadaan peneliti di TNGHS tidak terlepas dengan keuntungan yang juga akan didapatkan masyarakat lokal dengan homestay, laundry, dan catering yang dapat disediakan masyarakat lokal. 6.2.1.2 Pengusahaan Paket Wisata secara Lebih Optimal Sampai saat ini promosi yang dilakukan TNGHS telah memberikan gambar-gambar, serta foto dan penjelasan mengenai objek-objek wisata. Gambargambar tersebut masih sebatas memberi gambaran, belum sampai pada tahap menunjukkan area lokasi.
Hal ini terlihat pada saat wawancara dengan
pengunjung dilakukan yakni Bapak AH, pengunjung masih bingung akan kemana lagi setelah berada di homestay warga di Citalahab. “.... Kita memang sering jalan-jalan ke alam, salah satunya ya kesini (Citalahab) tapi kita kan nggak tahu ya objek-objek wisatanya apa aja? Jadi ya kalau sudah di penginapan gini, kita nggak tahu lagi mau kemana, paling kita jalan ke Cikaniki pake jalur tracking...”
Gambar-gambar serta foto-foto yang terdapat dalam media promosi cetak TNGHS menjadi media pengenalan namun belum sepenuhnya dapat membuat pengunjung memahami objek mana yang mereka ingin datangi. Oleh karena itu sebaiknya dibuatkan paket-paket wisata. Paket wisata ini akan menjadi rencana kegiatan wisata yang disusun secara tetap dengan harga tertentu yang mencakup transportasi, penginapan, obyek dan daya tarik wisata serta fasilitas penunjang lainnya yang telah tertera dalam perjanjian paket wisata tersebut. Pembuatan paket wisata dapat dilakukan dengan pihak –pihak yang memiliki pengalaman dan memahami selera wisatawan. Hal ini dilakukan karena TNGHS memiliki kerjasama dengan banyak LSM khususnya Indecon yang dianggap cukup berpengalaman dalam menarik pengunjung mancanegara. Perlu juga digalakkan kerjasama dengan tour agent dan biro perjalanan wisata agar ekowisata berbasis masyarakat di Halimun dapat dimasukkan dalam paket-paket
78
wisatanya. Dalam “Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-2011” telah dibuat tujuh paket wisata alam yang dapat dikembangkan di kawasan TNGHS yaitu: 1. Wisata Ilmiah (Bird watching, wisata canopy trail) 2. Wisata Pendidikan (Stasiun penelitian Cikaniki) 3. Wisata Tracking/ petualangan (Pendakian Gunung Salak1, Gunung Salak 2, Gunung Halimun Utara, Gunung Halimun Selatan, Gunung Kendeng, Gunung Sanggabuana Tracking di Looptrail Cikaniki-Citalahab) 4. Wisata Pedesaan (Kampung Legok Jeruk, Kampung Citalahab, Kampung Pangguyangan) 5. Wisata budaya (Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Sinaresmi, Kampung adat Urug) 6. Wisata Ziarah (Cibedug, Kosala, Gentar Bumi, Halimun Selatan, Girijaya) 7. Geo Tourism (Cirotan, Candi Cibedug, Situs Cengkuk). Ketujuh paket wisata ini belum dapat terlaksana secara optimal, salah satunya akibat sudah tidak berfungsinya canopy trail yang menjadi bagian dari paket wisata, serta sudah tidak adanya guest house di Citalahab, sehingga pengunjung yang berwisata ke Citalahab akan tinggal bersama warga. Dalam pelaksanaannya. Pengunjung dapat dipandu oleh masyarakat sekitar dan biro perjalanan yang telah digunakan. Pembuatan paket wisat juga sebaiknya dibuat lebih bervariasi sehingga dapat memenuhi selera wisatawan. Pembuatan paket ini bagus juga jika diberikan nama yang sesuai, seperti contohnya pada wisata budaya diberikan tema “3 Hari di Kasepuhan” atau pada wisata penelitian diberikan tema “Jelajah Pesona Elang Jawa”, pada wisata geo tourism dapat diberikan tema “Berpetualang Dalam Pesona Halimun” dan lain-lain.
79
Tabel 6 Tabel Peran Stakeholder dalam Paket Wisata Tree-Adoption Stakeholder
Peran
Masyarakat
Menyiapkan akomodasi Menyiapkan atraksi
Wisatawan
Melakukan kegiatan wisata Melakukan pembibitan Menanam pohon
Tour Operator
Mengemas paket wisata
Tanggung Jawab Menyiapkan lahan Menyediakan pohon Memelihara pohon yang ditanam Melaporkan perkembangan tanaman kepada wisatawan Memberikan donasi untuk pemeliharaan
Memasarkan produk wisata ramah lingkungan
Rewards Memperoleh bagian hasil tanaman
Menerima sertifikat atas pohon yang ditanam Memperoleh bagian hasil tanaman Mendapatkan produk wisata alternatif
Sumber: Damanik dan Webber (2006)
TNGHS juga dapat melakukan pembuatan paket wisata “Tree Adoption” seperti yang dijelaskan pada Tabel 6, dimana tree adoption merupakan paket wisata yang dikemas dalam bentuk kegiatan penanaman pohon yang yang diadopsi oleh wisatawan. Paket ini merupakan salah satu paket wisata dimana wisatawan dapat memilih pohon untuk ditanam sendiri, diberi label sesuai nama mereka, dan ditanam di lahan TNGHS. Pohon tersebut dapat dikunjungi saat pengunjung datang kembali. Konsepnya adalah wisata ramah lingkungan. Artinya salah satu aktivitas wisatawan (yang kebetulan memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi) adalah menanam pohon untuk konservasi lingkungan. Untuk itu peran dan tanggung jawab wisatawan, masyarakat kawasan wisata, dan penyelenggara perjalanan sebagai aktor didefenisikan secara jelas (Puspar UGM dalam Damanik dan Webber, 2006). Selain itu paket ini merupakan paket yang menarik, dimana wisatawan dapat menanam sendiri pohon yang mereka pilih, memiliki label serta
80
sertifikat pohon tersebut atas nama sendiri. Hal ini juga dapat membuat pengunjung untuk tertarik datang kembali melihat pohon yang pernah mereka tanam. 6.2.1.3 Kerjasama Promosi dengan Pihak Lain Kerjasama promosi dengan hotel, airport, dan instansi pendidikan juga dapat dilakukan. Dalam bab sebelumnya, brosur, leaflet, dan booklet yang tersedia belum bekerja secara optimal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penyebaran yang kurang optimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meletakkan brosur-brosur dan poster, leaflet, serta booklet TNGHS di tempat yang menjadi lalu lalang internasional, di bandar udara misalnya. Brosur, leaflet, dan booklet yang tersedia dapat diletakkan di kantor-kantor agen perjalanan, money changer, kafetaria dan hotel dalam airport. Pemasangan poster juga dapat dilakukan di tourist information yang ada di bandara. Selain itu, dengan konsep wisata ilmiah yang dimiliki TNGHS, promosi juga dapat dilakukan di sekolahsekolah serta kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri ataupun juga kedutaan luar negeri yang ada di Indonesia. Lokasi TNGHS yang berdekatan dengan Jakarta juga menambah peluang TNGHS untuk mempromosikan ekowisatanya. Jakarta merupakan lalu lintas internasional yang memungkinkan pengunjung dari luar negeri untuk datang berkunjung. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh bapak TH sebagai ketua Yayasan Ekowisata Bogor. “... Sebenarnya ada nilai strategisnya, kan Halimun itu dekat Jakarta.. Mana ada lagi hutan hujan tropis tersisa dekat Jakarta...”
Dekatnya area TNGHS dengan Jakarta sebagai ibukota tidak hanya untuk menjalin kerjasama, namun juga pengunjung biasa mencari tempat hiburan yang lebih dekat. Kerjasama dengan hotel dan tour travel besar akan lebih mudah mengingat akses hubungan yang cukup dekat. Oleh karena itu hal ini akan sangat membantu dalam hal promosi ekowisata TNGHS.
81
6.2.2 Strategi Komunikasi Pemasaran Weakness -Opportunities (W-O) Strategi W-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang menggunakan kelemahan yang dimiliki TNGHS dan memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal TNGHS. Terdapat beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu: 6.2.2.1 Upaya Peningkatan Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam Bidang Pariwisata Ekowisata berbasis masyarakat khususnya di Citalahab merupakan kawasan yang hampir keseluruhan aspek wisatanya seperti homestay, pendamping, dan pemberi informasi, semuanya berasal dari kalangan masyarakat sendiri. Masyarakat dapat dibekali dengan kemampuan interpreter wisata. Menurut Interpreter Guide Indonesia (2009) Interpreter guide adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penjelasan dan petunjuk tentang obyek wisata beserta isinya, serta membantu keperluan wisatawan lainnya. Tugas pokok dari seorang Interpreter Guide adalah menyampaikan informasi agar dapat dipahami oleh wisatawan yang mengunjungi destinasi dengan demikian wisatawan akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang akan berakibat menimbulkan apresiasi terhadap destinsi yang akan di kunjungi. Masyarakat lokal lebih mengetahui jalur tracking dan objek-objek wisata indah yang akan diminati pengunjung, namun untuk lebih mengusai bidang ini, oleh karena itu masyarakat lokal sangat cocok untuk menjadi interpreter. Selain itu, tidak lupa pelatihan bahasa asing juga dapat diberikan. Pelatihan ini dapat dilakukan yaitu bekerjasama dengan LSM yang berkompeten dalam hal ini. Penggalakan pelatihan tentang pengelolaan website juga patut dilakukan. Sebenarnya sebelumnya telah ada pelatihan pengelolaan website pada bulan Maret 2008. Pelatihan seperti ini sebaiknya terus dilakukan secara continyu. Mengingat website merupakan salah satu alat komunikasi pemasaran yang ideal untuk digunakan.
82
6.2.2.2 Pemasaran Menggunakan Media Online. Saat ini internet menjadi media pemasaran yang cukup menjanjikan. Penggunaan pemasaran online cocok dilakukan karena tidak menghabiskan banyak biaya dan dapat menjangkau kalangan luas bahkan sampai mancanegara. Apalagi dengan adanya search engine optimization, web TNGHS dapat menjadi urutan pertama saat pengguna internet mengetikkan kata-kata kunci tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengelola web TNGHS. Hal ini sangat berguna bagi pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS. Pada bab sebelumnya pemasaran melalui web terlihat cukup baik, oleh karena itu dibutuhkan sebuah strategi search engine optimization untuk dapat membantu mengoptimalkan kerja web sebagai media promosi. Hal ini tidak lepas dari kandungan materi web itu sendiri, oleh karena itu web harus selalu memiliki kandungan materi yang update dengan gambar-gambar, dan audio visual yang menarik. Cara lain yaitu menempatkan link pada situs-situs atau blog yang berpotensi untuk dilihat oleh banyak orang seperti kaskus atau situs jejaring sosial. Kerjasama dengan berbagai instansi juga dapat dilakukan agar link web TNGHS dapat tersebar. Sampai saat ini sebenarnya telah ada beberapa blog yang memuat tentang ekowisata di TNGHS. Tidak hanya blog dan web yang dimiliki blogger dalam negeri, tapi juga luar negeri. Seperti berikut penuturan Pak SY sebagai pemilik homestay sekaligus sebagai ketua KSM. “ ... Kemarin ada pengunjung Belanda yang cerita ke saya kalau nama saya sudah ada di beberapa website yang mereka baca di Belanda sana, jadi katanya pada waktu sampai disini mereka langsung mencari saya untuk mencari homestay ...”
Mengingat TNGHS merupakan kawasan ekowisata yang memiliki akses yang agak sulit dijangkau, serta berada jauh dari pusat kota, maka persiapan yang dilakukan untuk menuju kesana akan lebih banyak. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah media yang mendekatkan calon pengunjung dengan pengelola. TNGHS dapat memanfaatkan social network yang memang sedang banyak digunakan seperti facebook, atau blog misalnya. Hal ini dilakukan melihat dari bab sebelumnya pengunjung TNGHS kebanyakan adalah kaum muda yang menyukai olah raga ekstrem seperti tracking, rafting, dan lain-lain. Hal ini juga dapat dilakukan untuk menjangkau calon pengunjung dari kalangan ekonomi menengah
83
keatas dan wisatawan mancanegara, yang mana kalangan tersebutlah yang banyak menggunakan jaringan internet untuk mendapatkan informasi.
6.2.2.3 Pemasangan Media Komunikasi di Area Potensial Pemasangan banner, spanduk, serta billboard sebaiknya dilakukan di objek-objek yang potensial. Penyebaran brosur, leaflet, dan booklet harus tersebar secara merata di tempat-tempat yang potensial. Sesuai dengan yang diutarakan Bapak TH sebagai ketua YEH sebagai berikut, “... Saya rasa promosi wisata di Halimun itu sudah baik.. Cuma kurang satu.. distribusi...”
Perlu diingat juga bahwa booklet, poster, serta brosur yang disebarkan jangan hanya berbahasa Indonesia, namun juga berbahasa Inggris. Hal ini akan memudahkan pengunjung mancanegara untuk membacanya. Hal ini sesuai dengan pendapat MM, salah satu responden yang berasal dari Jerman. “ .... its better if they write it in English too, because I can’t speak Indonesian.. and I didn’t get any brochure in English when I got here..”
Sebenarnya brosur dalam bahasa Inggris telah banyak dikeluarkan, namun mungkin penyebarannya yang belum merata. Hal ini lebih dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Menurut WWF (2009) istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Dari pengertian tersebut terlihat ekowisata adalah sebuah konsep wisata yang sarat dengan pengetahuan dan petualangan. Oleh karena itu promosi dapat dilakukan di instansi-instansi pendidikan seperti sekolah, universitas. Promosi dapat dilakukan dengan mengadakan seminar mengenai kelestarian lingkungan dan alam kepada siswa-siswi sekolah atapun mahasiswa. Beberapa himpunan mahasiswa ataupun unit kegiatan mahasiswa sering memiliki kegiatan pecinta alam ataupun wisata alam. Pemasangan billboard juga sangat disarankan, penggunaaan media luar ruang ini dianggap sangat efektif. Billboard ini nantinya dapat berisi mengenai informasi singkat tentang TNGHS dengan mencantumkan beragam flora seperti jamur menyala dan fauna seperti elang jawa dan owa jawa misalnya sebagai daya
84
tarik yang dimiliki. Billboard ini dapat dipasang disekitar jalan menuju Sukabumi atau Bogor mengingat jalan raya tersebut sangat ramai dengan keandaraan yang berasal dari jakarta, ataupun Bogor.
6.2.2.4 Pemanfaatan Tahun Kunjungan Secara Optimal Berdasarkan bab sebelumnya mengenai bentuk media promosi penjualan, terlihat banyak pameran yang telah diikuti oleh LSM yang sampai saat ini mempromosikan TNGHS. Beberapa event sering diadakan pemerintah untuk memasarkan potensi-potensi pariwisatanya. Seperti Visit Indonesia, Visit Bogor, JT‟X. Beberapa program tersebut diadakan oleh pemerintah, dimana pemerintah melancarkan kegiatan promosi besar-besaran untuk menarik pengunjung baik mancanegara maupun nasional. TNGHS sebenarnya telah masuk ke dalam muatan isi web resmi Visit Indonesia. Program ini merupakan program besar tiap tahunnya, sehingga akan memungkinkan banyak pengunjung yang akan datang dalam kurun waktu tersebut. Sebaiknya TNGHS dan seluruh stakeholder terkait ikut mempromosikan ekowisata berbasis masyarakat dalam event tersebut dengan mengikuti pamerannya, expo, dan lain-lain. Masyarakat juga sebaiknya selalu diberi informasi untuk ini, sehingga masyarakat dapat mempersiapkan akomodasi untuk jumlah pengunjung yang bisa saja meningkat dengan cepat pada tahuntahun ini. Karena pada event seperti ini akan banyak pengunjung yang datang untuk berwisata, tidak hanya pengunjung dalam negeri, namun juga mancanegara. Sehingga akan mendatangkan banyak keuntungan bagi masyarakat lokal dan juga stakeholder terkait yang memasarkannya. 6.2.3 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Threats (W-T) Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Beberapa alternatif strategi W-T yang dirumuskan yaitu: 6.2.3.1 Pengadaan Workshop Dengan Masyarakat Lokal Pengadaan sosialisasi mengenai bahaya pembalakan liar dan penambangan ilegal terhadap keberlangsungan ekowisata masih harus digalakkan. Hal ini agar masyarakat selalu sadar betapa pentingnya mengelola usaha ekowisata yang
85
mereka lakukan. Ekowisata menjadi bagian yang cukup penting dari masyarakat Citlahab. Pada saat wisatawan ramai berkunjung, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dari pekerjaan masyrakat sehari-hari. Selain itu masyarakat bisa diajak untuk menjaga hutan, hal ini dimaksudkan mereka diajak untuk melaporkan ke pihak TNGHS atau petugas yang berwenang jika melihat adanya kegiatan mencurigakan seperti penebangan pohon ataupun penambangan yang ilegal. Pengadaan workshop ini juga merupakan salah satu upaya hubungan masyarakat dari pihak TNGHS agar masyarakat dan pihak TNGHS memiliki satu pikiran yang sama mengenai bagaimana seharusnya ekowisata di Citalahab berjalan. Hal ini dilakukan mengingat pada bab sebelumnya terlihat promosi melalui media
hubungan masyarakat masih menjadi media yang jarang
dijalanakan oleh pihak TNGHS. Workshop ini juga dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pengunjung, karena melihat workshop mengenai kecintaan pada alam merupakan salah satu wisata pendidikan tersendiri bagi pengunjung yang juga memang tertarik pada alam. Pelaksanaan workshop ini dapat dilakukan secara terbuka, tidak hanya masyarakat yang berwenang seperti bapak-bapak misalnya yang harus mengikuti workshop ini, namun juga anak-anak dan pengunjung yang sedang berada di homestay. Upaya hubungan masyarakat juga merupakan upaya untuk mendekatkan diri dengan pohak masyarakat, dimana dalam workshop ini pihak TNGHS mencitrakan dirinya sebagai pengayom masyarakat yang juga memonitor program ekowisata yang sedang berjalan. 6.2.3.2 Penggunaan Brand Image Community-Based Ecotourism Untuk Menarik Pengunjung Definisi ekowisata sebenarnya telah mengandung unsur pelibatan masyarakat yang sangat kuat, dimana komponen pelibatan masyarakat dan pendekatan partisipatif. Sementara komponen penting lainnya adalah ekonomi dan konservasi. Terdapat banyak keunikan yang dimiliki ekowisata berbasis masyarakat yang dapat dipromosikan. Selain sebagai wisata alam, ekowisata yang berbasis masyarakat, dalam hal ini Citalahab, pengunjung dapat tinggal langsung dengan masyarakat, pengunjung dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat
86
yang asri dan jauh dari kebisingan kota. Ekowisata jenis ini cocok untuk wisatawan yang mencari suasana baru untuk berlibur. Ekowisata berbasis masyarakat di citalahab memiliki pemandangan yang indah, apalagi udaranya sangat sejuk, cocok juga digunakan untuk wisata bersama keluarga. Pada bab sebelumnya mengenai attention, dapat dilihat bagaimana pengunjung dan calon pengunjung TNGHS memiliki perhatian yang besar terhadap keberadaan ekowisata berbasis masyarakat, selain dari hasil statistik, hal ini terlihat juga dari banyaknya pertanyaan yang diberikan mengenai jalannya ekowisata di daerah ini. Ekowisata berbasisi masyarakat merupakan jenis wisata yang unik, dimana pengunjung dapat merasakan sendiri bagaimana kehidupana masyarakat lokal yang tinggal di gunung jauh dari kehidupan kota. Upaya promosi dengan mengunggulkan potensi ekowisata berbasisi masyarakat ini juga dapat dipasang pada banner, poster, atau bahkan billboard. Ekowisata berbasis masyarakat masih jarang dan masih baru, oleh karena itu akan mengundang rasa penasaran bagi calon pengunjung yang membaca brosur atau billboard nya. Penggunaan brosur juga dapat disertakan dengan gambar atau foto masyarakat dan pemandangan di Citalahab yang akan mengunadang rasa penasaran calon pengunjung. Pemberian slogan atau tagline juga dapat disertakan, misalnya “Feel the Village Romantization” hal ini akan mengundang rasa penasaran untuk berkunjung ke Citalahab. 6.2.4 Strategi Komunikasi Pemasaran Weakness-Threats (S-T) Strategi S-T adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Alternatif strategi S-T adalah sebagai berikut: 6.2.4.1 Usaha Pembangunan Kerjasama di Kalangan Swasta Saat ini keadaan ekonomi Indonesia sedang marak dengan Green Investasi. Green Investasi mirip
dengan investasi lain,
seperti, saham dan
Perbedaan utama adalah bahwa investasi hijau
yang dibuat
reksadana. perusahaan-
perusahaan yang berkomitmen untuk melestarikan sumberdaya alam, berinovasi dan menghasilkan sumber-sumber energi alternatif, menerapkan udara bersih dan proyek-proyek air bersih, dan menerapkan praktek-praktek usaha lainnya yang
87
berhubungan dengan lingkungan. Saat ini makin banyak peruahaan di Indonesia yang menggunakan investasi hijau. Hal ini akan memudahkan TNGHS dengan statusnya sebagai taman nasional yang melindungi keanekaragaman hayati untuk dapat mejalin kerjasama dan pencarian investor dan kerjasama di tengah ramainya investasi hijau diantara perusahaan saat ini. Usaha pencarian investor ini bukan dimaksudkan untuk pembangunan, melainkan untuk perawatan dan perbaikan sarana-prasarana, contohnya canopy trail yang sedang mengalami kerusakan, perawatan sarana penerangan, atau bahkan perawatan jalan. 6.2.4.2 Pemberian Info Saat Promosi Mengenai Perlindungan Keamanan Saat Berkunjung Keamanan menjadi faktor yang sangat diperhatikan pengunjung. Pada saat wawancara kepada Yayasan Ekowisata Halimun, mereka sempat mengalami saatsaat yang sulit untuk menarik pengunjung ketika kondisi keamanan negara sedang tidak stabil akibat berita pemboman atau kondisi politik yang tidak menentu, sesuai dengan pernyataan bapak DD dari YEH. “... kalau Eropa itu susah.. Amerika juga.. mereka memang memperhatikan keamanan banget ya, kalau udah ada security warning gitu wah.. udah deh, nggak ada yang dari sana, penelitian gtu juga nggak ada, Cuma kalau Belanda masih suka ada,...”
Untuk mengatasi ini, pihak TNGHS harus bekerja sama dengan pemerintah daerah atau juga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk memberi kebijakan yang mengatur masalah keamanan wisatawan yang berkunjung. TNGHS juga sebaiknya meminta pengunjung untuk didata terlebih dahulu baik di kantor balai maupun sesampainya mereka di Citalahab. Terdapat beberapa jalan masuk untuk menuju Citalahab. Dari tiap jalan masuk tersebut sebaiknya ditempatkan beberapa pos jaga yang nantinya bisa mengintrol siapa pengunjung yang masuk dan keluar area TNGHS. Staff dalam pos jaga ini nantinya juga berfungsi sebagai penunjuk jalan atau pemberi informasi mengenai akses, objek-objek wisata yang bisa dikunjungi, atau homestay.