STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Taman Nasional Gunung Halimun Salak)
AKIRA BENA YASSIRANDA M. I34070043
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT AKIRA BENA YASSIRANDA M. Marketing Communication Strategy of Community-Based Ecotourism Area (Case: Halimun-Salak National Park). Supervised by YATRI INDAH KUSUMASTUTI Indonesia is a beautiful country which has its own biodiversity that many people inside and outside the country use it as their destination. The flora and fauna of Indonesia consist of many unique varieties of tropical biodiversities. On the other side, deforestation is a major problem in Indonesia, as a highly populous country with the tendency of rapid industrialisation, the need of natural resources and land also increases. In order to maintain the balance between the need of economical growth of the country and the preservation of its natural heritage, ecotourism may be one solution to this problem. Using the biodiversity, Indonesia may improve the economical status of its issolated regions. Nowadays, Indonesia has been trying to develop its ecotourism, beside outstanding the potentions of its nature, community-based ecotourism that is also become one of the assets of Indonesia which is need to be promoted. Community-based ecotourism may become the concept of tourism which helps educate the traveler, provides funds for conservation, directly benefits the economic development and political empowerment of local communities, and fosters respect for different cultures and for human rights. One of the way to support the community-based ecotourism is to promote them. This is why marketing communication should get the attentions, so that community-based ecotourism can be a good assets not only for the government but also for the local community without disturb the balance of the nature. This research has it purpose to identify the efectivity of marketing communication and make the formulation of marketing communication strategy. This research used quantitative approache supported with qualitative approach to identify the efectivity of the communications marketing and to formulate the development strategy of communication strategy. Key words: community-based ecotourism, ecotourism marketing communication
RINGKASAN AKIRA BENA YM. Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (Kasus: Taman Nasional Gunung Halimun-Salak). Di bawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI Ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan, pada akhirnya pengembangan ekowisata dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan. Pada saat ini pemerintah sedang menata sebuah konsep ekowisata baru, yakni ekowisata berbasis masyarakat dimana masyarakat berperan penuh dalam pengelolaan, pengambilan keuntungan, serta akomodasi dan sarana prasarananya. Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah terlebih dahulu terlibat
dalam
pengelolaan
aktivitas
pariwisata
sebelum
ada
kegiatan
pengembangan dan perencanaan. Konsep ekowisata berbasis masyarakat merupakan konsep yang masih baru, maka masih banyak memerlukan pembenahan dan usaha lebih dalam setiap aspeknya, termasuk dalam hal komunikasi pemasarannya. Pemasaran ekowisata yang berbasis masyarakat sebaiknya mendapat perhatian yang cukup serius, karena ia menjadi pasukan pertama dalam memasuki industri pariwisata dengan masyarakat sebagai basis utamanya. Betapa pun bagusnya sebuah produk, tanpa didukung pemasaran yang memadai akan menjadi sia-sia. Kualitas sebuah produk memang menentukan daya tarik bagi konsumen, tetapi tanpa didukung model pemasaran yang memadai, akan sulit sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi yang dibentuk oleh keseluruhan stakeholder didalamnya, dimana seluruh stakeholder tersebut membentuk sebuah komunikasi pemasaran untuk membentuk sebuah strategi komunikasi pemasaran yang mendasar serta memperhatikan kebutuhan wisatawan akan informasi mengenai ekowisata dengan kapasitas pengelola ekowisata. Penelitian ini bertujuan menganalisis keefektivitasan komunikasi pemasaran yang sudah dilakukan oleh TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun-Salak) dan stakeholdernya. Stakeholder dalam hal ini yakni LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), pemerintah, dan juga pengunjung yang ikut memasarkan ekowisata di TNGHS.
v
Penelitian ini juga bertujuan untuk merumuskan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang cocok diterapkan di ekowisata berbasis masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional gunung Halimun-Salak selama satu bulan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur. Data yang dihasilkan diolah menggunakan regresi logistik biner dengan SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Data tersebut digunakan untuk membuat rumusan strategi yang dirangkum dalam matriks SWOT (Strenght – Weakness – Opportunity – Threath) ditambah dengan hasil wawancara yang dilakukan. Pemilihan responden, menggunakan teknik accidental sampling yakni pengunjung yang berada di tempat penelitian saat penelitian berlangsung. Pemilihan lokasi yakni di TNGHS dipilih secara purposive karena dianggap sesuai dengan tema penelitian yang dipilih. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa pada rancangan pesan, maka komunikasi pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS sudah cukup efektif, hal ini terlihat dari hasil uji regresi logistik biner yang menyatakan bahwa variabel rancangan pesan signifikan dengan kefektivitasan komunikasi pemasaran yang ada. Walaupun begitu masih banyak yang harus dibenahi agar komunikasi pemasaran dapat lebih optimal. Melihat dari hasil uji regresi logistik biner mengenai ragam media komunikasi pemasaran
dan
frekuensinya,
variabel
ragam
media
dan
frekuensi
penyampaiannya sudah cukup efektif, namun terdapat beberapa media yang patut ditingkatkan penggunaannya agar pemasaran dapat berjalan lebih optimal. Media tersebut adalah humas. Untuk itu sesuai dengan saran yang ada di matrik SWOT sebelumnya TNGHS dan stakeholder pemasaran lainnya harus lebih sering mengikuti event-event yang tersedia. Strategi komunikasi pemasaran yang cocok diterapkan yaitu usaha pembangunana kerjasama dikalangan swasta, LSM, Pemerintah Kabupaten, dan Dinas Pariwisata, serta pendistribusian alat komunikasi pemasaran seperti brosur di tempat-tempat yang dianggap potensial.
2
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Taman Nasional Gunung Halimun Salak)
AKIRA BENA YASSIRANDA M. I34070043
SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa
: Akira Bena Yassiranda Maris
NRP
: I34070043
Program Studi Judul
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat : Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (Kasus: Taman Nasional Gunung Halimun-Salak)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si NIP. 19660714 199103 2 002 Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus Ujian: _____________________
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT (KASUS: TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Juli 2011
AKIRA BENA YM I34070043
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Akira Bena Yassiranda Maris yang dilahirkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tanggal 13 Maret 1989. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, berasal dari pasangan Drs. Ahmad Muyasir dan Dra. Ananda Ekawati. Penulis bertempat tinggal di Sidoarjo dan saat ini bertempat tinggal di Bogor untuk menyelesaikan studinya. Penulis menamatkan pendidikannya ke SMA 3 Sidoarjo sampai lulus pada tahun 2007. Setelah itu pada bulan Juli 2007 diterima di Departeman Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam organisasi, kepanitiaan, dan berbagai perlombaan pada tingkat sekolah seperti News Reading Contest. Adapun kegiatan yang diikuti oleh penulis yaitu menjadi asisten dosen Komunikasi Bisnis, Public relation staff HIMASIERA, beberapa kepanitiaan dalam departemen maupun luar departemen KPM seperti Ketua Divisi Humas dan danus Masa Perkenalan Departemen (MPD), divisi Sponsorship IAAS World Congress, Public relation dalam International Scholarschip Education Expo (ISEE) serta jabatan terakhir sampai saat pembuatan tulisan ini adalah External staff IAAS (International Association of Students in Agriculture Related Science) LC IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas selesainya skripsi dengan judul “Strategi komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat (Kasus: Tman Nasional Gunung Halimun-Salak)”. Skripsi ini dibuat sebagai sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak. oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama, serta bantuan yang telah diberikan kepada penulis secara materi ataupun non materi. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa menjadi wacana serta pembelajaran yang berharga bagi mahasiswa ataupun peneliti selanjutnya agar dapat dipergunakan sebaik mungkin dan memberikan manfaat secara berkelanjutan untuk masyarakat.
Bogor, Juli 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Strategi Komunikasi Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat” ini berhasil diselesaikan. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan, dorongan, semangat dan dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung atau secara tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, karena tanpa bantuan dan dukungan dari mereka, mungkin penulis studi pustka ini tidak akan terselesaikan. Selain itu juga penilis megucapkan terima kasihnya kepada: 1. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si selaku dosen pembimbing atas kesabarannya membimbing, berdiskusi, memberi saran, dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orangtua, Ananda Ekawati dan Ahmad Muyasir, kakak perempuan penulis, Andini Fajarina, dan dua adik perempuan penulis, Nahdya Pradnya Yanis dan Raisya Ghorbyana Meis, serta eyang tercinta ibu Larasati Ario Dradjat yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan kepada penulis. 3. Pihak Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Bapak Nur Faizin, Pak Suryana, Mbak Widi, Mbak Fera, Pak Momo dan karyawan TNGHS yang telah membantu serta Pihak YEH, Bapak Teguh. 4. Teman-teman yang telah sangat banyak membantu, Diah Irma, Riski Afianti, Septian, Fidel, Icha, Eka, Anam, Ali, Dian, Tita, Aris, Rajib, Hendra, Waldi, Nathan, Dewi, Jesse, Enung, Kiki Khanza, serta temanteman satu bimbingan: Chae, Oci, Dhanis, yang saling memberikan dorongan dan teman bertukar ide untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Penemu Google, yang telah sangat membantu as the best search engine ever. =) 6. Keluarga besar SKPM 44 atas perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya sampai saat ini. Semoga sukses selalu menyertai kita. 7. Semua pihak, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu terselsaikannya skripsi ini. Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini belum dapat disusun secara sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca senantiasa penulis harapkan. Semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Juli 2011 Penulis
xii
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1
Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4
Kegunaan Penelitian .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5 2.1 Komunikasi ................................................................................................ 5 2.2 Efektivitas Komunikasi .............................................................................. 6 2.3 Komunikasi Pemasaran .............................................................................. 7 2.4 Strategi Komunikasi Pemasaran ................................................................ 9 2.5 Ekowisata................................................................................................ 11 2.5.1 Ekowisata dan Kebijakannya ........................................................ 16 2.5.2 Peran Masyarakat Lokal ............................................................... 17 2.6 Ekowisata Berbasis Masyarakat ............................................................... 18 2.6.1 Prinsip dan Kriteria ......................................................................... 19 2.7 Komunikasi Pemasaran Ekowisata ........................................................... 23 2.7.1 Produk ............................................................................................ 24 2.7.2 Harga.............................................................................................. 24 2.7.3 Promosi .......................................................................................... 24 2.7.4 Tempat (Distribusi)......................................................................... 25 2.8 Kerangka Penelitian .................................................................................. 25 2.9 Hipotesis ................................................................................................... 28 2.10 Definisi Operasional ................................................................................ 28 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN .......................................................... 31 3.1 Metode Penelitian ..................................................................................... 31 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 31 3.3 Teknik Pemilihan Informasi dan Responden .............................................. 32 3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 32
xiii
3.5.Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 37 4.1 Kondisi Umum Taman Nasional Gunung Halimun Salak ......................... 37 4.2 Kondisi Fisik TNGHS .............................................................................. 38 4.3 Potensi Wisata .......................................................................................... 38 4.3.1 Jalan Setapak ................................................................................ 40 4.3.2 Kebun Teh .................................................................................... 41 4.3.3 Air Terjun ..................................................................................... 42 4.3.4 Flora dan Fauna ............................................................................ 42 4.3.5 Sejarah dan Atraksi Budaya .......................................................... 42 4.4 Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Setempat......................................... 43 4.5 Sarana Prasarana ...................................................................................... 44 4.6 Karakteristik Responden .......................................................................... 44 4.7 Penilaian Pengunjung Terhadap Sarana Prasarana .................................... 49 BAB V KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT .......................................................... 54 5.1 Rancangan Pesan...................................................................................... 54 5.1.1 Attention ............................................................................................ 55 5.1.2 Need .................................................................................................. 56 5.1.3 Satisfaction........................................................................................ 57 5.1.4 Visualization...................................................................................... 58 5.1.5 Action ................................................................................................ 59 5.2 Media Komunikasi Pemasaran dan Frekuensi Penyampaiannya................ 60 5.2.1 Periklanan........................................................................................ 61 5.2.2 Promosi Penjualan ........................................................................... 64 5.2.3 Hubungan Masyarakat ..................................................................... 65 5.2.4 Penjualan Pribadi ............................................................................. 66 5.2.5 Pemasaran langsung ........................................................................ 66 5.2.6 Word of Mouth (WOM) ................................................................... 68 BAB VI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) ...................................... 70 6.1 Analisis SWOT ....................................................................................... 70 6.1.1 Analisis Strenght (Kekuatan) ............................................................. 70 6.1.2 Analisis Weakness (Kelemahan) ........................................................ 71 6.1.3 Analisis Oportunity (Peluang)............................................................ 73 6.1.4 Analisis Threats (Ancaman) .............................................................. 73
xiv
6.2 Strategi Komunikasi Pemasaran TNGHS ................................................. 76 6.2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O)........ 76 6.2.1.1 Mendukung Pengembangan dan Promosi Wisata Ilmiah dengan Cikaniki sebagai Unggulannya ................................ 77 6.2.1.2 Pengusahaan Paket Wisata secara Lebih Optimal ................. 80 6.1.1.3 Kerjasama Promosi dengan Pihak Lain ................................. 81 6.2.2 Strategi Komunikasi Pemasaran Weakness -Opportunities (W-O) .... 81 6.2.2.1 Upaya Peningkatan Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam Bidang Pariwisata ...................................................... 81 6.2.2.2 Pemasaran Menggunakan Media Online. .............................. 82 6.2.2.3 Pemasangan Media Komunikasi di Area Potensial ............... 83 6.2.2.4 Pemanfaatan Tahun Kunjungan Secara Optimal ................... 84 6.2.3 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Threats (W-T) ................. 84 6.2.3.1 Pengadaan Workshop Dengan Masyarakat Lokal ................... 84 6.2.3.2 Penggunaan Brand Image Community-Based Ecotourism Untuk Menarik Pengunjung .................................................... 85 6.2.4 Strategi Komunikasi Pemasaran Weakness-Threats (S-T)................... 86 6.2.4.1 Usaha Pembangunan Kerjasama di Kalangan Swasta ........... 86 6.2.4.2 Pemberian Info Saat Promosi Mengenai Perlindungan Keamanan Saat Berkunjung .................................................. 87 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 88 7.1
Kesimpulan.......................................................................................... 88
7.2
Saran ................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91
xv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Rute Perjalanan Wisata.........................................................
Tabel 2
Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap
39
Rancangan Pesan Serta Unsurnya yang Memepengaruhi Efektif Tidaknya Komunikasi Pemasaran............................................................................. Tabel 3
54
Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Frekuensi Penyampaian Serta Ragam Medianya yang Mempengaruhi Efektif Tidaknya Komunikasi Pemasaran ...........................
61
Tabel 4
Bahan Promosi Cetak Mengenai TNGHS ...........................
63
Tabel 5
Daftar Biaya Masuk TNGHS...............................................
64
Tabel 6
Tabel Peran Stakeholder Dalam Paket Wisata TreeAdoption.................................................................................
75
xvi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Sektor Ekonomi Pendukung Ekowisata ..........................
13
Gambar 2
Hubungan Antar Stakeholder di Sektor Ekowisata .........
17
Gambar 3
Kerangka Konseptual.......................................................
25
Gambar 4
Kerangka Penelitian.........................................................
27
Gambar 5
Matriks SWOT ................................................................
36
Gambar 6
Diagram Presentase Status Pengunjung...........................
45
Gambar 7
Diagram Asal Pengunjung...............................................
45
Gambar 8
Diagram Presentase Motivasi Kunjungan........................
47
Gambar 9
Diagram Jenjang Pendidikan Responden........................
48
Gambar 10
Presentase Responden Berdasrkan Jenis Kelamin...........
49
Gambar 12
Diagram Penilaian Responden Terhadap SaranaPrasarana.........................................................................
Gambar 13
50
Matriks SWOT Strategi Komunikasi pemasaran TNGHS.............................................................................
75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Peta Lokasi TNGHS .............................................................
95
Lampiran 2
Kuesioner................................................................................
96
Lampiran 3
Lembar Penduan Pertanyaan Wawancara .............................
101
Lampiran 4
Dokumentasi............................................................................
103
Lampiran 5
Jadwal Penelitian 2011 ...........................................................
107
Lampiran 6
Hasil Olahan Data Dengan SPSS................ ...........................
Lampiran 7
Website yang Digunakan Untuk Promosi Ekowisata.................................................................................
Lampiran 8
Data Responden ......................................................................
108 137 138
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan lingkungan menjadi topik yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan dan penebangan liar telah dilakukan pemerintah berupa pengefektifan berbagai perangkat hukum (undang-undang, PP, dan SK Menteri sampai Dirjen) serta usaha LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk dapat memperbaiki kondisi lingkungan serta advokasi kepada pemerintah belum memberikan hasil yang optimal. Pengetahuan masyarakat juga dianggap belum cukup untuk dapat melakukan upaya pemberdayaan serta pengelolaan areal yang luas juga dianggap sebagai salah satu penyebab berkurangnya sumberdaya. Pengenalan konsep ekowisata kepada beberapa Taman Nasional di Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk melindungi lingkungan pantai, hutan, dan digunakan untuk konservasi flora dan fauna. Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas serta industri lainnya (Yoeti, 2008). Ekowisata yang pada umumnya merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan,
sehingga
pada
akhirnya
pengembangan
ekowisata
dapat
meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan. Hal ini didukung dengan naskah
yang
diterbitkan
Direktorat
Jenderal
Pengendalian
Kerusakan
Keanekaragaman Hayati, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (2001) menyebutkan bahwa banyak masyarakat Indonesia belum sepenuhnya tanggap akan fungsi hutan dan ekosistemnya yang sangat menjanjikan. Masih banyak yang menganggap hutan hanya sebagai penghasil kayu untuk memperoleh manfaat ekonomi secara cepat dan mudah. Hutan dan perairan dengan keanekaragaman hayati dan keunikan ekosistem yang ada di dalamnya belum dipandang sebagai satu kesatuan yang saling terkait, yang tidak hanya akan bermanfaat secara
2
ekonomi, namun akan menjaga keberlanjutan manfaat itu sendiri termasuk budaya dan sosial. Di sisi lain pendekatan ekonomi yang lebih maju yang berjalan dengan searah dengan demokratisasi dan otonomi daerah menuntut berbagai instansi untuk dapat menggunakan prinsip „participatory‟ yang melibatkan masyarakat lokal serta memberikan keuntungan dari areal konservasi dan taman nasional kepada masyarakat
lokal. Berbagai kelebihan yang bisa didapat
dari
pengembangan ekowisata tidak hanya sebagai upaya pelestaian alam namun juga sebagai salah satu katalisator pembangunan. Dengan adanya status ekowisata, objek-objek ekowisata akan dapat menjadi area pemberdayaan masyarakat, dimana dapat menjadi objek kesempatan kerja, membantu dalam percepatan pemerataan pendapatan,
penerimaan pajak, dan meningkatkan nilai tambah
produk hasil kebudayaan. Selain itu, ekowisata dapat menjadi sektor yang dapat diandalkan dalam peningkatan ekonomi negara. Keberhasilan sebuah institusi akan juga didukung oleh penghargaan dan dan dukungan yang diberikan masyarakat sekitar. Sejalan dengan itu sangat penting untuk dapat mengajak masyarakat bekerja sama agar dapat menjaga, melestarikan, dan turut menambah penghasilan mereka dalam sebuah lembaga yang berbasis masyarakat. Kerjasama ini akan bersifat simbiosis mutualisme dimana pemerintah sebagai pembuat kebijakan akan dapat menjalankan perannya dalam mengelola, melindungi, dan memberdayakan masyarakat di area konservasi dan taman nasional, sedangkan bagi masyarakat akan menguntungkan juga dimana masyarakat dapat memperoleh hasil dan peningkatan taraf ekonomi. Seperti yang diungkapkan oleh Yoeti (2008), bahwa dalam industri pariwisata, terbuka peluang untuk meningkatkan perolehan devisa negara. Maju dan berkembangnya pariwisata dapat mengembangkan daerah miskin menjadi lokasi industri baru. Untuk mencapai semua itu, maka dibutuhkan sebuah konsep pemasaran ekowisata berbasis masyarakat, dimana saat ini semakin ketatnya kompetisi di antara perusahaan pariwisata yang jelas memiliki modal dan didukung fasilitas yang jauh lebih memadai. Komunikasi pemasaran ekowisata yang berbasis masyarakat sebaiknya mendapat perhatian yang cukup serius, karena tanpa didukung komunikasi yang memadai, sebuah produk akan menjadi sia-sia. Kualitas sebuah produk memang menentukan daya tarik bagi konsumen, tetapi
3
tanpa didukung model komunikasi pemasaran yang memadai, akan sulit sampai ke tangan konsumen.
1.2 Rumusan Masalah Dengan keberagaman flora serta fauna yang ada, menjadikan ekowisata berpotensi menjadi sebuah usaha berkelanjutan yang menjanjikan. Untuk mencapai manfaat tersebut, masyarakat lokal harus punya kesempatan untuk mengatur intensitas arus dan jumlah wisatawan, mempertahankan kemandirian, dan mengembangkan ekowisata yang sesuai dengan misi yang berwawasan lingkungan, menghormati adat istiadat dan kelestarian alam. Di satu sisi, usaha yang dilakukan harus adil dan menguntungkan masyarakat setempat. Di sisi lain, usaha ekowisata tersebut juga harus tetap menjaga kelestarian alam. Oleh karena itulah ekowisata berbasis masyarakat dilihat sebagai sebuah solusi. Komunikasi pemasaran ekowisata yang baik akan mendatangkan banyak pengunjung yang juga pada akhirnya akan menguntungkan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan pihak di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) sampai saat ini? 2. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang tepat bagi pemasaran kawasan ekowisata berbasis masyarakat TNGHS?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah: 1. Menganalisis efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan TNGHS untuk mempromosikan ekowisata berbasis masyarakat 2. Mengetahui strategi pemasaran yang cocok dikembangkan dalam kawasan ekowisata berbasis masyarakat.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang terkait antara lain: Pihak pengelola Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, yaitu balai TNGHS sebagai bahan pertimbangan penyusunan strategi komunikasi
4
pemasaran kedepannya. Bagi pihak Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan yang mampu mengoptimalkan potensi ekonomi tanpa harus mengorbankan aspek keberlanjutan dari lingkungan selain menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi masyarakat. Bagi para peneliti, penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dalam melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi pemasaran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Sesuai dengan pendapat Berlo (1960) dalam Lubis et al (2009), dengan asumsi bahwa komunikasi merupakan suatu proses, Berlo mengemukakan bahwa elemen-elemen dasar komunikasi yang relevan untuk komunikasi antarpribadi meliputi enam komponen yaitu sumber (source), penyandi (encoder), pesan (message), saluran komunikasi (channel), penerima (receiver), dan penerjemah (decoder).
Berlo
kemudian mengembangkan sebuah model komunikasi
antarpribadi yang dapat dgunakan untuk menganalisis ketepatan komunikasi dengan mengintegrasikan tiga aspek yaitu sosiologis, retorika, dan ilmu perilaku kedalam model komunikasi S-M-C-R yakni Source- Message-Channel-Receiver. Selanjutnya Berlo (1960) dalam Lubis et al (2009) mengungkapkan terdapat enam unsur-unsur komunikasi, dimulai dari sumber, yakni orang atau sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi. Sumber inilah yang berinisiatif untuk berkomunikasi. Unsur kedua yaitu penerima, yakni orang atau sekelompok orang pada sisi lain proses komunikasi. Ia atau mereka adalah „sasaran‟ komunikasi. Penerima mendengar ketika sumber berbicara, atau membaca apa yang ditulis oleh sumber. Unsur ketiga yaitu pesan, dimana dalam hal ini sumber harus mempunyai sesuatu yang dikirimkan kepada penerima. Tujuannya sesuatu ini disalurkannya dalam bentuk pesan. Pesan tersebut dapat berupa ide atau tujuan, yang dikemukakan dalam bentuk kode atau kumpulan simbol yang tersusun secara sistematis. Unsur selanjutnya yaitu saluran, saluran komunikasi mencakup tiga pengertian, yakni moda membuat kode (encoding) dan menerjemahkan kode (decoding) dari pesan, kendaraan pesan (message vehicle), dan pembawa pesan (message carrier). Selanjutnya yakni unsur akibat, yaitu hasil komunikasi atau respon penerima terhadap pesan Pesan verbal maupun visual dalam iklan perlu memperhatikan tahapantahapan komunikasi, pada tahap awal ditujukan untuk menyadarkan konsumen tentang keberadaan produk awareness, ditujukan pula untuk mengenalkan brand, fungsi dan penetapan segmentasi atau pemakai. Menganalisis komunikasi pemasaran lewat pesan verbal maupun visual dapat dilakukan dengan merujuk
6
pada teori ANSVA dari Alan H Monroe. Menurut Monroe dalam Kusumastuti (2009) terdapat lima tahap urutan motif yang sesuai dengan cara berpikir manusia dalam formula ANSVA: perhatian (attention), kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan anjuran tindakan (action).
2.2 Efektivitas Komunikasi Menurut Coulson-Thomas (1990) komunikasi yang efektif merupakan sesuatu yang tidak dapat terjadi begitu saja seluruh unsur organisasi pesan harus direncanakan dengan baik. Unsur organisasi tersebut harus mengidentifikasi internal dan eksternal grup yang harus berkomunikasi serta memutuskan pesan apa yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi efektif jika dalam waktu tertentu komunikasi memahami pesan yang disampaikan komunikatornya dengan baik dan melaksanakannya. Berkomunikasi efektif
berarti bahwa komunikator dan
komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu analisis mengenai efektivitas komunikasi dapat dilihat dari sumber serta penerima pesan yang disampaikan mengenai isi pesan yang diterima dan kesamaannya dengan pesan yang diberikan sumber. Menurut Tubbs dan Moss dalam
Sembiring (2011) komunikasi yang
efektif akan menimbulkan 5 hal yaitu : a. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus/pesan seperti yang dimaksud oleh komunikator. b. Kesenangan,
artinya
tidak
semua
komunikasi
ditujukan
untuk
menyampaikan informasi dan membentuk pengertian, akan tetapi ada juga dilakuakan untuk menimbulkan kesenangan, misalnya menanyakan seseorang. Komunikasi inilah yang menyebabkan hubungan kita menjadi hangat, akrab dan menyengkan. c. Pengaruh pada sikap. Komunikasi seringkali dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan perubahan sikap, perilaku atau pendapat komunikan sesuai dengan kehendak komunikator.
7
d. Hubungan sosial yang baik. Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia juga adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. e. Tindakan efektifitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikan. 2.3 Komunikasi Pemasaran Menurut Kotler (2002), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan kerja harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaransasaran individu dan organisasi. Lebih jauh lagi, Kotler (2002) kembali menjelaskan bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain. Sedangkan dalam buku yang sama, strategi pemasaran, diartikan sebagai logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan. Perusahaan memutuskan pelanggan mana yang akan dilayaninya dengan dipandu oleh strategi pemasaran, perusahaan selanjutnya akan menyusun bauran pemasaran terintegrasi yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi. Tjiptono (2008) mengartikan komunikasi pemasaran sebagai aktivitas pemasaran
yang
berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi
atau
membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Shimp (2003) Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu atau antara organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Jika digabungkan, maka komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Menurut Shimp (2003)
8
bentuk-bentuk utama dari komunikasi pemasaran, yaitu personal selling, iklan (advertising), sales promotion, sponsorship marketing, publicity, Komunikasi di tempat pembelian (point-of-purchase communication). Komunikasi pemasaran dan promosi menjadi hal yang saling terintegrasi satu sama lain. Promosi menjadi salah satu dari serangkaian alat pemasaran yang dalam dalam marketing mix (bauran pemasaran) dikenal sebagai 4P yang terdiri dari promotion, product (produk), place (tempat), price (harga). Dalam komunikasi pemasaran, kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap informasi mengenai produk ataupun jasa sangat penting. Menurut Levitt (1987) dalam Tjiptono (2008), syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan pelanggan.
Dengan demikian setiap
perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada dasar sasarannya, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Dalam pelaksanaannya, pemasaran wisata berbeda dengan pemasaran produk-produk pada umumnya. Konsep pariwisata bisa dikatakan sebuah konsep yang termasuk dalam bidang jasa. Dimana dalam hal ini pariwisata sangat berhubungan dengan keramah-tamahan dan kesenangan. Merupakan hal yang sangat penting untuk dapat menjalin saling pengertian antara produsen, konsumen serta seluruh stakeholder terkait. Menurut Marpaung (2002), dasar utama dari pemasaran wisata adalah konsep marketing. Konsep ini merupakan customeroriented philosophy yang dilaksanakan dan diintegrasikan dalam suatu organisasi agar dapat melayani konsumen dengan lebih baik daripada apa yang dilakukan pesaing, selain untuk mencapai target khusus perusahaan, sedangkan menurut Damanik dan Webber (2009), penawaan yang diberikan kepada wisatawan adalah jasa dan produk. Produk wisata, seperti yang dikutip Freyer (1992) dalam Damanik dan Webber (2009) adalah semua produk yang diperuntukkan bagi dan dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata. Adapun jasa tidak lain adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan (mengonsumsi) produk tersebut. Jasa ini seringkali tidak
9
tampak (intangible), bahkan seringkali tidak diarasakan. Lebih lanjut lagi, Marpaung (2002) melihat bahwa pemasaran wisata mencakup: menemukan apa yang menjadi keinginan konsumen (market research), mengembangkan pemberian pelayanan yang sesuai kepada wisatawan (product planning), pemberitahuan tentang produk yang dibuat (advertising and promotion), dan memberikan instruksi dimaan mereka dapat memperoleh produk-produk tersebut (channels of distribution-tour operator and travel agent). 2.4 Strategi Komunikasi Pemasaran Strategi komunikasi pemasaran, menurut Kusumastuti (2009), bertujuan untuk mencapai tahap perubahan penegtahuan. Dalam perubahan ini, konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan ditujukan untuk siapa. Lumsdon (1997) menyatakan bahwa strategi komunikasi tidak hanya mengenai penawaran merk, namun juga mengenai bagaimana mengkomunikasikan merk-merk tersebut kepada masing-masing segmen pasar. Sesuai dengan pendapat Coulson-Thomas (1990) bauran pemasaran meliputi seluruh aktivitas yang bertujuan untuk menginformasikan dan membujuk. Promosi menjadi penting ketika sebuah produk dihadapkan dengan produkproduk lain yang mirip dan saat memperkenalkan produk baru. Cooper et al (1999) dan Kotler (1997) sebagaimana dikutip dalam Hartono (2008) menyatakan terdapat empat komponen dalam bauran promosi yaitu: a.
Periklanan Menurut Tjiptono (2008) iklan adalah merupakan salah satu bentuk promosi
yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Pengiklan tidak hanya mencakup perusahaan bisnis tapi juga museum, organisasi amal, dan lembaga pemerintah yang memasang iklan untuk berbagai sasaran. Iklan merupakan cara yang efektif guna menyebarkan pesan, untuk membangun preferensi merk. Pengiklanan merupakan elemen penting dari bauran komunikasi pemasaran.
10
b. Promosi Penjualan Promosi penjualan atau sales promotion adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong pelanggan untuk membeli lebih banyak, menyerang aktivitas promosi pesaing, meningkatkan pembelian tanpa rencana sebelumnya. Dalam penelitian Hartono (2008) promosi dilakukan oleh banyak pihak yang mencakup Biro perjalanan wisata, LSM, bahkan Pemda. Promosi yang dilakukan Pemda merupakan salah satu yang terbesar karena TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) terletak di tiga kabupaten yaitu Cianjur, Bogor, dan Sukabumi. Langkah langkah yang dilakukan berupa diikutsertakannnya TNGGP dalam berbagai kegiatan promosi pariwisata yang dilaksanakan Pemda Cianjur, seperti pameran, maupun dalam bahan-bahan cetakan berupa leaflet dan buku wisata yang mempromosikan TNGGP. Promosi yang dilakukan oleh LSM berupa pembuatan tulisan di dalam web nya (www.conservation.co.id) , terutama semenjak kerjasama dalam bentuk konsorsium baru terjalin. Sedangkan dalam penelitian Ambinari (2002) yang mengadakan penelitian di TNGH (Taman Nasional Gunung Halimun) berpendapat bahwa media promosi berupa hiburan dianggap kurang cocok untuk dilakukan di Taman Nasional, hal ini karena adanya hiburan akan mengundang keramaian yang tidak sesuai dengan prinsip dasar kegiatan Ekowisata. Dalam penyelenggaraan promosi, TNGH pernah mengadakan promosi penjualan melalui potongan harga pada tahun 1997 dan juga pameran kegiatan di tingkat kabupaten seperti expo Jawa Barat pada tahun 2001, atau juga Jawa Barat Travel Exchange (JT‟X 2002)1 c.
Penjualan Pribadi Penjualan pribadi atau personal selling adalah komunikasi langsung (tatap
muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk 1
Jawa Barat Travel Exchange, sebuah pameran wisata yang diselenggarakan oleh pemerintah Jawa barat dengan stakeholder wisata yang ada untuk mempertemukan penjual dan pembeli wisata, serta stakeholder wisata yang bertujuan mempromosikan objek wisata yang ada.
11
kepada calon pembeli dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk tersebut sehingga kemudian mereka akan mencoba dan membelinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2008), penjualan pribadi yang dilakukan adalah mencakup presentai penjualan, katalog, pemasaran lewat telepon, pengiriman bahan cetakan, email dan internet. Sedangkan penjualan pribadi yang dilakukan TNGGP adalah melalui internet, khusunya melalui situs TNGGP (www.gedepangrango.org). Situs tersebut berisi informasi umum dan berita-berita terbaru mengenai TNGGP. d. Hubungan Masyarakat Public Relation (PR) merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut. PR mengkomunikasikan banyak tujuan antara organisasi dengan publik yang bertujuan menghasilkan kebaikan. PR proaktif dan berorientasi masa depan, memiliki tujuan dan menjaga persepsi yang positif tentang organisasi di mata publik. Kegiatan humas yang telah dilakukan TNGH berdasarkan penelitian Ambinari (2002) yaitu mengundang wartawan cetak dan media elektronik untuk berkunjung ke TNGH. Kegiatan ini dilaksanakan dengan dana yang berasal dari konsorsium yang didapatkan dari YEH, LSM lain, TNGH dan biodiversity Conservation Project-JICA (Japan International Coorporation Agency).
Sedangkan upaya promosi melalui
hubungan masyarakat yang telah dilakukan oleh TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) menurut penelitian Hartono (2008) yaitu mengadakan seminar secara rutin setiap tahunnya untuk memaparkan kegiatan-kegiatan TNGGP. Seminar ini dilaksanakan dengan mengundang berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan ekowisata di TNGGP. 2.5 Ekowisata Menurut Damanik dan Weber (2006), ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu ekowisata sebagai produk, ekowisata sebagai pasar, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada
12
upaya-upaya
pelestarian
lingkungan.
Akhirnya
sebagai
pendekatan
pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Pendapat lain yang juga disampaikan oleh Ceballos-Lascurain (1980) dalam Fennel (1999) yang dianggap sebagai penggagas pertama konsep ekowisata, ia mendeskripsikan ekowisata adalah kegiatan bepergian ke daerah yang tidak terganggu atau area alami yang belum terkontaminasi dengan dengan tujuan belajar, mengagumi, dan menikmati, pemandangan dan fauna serta satwa liar. Sedangkan menurut WWF (2009) Istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Menurut Marpaung (2002), kondisi lingkungan yang natural adalah merupakan atraksi utama bagi wisatawan. Pengunjung diharapkan tertarik pada tempat bagi wisatawan, juga pada tempat yang menawarkan film menyenangkan dan aksesibilitas yang tinggi, dengan rumah penginapan dan makanan bagi wisatawan harus tersedia. Terdapat beberapa karakteristik ekowisata menurut Damanik dan Webber (2006) yang membedakannya dengan wisata massal. Pertama yaitu aktivitas wisata terutama berkaitan dengan konservasi lingkungan meskipun motif berwisata bukan untuk melestarikan lingkungan, namun tingginya kesadaran lingkungan memudahkan wisatawan untuk terlibat dalam berbagai upaya pelestariannya. Kedua, penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk menarik tamu, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih menghargai lingkungan, sehingga keunikan ODTW (Obyek dan Daya Tarik Wisata) dan lingkungannya tetap terjaga dan masyarakat lokal dapat menikmati keunikan tersebut. Ketiga, kegiatan wisata berbasis alam. ODTW yang menjadi basis kegiatan wisata adalah alam dan lingkungan yang hijau (kawasan bening da bersih). Pendapat lain diberikan oleh Hetzer (1965) dalam Fennel (1999), ia mengidentifikasi bahwa terdapat empat pilar fundamental yang harus diikuti untuk dapat menjadikan ekowisata sebagai bentuk wisata yang lebih bertanggung jawab, yaitu meminimalisir dampak lingkungan, meminimalisir
13
dampak dan penghormatan maksimal kepada pemilik budaya. Keuntungan maksimal yang dipengang oleh organisasi akar rumput, dan kepuasan wisatawaan. Dari gambar dapat dilihat bahwa ekowisata dan keseluruhan stakeholder didalamnya terdiri dari bagian-bagian terpisah yang saling berintegrasi membentuk siklus
yang saling berhubungan.
Dimana Ekowisata telah
mendapatkan peraturan resmi dari pemerintah dan International Tourism. Ekowisata didukung oleh keadaan alam, serta budaya yang dimiliki sebagai sektor penunjang yang kemudian mendatangkan pihak biro perjalanan yang juga mendapatkan keuntungan dari keberadaan ekowisata. Hal ini secara langsung juga akan mempengaruhi pengelola dan menambah pendapatan masyarakat lokal, hingga pada akhirnya ekowisata mendatangkan devisa bagi pemerintah dan kembali ke negara pada akhirnya seperti dalam gambar selanjutnya.
International Tourism Sektor Penunjang
Pemerintah
Biro perjalanan Operator Penduduk lokal Sumber: Nugroho (2006)
Gambar 1. Sektor Ekonomi Pendukung Ekowisata Menurut Sudarto (1999) segmen pasar ekowisata digolongkan menjadi tiga bagian berdasarkan golongan umur dan status sosialnya, yaitu: 1. Generasi Pertama (The Silent Generation)
14
Generasi ini berumur antara 55-64 tahun. Berstatus sosial yang baik, karena rata-rata mereka berpendidikan dan sudah tidak harus memikirkan anak-anaknya karena memang rata-rata anaknya sudah mandiri. Dengan bekal tabungan dan pensiun yang mereka miliki, mereka sanggup berekowisata dengan jangkauan kunjungan yang lebih lama (4 minggu) dan mampu membayar dengan harga yang lebih mahal. Mereka lebih suka berkunjung ke daerah-daerah yang memiliki fasilitas yang baik dan nyaman dan aman, tanpa harus menguras banyak tenaga untuk menikmati pemandangan alam yang ada. Mereka lebih menyukai kunjungan yang bersifat menikmati pemandangan alamnya itu sendiri. 2. Generasi Kedua (The Baby Boom Generation) Mereka ini adalah golongan eksekutif muda yang berumur antara 25-54 tahun. Mempunyai karir dan kedudukan yang bagus. Mereka lebih suka berpergian sebagai pasangan atau dengan keluarga dan anak-anaknya. Lama waktu bepergian antara 2-2 minggu, mampu membayar dengan layak ke daerah-daerah tujuan yang soft sampai dengan medium adventure. Selain unsur pendidikan dan pemahaman, maka unsur menikmati pemandangan alam juga sangat berarti bagi mereka untuk menghilangkan stress akibat pekerjaan mereka sebagai eksekutif muda. 3. Generasi Ketiga ( X Generation) Generasi ini berumur antara 18-29 tahun, mereka lebih suka berekowisata sebagai back-packer karena rata-rata status mereka yang masih sebagai pelajar/mahasiswa. Kebutuhan mengenal dunia luar dengan keeksotikan alam dan budayanya merupakan tujuan utama mereka, sebelum mereka berjuang untuk mendapatkan karirnya dalam bidang pekerjaan yang mereka inginkan. Mereka mampu berekowisata selama 212 bulan dengan pengeluaran rata-rata $200-500 perbulannya. Dan biasanya dari generasi ini pada suatu saat akan tumbuh menjadi the baby boom generation dimasa 10-15 tahun kemudian. Menurut Yoeti (1980) dalam Syafei (2006) mengungkapkan bahwa berdasarkan sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata
15
itu dilakukan, maka wisatawan sebagai konsumen dari industri pariwisata dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Wisatawan Asing (Foreign Tourist) Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana ia biasanya tinggal.
Domestic Foreign Tourist Adalah orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara, yang melakukan perjalanan wisata di wilayah negara dimana ia tinggal. Orang asing ini mungkin tinggal di negara tersebut karena alasan tugas atau jabatannya.
Wisatawan Lokal Adalah seorang warga dari suatu negara yang melakukan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati batas negaranya.
Indigenous Foreign Tourist Adalah warga suatu negara tertentu yang karena tugasnya atau kedudukannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.
Transit Tourist Adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu yang dengan alat transportasi tertentu, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan /airport/stasiun tertentu bukan atas kemauannya sendiri. Kemudian wisatawan tersebut melakukan sight seeing atau tour ditempat ia singgah, sambil menunggu untuk melanjutkan perjalanannya kembali.
Business Tourist Adalah orang yang melakukan perjalanan, baik itu warga lokal maupun warga asing yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah pekerjaan utamanya selesai. Jadi disini perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder. Sebagai contoh, para peserta konverensi PBB, meskipun datang untuk melakukan
16
konferensi, tetapi biasanya selalu ada kegiatan „pre converence tour‟ dan „post converence tour‟.
2.5.1 Ekowisata dan Kebijakannya Ekowisata di Indonesia telah diatur dalam UU No. 22 tahun 2009 mengenai pedoman pengembangan ekowisata, sedangkan dibeberapa negara, menurut Fennel (1999), ecotourism is presently at the policy consideration and initiation stage, with the recognition that further political and socio-economic coordiantion must exist for it to procced. Policy development has only strated to be initiated as a result of the development and activities. Dari kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa ekowisata terdapat dalam taraf pertimbangan kebijakan dan tahap inisiasi, dengan pengakuan mengenai kebijakan lebih lanjut dan koordinasi politik dan sosial-ekonominya harus ada agar dapat dilakasanakan. Kebijakan pembangunan harus dimulai sebagai hasil dari pembangunan dan kegiatan Liu (1994) dalam Fennel (1999), mengatakan bahwa kebijakan pemerintah merupakan kunci yang penting dalam mengembangkan ekowisata. Lebih jauh lagi, Liu merasa bahwa pemerintah harus memainkan peran yang signifikan dalam memberikan keuangan yang penting, kemampuan manajerial, dan pengetahuan agar pihak swasta dapat bekerja selembut dan seefisien mungkin. Liu juga menyarankan bahwa pemerintah harus: 1. Memfasilitasi
kegiatan
sektor
swasta
yang
efisien
dengan
meminimalkan gangguan pasar dan mengandalkan kompetisi sebagai alat kontrol 2. Memastikan keamanan lingkungan makro ekonomi. 3. Jaminan hukum dan ketertiban, dan penyelesaian sengketa 4. Memastikan penyediaan infrastruktur yang tepat. 5. Memastikan pengembangan sumberdaya manusia 6. Melindungi hak publik tanpa mengganggu aktivitas sektor swasta. 7. Mempromosikan kegiatan sektor swasta dengan tidak bersaing di arena bisnis dengan perusahaan swasta, dan 8. Mengakui peran usaha kecil dan memfasilitasi usaha mereka
17
Gambar 2. menjelaskan mengenai hubungan antar stakeholder dalam ekowisata dimana terdapat hubungan antara pemerintah dan sektor swasta berupa pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan ijin mengenai keberadaan sektor swasta di kawasan ekowisata, sedangkan sektor swasta sebagai penyumbang pajak. Sedangkan pemerintah juga dapat berperan sebagai penampung saran bagi penduduk lokal, peneliti, LSM, serta International Tourism. Dalam hal ini penduduk lokal juga memberi kenyamanan bagi sektor swasta untuk membuka usaha di area mereka. Sektor swasta juga dapat memberi manfaat ekonomi bagi penduduk lokal dengan usaha yang mereka buka Sektor swasta Sektor penunjang lain
Pemerintah
Peneliti, petualang, LSM, aktivis, International tourism
Penduduk lokal dan lingkungan
Biro perjalanan, Hotel, Jasa lain
Pengelola
Sumber: Nugroho (2006)
Gambar 2. Hubungan Antar Stakeholder di Sektor Ekowisata
2.5.2 Peran Masyarakat Lokal Berdasarkan pada pernyataan Damanik dan Webber (2006), terdapat berbagai macam stakeholder yang berperan sebagai pelaku pariwisata, yakni wisatawan, industri pariwisata, pendukung jasa wisata, pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal. Masyarakat lokal, menurut Damanik dan Webber (2006) merupakan salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan
18
kualitas produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional seperti di Bali, kerajinan tangan buatan masyarakat lokal, upacara adat, dan kebersihan lingkungan atau desa menjadi kenikmatan tersendiri bagi wisatawan. Selain itu, masyarakat lokal merupakan „pemilik‟ langsung setiap atraksi wisata yang ada. Segala sumberdaya alam seperti mata air, tanah, dan hutan yang ada berada di tangan masyarakat lokal yang bertempat tinggal di sekitar area wisata. Kesenian yang merupakan salah satu daya tarik wisata menjadi milik masyarakat lokal juga. Oleh karena itu, setiap perubahan yang terjadi di area wisata tersebut akan berpengaruh juga pada kehidupan mereka dan kepentingan-kepentingan mereka pada umumnya. Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah terlebih dahulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu peran mereka terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja. Selain itu masyarakat lokal biasanya juga mempunyai tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumberdaya pariwisata yang tidak dimiliki oleh pelaku pariwisata lainnya. Pasar-pasar tradisional, seperti pasar terapung, pasar nelayan, pasar burung, hampir sepenuhnya dikelola oleh masyarakat. Masyarakat lokal memang sangat esensial dalam perencanaan wisata. 2.6 Ekowisata Berbasis Masyarakat Guidelines
For
Community-based
Ecotourism
development
yang
diterbitkan oleh Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Wisata, Debudpar, dan WWF (2009) menyebutkan ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism) adalah sebuah bentuk ekowisata dimana masyarakat lokal memiliki kontrol dan keterlibatan penuh terhadap perkembangan dan manajemennnya, serta memiliki bagian yang paling banyak dari keuntungan yang didapatkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nugraheni (2002) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang menjelaskan mengenai ide awal pengembangan ekowisata berbasis masyarakat memang datang dari pihak. Masyarakat baru terlibat pada saat perencanaan pendirian pondok wisata. Semakin lama, keterlibatan masyarakat dan kemandirian masyarakat semakin meningkat. Setelah projek selesai maka masyarakat sepenuhnya
19
mengelola pondok wisata secara mandiri. Sehingga masyarakat sekitar lah yang memegang manajemen wisata di area pondok wisata tersebut. Ekowisata berbasis masyarakat juga dianggap membawa dimensi sosial yang selangkah lebih maju daripada ekowisata lain pada umumnya. Berdasarkan penelitian Qomariah (2009) di Taman Nasional Meru Betiri, partisipasi masyarakat memiliki peran yang sangat penting, sesuai dengan Jain (2000) yang juga dikutip dalam Qomariah (2009) yang menyatakan bentuk partisipasi masyarakat
dalam
wisata
berbasis
masyarakat
yaitu
partisipasi dalam
perencanaan, dimana masyarakat yang tergabung dalam sebuah lembaga yang menangani wisata di Rajegwesi sebelumnya melakukan perencanaan tentang program ekowisata di Rajegwesi. Selanjutnya betuk partisipasi yang lain berupa partisipasi dalam pembuatan keputusan dan manajemen, dalam hal ini Qomariah (2009) menemukan bahwa program serta keputusan pengembangan ekowisata sepenuhnya berada di tangan masyarakat Rajegwesi. Dimana pihak pengelola TNMB (Taman Nasional Meru Betiri) sebatas pembina serta penanggung jawab program. Yang ketiga adalah partisipasi dalam pelaksanaan dan pengerjaan proses, dimana masyarakatlah yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program serta perjalanan prosesnya. Yang terakhir adalah partisipasi dalam pembagian keuntungan ekonomi, dimaan sebelumnya tercapai kesepakatan antara setiap stakeholder untuk masalah pembagian profit. 2.6.1 Prinsip dan Kriteria Dalam naskah yang dikeluarkan Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Wisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dan WWF (2009) memberikan beberapa kriteria dan prinsip ekowisata berbasis masyarakat yaitu: 1. Keberlanjutan Ekowisata dari Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan (Prinsip Konservasi dan Partisipasi Masyarakat) Ekowisata yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah ekowisata yang “HIJAU dan ADIL” (Green & Fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menyediakan alternatif ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di
20
kawasan yang dilindungi, berbagi manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi. Dengan kriteria sebagai berikut: -
Prinsip daya dukung lingkungan diperhatikan dimana tingkat kunjungan dan kegiatan wisatawan pada sebuah daerah tujuan ekowisata dikelola sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima baik dari segi alam maupun sosial-budaya
-
Sedapat mungkin menggunakan teknologi ramah lingkungan (listrik tenaga surya, mikrohidro, biogas) mendorong terbentuknya ”ecotourism conservancies” atau kawasan ekowisata sebagai kawasan dengan peruntukan khusus yang pengelolaannya diberikan kepada organisasi masyarakat yang berkompeten.
2. Pengembangan Institusi Masyarakat Lokal dan Kemitraan (Prinsip Partisipasi Masyarakat) Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata juga menjadi isu kunci: pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang adil dalam pengembangan ekowisata. Beberapa contoh di lapangan menunjukan bahwa ekowisata di tingkat lokal dapat dikembangkan melalui kesepakatan dan kerjasama yang baik antara Tour Operator dan organisasi masyarakat (contohnya: KOMPAKH, LSM Tana Tam). Peran organisasi masyarakat sangat penting oleh karena masyarakat adalah stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung dari pengembangan dan pengelolaan ekowisata. Koordinasi antar stakeholders juga perlu mendapatkan perhatian. Salah satu model percontohan organisasi pengelolaan ekowisata yang melibatkan semua stakeholders termasuk, masyarakat, pemerintah daerah, UPT (Unit Pelayanan Teknis), dan sektor swasta, adalah ”Rinjani Trek Management Board.” Terbentuknya Forum atau
21
dewan pembina akan banyak membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama di daerah di mana ekowisata merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat. Hal tersebut terangkum dengan kriteria sebagai berikut: -
Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan Tour Operator untuk memasarkan dan mempromosikan produk ekowisata; dan antara lembaga masyarakat dan Dinas Pariwisata dan UPT (Unit Pelayanan Teknis)
-
Adanya pembagian adil dalam pendapatan dari jasa ekowisata di masyarakat
-
Organisasi masyarakat membuat panduan untuk turis. Selama turis berada di wilayah masyarakat, turis/tamu mengacu pada etika yang tertulis di dalam panduan tersebut.
-
Ekowisata
memperjuangkan
prinsip
perlunya
usaha
melindungi
pengetahuan serta hak atas karya intelektual masyarakat lokal, termasuk: foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dan lain-lain. 3. Ekonomi Berbasis Masyarakat (Prinsip Partisipasi Masyarakat) Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai dalam ekowisata. Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan modal yang tinggi, dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis, dan distribusi manfaat di masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk ekowisata di mana seorang turis mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak turis dan pihak tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain, dan dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay sesuai dengan tradisi keramahan orang Indonesia. Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan pengalamannya tentang lingkungan dan alam setempat merupakan aset terpenting dalam jasa yang diberikan kepada turis. Demikian juga seorang pemandu lokal akan merasakan langsung manfaat
22
ekonomi dari ekowisata, dan sebagai pengelola juga akan menjaga kelestarian alam dan obyek wisata. Dengan kriteria sebagai berikut: -
Ekowisata mendorong adanya regulasi yang mengatur standar kelayakan homestay sesuai dengan kondisi lokasi wisata.
-
Ekowisata mendorong adanya prosedur sertifikasi pemandu sesuai dengan kondisi lokasi wisata. Ekowisata mendorong ketersediaan homestay.
-
Ekowisata dan tour operator turut mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta perilaku bagi para pelaku ekowisata terutama masyarakat
4. Prinsip Edukasi Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Dalam pendekatan ekowisata, Pusat Informasi menjadi hal yang penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari pengalaman seorang turis yang bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang lokasi atau kawasan dari segi budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan acara seni, kerajinan dan produk budaya lainnya. Hal ini terangkum dalam kriteria sebagai berikut: -
Kegiatan
ekowisata
mendorong
masyarakat
mendukung
dan
mengembangkan upaya konservasi -
Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan aktivitas meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
-
Edukasi tentang budaya setempat dan konservasi untuk para turis/tamu menjadi bagian dari paket ekowisata
-
Mengembangkan skema di mana tamu secara sukarela terlibat dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama kunjungannya (stay & volunteer).
5. Pengembangan dan Penerapan Rencana Tapak dan Kerangka Kerja Pengelolaan Lokasi Ekowisata (Prinsip Konservasi dan Wisata).
23
Dalam perencanaan kawasan ekowisata, soal daya dukung (carrying capacity) perlu diperhatikan sebelum perkembanganya ekowisata berdampak negatif terhadap alam (dan budaya) setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah: jumlah turis/tahun, lamanya kunjungan turis, berapa sering lokasi yang “rentan” secara ekologis dapat dikunjungi, dan lain lain. Zonasi dan pengaturannya adalah salah satu pendekatan yang akan membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan kawasan ekowisata. Dengan kriteria sebagai berikut: -
Kegiatan ekowisata telah memperhitungkan tingkat pemanfaatan ruang dan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan sistem zonasi dan pengaturan waktu kunjungan
-
Fasilitas pendukung yang dibangun tidak merusak atau didirikan pada ekosistem yang sangat unik dan rentan
-
Rancangan fasilitas umum sedapat mungkin sesuai tradisi lokal, dan masyarakat lokal terlibat dalam proses perencanaan dan pembangunan
-
Ada sistem pengolahan sampah di sekitar fasilitas umum.
-
Kegiatan ekowisata medukung program reboisasi untuk menyimbangi penggunaan kayu bakar untuk dapur dan rumah
-
Mengembangkan paket-paket wisata yang mengedepankan budaya, seni dan tradisi lokal. Kegiatan sehari-hari termasuk panen, menanam, mencari ikan/melauk,
berburu dapat dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk memperkenalkan wisatawan pada cara hidup masyarakat dan mengajak mereka menghargai pengetahuan dan kearifan lokal. 2.7 Komunikasi Pemasaran Ekowisata Pemasaran produk wisata agak berbeda dengan pemasaran produk lain pada umumnya. Hal ini terutama karena produk pariwisata dihasilkan bersamaan dengan saat dikonsumsi. Menurut Wearing dan Lean (1997) produk ekowisata terdiri dari inti dan pelengkap, dimana produk inti dari ekowisata adalah program tour (rencana perjalanan) dalam kawasan ekowisata yang melingkupi: area wisata, atraksi alam yang menarik, habitat fauna dan flora, juga termasuk masyarakat
24
sekitar beserta budaya dan industri lokalnya. Sedangkan yang dimaksud dengan produk pelengkapnya tergantung dari atraksi, kawasan ataupun produk-produk wisatanya. Hal ini nantinya akan berujung kepada produk-produk seperti makanan dan minuman, tranportasi, dan akomodasi. 2.7.1 Produk Menurut Cooper et al (1999) keefektifan dari perencanaan pemasaran tergantung dari kemampuan sebuah perusahaan untuk dapat memilih target pasar yang tepat yang pada akhirnya memunculkan kepuasan yang tinggi pada konsumen. Dalam penelitian Syafei (2006) strategi produk yang digunakan dalam pemasaran ekowisata kepulauan seribu adalah dengan menjadikan TN laut kepulauan seribu sebagai taman nasional yang memiliki objek wisata lengkap baik itu wisata alam secara umum maupun bahari.
2.7.2 Harga Menurut Marpaung (2002), penentuan harga harus menjadi bagian dari strategi pemasaran. Hal pertama dan yang mendominasi dalam mempengaruhi penentuan haerga produk adalah keputusan-keputusan strategi usaha dengan pertimbangan image dan product positioning, strategies for growth, market share, serta return of investment. Lebih lanjut lagi Cooper et al (1999) menegaskan bahwa perencanaan harga merupakan bagian yang paling sulit. Hal ini karena harga untuk wisata yang harus dihitung diciptakan oleh demand dan inherent perishability produk tersebut yang juga selalu berubah ubah.
2.7.3 Promosi Menurut Cooper et al (1999), promosi adalah gambaran istilah dari kegiatan bauran komunikasi yang dibawa oleh industri pariwisata yang dimaksudkan untuk mempengaruhi masyarakat ataupun kelompok yang perlu dipengaruhi. Kelompok yang perlu dipengaruhi ini tidak hanya yang menjadi sasarn pemasaran dan orang-orang yang potensial saja tapi juga kelompok yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran wisata seperti agen-agen perjalanan juga kelompok pembentuk opini seperti wartawan dan penulis masalah pariwisata, juga politisi.
25
2.7.4 Tempat (Distribusi) Karena produk pengelola merupakan produk wisata alam, maka produk ini tidak bisa didistribusikan seperti produk barang. Seperti yang disampaikan Soekadijo (2000) dalam Syafei (2006) bahwa produk pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan dan harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Oleh karena itu hal yang dapat diditribusikan adalah materialmaterial yang dapat memberikan konsumen gambaran mengenai produk sesuai dengan keinginan
pengelola seperti leaflet, booklet, film, dokumenter, dan
lainnya. Material promosi ini disebarkan pada saat ada kunjungan wisatawan, pameran, dan festival yang diikuti 2.8
Kerangka Penelitian
Komunikasi Pemasaran TNGHS: Sumber (Source)
Rancangan Pesan Frekuensi Penyampaian Pesan Ragam Media Penyampaian
Penerima (Receiver)
Efektivitas komunikasi pemasaran
Formulasi strategi komunikasi pemasaran Ket: ---------- menjelaskan bagian yang akan diteliti Gambar 3. Kerangka Konseptual
Komunikasi pemasaran merupakan aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Dimana dalam hal ini aplikasi tersebut menghubungkan antara sumber dan penerima.
Aplikasi itu
26
sangat dipengaruhi tidak hanya oleh berbagai bentuk media pemasarannya, namun juga komunikasi penyampaiannya kepada penerima. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keefektivitasan komunikasi pemasaran yakni rancangan pesan, ragam media yang digunakan, serta bagaimana frekuensi penyampaian ragam media tersebut. Sebuah objek yang akan dipasarkan tidak akan berhasil pemasarannya jika tidak memiliki media yang memadai untuk sampai ke tangan konsumen. Dalam penelitian ini, identifikasi komunikasi pemasaran yang telah dilakukan
oleh
TNGHS
dan
stakeholder
terkait
akan
dianalisis
keefektivitasannya berdasarkan rancangan pesan, frekuensi penyampaiannya, dan juga ragam media penyampaiannya. Garis putus-putus menandakan bagian yang akan diteliti secara garis besar, yaitu bagaimana sumber mengkomunikasikan informasinya kepada khalayak sebagai penerima informasi, serta bagaimana tanggapan khalayak terhadap hal tersebut. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi komunikasi pemasarannya yang akan menghasilkan tingkat efektivitas
komunikasi pemasaran
yang
telah dijalankan TNGHS
dan
stakeholdernya sampai saat ini. Setelah menganalisis efektivitas komunikasi pemasaran yang ada, maka dapat dibentuk sebuah formulasi strategi komunikasi pemasaran yang pada akhirnya dapat digunakan oleh TNGHS untuk melakukan komunikasi pemasaran ekowisata berbasis masyarakat.
27
Dari kerangka penelitian yang dipaparkan, dapat dijelaskan bahwa penelitian diawali dengan menganalisis Efektivitas komunikasi pemasaran yang ada. Hal tersebut dilakukan dengan menganalisis komunikasi pemasaran yang digunakan pihak TNGHS menggunakan kuesioner kepada pengunjung yang ada. Data yang didapatkan dari variabel-variabel tersebut akan diolah menggunakan regresi logistik biner untuk mendapatkan nilai kefektivitasan komunikasi pemasaran yang telah ada. Identifikasi Komunikasi Pemasaran
Rancangan Pesan
Frekuensi penyampaian ragam media komunikasi pemasaran
Efektivitas Komunikasi Pemasaran TNGHS
Analisis Regresi Logit Biner
Analisis SWOT Formulasi Strategi Komunikasi Pemasaran Keterangan: ---------- menjelaskan mengenai cara pengolahan data
Gambar 4. Kerangka Penelitian
Dengan menggunakan analisis SWOT, efektivitas komunikasi pemasaran yang telah ada kemudian digunakan untuk mendapatkan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang cocok digunakan dalam pemasaran kawasan ekowisata berbasis masyarakat. Sehingga berdasarkan telaah skripsi tentang strategi komunikasi pemasaran kawasan ekowisata berbasis masyarakat, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yaitu:
28
1. Bagaimana rancangan pesan yang digunakan dalam komunikasi pemasaran di TNGHS? 2. Apa saja ragam media komunikasi pemasaran yang telah digunakan TNGHS dalam melakukan komunikasi pemasarannya? 3. Bagaimana frekuensi komunikasi pemasaran yang dilakukan? 4. Bagaimana hubungan antara identifikasi komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran? 5. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang cocok diterapkan di TNGHS? 2.9 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Rancangan pesan memiliki pengaruh dalam efektivitas komunikasi pemasaran 2. Frekuensi Penyampaian media memiliki pengaruh dalam efektivitas komunikasi pemasaran 2.10 Definisi Operasional Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rancangan pesan adalah tingkat rancangan pesan, diukur dari lima variabel, yaitu Atttention, Need, Satisfaction, Visualization, dan Action. 2. Attention
merupakan kekuatan pesan untuk menarik perhatian, diukur
berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut untuk dapat menarik perhatian pengunjung. Indikator: -
Sangat tidak menarik, diberi skor 1
-
Tidak menarik, diberi skor 2
-
Menarik, diberi skore 3
-
Sangat menarik, diberi skor 4
3. Need merupakan kebutuhan pengunjung akan informasi yang disediakan pihak TNGHS. Pengukuran dilakukan berdasarkan seberapa lengkap informasi yang disediakan pihak TNGHS. Indikator: -
Tidak ada, skor 1
-
Kurang lengkap, skor 2
29
-
Lengkap, skor 3
-
Sangat lengkap, skor4
4. Satisfaction merupakan kepuasan pengunjung terhadap ketersediaan informasi yang diberikan oleh TNGHS. Indikator: -
Sangat tidak puas, skor1
-
Tidak puas, skor 2
-
Puas, kode 3
-
Sangat puas, kode 4
5. Visualization merupakan persepsi pengunjung mengenai penggambaran isi pesan yang di sampaikan TNGHS. Indikator: -
Tidak ada, skor 1
-
Kurang lengkap, skor 2
-
Lengkap, skor 3
-
Sangat lengkap, skor 4
6. Action menggambarkan tingkat keinginan pengunjung untuk berkunjung ke TNGHS. Indikator: -
Sangat lemah, skor 1
-
Lemah, skor 2
-
Kuat, skor 3
-
Sangat kuat, skor 4
7. Frekuensi penyampaian menggambarkan seberapa sering informasi mengenai ekowisata berbasis masyarakat pengunjung. Indikator: -
Tidak pernah, skor 1
-
Jarang, skor 2
-
Kadang-kadang, skor 3
-
Selalu, skor 4
8. Ragam media komunikasi pemasaran menggambarkan sumber informasi mengenai ekowisata berbasis masyarakat. Indikator: periklanan, promosi penjualan, PR, personal selling, direct marketing, word of mouth. 9. Efektivitas komunikasi pemasaran menggambarkan seberapa efektif komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan melihat Frekuensi ragam penyampaian medianya serta rancangan pesannya, dengan indikator:
30
-
Efektif, kode 1
-
Tidak efektif, kode 0
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Metode Penelitian Penelitian ini di desain sebagai penelitian survai dengan tipe explanatory research. Penelitian explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan antar variabel melalui uji hipotesis Singarimbun dan Effendi (1989). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Desa Citalahab yang masuk dalam area Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) dipilih menjadi lokasi penelitian setelah melalui proses pencarian data awal serta diskusi dengan dosen pembimbing. Taman Nasional Gunung HalimunSalak adalah salah satu taman nasional yang terletak di Jawa bagian barat. TNGHS juga sudah dikenal sebagai wisata tracking antar lokasi objek wisata alam. Beberapa pelayanan wisata yang ditawarkan didalamnya berupa lintas alam dari satu lokasi ke lokasi lainnya, sambil melakukan pengamatan kehidupan liar, keseharian aktivitas masyarakat lokal seperti proses pembuatan gula aren, tanam padi, atau sekedar bertualang. Program pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS dimulai pada tahun 1995 oleh sebuah konsorsium yang merupakan gabungan dari lembaga pemerintah, LSM, universitas, dan dunia usaha, dengan pendanaan dari Biological Conservation Network (BCN). Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Februari 2011 untuk survei awal, sedangkan penelitian lanjutan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2011. Tabel jadwal penelitan yang telah dilakukan dapat dilihat pada lampiran 5.
32
3.3 Teknik Pemilihan Informasi dan Responden Penelitian ini menggunakan accidental sampling dalam menentukan responden, yakni peneliti mengambil sample dari pengunjung dan calon pengunjung TNGHS. Terdapat sebanyak 36 responden dalam penelitian ini, hal ini karena tidak terdapat data rinci mengenai jumlah pengunjung yang datang, jumlah kedatangan pengunjung juga selalu berbeda tiap bulannya. Sehingga peneliti menggunakan alternatif untuk mengambil minimal 30 responden. Peneliti menggunakan accidental sampling dimana 27 responden merupakan pengunjung yang berada ditempat penelitian saat penelitian ini berlangsung, dan 9 responden merupakan pengunjung potensial yaitu calon pengunjung yang memang memiliki rencana untuk pergi ke TNGHS. Pengunjung TNGHS kebanyakan merupakan rombongan, oleh karena jumlah rombongan yang datang selalu berbeda tiap bulannya, maka penulis mengambil 36 responden yang merupakan perwakilan dari tiap rombongan yang berkunjung termasuk juga wisatawan non-rombongan. Teknik wawancara mendalam juga dilakukan untuk mendapatkan data primer dan deskriptif yang dilakukan terhadap informan. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Bapak NF, selaku Kepala Urusan Pemanfaatan Jasa Lingkungan TNGHS, Bapak SRY selaku ketua KSM Citalahab, Bapak MO selaku staff balai TNGHS, dan Kepala LSM YEH (Yayasan Ekowisata Halimun), Bapak TH. 3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, terdapat dua data yang diperlukan, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data hasil kuesioner yang didapatkan, serta data hasil wawancara, sedangkan data sekunder berupa peta TNGHS, brosur yang digunakan dalam media komunikasi pemasarannya, data dalam website, serta data-data dari pustaka serta penelitian sebelumnya. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, kuesioner, dan pengamatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian kuantitatif adalah dengan penyebaran instrumen pengumpulan data, yakni kuisioner. Responden dalam hal ini merupakan orangorang yang berkunjung ke Citalahab pada saat penelitian berlangsung, sedangkan
33
informan merupakan orang-orang yang dianggap berkompeten dalam pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di Citalahab, TNGHS. Informasi yang digali dari responden yakni mengenai rancangan pesan yang diterima responden dari media pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS, ragam, serta frekuensi responden mendapatkan informasi dari media pemasaran yang diterima. Dalam pelaksanaan penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa pengamatan langsung terhadap seluruh kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan pihak TNGHS dan masyarakat lokal, serta wawancara yang dilakukan kepada informan yang dianggap dapat memberi penjelasan mengenai hal yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran yang dilakukan. Informan dibagi kedalam tiga bagian yakni, TNGHS, LSM, serta masyarakat lokal. Informan dalam penelitian ini yaitu Bapak NRF, selaku Kepala Urusan Pemanfaatan Jasa Lingkungan TNGHS, Bapak SRY selaku pengelola homestay dan ketua KSM, dan Bapak TGH selaku ketua Yayasan Ekowisata Halimun (YEH) yang juga ketua Yayasan Ekowisata Bogor, serta masyarakat yang melakukan pemasaran ekowisata berbasis masyarakat, serta pengunjung ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS. Data sekunder didapatkan dari kantor balai TN. Gunung Halimun-Salak, berupa artikel, iklan serta brosur, serta datadata yang didapatkan dari sumber pustaka serta penelitian sebelumnya.
3.5.Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dengan kuisioner akan diolah secara kuantitatif. Langkah yang dilakukan setelah seluruh data terkumpul adalah melakukan pengkodean data. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabel data menggunakan program Microsoft Excel. Metode pengolahan dan analisis data kuantitatif selanjutnya diolah dengan Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Uji Regresi Logistik Biner untuk menguji ketergantungan/pengaruh suatu variabel (variabel bebas) pada satu atau lebih variabel lain (variabel tak bebas), artinya dalam penelitian ini variabel bebasnya terdiri dari beberapa variabel yang mempengaruhi satu variabel tak
34
bebas. Dengan kata lain, hanya terdapat dua pilihan apakah variabel tersebut memiliki pengaruh atau tidak. Dalam hal ini regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh variabel terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran yang digunakan, sehingga variabel tak bebas ini bersifat efektif atau tidak efektif. Regresi logistik memiliki persamaan sebagai berikut: Log (P / 1 – p) = β0 + β1X1 + β2X2 + …. + βkXk Dimana p adalah kemungkinan bahwa Y = 1, dan X1, X2, X3 adalah variabel independen, dan b adalah koefisien regresi. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor/respon (log (p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit. Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd. Odd sendiri dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitanny adengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya. Interpretasi koefisien untuk model regresi logistik adalah dengan cara melihat rasio oddnya. Koefisien model logit, βi, mencerminkan perubahan nilai fungsi logit g(x) untuk perubahan satu unit variabel penjelas x. Dalam analisis model logit rasio odds didefinisikan sebagai :
exp( i ) exp[ g (1) g (0)] Interpretasi dari rasio odds ini adalah untuk variabel penjelas x yang berskala nominal, yaitu kecenderungan untuk Y=1 pada X=1 sebesar Ψ kali dibandingkan pada X=0. Data-data kualitatif yang didapatkan saat wawancara menjadi informasi tambahan dan diintegrasikan dengan jawaban yang ada pada kuesioner untuk mendukung dan memperkuat data kuantitatif yang diperoleh. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa program microsoft Excel
35
sebagai alat pengolah data. Program ini digunakan untuk mengkuantifikasi data yang berasal dari kuesioner sekaligus untuk menetapkan efektivitas komunikasi pemasaran yang telah dilakukan pihak TNGHS. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan antara tiap variabel yang ada, uji hipotesis, dan menemukan varabel mana dalam komunikasi pemasaran yang dianggap paling efektif untuk digunakan dalam strategi komunikasi pemasaran. Setelah efektivitas komunikasi pemasaran berhasil dianalisis, langkah selanjutnya adalah menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan formulasi strategi komunikasi pemasaran untuk dapat digunakan oleh TNGHS. Menurut Rangkuti (1997), matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, dan kebijakan komunikasi pemasaran taman nasional. Analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT model kualitatif. Uruturutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan uruturutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya, Subkomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah. Langkah-langkah dalam membuat matriks SWOT adalah: 1.
Memasukkan faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan pada kolom yang tersedia.
2.
Sesuaikan kekuatan dengan peluang untuk menghasilkan strategi SO
36
3.
Sesuaikan kelemahan dengan peluang untuk menghasilkan strategi WO
4.
Sesuaikan kekuatan dan ancaman untuk menghasilkan strategi WT Gabungan empat faktor tersebut adalah empat set kemungkinan alternatif
strategi yaitu: 1.
Strategi SO, strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
2.
Strategi WO, strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang
3.
Strategi ST, strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
4.
Strategi WT, strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Adapun bentuk matriks SWOT menurut Rangkuti (1997) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Opportunity (O) Tentukan 5-10 faktorfaktor peluang eksternal
Strength (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Strategi S-O Rumusan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Threat (T) Tentukan 5-10 faktorfaktor ancaman eksternal
Strategi S-T Rumuskan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Sumber: Rangkuti (1997)
Gambar 5. Matriks SWOT
Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Strategi W-O Rumusan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-T Rumusan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Taman Nasional Gunung Halimun Salak Kawasan Gunung Halimun ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1924. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan kawasan tersebut dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan wilayah propinsi Jawa Barat sampai tahun 1978 ketika semua hutan di Jawa Barat pengelolaannya diserahkan ke Perum Perhutani. Pada tahun 1979 statusnya berubah jadi cagar alam sehingga pengelolaannya dilaksanakan oleh PPA (sekarang Ditjen PHKA) Kawasan Cagar Alam Gunung Halimun kemudian ditetapkan menjadi Taman Nasional pada tanggal 26 Februari 1992 berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 282/Kpts-II/1992. Tanggung jawab pengelolaan TNGHS untuk sementara diserahkan kepada TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) dengan surat keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 1554/DJ-VI/TN/1992. Menteri Kehutanan melalui surat Keputusan Nomor 185/Kpts-II/1997 bulan Februari 1997 menetapkan organisasi pengelola Taman Nasional Gunung Halimun menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) tersendiri setingkat Eselon III dengan nama Balai Taman Nasional Gunung Halimun yang terdiri dari dari 3 sub-seksi yaitu Cikidang, Bayah, dan Cigudeg. Sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, TNGHS memiliki 3 fungsi Pokok sebagai berikut: 1. Perlindungan proses ekologis sistem penyangga kehidupan 2. Pengawetan
keanekaragaman
tumbuhan
dan
satwa
beserta
ekosistemnya 3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya dan pariwisata alam.
38
Potensi yang dimiliki TNGHS mampu memenuhi ketiga fungsi pokok taman nasional tersebut. Nilai-nilai penting yang terkandung di TNGHS meliputi potensi keanekaragaman hayati perlindungan fungsi hidro-orologi, potensi wisata alam dan lokasi yang strategis secara keseluruhan mencerminkan keberadaan TNGHS sebagai suatu sumber keanekaragaman hayati dunia. Menurut Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) TNGHS 2007-2011, adapun visi TNGHS adalah terwujudnya TNGHS sebagai taman nasional terbaik yang dikonstruksikan secara sosial dan menjamin kelestarian fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan. Sedangkan misi TNGHS adalah: 1. Memantapkan hak-hak masyarakat sebagai landasan pengelolaan tata ruang kesepakatan 2. Memantapkan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati melalui implementasi adi-praktis (best practices) 3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya TNGHS secara berkelanjutan dan berkeadilan sosial.
4.2
Kondisi Fisik TNGHS Secara geografis Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
terletak diantara 106021‟ – 106038‟ BT dan 6037‟-6051‟ LS. Secara administratif TNGH termasuk dalam 2 wilayah propinsi dan 3 kabupaten yaitu Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi). Bentuk kawasan TNGHS tidak beraturan. Kawasan ini dibatasi oleh lahan pertanian rakyat yang dikelola oleh penduduk desa, kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang pernah dikelola oleh Perhutani serta perkebunan teh yang dikelola oleh perusahaan swasta. TNGHS terletak tidak jauh dari beberapa kota yaitu Bogor, Sukabumi, dan Lebak. Kantor balai TNGHS terletak di Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Kabandungan dapat dicapai melalui Parung Kuda dengan jarak sekitar 30 km dengan kondisi jalan yang baik. Terdapat angkutan umum yang dapat digunakan dari terminal Parung Kuda menuju Kabandungan. Pintu masuk lain adalah melewati Pelabuhan Ratu. Selain melalui Kabupaten Sukabumi, TNGHS dapat dicapai menggunakan rute Leuwiliang, Bogor. Pintu masuk kawasan TNGHS dari kawasan Bogor adalah melalui Leuwiliang yang kemudian akan melewati
39
Kecamatan Nanggung, jalur lain yang bisa digunakan adalah melewati Cigudeg, sedangkan pintu masuk dari Kabupaten Lebak adalah melalui Bayah dan Cipanas Banjarsari. Adapun beberapa informasi mengenai beberapa pintu masuk tersebut dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 1 Rute Perjalanan Wisata Rute
Dari
Melalui (jarak; waktu tempuh) Parung Kuda (20 km; 30 menit)
Kantor Resort Terdekat
A
Sukabumi
B
Sukabumi
Pelabuhan Ratu (60 km; 2 jam)
Cikelat
C
Bogor
Cisangku
D
Bogor
Leuwiliang, Nanggung (35 km; 50 menit) Cigudeg (28 km; 30 menit)
E
Rangkasbitung
Bayah (150km; 3 jam)
Cicacurub
F
Rangkasbitung
Cipanas Banjarsari (48 km; 75 menit)
Muhara
Cipeutey
Juga
Gerbang Masuk TNGHS Cisalimar 5km jalan batu, 1 jam kendaraan umum Cisuren 7 km, 2 jam jalan kaki) Malasari 5km jalan batu, 30 menit mobil Cibuluh 5 km jalan batu dan 3 km jalan kaki (20 menit mobil) Citorek 20 km jalan batu, 3 jam mobil Cigaru 5 km, 2 jam jalan kaki
Sumber: Ambinari (2003)
Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak memiliki karakteristik kawasan pegunungan yang masih memiliki ekosistem hutan hujan tropis di Jawa. Kawasan ini selain berfungsi sebagai kawasan tangkapan air juga merupakan habitat satwa yang unik, seperti owa Jawa, elang jawa, dan
macan tutul.
Berdasarkan sejarah geologi kawasan ini merupakan bagian dari sabuk gunung berapi yang memanjang dari pegunungan bukit barisan Sumatera ke gunung Hinje di Taman Nasional Ujung Kulon dan seterusnya ke Gunung Halimun-Salak. Berdasarkan peta tanah Propinsi Jawa Barat skala 1: 250.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, sebagian jenis tanah di kawasan TNGHS
40
terdiri dari asosiasi andosol cokelat dan regosol cokelat, serta bebatuan lainnya. Variasi curah hujan rata-rata di wilayah ini berkisar antara 4.000mm sampai 6.000 mm/tahun, bulan Oktober-April merupakan musim hujan antara 400mm-600mm/ bulan. Musim kemarau berlangsung dari bulan Mei-September dengan cura hujan sekitar 200mm/bulan. Suhu rata-rata bulanan 31,50C dengan suhu terendah 19,70C dan suhu tertinggi 31,80C. Kelembaban udara rata-rata 88%. Kekayaan hayati kawasan taman nasional ini telah lama menarik perhatian para peneliti, dalam dan luar negeri. Banyak catatan telah dibuat, terutama setelah status kawasan ditingkatkan menjadi taman nasional, dan banyak pula yang telah diterbitkan,
khususnya
semasa
masih
bernama
TN
Gunung
Halimun.
Tutupan hutan di taman nasional ini dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi, yaitu:
Zona perbukitan (colline) hutan dataran rendah, yang didapati hingga ketinggian 900 – 1.150 m dpl. Zona hutan pegunungan bawah (submontane forest), antara 1.050 – 1.400 m
dpl, dan
Zona hutan pegunungan atas (montane forest), di atas elevasi 1.500 m dpl.
4.3
Potensi Wisata
Dalam TNGHS terdapat beberapa potensi wisata alam, sejarah dan aktivitas budaya masyarakat lokal yang dapat dikembangkan menjadi paket-paket kekuatan ekowisata seperti curug (air terjun), puncak gunung, kawah ratu, bumi perkemahan, candi Cibedug, gunung Batu dan Cadas Belang, perkebunan teh, stasiun penelitian dan wisma peneliti Cikaniki, serta wisata alam lainnya dan kebudayaan masyarakat yang beragam. Unsur utama yang dapat menarik pengunjung adalah pemandangan alam yang masih asli sebagai bentukan alam tanpa campur tangan manusia. Aspek tersebut sangat dominan terdapat di TNGHS.
4.3.1 Jalan Setapak Terdapat sebanyak beberapa jalan setapak (loop trail) yang dapat dinikmati wisatawan sebagai arena Tracking atau penjelajahan, yang pertama yaitu Loop
41
trail Cikaniki-Citalahab. Jalan setapak ini berbentuk melingkar dan terletak diantara stsiun penelitian Cikaniki dan Citalahab. Jalan ini memiliki panjang sekitar 4 km yang biasa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan. Jalan ini berada dimulai dari atau bisa juga sebaliknya dari belakang stasiun penelitina Cikaniki ke arah barat laut kemudian melengkung ke arah utara sampai ke lembah Citalahab. Keadaan jalan setapak masih sangat alami dengan lebar kira kira 1-1,5 m berupa jalan tanah. Jalan ini cukup mudah dilalui tanpa peralatan hiking khusus. Jalan setapak kedua merupakan jalan setapak yang menghubungkan Citalahab dengan perkebunan teh Nirmala. Jalan setapak ini lebih pendek dan bisa ditempuh sekitar kurang lebih satu jam. Jalan ini ditempuh dari Citalahab ke arah barat dan kemudian melengkung ke arah utara hingga bertemu dengan jalan mobil perkebunan teh di sebelah barat kampung Citalahab Bedeng. Jika dibandingkan dengan jalan setapak Cikaniki-Citalahab, jalan ini mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
4.3.2 Kebun Teh Dalam kawasan TNGHS di wilayah halimun timur terdapat satu lokasi perkebunan teh yang cukup luas yaitu perkebunan Teh Nirmala Agung, wilayah perkebunan teh ini merupakan enclave dalam TNGHS yang telah ada sejak jaman oenjajahan. Perkebunan teh ini mempunyai kondisi landscape yang sangat mendukung untuk potensi ekowisata. Selain menikamti pemandangan kebun teh yang luas, pengunjung juga dapat melihat proses pembuatan teh. Perkebunan teh ini memiliki pemandangan yang sangat indah dimana kita bisa melihat cahaya lampu kota bogor saat malam hari di balik pegunungan. Kondisi alam yang masih alami juga sangat mendukung potensi yang ada. Keadaan jalan dipinggir perkebunan ini cukup lebar sehingga selain kita dapat berjalan kaki menikamti keindahan alam, mobil juga dapat melewatinya. Udaranya sangat sejuk bahkan dingin. Saat pagi sampai sore hari kita bisa melihat banyak pemetik teh yang sedang bekerja.
42
4.3.3 Air Terjun Air terjun menjadi objek utama di TNGHS yang mempunyai daya tarik tinggi. Banyak terdapat air terjun di kawasan ini. Yang pertama adalah Curug Piit. Curug Piit merupakan objek air terjun yang paling banyak dikunjungi karena letaknya relatif dekat dan mudah aksesnya. Air terjun ini terletak di dekat area perkebunan teh Nirmala, air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 25 m sampai 30 m. Air terjun ini merupakan salah satu kelompok air terjun tertinggi di wilayah TNGHS. Air terjun lain yang ada di kawasan TNGHS selain curug Piit adalah curug Cikudapaeh, Curug Macan, Curug Ciberang, dan lain-lain. 4.3.4 Flora dan Fauna Tumbuhan liar dalam hutan menjadi salah satu potensi wisata yang dimiliki TNGHS. Karena sifatnya yang tidak berpindah, maka keberadaan flora dapat diandalkan sebagai potensi wisata. Selain pepohonan tinggi, dapat diamati pula adanya berbagai tumbuhan liana yang melilit pepohonan, tumbuhan epifit seperti tumbuhan paku dan beberapa jenis anggrek. Terdapat banyak flora unik, salah satunya adalah jamur menyala, jamur ini Sedangkan mengenai fauna, TNGHS menyimpan beragam fauna yang cukup menarik mengingat cukup banyak penelitian yang dilakukan di TNGHS yang berhubungan dengan fauna di dalamnya, yaitu macan tutul jawa (Panthera pardus melas), Kucing Hutan (Prionailurus Bengalensis), Owa Jawa (Hylobates Moloch), Surili (Presbytis Comata), Lutung (Trachypithecus Auratus), Ajag atau Anjing Hutan (Cuon Alpinus Javanicus) dan Sigung (Mydaus Javanensis).
4.3.5 Sejarah dan Atraksi Budaya Keberadaan masyarakat tradisional Kasepuhan di wilayah TNGHS dapat menjadi sumber wisata yang menarik perhatian. Atraksi wisata yang dimiliki dapat berupa kegiatan mereka sehari-hari, maupun adat istiadat khusus yang dilakukan. Masyarakat adat dalam kawasan TNGHS masih teguh memegang adat istiadat leluhur mereka. Selain itu ada pula seitus bersejarah peninggalan nenek moyang yang menarik yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Situs ini berupa
43
candi, makam, dan kamoung adat. Beberapa kampung adat yang dapay disinggahi yaitu kampung Leuwijamang, kampung Ciptarasa, kampung Cicemet. Adapun juga upacara adat yang masih sering dilakukan di dalam kawasan yaitu Upacara adat Seren Taun yang merupakan upoacara adat terbesar yang diadakan tiap tahun serta upacara Mauludan.
4.4 Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Setempat Kemampuan ekonomi masyarakat sekitar TNGHS cenderung rendah, walaupun sebagian besar tidak termasuk dalam kategori rumah tangga (RT) miskin. Secara umum jumlah RT miskin masyarakat di dalam dan di sekitar TNGHS yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi berjumlah 15.699 RT atau 10 % dari jumlah RT (data tahun 2006, tidak termasuk data desa Cianaga), di kabupaten Bogor berjumlah 29.718 RT atau 10 % dari jumlah data tahun 2005. Sedangkan di Kabupaten Lebak berjumlah 22.629 RT atau 15 % dari jumlah RT (data tahun 2005 tidak termasuk desak Wangun Jaya) degradasi ekosistem hutan banyak terjadi di desa-desa sekitar kawasan TNGHS dan diduga terkait erat dengan rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat. Berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kawasan TNGHS umumnya telah berlangsung sejak sebelum ditetapkannya kawasan tersebut sebagai taman nasional. Beberapa kegiatan oemanfaatan sumberdaya alam di TNGHS yang penting, antara lain pemanfaatan lahan untuk pemukiman, budidaya pertanian, penambangan (emas, panas bumi, dan galena), pembangunan infrastruktur (SUTET, jalan kabupaten, propinsi, dan desa, serta pemanfaatan hasil hutan di dalam kawasan taman nasional. Dalam kawasan TNGHS terdapat dua perusahaan pertambangan yaitu PT. Aneka Tambang dan PT Chevron Geothermal Salak. PT Aneka Tambang melakukan penambangan emas di Cikidang (Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak) dan Gunung Pangkor (Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor), sedangkan PT Chevron Geothermal Salak melakukan penambangan panas bumi di
kawasan
Gunung
Salak.
Kedua
perusahaan
pertambangan
tersebut
mendapatkan ijin pinjam pakai kawasan sebelum alih fungsi hutan lindung dan hutan produksi menjadi hutan konservasi (TNGHS). Kawasan TNGHS dkelilingi
44
pula oleh perusahaan perkebunan yaitu PT. Nirmala Agung, PT. Intan Hepta, PTPN VIII Cisalak Baru, PT. Jayanegara, PT. Yanita Indonesia, PT Salak Utama, PT. Baros Cicareuh, PT Hevea Indonesia (HEVINDO), dan PT Pasir Madang. Selain itu di sekitar kawasan TNGHS juga terdapat banyak perusahaan pengguna air yaitu industri air minum dalam kemasan, PDAM, industri garmen, industri elektronik, pertambangan, perkebunan, peternakan, industri garmen, dan berbagai industri lainnya yang sumber mata airnya sangat dipengaruhi oleh keadaan ekosistem dalam kawasan TNGHS. 4.5 Sarana Prasarana Kantor balai TNGHS terletak di Jl. Raya Cipanas, Desa Kabandungan, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Areal perkantoran ini mencakup blok administrasi, blok informasi dan trainning, wisma tamu, blok penelitian, blok blok serbaguna, dan mess pegawai yang diresmikan pada bulan Februari 1997. Selain kantor balai, balai TNGHS juga memiliki 3 kantor Seksi, serta sarana pengamanan di tingkat resort yang terdiri dari tujuh pondok kerja, lima pondok jaga, dan 9 pos jaga. TNGHS juga memiliki stasiun penelitian Cikaniki yang dibangun dengan dana hibah JICA melalui Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati (PHPA-JICA-LIPI) di Cikaniki. Stasiun Penelitian Cikaniki dilengkapi dengan ruang untuk mengolah spesimen dan dapat menampung 20 orang peneliti. Selain itu telah dibangun Pusat Rehabilitasi Raptor (Elang Jawa) yang berada di resort pengelolaan TN. Wilayah Gunung Salak I, Seksi pengelolaan TN wilayah II Bogor.
4.6 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung TNGHS yang melakukan perjalan wisata di tempat penelitian. Berdasarkan data yang telah diolah, terdapat dua kategori status pengunjung yang dilihat dari daerah asal pengunjung tersebut. Yaitu manca negara yaitu pengunjung wisata yang berasal dari luar negeri, dan pengunjung dalam negeri. Dari diagram selanjutnya, dapat dilihat terdapat 33 responden merupakan pengunjung dari dalam negeri dan 3 pengunjung yang berasal dari luar negeri diantaranya India, Korea, dan Jerman. Pengunjung dari
45
dalam negeri kebanyakan berasal dari kawasan Jabodetabek, dimana merupakan area yang cukup dekat dengan TNGHS. Seperti yang terlihat dalam diagram selanjutnya (Gambar 6.) dimana banyak responden yang berkunjung ataupun yang merencanakan berkunjung berasal dari daerah Bogor serta Jakarta.
40 30
33
20 10
3
0
Dalam Negeri
Mancanegara Gambar 6. Diagram Presentase Status Pengunjung
Gambar 7. Juga menjelaskan kategori lain-lain yang berjumlah 2 %. Beberapa daerah yang dimasukkan kedalam kategori lain-lain yaitu Tangerang, Bekasi, Banten, serta Sukabumi. Terdapat juga wisatawan yang berasal dari mancanegara yang berjumlah sama yaitu sekitar 2 % diantaranya berasal dari Jerman, India, serta Korea Selatan. Jakarta
Bogor
Bekasi
Mancanegara
Lain-lain
12% 23% 9% 9%
47%
Gambar 6. Diagram Asal Pengunjung
46
Hal ini karena kawasan TNGHS memiliki jarak yang cukup dekat dengan kawasan Jabodetabek, sehingga banyak pengunjung yang berasal dari daerah tersebut. Sedangkan yang berasal dari mancanegara biasanya memiliki teman atau kerabat yang menemani mereka berwisata ke TNGHS. Terdapat juga responden yang berasal dari mancanegara yang sedang melakukan penelitian mengenai owa jawa di kawasan taman nasional. Pengunjung biasa datang dengan rombongan. Tiap rombongan memiliki rencana wisata yang berbeda-beda. Menurut Fennel (1999) dalam Ambinari (2003) sebagian peneliti dapat dikategorikan sebagai ekowisatawan. Ekowisatawan dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori dengan berdasarkan pada dedikasi, waktu, apa yang diinginkan ekowisatawan di daerah ekowisata. Berdasarkan pengkategorian ini maka peneliti masuk pada hard-core nature tourist (ekowisatawan kelas berat). Dalam kelompok ini juga termasuk ilmuwan dan peserta program perjalanan yang dirancang untuk pendidikan, pembersihan sampah, atau tujuan lain yang hampir sama. Dalam diagram dibawah (Gambar 7) sekitar 59 % responden ingin berwisata untuk menikmati pemandangan alam. Sekitar 20 % responden akan melakukan penelitian di TNGHS. Responden jenis ini biasanya merupakan mahasiswa yang akan melakukan penelitian ataupun peneliti yang berasal dari LSM. Peneliti yang melakukan penelitian riset untuk lembagalembaga pengetahuan biasanya menetap di Citalahab atau cikaniki dalam jangka waktu yang cukup lama. Biasanya mereka menyewa rumah atau kamar di salah satu rumah di Citalahab. Peneliti ini juga kadang memiliki pemandu yang menemani mereka untuk melakukan penelitian di dalam hutan. penelitian tentang alam atau keanekeragaman hayati biasanya sering dilakukan di Cikaniki karena memang Cikaniki memiliki fasilitas penelitian berupa kulkas penyim[an tabung penelitian, rak berisi perlengkapan penelitian serta kondisi kamar dan MCK yang sudah cukup baik. Sedangkan penelitian tentang masyarakat biasanya dilakukan di Citalahab, dengan menyewa rumah atau kamar sampai penelitian berakgir. Penelitian yang dilkukan biasanya mengenai owa jawa, ekowisata, ataupun kehidupan masuyarakat lokal. Sekitar 19 % responden mengaku ingin melihat budaya masyarakat. Dalam TNGHS memang terdapat masyarakat kasepuhan yang memang menjadi salah satu objek yang banyak dikunjungi wisatawan.
47
terdapat 2% responden yang tujuan kunjungannya masuk dalam kategori lain-lain. Kategori lain-lain dalam penelitian ini adalah survei untuk keperluan pekerjaan dan fotografi. Fotografi yang dilakuakn yaitu fotografi anggrek untuk pembuatan kalender. menikmati alam
melihat budaya masyarakat
penelitian (keperluan pendidikan)
lain-lain
2%
20%
59% 19%
Gambar 8. Diagram Presentase Motivasi Kunjungan
Diagram batang selanjutnya menunjukkan jenjang pendidikan responden. Sekitar 15 orang lulusan SMA, kebanyakan dari responden bagian ini merupakan mahasiswa yang akan melakukan penelitian atau sedang melakukan perjalanan wisata bersama kerabat, serta karyawan yang menghabiskan waktu liburan. Responden di jenjang ini, sesuai yang diungkapkan sudarto (1999) termasuk dalam cakupan wisatawan X Generation, yaitu wisatawan yang berjenjang umur sekitar 18-29 tahun. Wisatawan jenis ini lebih banyak memilih objek wisata tracking yang menggunakan jalur setapak seperti mendaki gunung, ataupun air terjun. Pengunjung jenis ini lebih banyak menghabiskan waktu di objek-objek wisata alam dan jarang menetap lama di homestay mereka. Selanjutnya terdapat lulusan S1 sebanyak 13 orang responden. Mereka ini seperti yang diungkapkan Sudarto (1999) merupakan golongan eksekutif muda yang berumur sekitar 25-54 tahun, kebanyakan mereka merupakan pengunjung dengan karir dan kedudukan yang bagus. Responden pada jenjang ini mirip dengan responden lulusan SMA yang lebih menyukai kegiatan outdoor. Kebanyakan mereka lebih sering berjalan-
48
jalan untuk melihat pemandangan daripada berada lama di dalam homestay. Terdapat 4 pengunjung yang memiliki tingkat pendidikan akhir S2. Pengunjung dalam jenjang ini lebih banyak menghabiskan waktu di dalam homestay. Terdapat beberapa diantara responden ini yang memang sedang melakukan penelitian dalam kawasan taman nasional. Selain penelitian, responden pada jenis ini berasal dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang berwisata untuk menikmati pemandangan bersama kerabat yang memiliki kesamaan hobi atau untuk urusan pekerjaan (fotografi, survei lokasi). 16 14 12 10 8 6 4 2 0 S1
SMA
S2
D3
SMP
Gambar 9. Diagram Jenjang Pendidikan Responden
Gambar selanjutnya adalah Gambar 9. Gambar ini menunjukkan presentase responden yang juga pengunjung yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari yang perempuan. Hal ini karena akses menuju kawasan sangat sulit, yang mana jalan nya berbatu, curam, dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Dengan akses yang seperti itu maka dianggap lebih menantang dan dan identik, cocok untuk laki-laki, walaupun tidak menutup kemungkinan wisatawan wanita juga akan menyukai area ini. Kebanyakan pengunjung laki-laki yang datang ke objek ini menggunakan mobil pribadi dan relati lebih sedikit jumlah rombongannya daripada pengunjung perempuan. Pilihan objek wisatanya juga lebih ekstrim seperti tracking atau menjelajah hutan saat malam.
49 47
Perempuan
Laki-laki
31%
69%
Gambar 10. Diagram Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.7 Penilaian Pengunjung Terhadap Sarana Prasarana Pemasaran yang dilakukan harus selaras dengan perbaikan sarana prasarana yang tersedia. Dalam penelitian ini beberapa sarana-prasaran yang dianalisis yaitu Pusat Informasi yakni balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), kantor pengawas, homestay, area tempat makan, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), dan penerangan. Sarana prasarana merupakan hal yang perlu diperhatikan pihak pengelola, selain karena merupakan kebutuhan pengunjung, yakni juga karena salah satu media yang digunakan untuk mempromosikan ekowisata di TNGHS berupa cerita dari mulut ke mulut (word of mouth) dimana pengaruh penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana yang ada dianggap penting karena termasuk dari bagian yang akan dicari calon pengunjung berikutnya saat berkunjung. Menurut pengunjung seluruh sarana-prasarana yang disebutkan dalam keadaan yang baik. Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam sarana area makanan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada bagian area makanan. Dalam diagram disebutkan bahwa menurut pengunjung, Pusat informasi yaitu BTNGHS (Balai TNGHS) sudah berfungsi baik, hal ini terlihat dari mayoritas responden yang menjawab pusat informasi berfungsi dengan baik. Namun masih ada responden yang belum tahu mengenai kantor Balai TNGHS yang terletak di Kabandungan
50
yakni sekitar 14%, hal ini terjadi karena biasanya pengunjung melewati pintu lain yang tidak melewati kantor balai TNGHS, atau juga mereka tidak mendaftar atau mendapatkan informasi dari kantor BTNGHS. Sekitar 6 % responden menjawab sangat baik, dan 30 % responden menjawab kurang baik, responden yang menjawab kurang baik karena mereka merasa belum mendapatkan informasi yang cukup saat melewati atau bertanya kepada kantor balai.
100% 80%
3%
3%
42%
50%
6% 50%
60% 40% 20%
30%
50%
14%
0%
TIDAK TAHU
5%
47%
6%
0% 17%
66%
45%
6% 22%
38%
BAIK
41%
39%
9%
0%
KURANG BAIK
11%
SANGAT BAIK
Ket.: PI (Pusat Informasi), MCK (Mandi Cuci Kakus)
Gambar 11. Diagram Penilaian Responden Mengenai Saranaparasarana
Indikator selanjutnya adalah penerangan. Mengingat area wisata di TNGHS merupakan area wisata alam yang masih memiliki hutan lebat, sebanyak 30 % responden menilai penerangan di area wisata ini kurang baik. Hal ini terjadi karena memang listrik baru masuk di Citalahab sekitar satu bulan sebelum penelitian ini dilakukan, dan saat ini listrik yang digunakan oleh masyarakat adalah pulsa listrik dimana masyarakat masih takut-takut untuk menggunakan lampu dengan watt yang tinggi. Selain itu juga akan sangat sulit menemukan penerangan yang baik ditengah kawasan tracking ataupun di area perkebunan teh. Hal ini karena sulitnya akses menuju kawasan tersebut. Sedangkan 42 % atau sekitar 16 responden yang menilai penerangan baik karena pengunjung tersebut tinggal di homestay yang memang menggunakan lampu yang cukup terang. Hal
51
ini terjadi karena memang tiap pengelola homestay menggunakan pulsa yang berbeda-beda. Semua ini tidak terlepas dari pendapat individu mengenai kecukupan penerangan menurut pribadi masing-masing. Sesuai dengan penuturan salah satu responden bernama AH. “... Menurut saya ini sudah cukup terang dan ramai.. karena saya pernah ke wisata alam lain yang keadaan nya lebih parah dari ini..” Indkator lainnya berupa fasilitas MCK. Sama seperti pada indikator penerangan, setiap homestay memiliki fasilitas MCK yang berbeda-beda. Sehingga menyebabkan perbedaan yang cukup besar, dimana 50 % atau sekitar 18 responden menjawab MCK yang mereka gunakan memiliki fasilitas yang baik, sedankan 47 % lainnya menganggap MCK yang mereka gunakan dalam keadaan yang kurang baik. Namun memang MCK merupakan fasilitas yang agak sulit ditemukan dalam kawasan ini, fasilitas MCK hanya terdapat di homestayhomestay dan stasiun penelitian Cikaniki. Karena ekowisata merupakan wisata alam yang memang memiliki kawasan yang masih sangat alami, sehingga akan sulit ditemukan fasilitas MCK yang bagus di area-area tracking ataupun curug, dan lain-lain. Penilaian pengunjung terhadap sarana-prasaran selanjutnya yaitu keadaan homestay secara keseluruhan, seperti keadaan kamar, tempat tidur, stop-contact listrik, televisi, ataupun keadaan bangunan. Kamar dalam homestay di Citalahab beragam karena homestay yang disediakan merupakan rumah warga yang kualitas nya memiliki standar yang berbeda-beda di tiap rumah. Kebanyakan rumah yang dijadikan homestay merupakan rumah panggung yang dindingnya merupakan dinding kayu. Sebagian homestay sudah menggunakan kompor gas, namun masih ada pengelola homestay yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Fasilitas homestay yang tersedia cukup banyak dengan kamar yang memiliki standar cukup baik. Tarif yang diberikan untuk pengunjung yang ingin bermalam yaitu sekitar Rp. 50.000,00/ malam/ kamar. Kamar yang ditawarkan pun beragam, kamar dengan fasilitas double bed, single, atau hanya kasur. Namun tarif tersebut belum termasuk makanan nya. Makanan yang disediakan dapat dinegosiasikan dengan pemilik rumah mengenai harga maupun macamnya. Mayoritas responden
52
menganggap keadaan homestay cukup baik. Pengunjung cukup puas bahkan menikmati rumah panggung dengan dinding kayu. Kebanyakan di tiap rumah memiliki kebun bunga sehingga tetap asri dan indah. Sekitar 22% pengunjung belum mengetahui bagaimana kondisi homestay yang ada, hal ini karena mereka tidak menginap di homestay. Indikator selanjutnya adalah area tempat mendapatkan makanan seperti misalnya kantin, ataupun warung makan. sebanyak 16 responden atau sekitar 45 % menjawab kurang baik, hal ini berarti mereka kesulitan untuk menemukan kantin atau warung untuk mendapatkan makanan. Sekitar 14 responden atau 38 % menjawab tidak tahu yang berarti mereka tidak tahu dimana mendapatkan makanan. Sebanyak 6 responden atau sekitar 17 % menilai area mendapatkan makanan cukup mudah. Kebanyakan pengunjung yang datang menggunakan konsumsi yang diberikan pengelola homestay, namun tiap homestay memiliki harga yang berbeda-beda untuk itu. Kebanyakan warga yang memiliki homestay membeli bahan makanan dari tukang sayur yang selalu lewat membawa sayuran dari pasar Cibeber dua hari sekali, oleh karena itu makanan yang ditawarkan kurang beragam. Kebanyakan warga merupakan petani gurem yang memiliki kolam ikan, atau kebun sayur sendiri di halaman rumah mereka. Indikator terakhir yang dianalisis adalah kantor pengawas, selain sebagai kantor penelitian, secara tidak langsung Cikaniki berfungsi juga sebagai kantor pengawas. Sebanyak 15 responden atau 41 % menjawab kantor pengawas dalam keadaan baik, responden yang menjawab seprti ini biasanya pengunjung yang memang pernah melewati dan masuk Cikaniki dan menemui atau sempat berbincang dengan penjaga atau polisi hutan yang menjaga kantor tersebut. Sedangkan 14 responden yaitu sekitar 39 % menganggap kantor pengawas kurang bekerja dengan baik. Biasanya mereka kecewa karena tidak bisa mendapatkan informasi dan arahan dari pegawai yang kebetulan saat itu tidak berada di Cikaniki. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga kerja, sehingga ketika salah satu pegawai mempunyai urusan atau harus masuk ke hutan kantor Cikaniki terpaksa ditinggalkan kosong beberapa waktu. Sekitar 4 orang responden atau sekitar 11 % menjawab sangat baik, hal ini berarti mereka puas dengan arahan yang diberikan pegawai di kantor Cikaniki. Sedangkan 9 % oengunjung yang
53
menjawab tidak tahu karena kemungkinan mereka tidak melewati Cikaniki di perjalanan mereka, karena terdapat empat pintu masuk dan hanya satu arah yang melewati cikaniki jika ingin bepergian ke Citalahab. Hal ini kemungkinan juga terjadi karena tidak ada plang atau papan pemberitahuan bahwa pengunjung dapat meminta informasi ke Cikaniki, sehingga pengunjung yang lewat, sekedar lewat saja tanpa melapor atau bertanya ke Cikaniki terlebih dahulu. Oleh karena itu sebaiknya perlu dipasang papan pemberitahuan mengenai Cikaniki sebagai kantor pengawas
54
BAB V KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT Langkah awal penelitian ini adalah mencari efektivitas komunikasi pemasaran Ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS dengan cara identifikasi dan menganalisis media serta kerumian isinya. Beberapa variable yang dianalisis yaitu rancangan pesan, frekuensi penyampaian pesannya, dan ragam media yang digunakan. Keseluruhan data tersebut diolah menggunakan regresi logistik biner. 5.1
Rancangan Pesan Dalam rancangan pesan, terdapat beberapa variabel yang dianalisis, yaitu
Attention, Need, Satisfaction, Visualization, dan Action. Menurut Monroe dalam Kusumastuti (2009) urutan pesan yakni pesan yang disesauikan dengan cara berpikir manusia terutama disesuaikan dengan proses penerimaan pesan. Proses tersebut meliputi perhatian, pengertian, dan penerimaan. Berdasarkan hasil regresi logistik biner diperoleh hasil berikut (secara lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran) Tabel 2 Hasil Estimasi Model Regresi Logistik terhadap Rancangan Pesan Serta Unsurnya yang Mempengaruhi Keefektivitasan Komunikasi Pemasaran2 Variabel
p-value (sig)
Odds Ratio (Exp (β))
Rancangan Pesan Attention
.007*
1.204
.041*
1.063
Need
.007* .158 .079*
1.181 1.045 1.074
.627
.984
Satisfaction Visualization Action Sumber: Olah data SPSS Keterangan: --* = tingkat kepercayaan 15%
Dari output tersebut, diperoleh koefisien regresi dalam variabel rancangan pesan adalah sebesar 0.186 dengan statistik uji wald sebesar 7.364, nilai-p dalam 2
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 pada bagian Hasil Olahan Regresi Logistik Biner Rancangan Pesan
55
output ini sebesar 0.007. dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa terdapat ada bukti bahwa rancangan pesan berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd (pada kolom Exp (B)) untuk peubah rancangan pesan sebesar 1.204 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki rancangan pesan yang baik, akan memiliki peluang 1.204 lebih baik daripada media yang memiliki rancangan pesan yang tidak baik. Analisis lebih dalam nya akan dibahas pada sub bab selanjutnya. 5.1.1 Attention Attention merupakan upaya untuk menimbulkan perhatian audience sehingga memiliki perasaan antusias terhadap fenomena yang yang dihadapi. Pada tahap ini, dapat dilihat adanya upaya untuk membangkitkan perhatian pengunjung terhadap ide, gagasan mengenai adanya suatu bentuk wisata alam dan budaya dengan konsep ekowisata berbasis masyarakat. Dari output tersebut, diperoleh koefisien regresi dalam variabel kerja attention adalah sebesar 0.061 dengan statistik uji wald sebesar 4.169, nilai-p dalam output ini sebsar 0.041. Dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa terdapat bukti bahwa attention berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd (pada kolom Exp (B)) untuk peubah attention sebesar 1.063 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki attention yang baik, akan memiliki peluang 1.063 lebih baik daripada media yang memiliki attention yang tidak baik. Pengunjung mengaku bahwa mereka tertarik dengan informasi yang diberikan mengenai ekowisata berbasis masyarakat, walaupun dalam wawancara yang dilakukan masih ada pengunjung yang belum memahami sepenuhnya mengenai konsep ekowisata berbasis masyarakat, karena hal tersebut belum terangkum secara optimal dari media komunikasi yang mereka dapatkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu responden bernama NL. “... Disini emang berbasis masyarakat yah? Oh begitu.. ini semuanya kayanya memang dikelola orang-orang sini sendiri yah...”
56
Pengunjung juga masih belum tahu mengenai apa yang disebut ekowisata berbasis masyarakat. Beberapa pengunjung terlihat cukup tertarik dengan ekowisata dengan konsep berbasis masyarakat, terbukti dengan berbagai pertanyaan yang kemudian mereka untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ekowisata berbasis masyarakat. Namun ada juga yang terlihat tidak terlalu antusias dengan konsep ekowisata ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena fasilitas dan sarana prasarana, serta akses yang tidak terlalu baik selama perjalanan mereka. 5.1.2 Need Need merupakan bagaimana komunikasi pemasaran yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan pembaca akan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini informasi yang dianalisis yaitu kelengkapan informasi mengenai informasi yang dibutuhkan pengunjung seperti akses ke area wisata, informasi tentang budget atau biaya wisata, informasi mengenai homestay, serta informasi mengenai tempat makan. Hasil keluaran sebelumnya menjelaskan bahwa koefisien regresi dalam indikator need adalah sebesar 0.166 dengan statistik uji wald sebesar 7.168 nilai-p dalam output ini sebsar 0.007. dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa terdapat bukti bahwa variabel need berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk peubah need sebesar 1.181 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki need yang baik, akan memiliki peluang 1.181 lebih baik daripada media yang memiliki need yang tidak baik. Hal ini membuktikan bahwa indikator need memiliki pengaruh terhadap kefektivitasan komunikasi pemasaran di TNGHS dengen peluang sebesar 1.181. Hal ini dapat dipahami mengingat dalam area wisata alam pegunungan seperti di TNGHS, pengunjung memang membutuhkan banyak informasi, karena area tersebut jauh dari kota yang memiliki banyak fasilitas, sehingga pengunjung harus mempersiapkan peralatan berwisatanya, seperti bekal, jaket, atau budget. TNGHS dan pihak-pihak terkait sebaiknya melengkapi informasi yang dibutuhkan pengunjung, seperti informasi mengena akses menuju kawasan,
budget yang dibutuhkan,
bagaimana
57
menemukan kantin atau warung terdekat untuk mendapatkan makanan, bagaimana sarana-prasarana di kawasan tersebut, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung dilihat bahwa informasi yang diberikan mengenai akses berupa petunjuk jalan, pemberitahuan mengenai peta atau juga lokasi tempat-tempat pemberi informasi sudah cukup lengkap, sedangkan informasi mengenai, tempat tinggal, atau juga tempat makanan belum tersedia secara optimal. Dalam penelitian ini dilihat adanya indikasi kebutuhan pengunjung akan interpreter (pemandu wisata). Biasanya pemandu wisata ini berasal dari masyarakat sekitar yang memang mengerti jalan-jalan setapak didalam hutan yang menuju air terjun, atau objek lainnya. Terdapat beberapa pengunjung yang belum mengetahui bagaimana cara mendapatkan interpreter sebagai pemandu wisata mereka. Selama ini biasanya hanya pengunjungpengunjung yang melapor terlebih dahulu ke kantor balai TNGHS dan meminta pemandu yang bisa mendapatkan pemandu perjalanan mereka, seperti penjelasan salah seorang responden, yakni Ibu SW yang ditemani oleh salah satu karyawan TNGHS selama berwisata. “... Kita tadi kesini naik bis.. terus langsung hubungi pak MO Kalau kesini kita harus sama pak Momo, biar nggak bingung.. ntar bingung juga ya kalau nyasar... ”
Peneliti yang melakukan penelitian di TNGHS juga lebih memilih untuk mendapatkan interpreter sebagi pemandu dalam melakukan penelitian, terlebih lagi penelitian yang mengharuskan mereka untuk masuk ke hutan, tidak hanya pengunjung asing yang membutuhkan pemandu, tetapi juga pengunjung lokal. Namun sayangnya beberapa pengunjung masih bingung bagaimana cara mereka mendapatkan pemandu, bahkan kadang pengunjung tidak mengetahui jika mereka dapat menyewa pemandu wisata. Hal ini terjadi karena tidak adanya papan pemberitahuan atau leaflet dan brosur yang berisi mengenai cara mendapatkan pemandu, harga homestay dan lain sebagainya. 5.1.3 Satisfaction Satisfaction mengukur seberapa puas pengunjung dengan informasi yang diterima. Berdasarkan hasil output diperoleh koefisien regresi dalam indikator visualization adalah sebesar 0.044 dengan statistik uji wald sebesar 1.996, nilai-p
58
dalam output ini sebesar 0.158. dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat cukup bukti bahwa satisfaction berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk peubah satisfaction sebesar 1.045 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki satisfaction yang baik, akan memiliki peluang 1.045 lebih baik daripada media yang memiliki satisfaction yang tidak baik. Dari hasil uji statistik terlihat pengunjung mengaku belum cukup puas dengan informasi yang diterima. Hal ini terjadi karena biasanya pengunjung mendapatkan informasi dari teman-teman atau keluarga yang pernah berkunjung, dan kebanyakan informasi yang diterima belum lengkap, atau juga belum memenuhi keinginan calon pengunjung mengenai informasi-informasi tertentu seperti homestay, akses, atau transportasi. 5.1.4 Visualization Visualization merupakan pendapat pengunjung mengenai penggambaran isi pesan yang disampaikan. Sesuai dengan hasil regresi yang disampaikan, responden mengaku penggambaran isi pesan yang mereka dapatkan cukup menggambarkan kondisi yang ada. Output dari regresi menggambarkan koefisien regresi dalam indikator visualization adalah sebesar 0.71 dengan statistik uji wald sebesar 3.087, nilai-p dalam output ini sebsar 0.79. dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa terdapat bukti bahwa visualization berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk peubah visualization sebesar 1.074 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki visualization yang baik, akan memiliki peluang 1.074 lebih baik daripada media yang memiliki visualization yang tidak baik. Hal ini membuktikan bahwa pengunjung telah mendapat gambaran yang cukup mengenai keadaan di TNGHS, sehingga dapat mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Mengingat akses ke kawasan sangat sulit ternyata pengunjung yang datang ke TNGHS memiliki keinginan yang kuat untuk berkunjung, hal ini
59
sesuai dengan pernyataan bapak NF sebagai Kepala Bagian Pemanfaatan Jasa Lingkungan TNGHS, “... Karena memang belum ada dana untuk perbaikan jalan, maka terpaksa jalan berbatu yang ada masih tetap dibiarkan seperti itu. Jadi biasanya wisatawan yang memang memiliki keinginan tinggi yang bisa sampai kesini ”
Sebagian besar pengunjung yang diwawancara yang ingin melakukan atau penjelajahan alam mengaku informasi yang diterima cukup menggambarkan bagaimana keadaan di TNGHS, sehingga pengunjung yang datang telah mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti sepatu gunung, jaket dan lain sebagainya. Pengunjung dan calon pengunjung juga melihat gambar, foto-foto, serta penjelasan yang dilihat dalam web ataupun brosur memiliki visualisasi yang baik, sehingga cukup menjadi gambaran pengunjung maupun calon pengunjung untuk datang ke kawasan TNGHS. 5.1.5 Action Action menggambarkan tingkat keinginan pengunjung untuk berkunjung kepada pengunjung potensial, dan tingkat keinginan untuk berkunjung kembali untuk pengunjung yang sudah berkunjung. Berdasarkan Output SPPS (untuk lebih jelasnya terdapat pada lampiran), dapat diketahui koefisien regresi dalam indikator action adalah sebesar -0.16 dengan statistik uji wald sebesar 0.627, nilaip dalam output ini sebesar 0.428. dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa secara uji statistik, tidak terdapat cukup bukti bahwa action berpengaruh terhadap keefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk peubah ini sebesar 0.984 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki action yang baik, akan memiliki peluang 0.984 lebih baik daripada media yang memiliki action yang tidak baik. Dalam penghitungan uji statistik ini didapatkan hasil bahwa tidak ada bukti action berpengaruh pada efektif atau tidaknya komunikasi pemasaran. Hal ini dapat dimengerti melihat dominan responden merupakan pengunjung yang memang telah mengunjungi dan tinggal di Citalahab. Oleh karena itu komunikasi
60
pemasaran yang diberikan untuk memasarkan ekowisata berbasis masyarakat akan kurang berpengaruh, karena mereka telah merasakan sendiri bagaimana suasana dan panorama Citalahab, seperti pernyataan salah satu responden, yakni Bapak LI, “... Kebun teh disini bagus.. saya memang suka wisata alam seperti ini.. mungkin suatu hari nanti saya akan kesini lagi bersama teman-teman saya...”
Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat keinginan pengunjung untuk berwisata kembali ke Citalahab karena lebih didukung oleh bagaimana tingkat rasa betah yang dimiliki masing-masing pengunjung serta bagaimana kecocokan mereka selama berwisata sehingga kurang berpengaruh pada komunikasi pemasarannya. Dalam penelitian ini, sebagian pengunjung ingin kembali lagi untuk berwisata, namun hal ini lebih didorong karena keinginan menikmati pemandangan yang telah mereka rasakan sebelumnya saat berwisata di Citalahab. Dari sini dapat dilihat keinginan pengunjung untuk kembali lebih didominasi oleh perasaan mereka saat berkunjung dan menginap di Citalahab daripada oleh komunikasi pemasaran yang diterima.
5.2 Media Komunikasi Pemasaran dan Frekuensi Penyampaiannya Menurut Tjiptono (2008) media komunikasi merupakan pembawa pesan komunikasi. Pilihan media komunikasi pemasaran bisa bersifat pesonal, maupun non-personal. Media personal dapat dipilih dari tenaga pengajar seperti konsultan, tenaga ahli profesional, atau masyarakat umum. Sedangkan media non-personal meliputi media massa seperti TV, internet, koran, radio, dan lain-lain. Apabila dicermati, kegiatan promosi yang dilakukan pihak Balai TNGHS sendiri terlepas dari kerjasama dengan pihak lain sangatlah sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki TNGHS untuk biaya ekowisata dan promosinya. Buku-buku kecil dan brosur yang berada di kantor balai TNGHS kebanyakan merupakan hasil kerjasama dengan beberapa pihak seperti Departemen Kehutanan, JICA (Japan International Cooperation Agency), YEH (Yayasan Ekowisata Halimun), dan lain-lain.
61
Tabel 3 Hasil Estimasi Model Regresi Logistik terhadap Frekuensi Penyampaian Media Serta Ragam Medianya yang Mempengaruhi Efektif Tidaknya Komunikasi Pemasaran3 Variabel
p-value (sig)
Frekuensi Penyampaian Media Periklanan
Odds Ratio (Exp (β)) .002*
1.234
.017* .025*
1.328 1.291
Hubungan Masyarakat
.996
7.673
Penjualan Pribadi Pemasaran Langsung
.997 .029*
4.308 1.076
.162
.1.046
Promosi Penjualan
Word of mouth (WOM) Sumber: Olah Data SPSS Keterangan: --* = tingkat kepercayaan 15 %
Dalam hasil keluaran regresi, digambarkan koefisien regresi dalam indikator frekuensi penyampaian media adalah sebesar 0.210 dengan statistik uji wald sebesar 9.527, nilai-p dalam output ini sebsar 0.002. dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa terdapat bukti bahwa Frekuensi penyampaian media serta ragam medianya berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk peubah media komunikasi dan frekuensi penyampaiannya sebesar 1.234 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki media komunikasi dan frekuensi yang baik, akan memiliki peluang 1.234 lebih efektif daripada media komunikasi dan frekuensi yang tidak baik. 5.2.1 Periklanan Periklanan merupakan penyampaian pesan penjualan melalui media cetak, visual, maupun audio visual. Media periklanan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah koran, brosur, majalah, program televisi, dan radio. Dari media periklanan menggambarkan koefisien regresi dalam variabel periklanan adalah sebesar 0.284 dengan statistik uji wald sebesar 5.713, sedangkan nilai-p dalam output ini sebsar 0.17. dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh 3
Hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. mengenai Hasil Uji Regresi Logistik Biner Variabel Frekuensi Penyampaian Media
62
kesimpulan bahwa terdapat bukti bahwa periklanan berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk periklanan adalah sebesar 1.328 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki periklanan yang baik, akan memiliki peluang 1.328 lebih baik daripada media yang memiliki periklanan yang tidak baik. Sampai saat ini promosi yang dilakukan menggunakan media periklanan masih belum berubah, yaitu menggunakan leaflet, brosur, booklet, banner, dan media cetak lain. Beberapa bahan promosi cetakan mengenai TNGHS dapat dilihat di Tabel 8. Periklanan di radio, koran, ataupun televisi masih belum dilakukan akibat keterbatasan dana. Namun terdapat beberapa media televisi seperti salah satu program Jejak Petualang di Trans TV yang menggunakan TNGHS sebagai tempat pengambilan gambar, selain itu ada juga program lain misalnya seperti Horison (Indosiar), Potret (SCTV), Expedition (Metro TV). Selain itu terdapat beberapa surat kabar yang pernah memuat mengenai TNGHS adalah Harian Pikiran Rakyat, Suara Pembaruan, Kompas, dan Jakarta Post. Periklanan yang juga belum dapat dilakukan karena keterbatasan dana adalah pemasangan billboard di tempat-tempat strategis. Billboard ini merupakan media luar ruangan yang berisi informasi singkat, jelas, dan padat mengenai TNGHS dengan segala daya tariknya dengan dilatarbelakangi gambar keindahan alam TNGHS yang dapat menarik perhatian pengunjung.
63
Tabel 4 Bahan Promosi Cetak Mengenai TNGHS No. 1.
Penerbit TNGH
5.
Judul Pegunungan Dibawah Garis Pelangi (The Land Under the Rainbow) Menyingkap Kabut Taman Nasional Gunung Halimun Unveil Mountain in the Mist: Gunung Halimun National Park Community-Based Ecotourism Enterprise Gunung Halimun National Park
6.
Taman Nasional Gunung Halimun
7.
Upaya Pengelolaan TNGH
JICA dan Balai TNGH JICA dan Balai TNGH
8.
Panduan Ekowisata TNGH, Kampung Leuwijamang Taman Nasional Gunung Halimun/ Gunung Halimun National Park
Balai TNGH, JICA, YEH Balai TNGH, JICA, LIPI
Panduan Loop trail CikanikiCitalahab Taman nasional Gunung Halimun Jawa Barat Peta Ekowisata 1 Cikaniki Citalahab Taman Nasional Gunung Halimun
BCP-JICA
12.
Peta Ekowisata 2 Cikaniki Citalahab Taman Nasional Gunung Halimun
Biodiversity Conservation Object
13.
Peta Ekowisata 3 Cikaniki Citalahab Taman Nasional Gunung Halimun
Biodiversity Conservation Object
14.
Community-Based Ecotourism
Indecon
15.
Halimun
Yayasan Ekowisata Halimun (YEH)
2. 3. 4.
9.
10.
11.
Sumber: Ambinari (2003)
Konsorsium (KPPTNGH) Konsorsium (KPPTNGH) Konsorsium (KPPTNGH) Balai TNGH
Biodiversity Conservation Object
Keterangan Leaflet berbahasa Indonesia dan Inggris Leaflet berbahasa Indonesia Leaflet berbahasa Inggris Leaflet berbahasa Inggris Leaflet berbahasa Inggris Leaflet berbahasa Indonesia Leaflet berbahasa Indonesia dan Inggris Buku berbahasa Indonesia Buku berbahasa Indonesia dan Inggris Buku berbahasa Indonesia Berisi peta dan informasi mengenai ekowisata TNGH bagian timur Berisi peta dan informasi mengenai ekowisata TNGH bagian utara Berisi peta dan informasi mengenai ekowisata TNGH bagian selatan Folder berisi penjelasan mengenai beberapa kawasan yang menerapkan ekowisata berbasis masyarakat Berisi penawaran paket ekowisata serta kegiatan YEH berkaitan dengan ekowisata berbasis masyarakat
64
5.2.2 Promosi Penjualan Menrut Kusumastuti (2009) promosi penjualan merupakan bagian dari bauran promosi yang harus dipraktikkan searah dengan rencana periklanan dan alat-alat promosi lainnya. Alat-alat promosi penjualan yang digunakan dalam promosi ekowisata TNGHS adalah pameran, potongan harga, dan hiburan. Potongan harga merupakan cara promosi penjualan yang masih dilakukan sampai saat ini, namun masih banyak pengunjung yang belum mengetahui mengenai potongan harga yang telah diberlakukan ini. Berikut daftar potongan harga yang diberlakukan sampai saat ini. Potongan harga diberikan kepada wisatawan dan peneliti lokal yang berkunjung ke TNGHS. Tabel 5. Daftar Biaya Masuk TNGHS No. 1.
2.
3.
Type Visitor a. b. c. d.
International Tourist International Student Local tourist Local student
Research a. International 1-15 days 16-30 days 1-6 months Half year- one year More than one year b. Local 1-15 days 16-30 days 1-6 months Half year- one year More than one year Land Vehicle a. 2 wheels b. 4 wheels c. Bicycle
Unit
Tarif (Rp)
Person Person Person person
20.000,00 10.000,00 2.500,00 1.250,00
Person Person Person Person Person
100.000,00 200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00
Person Person Person Person Person
45.000,00 75.000,00 125.000,00 200.000,00 250.000,00
Unit Unit Unit
3.000,00 6.000,00 2.000,00
Sumber : Data TNGHS (2007
Hasil uji regresi logistik biner menyebutkan koefisien regresi dalam indikator promosi penjualan adalah sebesar 0.255 dengan statistik uji wald 4.994, sedangkan nilai-p nya sebesar 0.025. Dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa terdapat bukti bahwa promosi penjualan berpengaruh
65
terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk promosi penjualan adalah sebesar 1.291 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki periklanan yang baik, akan memiliki peluang 1.291 lebih baik daripada media yang memiliki promosi penjualan yang tidak baik. Media promosi penjualan dalam bentuk potongan harga sangat menarik, mengingat banyak mahasiswa yang melakukan penelitian di TNGHS. Kalangan mahasiswa merupakan sebagian besar pengunjung TNGHS. Dengan harga tiket masuk serta akomodasi yang rendah, maka akan banyak menarik banyak pengunjung. Beragam pameran juga telah diikuti LSM yang juga mempromosikan TNGHS. Beberapa kota yang pernah dikunjungi untuk pameran adalah Pontianak, Jakarta, Bogor, dan beberapa kota lainnya. Pameran ini biasa diadakan oleh Pemerintah Kota setempat ataupun juga Pemerintah Kabupaten, serta Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, baik dalam skala propinsi, maupun nasional. LSM yang biasa mengikuti pameran ini yaitu YEH, Ekowisata Bogor, dan Indecon. 5.2.3 Hubungan Masyarakat Hubungan
masyarakat
mengkomunikasikan
banyak
tujuan
antara
organisasi dengan publik yang bertujuan menghasilkan kebaikan. PR (Public Relation) proaktif dan berorientasi masa depan, memiliki tujuan dan menjaga persepsi yang positif tentang organisasi di mata publik. Salah satu kegiatan hubungan masyarakat yang sudah dilakukan LSM YEH baru-baru ini adalah dengan menjadi pembicara dalam beberapa acara, contohnya pada acara International Eco-tourism Business forum and Mart pada bulan Maret 2011, peserta dalam Lokakarya Nasional “Strategy for product Dev. and Promotion of Local Ecotourism Into European Union Market” dan lain sebagainya. Hasil output pada tabel 5. menjelaskan mengenai koefisien regresi dalam variabel hubungan masyarakat adalah sebesar 2.038 dengan statistik uji wald 0.000, sedangkan nilai-p nya sebesar 0.996. Dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat bukti bahwa hubungan masyarakat berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari
66
output ini juga nilai rasio odd untuk hubungan masyarakat adalah sebesar 7.673 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki hubungan masyarakat yang baik, akan memiliki peluang 7.673 lebih baik daripada media yang memiliki hubungan masyarakat yang tidak baik. Media komunikasi pemasaran dalam bentuk hubungan masyarakat memang belum banyak dilakukan TNGHS serta stakeholdernya. Hal ini disebabkan karena penggunaan seminar, talkshow, ataupun siaran pers merupakan kegiatan yang cukup menelan biaya yang tinggi. Oleh karena itu media komunikasi pemasaran dalam bentuk ini jarang dilakukan. 5.2.4 Penjualan Pribadi Penjualan pribadi atau personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pembeli dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk tersebut sehingga kemudian mereka akan mencoba dan membelinya. Dalam tabel hasil estimasi regresi logit, dapat dilihat koefisien regresi dalam indikator penjualan pribadi adalah sebesar 1.460 dengan statistik uji wald 4.308, sedangkan nilai-p nya sebesar 0.997 Dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat bukti bahwa penjualan pribadi berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Penjualan pribadi yang dilakukan TNGHS sampai saat ini adalah melayani pengunjung serta calon pengunjung yang datang berkunjung ke kantor balai TNGHS. Disamping itu, media promosi penjualan pribadi yang belum dilaksanakan TNGHS adalah dengan pengiriman bahan cetakan ke sasaran (direct mailing). Dalam hal ini golongan menengah keatas merupakan salah satu sasaran pengiriman brosur atau bahan pemasaran TNGHS lainnya. Upaya ini merupakan upaya „jemput bola‟ yang dapat dilakukan TNGHS untuk menarik pengunjung. 5.2.5 Pemasaran Langsung Dalam output diatas, koefisien regresi dalam indikator pemasaran langsung adalah sebesar 0.074 dengan statistik uji wald 4.764, sedangkan nilai-p nya sebesar 0.029. Dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
bukti bahwa promosi penjualan berpengaruh terhadap
67
kefektivitasan media komunikasi pemasaran TNGHS. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk promosi penjualan adalah sebesar 1.076 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki pemasaran langsung yang baik, akan memiliki peluang 1.076 lebih baik daripada media yang memiliki pemasaran langsung yang tidak baik. Sampai saat ini Balai TNGHS masih sering dikunjungi calon wisatawan yang ingin bertanya lebih jauh tentang ekowisata di TNGHS. Pemasaran langsung yang dilakukan untuk memasarkan ekowisata di TNGHS yaitu dengan bertatapan langsung dengan pengunjung saat mereka membutuhkan informasi di kantor balai TNGHS. Pemasaran lain yang dilakukan oleh LSM sampai saat ini yaitu lewat email, beberapa pengunjung yang berasal dari mancanegara sering menghubungi agen travel ataupun LSM yang menangani hal ini lewat email. Hal yang dikomunikasikan dalam email biasanya mengenai pemesanan guide, homestay, serta konsumsi selama berwisata. Pemasaran langsung merupakan cara pemasaran yang cukup bermanfaat bagi pengunjung karena dapat berkomunikasi langsung dengan pihak penyelia wisata untuk mendiskusikan masalah akomodasi, homestay, konsumsi, dan lain lain. Dalam penelitian ini, website merupakan salah satu media yang banyak digunakan pengunjung untuk mendapatkan informasi. Hal ini dapat dilihat dari tanggal pada kolom pesan yang masih baru yang berarti bahwa sampai saat ini masih banyak calon pengunjung yang membuka website TNGHS untuk mendapatkan informasi. Website TNGHS memiliki informasi yang cukup lengkap walaupun tidak lepas kemungkinan bahwa masih ada banyak informasi yang belum disampaikan di website dari pihak TNGHS. Beberapa informasi yang sampai saat ini tersedia di website TNGHS adalah foto-foto, informasi tiket masuk, budget dll. Website juga merupakan salah satu cara pemasaran langsung, dimana terdapat nomor telepon, email, serta dan nama kontak orang yang bisa dihubungi. Sebenarnya website yang dimiliki TNGHS memiliki kandungan yang cukup lengkap mulai dari foto-foto serta nomor yang bisa dihubungi. Namun kelemahan website yang dimiliki TNGHS adalah hampir semua informasi yang disediakan di website tersebut adalah informasi lama yang belum di-update, selain itu juga masih terlihat banyak halaman kosong yang sebenarnya harus diisi. Mulai dari
68
data pengunjung yang muncul di website hanya sampai pada tahun 2006, padahal sampai saat ini pengunjung yang datang ke TNGHS jauh lebih banyak dan meningkat. Budget pointers yang tersdia juga belum diperbaharui lagi, dari list budget pointers yang tersedia di website, harga yang sebenarnya sudah jauh berbeda. 5.2.6 Word of Mouth (WOM) Word of mouth merupakan komunikasi dari mulut ke mulut. Dimana dalam hal ini pemasaran ekowisata dilakukan oleh orang-orang yang memang pernah berkunjung atau juga orang-orang yang pernah membaca website atau mendapat informasi dari media lain dan menyebarkannya ke orang lain. Dalam output, koefisien regresi dalam variabel WOM adalah sebesar 0.045 dengan statistik uji wald 1.954, sedangkan nilai-p nya sebesar 0.162. Dengan demikian pada taraf nyata 15 % diperoleh kesimpulan bahwa secara uji statistik, tidak terdapat bukti bahwa WOM berpengaruh terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran. Dari output ini juga nilai rasio odd untuk WOM adalah sebesar 0.162 yang berarti bahwa komunikasi pemasaran yang memiliki word of mouth yang baik, akan memiliki peluang 1.046 lebih baik daripada media yang memiliki word of mouth yang tidak baik. Hal ini dapat dipahami, walapun beberapa responden mengaku mendapatkan info mengenai TNGHS dari cerita orang lain, namun informasi yang didapat dari media word of mouth ini tidak dapat diketahui apa saja isi serta bagian mana yang lebih ditonjolkan, selain itu pengunjung juga sekedar mendengar, namun tidak mendapatkan informasi yang cukup jelas mengenai bagaimana aksesnya, bagaimana tempat tinggal disana, atau apa saja yang harus disiapkan sebelum menuju kesana. Sehingga menyebabkan media dalam bentuk cerita orang lain atau word of mouth tidak berpengaruh pada efektivitas komunikasi pemasaran. Cerita orang lain mengenai objek ekowisata dalam word of mouth sulit diukur mengenai objek mana yang lebih ditonjolkan, kapan disampaikannya, apakah sesuai dengan kenyataan di area wisata atau tidak. Selain itu proses word of mouth ini sulit ditdeteksi bagaimana kebenarannya. Informasi yang diberikan orang lain dalam word of mouth ini tidak dapat diukur jangka
69
waktunya karena memang sering membutuhkan waktu yang lama sehingga banyak informasi yang kurang update yang didapatkan pengunjung. Seperti pernyataan salah seorang responden yakni Bapak SD, “... Saya kesini soalnya katanya ada canopy trail nya ya? Pengen coba.. tapi tadi waktu kesana saya nggak boleh naik canopy trail nya, katanya sudah lama rusak dan belum diperbaiki...”
Memang banyak pengunjung yang datang ke TNGHS dengan salah satu alasannya yaitu ingin mencoba melewati canopy trail, namun sudah sejak setahun lalu, canopy trail yang biasa dioperasikan untuk pengunjung yang ingin melihat hutan dari atas rusak, dari sini bisa dilihat word of mouth kurang berpengaruh dalam efektivitas komunikasi pemasaran yang disampaikan kepada khalayak.
.
BAB VI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)
6.1 Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Dalam penelitian ini, analisis SWOT digunakan untuk memetakan kelebihan dan kelemahan yang berasal dari internal TNGHS sebagai pelaku komunikasi pemasaran serta peluang dan ancaman yang dimiliki TNGHS yang berasal dari luar. SWOT juga digunakan untuk merancang formulasi strategi komunikasi pemasaran TNGHS. Strategi ini terdiri dari strategi komunikasi pemasaran S-O (strengths-opportunities), strategi komunikasi pemasaran S-T (strengths-threats),
strategi
komunikasi
pemasaran
W-O
(weakness-
opportunities), dan strategi komunikasi pemasaran W-T (weakness-threats). Berdasarkan analisis matriks SWOT, maka sebelum penentuan strategi, dibutuhkan sebuah analisis mengenai strenght (kelebihan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threats (ancaman). 6.1.1 Analisis Strenght (Kekuatan) Analisis strenght (kelebihan) merupakan analisis faktor-faktor kelebihan internal yang dimiliki TNGHS. TNGHS memiliki keberagaman flora serta fauna yang jarang ditemukan di objek wisata alam yang lain. Pengunjung bisa menyaksikan sebuah fenomena alam saat malam hari dimana adanya jamur menyala. Untuk menyaksikan pesona alam ini, pengunjung bisa diantarkan oleh petugas ke area sekitar 200 m dari stasiun penelitian Cikaniki. Jamur bercahaya ini merupakan salah satu atraksi andalan TNGHS. Terdapat sedikit spesies jamur di dunia yang mampu mengeluarkan kerlip cahaya, dimana dua yang paling terkenal adalah Panellus stipticus dan Omphalotus olearius. Jamur jenis tersebut juga agak sulit ditemukan di Indonesia. Panellus bisa ditemukan di hutan hujan Amerika Utara sementara Omphalotus banyak dijumpai di hutan Australia. Selain
71
fenomena jamur menyala, terdapat juga stasiun penelitian Cikaniki. Stasiun penelitian ini menyediakan fasilitas untuk akomodasi peneliti, termasuk laboratorium yang memiliki peralatan standar seperti kulkas, lemari pembeku, oven pengering, mikroskop, timbangan elektronik dan lain-lain. Sarana prasarana ini sangat berguna bagi penelitian hutan hujan tropis, dimana TNGHS merupakan hutan hujan tropis tersisa yang berada di dekat area Jabotabek. Tidak hanya peneliti, staf TNGHS juga melakukan kegiatan pemantauan untuk jenis-jenis terancam punah (Owa Jawa, Macan Tutul, Elang Jawa dan lain-lain). Beberapa hasil kegiatan penelitian telah dibukukan dan terkumpul dalam kumpulan publikasi penelitian. Saat ini TNGHS menjadi salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki data flora dan fauna yang cukup lengkap. Ekowisata di Citalahab yang merupakan area dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki kelebihan tersendiri, dimana seluruh aktivitas dalam area kawasan ekowisata berbasis masyarakat tersebut memang dirancang sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, sehingga seluruh aspek dari ekowisata tersebut seperti homestay, catering, serta pemandu wisata memang berasal dari masyarakat sendiri. Dalam hal ini pengelolaan yang dilakukan masyarakat sendirilah yang membuat ekowisata ini menjadi unik, karena homestay yang disediakan warga selain memiliki lingkungan yang cukup bersih, juga memiliki kekhasan tersendiri dimana terbuat dari kayu dan merupakan jenis rumah panggung yang jarang terdapat pada rumah-rumah masyarakat pada umumnya. Masyarakat lokal di TNGHS juga merupakan masyarakat yang sadar lingkungan, dimana masyarakat menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka dengan baik. Hal ini dilihat dari pengetahuan mereka tentang Taman Nasional yang juga memiliki misi untuk konservasi dan pelestarian lingkungan. Masyarakat Citalahab cukup terbuka dengan pendatang serta mendukung pengembangan ekowisata di daerah mereka, sehingga peneliti tidak akan mendapat kesulitan jika melaukan pengumpulan data atau penelitian di Citalahab. 6.1.2 Analisis Weakness (Kelemahan) Analisis mengenai aspek weakness (kelemahan) merupakan analisis kelemahan yang berasal dari internal organisasi. TNGHS sampai saat ini belum memiliki icon yang dapat dijadikan sebuah kekhasan tersendiri sebagai bahan
72
promosi ekowisatanya, kekhasan tersendiri yang dimaksud disini adalah seperti badak bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, atau komodo di Taman Nasional Pulau Komodo. TNGHS juga masih memiliki keterbatasan di bidang pemasaran ekowisata. Disamping itu, akses menuju kawasan ekowisata berbasis masyarakat merupakan akses yang cukup sulit untuk dijangkau, dengan jalan berbatu yang harus dilewati lebih dari 17 km membuat kendaraan sulit melewati medan tersebut. Jalan yang dilewati juga tergolong ekstrem karena selain berbatu, saat hujan, jalan sering licin dan berair. Kurangnya penerangan juga menjadikan akses menuju kawasan lebih sulit untuk dilewati. Manajemen pengelolaan ekowisata di TNGHS yang dikelola langsung oleh masyarakat masih membutuhkan banyak pembenahan. Konflik-konflik kecil dalam kawasan wisata dapat menjadi sumber masalah besar. Kekurangankekurangan yang masih ada contohnya seperti pengalokasian pengunjung di homestay yang kurang merata, tidak tersedianya daftar harga, atau juga cara mendapatkan pemandu wisata, pembukuan, manajemen keuangan yang masih perlu dibenahi, serta pembuatan daftar tamu dan jumlahnya yang belum terkelola dengan baik. Website juga merupakan salah satu cara pemasaran langsung yang dimana sebaiknya mebdapat perhatian yang baik, dalam website ini terdapat nomor telepon, email, serta dan nama kontak orang yang bisa dihubungi. Sebenarnya website yang dimiliki TNGHS memiliki kandungan yang cukup lengkap mulai dari foto-foto serta nomor yang bisa dihubungi. Namun kelemahan website yang dimiliki TNGHS adalah hampir semua informasi yang disediakan di website tersebut adalah informasi lama yang belum di-update, selain itu juga masih terlihat banyak halaman kosong yang sebenanrnya harus diisi. Mulai dari data pengunjung yang muncul di website hanya sampai pada tahun 2006, padahal sampai saat ini pengunjung yang datang ke TNGHS jauh lebih banyak dan meningkat. Budget pointers yang tersdia juga belum diperbaharui lagi, dari list budget pointers yang tersedia di website, harga yang sebenarnya sudah jauh berbeda.
73
6.1.3 Analisis Oportunity (Peluang) Menurut Ambinari (2003) sudah beberapa kali terdapat tayangan mengenai TNGHS di beberapa stasiun televisi yang merupakan hasil kerjasama Balai TNGHS dengan stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini, balai TNGHS menyediakan tempat untuk berlangsungnya suatu program televisi terutama yang berkaiatan dengan konservasi dan wisata alam. Beberapa acara televisi swasta yang berkaitan dengan wisata alam antara lain Jejak Petualang (TV 7), Horison (Indosiar), Potret (SCTV), Jelajah (Trans TV), dan Expedition (Metro TV). Dari penelitian yang dilakukan terlihat cukup banyak pameran yang diikuti oleh LSM yang sebenrnya dapt juga dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan pihak TNGHS. Pameran yang dilakukan biasanya merupakan undangan dari pihak dinas pariwisata. Pameran ini biasanya rutin dilakukan baik dari tingkat kabupaten, maupun propinsi, dan nasional. Saat ini trend peduli lingkungan makin marak tidak hanya di kalangan LSM namun juga dikalangan perusahaan, kepedulian terhadap lingkungan hidup akan meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan. Pelanggan produk perusahaan semakin banyak saja yang menuntut produk dan layanan yang ramah lingkungan, karena kekhawatiran akan berbagai akibat negatif dari terjadinya degradasi kualitas lingkungan hidup. 6.1.4 Analisis Threats (Ancaman) Analisis threats merupakan analisis ancaman yang dimiliki TNGHS yang berasal dari eksternal TNGHS. Area ekowisata merupakan konsep pariwisata yang bergantung pada alam, dimana pengunjung berdatangan untuk menikmati keindahan alam. Oleh karena itu alam menjadi tujuan utama kedatangan pengunjung. Perlindungan terhadap alam harus selalu dilakukan untuk menjaga ekowisata agar tetap dapat berjalan. Sampai saat ini pembangun villa, pembangunan area wisata lain dalam kawasan hutan lindung, penambangan dan penebangan ilegal masih menjadi salah satu kendala yang sedang ditangani pihak TNGHS. Pada awalnya terdapat beberapa area yang memang sengaja dikonsepkan untuk menjadi area ekowisata berbasis masyarakat, namun ternyata kedua area yang dipergunakan tersebut mengalami masalah dengan adanya penambangan dan penebangan ilegal. Benturan wewenang juga kerap terjadi, dalam hal ini benturan
74
wewenang yang terjadi masih dapat diatasi dengan upaya komunikasi antar pihakpihak terkait. Perbedaan kewenangan dan maksud dari pihak-pihak ini sebaiknya selalu dapat dikomunikasikan untuk mencegah adanya kesalahpahaman antar stakeholder. Mengingat area wisata ini merupakan area wisata yang sulit dijangkau, maka kemungkinan pengunjung untuk beralih ke area ekowisata lain yang lebih mudah dijangkau akan sangat memungkinkan. Akses menuju kawasan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS merupakan jalan berbatu serta curam, oleh karena itu sampai saat ini pengunjung yang berwisata ke area tersebut merupakan wisatawan khusus yang memang menyukai area untuk wisata petualangan. TNGHS juga memiliki keterbatasan dana yang diberikan pemerintah. Hanya terdapat 10% dari dana APBN yang dialokasikan kepada sektor ekowisata. Oleh karena itu pemasaran ekowisata tersebut memiliki dana yang sangat terbatas. Masalah lain yang sering menjadi ancaman bagi TNGHS yakni ketidakstabilan keamanan dalam negeri. Akibat kerusuhan dan ragedi pemboman yang kerap terjadi di Indonesia menyebabkan Indonesia dianggap menjadi salah satu daerah dengen kewaspadaan yang cukup tinggi, karena tragedi dan kerusuhan kerap sering terjadi. Hal ini ternyata cukup berimbas dengan minat pengunjung untk mendatangi area-area wisata di Indonesia. TNGHS sempat mengalamai penurunana jumlah pengunjung disaat security warning diberlakukan. Keadaan ini kerap menjadi ancaman tersendiri bagi TNGHS selaku pengelola area wisata.
75
Faktor Internal
Faktor eksternal
Peluang (O) 1. Adanya dukungan Dinas Pariwisata 2. Trend pasar yang beralih ke pariwisata alam 3. Area yang dekat dengan wilayah Jabodetabek 4. Kerjasama dengan berbagai LSM 5. Banyaknya liputan media tentang TNGHS 6. Maraknya trend peduli lingkungan di kalangan perusahaan 7. Banyaknya mahasiswa ataupun ilmuwan yang melakukan penelitian di TNGHS yang berasal dari beragam instansi.
Ancaman (T) 1. Adanya penambangan dan penebangan ilegal yang dapat merusak potensi wisata. 2. Masih adanya benturan wewenang antara TN. Dengan pihak Pemerintah Daerah 3. Kecenderungan wisatawan untuk berpaling ke objek wisata lain yang lebih populer dan mudah dijangkau 4. Keterbatasan pendanaan yang mendukung kegiatan pemasaran 5. Ketidakstabilan kondisi keamanan dalam negeri
Kekuatan (S) 1. Masyarakat sadar lingkungan 2. Memiliki keunikan ragam hayati yang banyak dicari 3. Dukungan masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata dan promosinya 4. Berdekatan dengan wilayah Jabodetabek 5. Homestay unik, karena tinggal bersama warga 6. Masyarakat terbuka dengan pendatang 7. Lingkungan cukup bersih dan nyaman 8. Adanya stasiun penelitian Cikaniki untuk wisata ilmiah 9. Hutan hujan tropis tersisa dekat Jakarta, dengan beragam flora dan fauna yang dilindungi Mendukung pengembangan dan promosi wisata ilmiah dengan Cikaniki sebagai unggulannya (S1, S5, S8, S9, O1, O4, O7) Pembuatan paket wisata, salah satunya paket wisata tree-adoption (S1, S5, O3, O4) Melakukan upaya kerjasama promosi dengan hotel-hotel, instansi pendidikan, dan airport (S2,S9, O5, O6, O7)
Usaha pembangunan kerjasama di kalangan swasta (S4, T4) Pemberian info saat promosi mengenai jaminan keamanan saat berkunjung. (S3, T5)
Kelemahan (W) 1. Tidak memiliki fauna atau flora yang menjadi icon/ kekhasan untuk dipromosikan 2. Keterbatasan SDM di bidang pemasaran wisata 3. Akses menuju kawasan yang cukup sulit 4. Manajemen dalam masyarakat yang belum optimal 5. Sistem informasi yang belum optimal 6. Web yang kurang update
Upaya peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan manajemen pariwisata dan bahasa asing serta pengelolaan website untuk karyawan dan masyarakat lokal (W3, W5, W7, W6, O4) Pemasaran via media online dengan web TNGHS sebagai web utamanya menggunakan search engine optimization. (W7, W8, O1,O4,O5, O7) Pemasangan Billboard, banner, serta penyebaran media pemasaran cetak di tempat-tempat atau instansi yang dianggap potensial (W4, W7, O1, O3) Memanfaatkan tahun kunjungan pada event-event nasional dan internasional (W1, W2, O1, O4)
Mengadakan workshop dengan masyarakat lokal mengenai bahaya penambangan dan penebangan ilegal untuk keberlangsungan ekowisata berbasis masyarakat (W6, T2) Pengunggulan brand image community based ecotourism untuk menarik pengunjung (W1, W2, T3, T4)
Gambar 13. Matriks SWOT Strategi Komunikasi Pemasaran TNGHS
76
6.2 Strategi Komunikasi Pemasaran TNGHS 6.2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O) Strategi S-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang menggunakan kelebihan yang dimiliki TNGHS dan memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal TNGHS. Terdapat beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
6.2.1.1 Mendukung Pengembangan dan Promosi Wisata Ilmiah dengan Cikaniki sebagai Unggulannya Melihat TNGHS memiliki kekayaan hayati yang beragam dan langka, serta banyaknya potensi wisata yang dimiliki, maka TNGHS cocok dikembangkan sebagai wisata ilmiah. Wisata ilmiah merupakan sebuah kegiatan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain diluar dari rutinitas keseharian baik tempat tinggal maupun pekerjaan, yang bersifat sementara, untuk melakukan aktivitas dan atau menuju ke tempat objek yang menyajikan pengetahuan yang logis, dengan metode-metode tertentu, sistematis dan dapat dibuktikan secara empirik dengan tujuan untuk memberikan penyegaran/hiburan kepada wisatawan dari perjalanan yang dilakukan dengana kreativitas ataupun objek dan daya tarik yang ada dan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan bagi wisatawan. Mengingat banyak kalangan mahasiswa yang berasal dari universitas-universitas yang melakukan penelitian di TNGHS, maka wacana mengenai ekowisata berbasis penelitian di TNGHS dapat pula dipromosikan. Menurut Faizin (2003) ekowisata berbasis penelitian adalah suatu perpaduan kegiatan ekowisata dan penelitian, dimana taman nasional dapat menawarkan potensi kawasan dan berbagai fasilitas yang tersedia sebagai objek dan daya tarik bagi para peneliti dari dalam maupun luar negeri. Promosi mengenai wisata ilmiah ini dapat dilakukan di instansiinstansi pendidikan seperti sekolah, universitas, ataupun lembaga-lembaga penelitian di dalam maupun luar negeri dengan cara memasang bagian tersendiri mengenai penelitian-penelitian yang memang sudah pernah dilakukan di TNGHS dalam brosur, pamflet, booklet, ataupun web TNGHS. Hal ini dilakukan agar kalangan peneliti, serta mahasiswa, ataupun pengelola sekolah-sekolah dapat melakukan penelitian dan juga wisata ilmiah di TNGHS.
77
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terlihat masyarakat cukup terbuka dalam memberi informasi kepada pengunjung dan peneliti yang datang. Selain kekayaan hayatinya, masyarakat kasepuhan juga sering menjadi objek penelitian kalangan peneliti untuk pembuatan tugas akhir. Keberadaan peneliti di TNGHS tidak terlepas dengan keuntungan yang juga akan didapatkan masyarakat lokal dengan homestay, laundry, dan catering yang dapat disediakan masyarakat lokal. 6.2.1.2 Pengusahaan Paket Wisata secara Lebih Optimal Sampai saat ini promosi yang dilakukan TNGHS telah memberikan gambar-gambar, serta foto dan penjelasan mengenai objek-objek wisata. Gambargambar tersebut masih sebatas memberi gambaran, belum sampai pada tahap menunjukkan area lokasi.
Hal ini terlihat pada saat wawancara dengan
pengunjung dilakukan yakni Bapak AH, pengunjung masih bingung akan kemana lagi setelah berada di homestay warga di Citalahab. “.... Kita memang sering jalan-jalan ke alam, salah satunya ya kesini (Citalahab) tapi kita kan nggak tahu ya objek-objek wisatanya apa aja? Jadi ya kalau sudah di penginapan gini, kita nggak tahu lagi mau kemana, paling kita jalan ke Cikaniki pake jalur tracking...”
Gambar-gambar serta foto-foto yang terdapat dalam media promosi cetak TNGHS menjadi media pengenalan namun belum sepenuhnya dapat membuat pengunjung memahami objek mana yang mereka ingin datangi. Oleh karena itu sebaiknya dibuatkan paket-paket wisata. Paket wisata ini akan menjadi rencana kegiatan wisata yang disusun secara tetap dengan harga tertentu yang mencakup transportasi, penginapan, obyek dan daya tarik wisata serta fasilitas penunjang lainnya yang telah tertera dalam perjanjian paket wisata tersebut. Pembuatan paket wisata dapat dilakukan dengan pihak –pihak yang memiliki pengalaman dan memahami selera wisatawan. Hal ini dilakukan karena TNGHS memiliki kerjasama dengan banyak LSM khususnya Indecon yang dianggap cukup berpengalaman dalam menarik pengunjung mancanegara. Perlu juga digalakkan kerjasama dengan tour agent dan biro perjalanan wisata agar ekowisata berbasis masyarakat di Halimun dapat dimasukkan dalam paket-paket
78
wisatanya. Dalam “Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-2011” telah dibuat tujuh paket wisata alam yang dapat dikembangkan di kawasan TNGHS yaitu: 1. Wisata Ilmiah (Bird watching, wisata canopy trail) 2. Wisata Pendidikan (Stasiun penelitian Cikaniki) 3. Wisata Tracking/ petualangan (Pendakian Gunung Salak1, Gunung Salak 2, Gunung Halimun Utara, Gunung Halimun Selatan, Gunung Kendeng, Gunung Sanggabuana Tracking di Looptrail Cikaniki-Citalahab) 4. Wisata Pedesaan (Kampung Legok Jeruk, Kampung Citalahab, Kampung Pangguyangan) 5. Wisata budaya (Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Sinaresmi, Kampung adat Urug) 6. Wisata Ziarah (Cibedug, Kosala, Gentar Bumi, Halimun Selatan, Girijaya) 7. Geo Tourism (Cirotan, Candi Cibedug, Situs Cengkuk). Ketujuh paket wisata ini belum dapat terlaksana secara optimal, salah satunya akibat sudah tidak berfungsinya canopy trail yang menjadi bagian dari paket wisata, serta sudah tidak adanya guest house di Citalahab, sehingga pengunjung yang berwisata ke Citalahab akan tinggal bersama warga. Dalam pelaksanaannya. Pengunjung dapat dipandu oleh masyarakat sekitar dan biro perjalanan yang telah digunakan. Pembuatan paket wisat juga sebaiknya dibuat lebih bervariasi sehingga dapat memenuhi selera wisatawan. Pembuatan paket ini bagus juga jika diberikan nama yang sesuai, seperti contohnya pada wisata budaya diberikan tema “3 Hari di Kasepuhan” atau pada wisata penelitian diberikan tema “Jelajah Pesona Elang Jawa”, pada wisata geo tourism dapat diberikan tema “Berpetualang Dalam Pesona Halimun” dan lain-lain.
79
Tabel 6 Tabel Peran Stakeholder dalam Paket Wisata Tree-Adoption Stakeholder
Peran
Masyarakat
Menyiapkan akomodasi Menyiapkan atraksi
Wisatawan
Melakukan kegiatan wisata Melakukan pembibitan Menanam pohon
Tour Operator
Mengemas paket wisata
Tanggung Jawab Menyiapkan lahan Menyediakan pohon Memelihara pohon yang ditanam Melaporkan perkembangan tanaman kepada wisatawan Memberikan donasi untuk pemeliharaan
Memasarkan produk wisata ramah lingkungan
Rewards Memperoleh bagian hasil tanaman
Menerima sertifikat atas pohon yang ditanam Memperoleh bagian hasil tanaman Mendapatkan produk wisata alternatif
Sumber: Damanik dan Webber (2006)
TNGHS juga dapat melakukan pembuatan paket wisata “Tree Adoption” seperti yang dijelaskan pada Tabel 6, dimana tree adoption merupakan paket wisata yang dikemas dalam bentuk kegiatan penanaman pohon yang yang diadopsi oleh wisatawan. Paket ini merupakan salah satu paket wisata dimana wisatawan dapat memilih pohon untuk ditanam sendiri, diberi label sesuai nama mereka, dan ditanam di lahan TNGHS. Pohon tersebut dapat dikunjungi saat pengunjung datang kembali. Konsepnya adalah wisata ramah lingkungan. Artinya salah satu aktivitas wisatawan (yang kebetulan memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi) adalah menanam pohon untuk konservasi lingkungan. Untuk itu peran dan tanggung jawab wisatawan, masyarakat kawasan wisata, dan penyelenggara perjalanan sebagai aktor didefenisikan secara jelas (Puspar UGM dalam Damanik dan Webber, 2006). Selain itu paket ini merupakan paket yang menarik, dimana wisatawan dapat menanam sendiri pohon yang mereka pilih, memiliki label serta
80
sertifikat pohon tersebut atas nama sendiri. Hal ini juga dapat membuat pengunjung untuk tertarik datang kembali melihat pohon yang pernah mereka tanam. 6.2.1.3 Kerjasama Promosi dengan Pihak Lain Kerjasama promosi dengan hotel, airport, dan instansi pendidikan juga dapat dilakukan. Dalam bab sebelumnya, brosur, leaflet, dan booklet yang tersedia belum bekerja secara optimal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penyebaran yang kurang optimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meletakkan brosur-brosur dan poster, leaflet, serta booklet TNGHS di tempat yang menjadi lalu lalang internasional, di bandar udara misalnya. Brosur, leaflet, dan booklet yang tersedia dapat diletakkan di kantor-kantor agen perjalanan, money changer, kafetaria dan hotel dalam airport. Pemasangan poster juga dapat dilakukan di tourist information yang ada di bandara. Selain itu, dengan konsep wisata ilmiah yang dimiliki TNGHS, promosi juga dapat dilakukan di sekolahsekolah serta kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri ataupun juga kedutaan luar negeri yang ada di Indonesia. Lokasi TNGHS yang berdekatan dengan Jakarta juga menambah peluang TNGHS untuk mempromosikan ekowisatanya. Jakarta merupakan lalu lintas internasional yang memungkinkan pengunjung dari luar negeri untuk datang berkunjung. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh bapak TH sebagai ketua Yayasan Ekowisata Bogor. “... Sebenarnya ada nilai strategisnya, kan Halimun itu dekat Jakarta.. Mana ada lagi hutan hujan tropis tersisa dekat Jakarta...”
Dekatnya area TNGHS dengan Jakarta sebagai ibukota tidak hanya untuk menjalin kerjasama, namun juga pengunjung biasa mencari tempat hiburan yang lebih dekat. Kerjasama dengan hotel dan tour travel besar akan lebih mudah mengingat akses hubungan yang cukup dekat. Oleh karena itu hal ini akan sangat membantu dalam hal promosi ekowisata TNGHS.
81
6.2.2 Strategi Komunikasi Pemasaran Weakness -Opportunities (W-O) Strategi W-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang menggunakan kelemahan yang dimiliki TNGHS dan memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal TNGHS. Terdapat beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu: 6.2.2.1 Upaya Peningkatan Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam Bidang Pariwisata Ekowisata berbasis masyarakat khususnya di Citalahab merupakan kawasan yang hampir keseluruhan aspek wisatanya seperti homestay, pendamping, dan pemberi informasi, semuanya berasal dari kalangan masyarakat sendiri. Masyarakat dapat dibekali dengan kemampuan interpreter wisata. Menurut Interpreter Guide Indonesia (2009) Interpreter guide adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penjelasan dan petunjuk tentang obyek wisata beserta isinya, serta membantu keperluan wisatawan lainnya. Tugas pokok dari seorang Interpreter Guide adalah menyampaikan informasi agar dapat dipahami oleh wisatawan yang mengunjungi destinasi dengan demikian wisatawan akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang akan berakibat menimbulkan apresiasi terhadap destinsi yang akan di kunjungi. Masyarakat lokal lebih mengetahui jalur tracking dan objek-objek wisata indah yang akan diminati pengunjung, namun untuk lebih mengusai bidang ini, oleh karena itu masyarakat lokal sangat cocok untuk menjadi interpreter. Selain itu, tidak lupa pelatihan bahasa asing juga dapat diberikan. Pelatihan ini dapat dilakukan yaitu bekerjasama dengan LSM yang berkompeten dalam hal ini. Penggalakan pelatihan tentang pengelolaan website juga patut dilakukan. Sebenarnya sebelumnya telah ada pelatihan pengelolaan website pada bulan Maret 2008. Pelatihan seperti ini sebaiknya terus dilakukan secara continyu. Mengingat website merupakan salah satu alat komunikasi pemasaran yang ideal untuk digunakan.
82
6.2.2.2 Pemasaran Menggunakan Media Online. Saat ini internet menjadi media pemasaran yang cukup menjanjikan. Penggunaan pemasaran online cocok dilakukan karena tidak menghabiskan banyak biaya dan dapat menjangkau kalangan luas bahkan sampai mancanegara. Apalagi dengan adanya search engine optimization, web TNGHS dapat menjadi urutan pertama saat pengguna internet mengetikkan kata-kata kunci tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengelola web TNGHS. Hal ini sangat berguna bagi pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS. Pada bab sebelumnya pemasaran melalui web terlihat cukup baik, oleh karena itu dibutuhkan sebuah strategi search engine optimization untuk dapat membantu mengoptimalkan kerja web sebagai media promosi. Hal ini tidak lepas dari kandungan materi web itu sendiri, oleh karena itu web harus selalu memiliki kandungan materi yang update dengan gambar-gambar, dan audio visual yang menarik. Cara lain yaitu menempatkan link pada situs-situs atau blog yang berpotensi untuk dilihat oleh banyak orang seperti kaskus atau situs jejaring sosial. Kerjasama dengan berbagai instansi juga dapat dilakukan agar link web TNGHS dapat tersebar. Sampai saat ini sebenarnya telah ada beberapa blog yang memuat tentang ekowisata di TNGHS. Tidak hanya blog dan web yang dimiliki blogger dalam negeri, tapi juga luar negeri. Seperti berikut penuturan Pak SY sebagai pemilik homestay sekaligus sebagai ketua KSM. “ ... Kemarin ada pengunjung Belanda yang cerita ke saya kalau nama saya sudah ada di beberapa website yang mereka baca di Belanda sana, jadi katanya pada waktu sampai disini mereka langsung mencari saya untuk mencari homestay ...”
Mengingat TNGHS merupakan kawasan ekowisata yang memiliki akses yang agak sulit dijangkau, serta berada jauh dari pusat kota, maka persiapan yang dilakukan untuk menuju kesana akan lebih banyak. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah media yang mendekatkan calon pengunjung dengan pengelola. TNGHS dapat memanfaatkan social network yang memang sedang banyak digunakan seperti facebook, atau blog misalnya. Hal ini dilakukan melihat dari bab sebelumnya pengunjung TNGHS kebanyakan adalah kaum muda yang menyukai olah raga ekstrem seperti tracking, rafting, dan lain-lain. Hal ini juga dapat dilakukan untuk menjangkau calon pengunjung dari kalangan ekonomi menengah
83
keatas dan wisatawan mancanegara, yang mana kalangan tersebutlah yang banyak menggunakan jaringan internet untuk mendapatkan informasi.
6.2.2.3 Pemasangan Media Komunikasi di Area Potensial Pemasangan banner, spanduk, serta billboard sebaiknya dilakukan di objek-objek yang potensial. Penyebaran brosur, leaflet, dan booklet harus tersebar secara merata di tempat-tempat yang potensial. Sesuai dengan yang diutarakan Bapak TH sebagai ketua YEH sebagai berikut, “... Saya rasa promosi wisata di Halimun itu sudah baik.. Cuma kurang satu.. distribusi...”
Perlu diingat juga bahwa booklet, poster, serta brosur yang disebarkan jangan hanya berbahasa Indonesia, namun juga berbahasa Inggris. Hal ini akan memudahkan pengunjung mancanegara untuk membacanya. Hal ini sesuai dengan pendapat MM, salah satu responden yang berasal dari Jerman. “ .... its better if they write it in English too, because I can’t speak Indonesian.. and I didn’t get any brochure in English when I got here..”
Sebenarnya brosur dalam bahasa Inggris telah banyak dikeluarkan, namun mungkin penyebarannya yang belum merata. Hal ini lebih dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Menurut WWF (2009) istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Dari pengertian tersebut terlihat ekowisata adalah sebuah konsep wisata yang sarat dengan pengetahuan dan petualangan. Oleh karena itu promosi dapat dilakukan di instansi-instansi pendidikan seperti sekolah, universitas. Promosi dapat dilakukan dengan mengadakan seminar mengenai kelestarian lingkungan dan alam kepada siswa-siswi sekolah atapun mahasiswa. Beberapa himpunan mahasiswa ataupun unit kegiatan mahasiswa sering memiliki kegiatan pecinta alam ataupun wisata alam. Pemasangan billboard juga sangat disarankan, penggunaaan media luar ruang ini dianggap sangat efektif. Billboard ini nantinya dapat berisi mengenai informasi singkat tentang TNGHS dengan mencantumkan beragam flora seperti jamur menyala dan fauna seperti elang jawa dan owa jawa misalnya sebagai daya
84
tarik yang dimiliki. Billboard ini dapat dipasang disekitar jalan menuju Sukabumi atau Bogor mengingat jalan raya tersebut sangat ramai dengan keandaraan yang berasal dari jakarta, ataupun Bogor.
6.2.2.4 Pemanfaatan Tahun Kunjungan Secara Optimal Berdasarkan bab sebelumnya mengenai bentuk media promosi penjualan, terlihat banyak pameran yang telah diikuti oleh LSM yang sampai saat ini mempromosikan TNGHS. Beberapa event sering diadakan pemerintah untuk memasarkan potensi-potensi pariwisatanya. Seperti Visit Indonesia, Visit Bogor, JT‟X. Beberapa program tersebut diadakan oleh pemerintah, dimana pemerintah melancarkan kegiatan promosi besar-besaran untuk menarik pengunjung baik mancanegara maupun nasional. TNGHS sebenarnya telah masuk ke dalam muatan isi web resmi Visit Indonesia. Program ini merupakan program besar tiap tahunnya, sehingga akan memungkinkan banyak pengunjung yang akan datang dalam kurun waktu tersebut. Sebaiknya TNGHS dan seluruh stakeholder terkait ikut mempromosikan ekowisata berbasis masyarakat dalam event tersebut dengan mengikuti pamerannya, expo, dan lain-lain. Masyarakat juga sebaiknya selalu diberi informasi untuk ini, sehingga masyarakat dapat mempersiapkan akomodasi untuk jumlah pengunjung yang bisa saja meningkat dengan cepat pada tahuntahun ini. Karena pada event seperti ini akan banyak pengunjung yang datang untuk berwisata, tidak hanya pengunjung dalam negeri, namun juga mancanegara. Sehingga akan mendatangkan banyak keuntungan bagi masyarakat lokal dan juga stakeholder terkait yang memasarkannya. 6.2.3 Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Threats (W-T) Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Beberapa alternatif strategi W-T yang dirumuskan yaitu: 6.2.3.1 Pengadaan Workshop Dengan Masyarakat Lokal Pengadaan sosialisasi mengenai bahaya pembalakan liar dan penambangan ilegal terhadap keberlangsungan ekowisata masih harus digalakkan. Hal ini agar masyarakat selalu sadar betapa pentingnya mengelola usaha ekowisata yang
85
mereka lakukan. Ekowisata menjadi bagian yang cukup penting dari masyarakat Citlahab. Pada saat wisatawan ramai berkunjung, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dari pekerjaan masyrakat sehari-hari. Selain itu masyarakat bisa diajak untuk menjaga hutan, hal ini dimaksudkan mereka diajak untuk melaporkan ke pihak TNGHS atau petugas yang berwenang jika melihat adanya kegiatan mencurigakan seperti penebangan pohon ataupun penambangan yang ilegal. Pengadaan workshop ini juga merupakan salah satu upaya hubungan masyarakat dari pihak TNGHS agar masyarakat dan pihak TNGHS memiliki satu pikiran yang sama mengenai bagaimana seharusnya ekowisata di Citalahab berjalan. Hal ini dilakukan mengingat pada bab sebelumnya terlihat promosi melalui media
hubungan masyarakat masih menjadi media yang jarang
dijalanakan oleh pihak TNGHS. Workshop ini juga dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pengunjung, karena melihat workshop mengenai kecintaan pada alam merupakan salah satu wisata pendidikan tersendiri bagi pengunjung yang juga memang tertarik pada alam. Pelaksanaan workshop ini dapat dilakukan secara terbuka, tidak hanya masyarakat yang berwenang seperti bapak-bapak misalnya yang harus mengikuti workshop ini, namun juga anak-anak dan pengunjung yang sedang berada di homestay. Upaya hubungan masyarakat juga merupakan upaya untuk mendekatkan diri dengan pohak masyarakat, dimana dalam workshop ini pihak TNGHS mencitrakan dirinya sebagai pengayom masyarakat yang juga memonitor program ekowisata yang sedang berjalan. 6.2.3.2 Penggunaan Brand Image Community-Based Ecotourism Untuk Menarik Pengunjung Definisi ekowisata sebenarnya telah mengandung unsur pelibatan masyarakat yang sangat kuat, dimana komponen pelibatan masyarakat dan pendekatan partisipatif. Sementara komponen penting lainnya adalah ekonomi dan konservasi. Terdapat banyak keunikan yang dimiliki ekowisata berbasis masyarakat yang dapat dipromosikan. Selain sebagai wisata alam, ekowisata yang berbasis masyarakat, dalam hal ini Citalahab, pengunjung dapat tinggal langsung dengan masyarakat, pengunjung dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat
86
yang asri dan jauh dari kebisingan kota. Ekowisata jenis ini cocok untuk wisatawan yang mencari suasana baru untuk berlibur. Ekowisata berbasis masyarakat di citalahab memiliki pemandangan yang indah, apalagi udaranya sangat sejuk, cocok juga digunakan untuk wisata bersama keluarga. Pada bab sebelumnya mengenai attention, dapat dilihat bagaimana pengunjung dan calon pengunjung TNGHS memiliki perhatian yang besar terhadap keberadaan ekowisata berbasis masyarakat, selain dari hasil statistik, hal ini terlihat juga dari banyaknya pertanyaan yang diberikan mengenai jalannya ekowisata di daerah ini. Ekowisata berbasisi masyarakat merupakan jenis wisata yang unik, dimana pengunjung dapat merasakan sendiri bagaimana kehidupana masyarakat lokal yang tinggal di gunung jauh dari kehidupan kota. Upaya promosi dengan mengunggulkan potensi ekowisata berbasisi masyarakat ini juga dapat dipasang pada banner, poster, atau bahkan billboard. Ekowisata berbasis masyarakat masih jarang dan masih baru, oleh karena itu akan mengundang rasa penasaran bagi calon pengunjung yang membaca brosur atau billboard nya. Penggunaan brosur juga dapat disertakan dengan gambar atau foto masyarakat dan pemandangan di Citalahab yang akan mengunadang rasa penasaran calon pengunjung. Pemberian slogan atau tagline juga dapat disertakan, misalnya “Feel the Village Romantization” hal ini akan mengundang rasa penasaran untuk berkunjung ke Citalahab. 6.2.4 Strategi Komunikasi Pemasaran Weakness-Threats (S-T) Strategi S-T adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Alternatif strategi S-T adalah sebagai berikut: 6.2.4.1 Usaha Pembangunan Kerjasama di Kalangan Swasta Saat ini keadaan ekonomi Indonesia sedang marak dengan Green Investasi. Green Investasi mirip
dengan investasi lain,
seperti, saham dan
Perbedaan utama adalah bahwa investasi hijau
yang dibuat
reksadana. perusahaan-
perusahaan yang berkomitmen untuk melestarikan sumberdaya alam, berinovasi dan menghasilkan sumber-sumber energi alternatif, menerapkan udara bersih dan proyek-proyek air bersih, dan menerapkan praktek-praktek usaha lainnya yang
87
berhubungan dengan lingkungan. Saat ini makin banyak peruahaan di Indonesia yang menggunakan investasi hijau. Hal ini akan memudahkan TNGHS dengan statusnya sebagai taman nasional yang melindungi keanekaragaman hayati untuk dapat mejalin kerjasama dan pencarian investor dan kerjasama di tengah ramainya investasi hijau diantara perusahaan saat ini. Usaha pencarian investor ini bukan dimaksudkan untuk pembangunan, melainkan untuk perawatan dan perbaikan sarana-prasarana, contohnya canopy trail yang sedang mengalami kerusakan, perawatan sarana penerangan, atau bahkan perawatan jalan. 6.2.4.2 Pemberian Info Saat Promosi Mengenai Perlindungan Keamanan Saat Berkunjung Keamanan menjadi faktor yang sangat diperhatikan pengunjung. Pada saat wawancara kepada Yayasan Ekowisata Halimun, mereka sempat mengalami saatsaat yang sulit untuk menarik pengunjung ketika kondisi keamanan negara sedang tidak stabil akibat berita pemboman atau kondisi politik yang tidak menentu, sesuai dengan pernyataan bapak DD dari YEH. “... kalau Eropa itu susah.. Amerika juga.. mereka memang memperhatikan keamanan banget ya, kalau udah ada security warning gitu wah.. udah deh, nggak ada yang dari sana, penelitian gtu juga nggak ada, Cuma kalau Belanda masih suka ada,...”
Untuk mengatasi ini, pihak TNGHS harus bekerja sama dengan pemerintah daerah atau juga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk memberi kebijakan yang mengatur masalah keamanan wisatawan yang berkunjung. TNGHS juga sebaiknya meminta pengunjung untuk didata terlebih dahulu baik di kantor balai maupun sesampainya mereka di Citalahab. Terdapat beberapa jalan masuk untuk menuju Citalahab. Dari tiap jalan masuk tersebut sebaiknya ditempatkan beberapa pos jaga yang nantinya bisa mengintrol siapa pengunjung yang masuk dan keluar area TNGHS. Staff dalam pos jaga ini nantinya juga berfungsi sebagai penunjuk jalan atau pemberi informasi mengenai akses, objek-objek wisata yang bisa dikunjungi, atau homestay.
88
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.3 Kesimpulan Terdapat dua variabel umum yang digunakan untuk menguji keefektivitasan komunikasi pemasaran untuk mempromosikan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS, yaitu rancangan pesan berupa action, need, satisfaction, visualization, dan action. Variabel umum kedua yakni ragam media penyampaian dan frekuensi penyampaiannya, berupa bauran promosi yakni periklanan, hubungan masyarakat, direct marketing, promosi penjualan, dan word of mouth, serta mengenai bagaimana frekuensi pengunjung menerima informasi dari beragam media tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, jika dilihat dari rancangan pesan, maka komunikasi pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS sudah cukup efektif, hal ini terlihat dari hasil uji regresi logistik biner yang menyatakan bahwa variabel rancangan pesan signifikan dengan kefektivitasan komunikasi pemasaran yang ada. Walaupun begitu masih banyak yang harus dibenahi agar komunikasi pemasaran dapat lebih optimal. Melihat dari hasil uji regresi logistik biner mengenai ragam media komunikasi pemasaran
dan
frekuensinya,
variabel
ragam
media
dan
frekuensi
penyampaiannya sudah cukup efektif, namun terdapat beberapa media yang patut ditingkatkan penggunaannya agar pemasaran dapat berjalan lebih optimal. Media tersebut adalah humas. Untuk itu sesuai dengan saran yang ada di matrik SWOT sebelumnya TNGHS dan stakeholder pemasaran lainnya harus lebih sering mengikuti event-event yang tersedia. Aksi jemput bola ini harus dilakukan mengingat TNGHS memiliki kerjasama dengan yayasan serta LSM yang sudah cukup berpengalaman dalam hal ekowisata dan pemasarannya, sehingga sangat disarankan untuk dilakukan. Strategi komunikasi pemasaran yang cocok diterapkan yaitu usaha pembangunana kerjasama dikalangan swasta, LSM, Pemerintah Kabupaten, dan Dinas Pariwisata. Tidak lupa juga pendistribusian alat komunikasi pemasaran seperti brosur di tempat-tempat yang dianggap potensial.
89
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan konsep yang masih baru dan masih memerlukan banyak perbaikan, tidak hanya dalam pemasarannya, namun juga sarana-prasarananya. Terdapat banyak stakeholder yang berperan dalam penyelanggaraan pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGH. Kerjasama antara masyarakat dengan pihak LSM dalam hal pemasaran ekowisata berjalan sangat baik. Namun hal ini harus tetap mendapat dukungan dan perhatian dari pihak TNGHS. Beberapa LSM yang ikut mempromosikan ekowisata TNGHS yaitu YEH (Yayasan Ekowisata Halimun), Indecon,
RMI (Rimbawan Muda
Indonesia), JICA. Banyak upaya yang telah dilakukan TNGHS untuk mempromosikan ekowisata berbasis masyarakat, yaitu dengan pembuatan brosur, booklet, poster, serta banner. YEH dan Yayasan Ekowisata Bogor juga memberi peran yang besar dalam mempromosikan ekowisata di TNGHS yaitu dengan mengikuti beragam pameran baik berskala nasional maupun internasional. Akses menuju kawasan juga terkadang menjadi penghalang, karena curamnya medan dan cuaca yang kurang menentu. Kurangnya penunjuk jalan juga cukup menyulitkan pengunjung yang datang. 7.4 Saran Kerjasama yang baik antar stakeholder sangat diperlukan. TNGHS sebagai pemangku kepentingan utama dapat membagi perannya sebagai pengembang ekowisata dan pelindung keanekaragaman hayati yang ada. Oleh karena itu penting sebaiknya jika diadakan pertemuan antara seluruh stakeholder baik LSM maupun pemerintah daerah secara kontinyu. Pertemuan antara stakeholder ini dapat diadakan dalam sebulan sekali atau beberapa bulan sekali. Pertemuan bisa dilakukan utnuk membahas perkembangan wisata yang ada. Hal ini dilakukan agar timbul rasa saling mengerti diantara seluruh pihak dan juga agar tiap stakeholder dapat mengetahui bagaimana perkmbangan ekowisata yang sudah diusahakan oleh setiap pihak. Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam hal rancangan pesan adalah untuk tidak melupakan materi atau isi dari setiap brosur atau leaflet yang digunakan. Karena calon pengunjung yang berasal dari mancanegara ataupun pengunjung yang sama sekali belum pernah singgah di TNGHS akan membaca isi brosur
90
tersebut lebih seksama untuk mendapatkan informasi dan menggambarkan kondisi yang ada sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Hal ini mengingat Citalahab merupakan kampung wisata khusus dimana memiliki akses yang sulit dan jaringan internet yang rendah, sehingga calon pengunjung akan sulit untuk keluar-masuk area ini dengan mudah. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah penyampaian serta distribusi media komunikasi pemasaran harus sampai ke tangan konsumen, atau dalam hal ini calon pengunjung. Oleh karena itu brosur, leaflet serta booklet sebaiknya jangan sampai menumpuk sehingga tidak dapat disebarkan. Buku-buku mengenai wisata berbasis masyarakat di Citalahab sebaiknya tidak hanya disebar ke sekolah atau universitas untuk ditaruh di perpustakaan mereka, karena tahun terbit media tersebut kebanyakan sudah lama maka akan dianggap tidak update oleh calon pengunjung. Masyarakat terlihat sebagai pihak yang sangat menghormati dan mendukung kebijakan TNGHS. Pertemuan dengan masyarakat pun harus sering dilakukan juga. Hal ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan monitoring. Demikian juga dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan, harus selalu ada monitoring. Agar tidak terdapat kesalahpahaman dengan masyarakat. Perbaikan dan perawatan sarana-prasarana juga harus selalu diusahakan. TNGHS memiliki masyarakat yang berada dalam kawasan, oleh karena itu kebutuhan masyarakat mulai dari pendidikan, kesehatan, dan informasi patut dipenuhi. Dengan keadaan jalan yang saat ini dirasa agak sulit bagi masyarakat untuk dapat keluar kawasan untuk keperluan berbelanja bulanan, bahkan untuk proses persalinan. Upaya penyadaran masyarakat juga diperlukan. Informasi mengenai pendidikan untuk anak-anak dan kesehatan akan sulit masuk dan keluar jika keadaan jalan tidak dibenahi. Maysarakat harus disadarkan mengenai pentingnya pendidikan dan kesehatan bagi keluarga, termasuk bahaya mengonsumsi ikan asin, serta mie instan terus menerus. Penggalian potensi juga harus terus dilakukan, mengingat TNGHS merupakan kawasan yang sangat luas. Paket-paket wisata yang ada juga sebaiknya selalu diperbaharui dengan tidak lepas kemungkinan mencari potensi-potensi baru yang dapat dikembangkan seperti wisata melihat matahari terbit di pagi hari atau mountain bike.
DAFTAR PUSTAKA Ambinari M. 2003. Pengkajian Terhadap Strategi Promosi Kegiatan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 155 hal. Basuni S. 2001. Ekoturisme, Manajemen Konservasi dan Otonomi Daerah. Media Konservasi. 07 (02): 47-53 Bianpoen C. Halimun: Removing Mist Over Art. 2010 28 Jan. [Internet]. [diunduh 27 Mei 2011]. Jakarta Post. Dapat diunduh dari: http://www.thejakartapost.com/news/2010/01/28/%E2%80%98halimun %E2%80%99-removing-mist-over-art.html Blamey RK. 1997. Ecotourism: The Search for an Operational Definition. Journal of Sustainable Tourism. 05 (02): 109-130. Buckley R. 2009. Ecotourism Principles & Practices. Massachusets [US]: CAB International. 368 hal. Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1999. Tourism Principles and Practice. New York [US]: Addison Wesley Longman Publishing. 568 hal. Coulson-Thomas CJ. 1990. Marketing Communication. Oxford [GB]: Heineman Profesional Publishing. 339 hal. Damanik J, Weber HF. 2009. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta [ID]: CV. Andi Offset.142 hal. Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Wisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, World Wild Foundation-Indonesia. 2009. Prinsip dan kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta [ID]: 9 hal. Fennel DA. 1999. Ecotourism. London [GB]: Routledge. 315 hal. Faizin N. 2003. Ekspose Kegiatan dan dan Potensi Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Kabandungan [ID]: Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 27 hal. Hartono EE. 2008. Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 113 hal. Hartono T, Kusmana M, Suparmo M. 2008. Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-2011. Kabandungan [ID]: 69 hal.
92
Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta [ID]: PT. Prenhallindo. 444 hal. Kriteria Pengembangan Ekowisata. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. [2001] [Internet]. [diunduh 11 September 2010]. Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Dapat diunduh dari: http://www.ekowisata.info/kriteria_pengembangan-ekowisata.html. Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor [ID]: IPB Press. 200 hal. Lubis et al. 2009. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor [ID]: Sains KPM IPB Press. 381 hal. Lumsdon L. 1997. Tourism Marketing. Boston [US]: International Thompson Business Press. 290 hal. Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung [ID]: Alfabeta. 231 hal. Nugraheni E. 2002. Sistem Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun). [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 223 hal. Nugroho I. 2006. Ekowisata. Malang [ID]: Universitas Widyagama Malang. 99 hal. Nugroho KA. 2007 Analisis Strategi Promosi Agrowisata Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 126 hal. Pengertian Interpreter. 2002. [Internet]. [diakses 5 Juni 2011]. Yayasan Interpreter Guide Indonesia. Dapat diakses dari: http://www.interpreterindonesia.com/ Peta Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2008. [Internet]. [Diunduh 6 Mar 2011]. Taman Nasional Halimun-Salak. Dapat diunduh dari: http://www.tnhalimun.go.id/static/locationmap.html Philip K. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 12. Jakarta [ID]: Erlangga. 515 hal. Qomariyah L. 2009. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus: Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 83 hal.
93
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Utama. 233 hal. Sembiring EL. 2011. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Perilaku Narapidana (Studi Korelasional Mengenai Pembentukan Perilaku Narapidana di LP Kelas IIA Kotamadya Binjai). [Skripsi]. Medan [ID]: Universitas Sumatera Utara. 80 hal. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES. 336 hal. Shimp TA. 2003. Periklanan Promosi Edisi Kelima. Jakarta [ID]: Erlangga. 603 hal. Sudarto G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bekasi [ID]: Yayasan kalpataru Bahari. 84 hal. Syafei F. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Bahari Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 102 hal. Tim Penulis Yayasan Kehati. 2004. Mendamaikan Konservasi dan Pemanfaatan. Jakarta [ID]: Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia. 143 hal. Tjiptono F. 2008. Strategi pemasaran. Yogyakarta [ID]: CV Andi Offset. 588 hal. Taman Nasional Gunung Halimum Salak. 2010. [Internet]. [Diunduh 15 Juni 2011]. Website Resmi Pariwisata Republik Indonesia. Dapat diunduh dari: http://www.indonesia.travel/id/destination/396/gunung-halimunsalak-national-park Wearing S, Lean J. 1997. Developing Ecotourism: A Community Based Approach . Sydney [AU]: Faculty of Business-University of Tecnology Sydney. 77 hal. Yayasan Ekowisata Halimun (YEH). 2001. [Internet]. [diunduh 6 Juni 2011]. Yayasan Ekowisata Halimun. Dapat diunduh dari: http://www.bogor.indo.net.id/halimun/English/Pages/YEH_Frameset.htm Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi, dan Aplikasi. Jakarta [ID]: Kompas. 292 hal.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 1. Peta Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Sumber: http://www.tnhalimun.go.id/static/locationmap.html
96
Lampiran 2. Kuesioner
Nomor Responden Tanggal Wawancara Tanggal entri data
KUESIONER PENELITIAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS: DESA CITALAHAB, KECAMATAN KABANDUNGAN, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT) A. IDENTITAS PENGUNJUNG 1. Nama 2. Jenis Kelamin 3. Usia 4. Pekerjaan 5. Asal (kota) 6. Kewarganegaraan 7. Pendidikan terakhir 8. Alamat 9. No telp. 10. Email
: : : : : : : : : :
B. ATTENTION 1. Darimanakah anda mendapatkan informasi tentang ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS? a. Periklanan (majalah, koran, leaflet, brosur, radio, TV, bilboard) b. Promosi penjualan (pameran) c. Hubungan masyarakat (seminar, talk show) d. Penjualan pribadi (presentasi penjualan) e. Pemasaran langsung (email, telepon) f. Cerita dari orang (saudara, teman) g. Sekolah/ tempat kerja h. Lainnya, sebutkan... 2. Bagaimana pendapat anda mengenai informasi yang berhubungan dengan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS? Jawaban:
97
a. sangat tidak menarik b. tidak menarik c. menarik d. sangat menarik C. NEED 3. Bagaimana informasi yang disajikan TNGHS mengenai ekowisata berbasis masyarakat ? a. Tidak ada b. Kurang lengkap c. Lengkap d. Sangat lengkap 4. Bagaimana menurut anda informasi yang disediakan mengenai akses ke area ekowisata berbasis masyarakat? a. Tidak ada b. Kurang lengkap c. Lengkap d. Sangat lengkap 5. Bagaimana menurut anda informasi yang tersedia mengenai budget (biaya) perjalanan wisata? a. Tidak ada b. Kurang lengkap c. Lengkap d. Sangat lengkap 6. Bagaimana menurut anda mengenai informasi tempat tinggal/ homestay yang tersedia? a. Tidak ada b. Kurang lengkap c. Lengkap d. Sangat lengkap 7. Apakah menurut anda informasi mengenai produk-produk wisata yang ditawarkan TNGHS sudah lengkap? a. Tidak ada b. Kurang lengkap c. Lengkap d. Sangat lengkap 8. Apakah informasi yang disediakan TNGHS sudah sesuai dengan kebutuhan anda? a. Sangat tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai d. Sangat sesua
98
D. SATISFACTION 9. Apakah anda puas dengan informasi yang telah anda dapatkan dari TNGHS mengenai ekowisata berbasis masyarakat? a. Sangat tidak puas b. Tidak puas c. Puas d. Sangat puas E. VISUALIZATION 10. Apakah informasi yang anda dapatkan sudah sesuai dengan gambaran anda mengenai keadaan di TNGHS? a. Kurang sesuai b. Tidak sesuai c. Sesuai d. Sangat sesuai F. ACTION 11. Setelah mengetahui informasi mengenai keberadaan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS, seberapa kuat keinginan anda untuk kembali berkunjung? a. Sangat lemah b. Lemah c. Kuat d. Sangat kuat G. FREKUENSI DAN RAGAM PENYAMPAIAN PESAN Bagaimana frekuensi anda mendapatkan informasi mengenai TNGHS dari media pemasaran berikut ini? Media Tidak pernah
A. Periklanan 1. Koran 2. Majalah 3. Leaflet dan brosur 4. Radio 5. TV 6. Billboard B. Promosi Penjualan 1. Pameran 2. Potongan harga 3. Hiburan C. Hubungan
Frekuensi Jarang Sering
Sangat sering
99
Masyarakat 1. Seminar 2. Talk show 3. Siaran Pers D. Penjualan pribadi 1. Presentasi penjualan 2. Pelayanan Promosi Saat Pameran E. Pemasaran langsung 1. Email 2. Telemarketing F. Word of mouth 1. Cerita orang lain
H. PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP SARANA PRASARANA Aspek penilaian Pusat informasi Penerangan MCK Homestay Kantin/ Resto Kantor pengawas
Tidak ada
Kriteria Kurang baik Baik
Sangat baik
1. Apakah anda masih membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS? a. Ya b. Tidak Jika ya, informasi seperti apa yang anda butuhkan? ........................................................................................................................ .................. 2. Apa yang anda ketahui tentang ekowisata berbasis masyarakat? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ .................................... 3. Bagaimana pendapat anda mengenai kondisi dan akses menuju kawasan ekowisata berbasis masyarakat?
100
........................................................................................................................ ........................................................................................................................ .................................... 4. Apa motif kunjungan anda ke TNGHS? a. Menikamati panorama yang indah b. Menikmati budaya masyarakat c. Penelitian d. Lainnya, sebutkan ........................................................................................................................ .................. 5. Bagaimana harapan anda untuk upaya promosi ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ....................................
101
Lampiran 3. Lembar Panduan Pertanyaan Wawancara Panduan Pertanyaan Wawancara: 1. Daerah mana saja dalam kawasan TNGHS yang berkonsep ekowisata berbasis masyarakat? 2. Siapa saja yang menerima keuntungannya? 3. Bagaimana konsep ekowisata berbasis masyarakat yang masih berjalan disana? 4. Siapa pengonsepnya? Bagaimana sejarahnya? 5. Apa saja yang sudah dilakukan TNGHS untuk promosi? 6. Apa peran TNGHS dalam promosi wisatanya? 7. Siapa saja yang berperan dalam promosi ekowisata? 8. Bagaimana jalannya promosi sampai saat ini? 9. Menurut anda apa sudah optimal? Kenapa? 10. Apa yang dimaksud visitor management technique? Strenght 11. Apa saja kelebihan yang dimiliki TNGHS? 12. Bagaimana keadaan masyarakat lokal di kawasan yg dikembangkan ekowisatanya? Apakah masyarakat mendukung program tersebut? 13. Apa saja yang sudah diusahakan untuk mengembangkan ekowisata di TNGHS? 14. Apa saja satwa serta tanaman yang sering dicari di TNGHS? Weakness 15. Menurut anda apa kelemahan yang dimiliki TNGHS untuk masalah promosi wisatanya? 16. Bagaimana pendanaan untuk ekowisata? 17. Apakah dirasa cukup? 18. Bagaimana SDM didalam TNGHS? Apakah dirasa cukup kualitas dan kuantitasnya? Apa mungkin ada kekurangan? 19. Apakah kira-kira hal yang membuat TNGHS belum bisa lebih populer dibandingkan Ujung Kulon atau Pangrango? 20. Apa pemasaran masuk kedalam rencana jangka panjang TNGHS?
102
Oportunity 21. Apa saja peluang yang diberikan pemerintah untuk bisa digunakan sebagai media promosi TNGHS? 22. Siapa saja pihak yang sampaia saat ini menjalin kerjasama yang baik dengan TNGHS? Bagaiaman kerjasamanya? 23. Bagaimana dengan peluang kerjasama dengan hotel atau travel agent? Apakah pernah dilakukan? 24. Menurut anda apa saja peluang yang dimiliki TNGHS untuk bisa memasarkan ekowisatanya? 25. Bagaiamana anda melihat peluang kerjasama dengan swasta? Apakah mungkin untuk dilakukan? 26. Bagaimana bentuk krjasama yang menurut anda dapat dilakukan? Threat 27. Apakah pernah berselisih paham dengan LSM atau pihak lain? 28. Bagaimana dengan penambangan dan penebangan pohon? Apakah masih terjadi? 29. Apakah sekiranya hal yang dapat mengancam keberadaan ekowisata di TNGHS? 30. Mengapa program ekowisata berbasis masyarakat di tempat lain selain di Citalahab kurang berhasil?
103
Lampiran 4. Dokumentasi Dokumentasi Pameran untuk Promosi Ekowisata di Halimun (Dok.YEH)
104
105
Akses Menuju Kawasan
Stasiun Penelitian Cikaniki
Kunjungan Wisatawan
106
Pemandangan Alam Citalahab
107
Lampiran 5. Jadwal Penelitian 2011 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Ujian skripsi Perbaikan laporan penelitian
Juli Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
108
Lampiran 6. Hasil Olahan Data Regresi Logit Biner Variabel Umum Rancangan Pesan DATASET ACTIVATE DataSet1. LOGISTIC REGRESSION VARIABLES efektivitas /METHOD=ENTER rancangan_pesan /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5).
Logistic Regression
Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
36
100.0
0
.0
36
100.0
0
.0
36
100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0 0
Percentage 1
28
Correct 0
100.0
109
1
8
0
.0
Overall Percentage
77.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.253
Wald
.401
df
9.765
Sig. 1
Exp(B)
.002
.286
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
rancangan_pesan
Overall Statistics
df
10.750
1
.001
10.750
1
.001
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
11.806
1
.001
Block
11.806
1
.001
Model
11.806
1
.001
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
a
26.333
.280
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sig.
.428
110
Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
Percentage 1
Correct
0
27
1
96.4
1
3
5
62.5
Overall Percentage
88.9
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 1a
rancangan_pesan Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.186
.068
7.364
1
.007*
1.204
-11.375
3.870
8.641
1
.003
.000
a. Variable(s) entered on step 1: rancangan_pesan.
111
Uji Regresi Logit Biner Variabel Kerja Rancangan Pesan
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
36
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
Percentage Correct
1
0
28
0
100.0
1
8
0
.0
Overall Percentage
77.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.253
.401
Wald
df
Sig.
9.765
1
Exp(B)
.002
.286
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
attention
Overall Statistics
df
Sig.
4.826
1
.028
4.826
1
.028
112
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
5.048
1
.025
Block
5.048
1
.025
Model
5.048
1
.025
Model Summary Step
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood
Nagelkerke R Square
a
1 33.091 .131 .200 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. a
Classification Table
Predicted efektivitas Observed Step 1
0
efektivitas
Percentage Correct
1
0
28
0
100.0
1
6
2
25.0
Overall Percentage
83.3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
attention
.061
.030
4.169
1
.041*
1.063
Constant
-5.516
2.219
6.179
1
.013
.004
a. Variable(s) entered on step 1: attention.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 36
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding
113
Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
28
0
100.0
1
8
0
.0
Overall Percentage
77.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.253
Wald .401
df
9.765
Sig. 1
.002
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
need
Overall Statistics
df 1
.000
12.474
1
.000
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
13.888
1
.000
Block
13.888
1
.000
Model
13.888
1
.000
Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Sig.
12.474
Block 1: Method = Enter
Nagelkerke R Square
Exp(B) .286
114
24.250a
1
.320
.490
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
0
efektivitas
1
Percentage Correct
0
26
2
92.9
1
3
5
62.5
Overall Percentage
86.1
a. The cut value is ,500 Variables in the Equation B a
Step 1
need Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
.166
.062
7.168
1
.007*
1.181
-10.868
3.746
8.418
1
.004
.000
a. Variable(s) entered on step 1: need.
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES efektivitas /METHOD=ENTER s /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5).
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 36
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value 0 1
Exp(B)
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block
115
Classification Tablea,b Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
28
0
100.0
1
8
0
.0
Overall Percentage
77.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.253
Wald
.401
df
Sig.
9.765
1
Exp(B)
.002
.286
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
s
2.095
1
.148
Overall Statistics
2.095
1
.148
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
2.225
1
.136
Block
2.225
1
.136
Model
2.225
1
.136
Model Summary Step
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood a
1
35.914
Nagelkerke R Square
.060
.092
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea Predicted Observed
efektivitas
Percentage Correct
116
0 Step 1
efektivitas
1
0
28
0
100.0
1
8
0
.0
Overall Percentage
77.8
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
s Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.044
.031
1.996
1
.158
1.045
-3.964
2.037
3.789
1
.052
.019
a. Variable(s) entered on step 1: s.
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES efektivitas /METHOD=ENTER visualization /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5).
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
36
Missing Cases Total Unselected Cases Total
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted efektivitas Observed
0
1
Percentage Correct
117
Step 0
efektivitas
0
28
0
1
8
0
100.0 .0
Overall Percentage
77.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.253
Wald .401
df
Sig.
9.765
1
Exp(B) .002
.286
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
visualization
Overall Statistics
df
Sig.
3.490
1
.062
3.490
1
.062
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
3.967
1
.046
Block
3.967
1
.046
Model
3.967
1
.046
Model Summary Step
-2 Log likelihood 34.172a
1
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.104
.160
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
Percentage Correct
0
28
0
100.0
1
7
1
12.5
Overall Percentage a. The cut value is ,500
1
80.6
118
Variables in the Equation B a
Step 1
visualization Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.071
.040
3.087
1
.079*
1.074
-5.734
2.695
4.526
1
.033
.003
a. Variable(s) entered on step 1: visualization.
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES efektivitas /METHOD=ENTER action /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) ITERATE(20) CUT(.5)
Logistic Regression [DataSet0] Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
36
100.0
0
.0
Missing Cases Total
36 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 36 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
Percentage Correct
1
0
28
0
100.0
1
8
0
.0
Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
77.8
119
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.253
Wald
.401
df
Sig.
9.765
1
Exp(B)
.002
.286
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
action
Overall Statistics
df
Sig.
.640
1
.424
.640
1
.424
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
.636
1
.425
Block
.636
1
.425
Model
.636
1
.425
Model Summary Step
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood a
1
37.503
Nagelkerke R Square
.018
.027
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
Percentage Correct
1
0
28
0
1
8
0
100.0 .0
Overall Percentage
77.8
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
action
-.016
.021
.627
1
.428
.984
Constant
-.075
1.508
.002
1
.960
.928
120
Variables in the Equation B a
Step 1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
action
-.016
.021
.627
1
.428
.984
Constant
-.075
1.508
.002
1
.960
.928
a. Variable(s) entered on step 1: action.
Regresi Logit Biner Variabel Umum Frekuensi Penyampaian
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
36
100.0
0
.0
36
100.0
0
.0
36
100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b
Predicted efektivitas Observed
0
Percentage 1
Correct
121
Step 0
efektivitas
0
28
0
100.0
1
8
0
.0
Overall Percentage
77.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.253
Wald
.401
df
9.765
Sig. 1
Exp(B)
.002
.286
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
frekuensi_penyampaian
Overall Statistics
1
.000
15.206
1
.000
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
df
Sig.
Step
17.378
1
.000
Block
17.378
1
.000
Model
17.378
1
.000
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
a
20.761
.383
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sig.
15.206
Block 1: Method = Enter
Chi-square
df
.586
122
Classification Table
a
Predicted efektivitas Observed Step 1
0
efektivitas
1
Percentage Correct
0
27
1
96.4
1
2
6
75.0
Overall Percentage
91.7
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 1a
frekuensi_penyampaian Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.210
.068
9.527
1
.002*
1.234
-9.428
2.841
11.012
1
.001
.000
a. Variable(s) entered on step 1: frekuensi_penyampaian.
Regresi Variabel Kerja Ragam dan Frekuensi Penyampaian Media
Logistic Regression [DataSet0]
Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 36
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value 0 1
Internal Value 0 1
123
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
31
0
1
5
0
100.0 .0
Overall Percentage
86.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.825
Wald .482
df
14.333
Sig. 1
.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
periklanan
Overall Statistics
df 1
.002
9.527
1
.002
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
15.309
1
.000
Block
15.309
1
.000
Model
15.309
1
.000
Model Summary Step
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood
Sig.
9.527
Block 1: Method = Enter
Nagelkerke R Square
a
1 13.703 .346 .626 a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Exp(B) .161
124
Predicted efektivitas Observed Step 1
0
efektivitas
1
Percentage Correct
0
30
1
96.8
1
3
2
40.0
Overall Percentage
88.9
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
periklanan
S.E. .284
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.119
5.713
1
.017
1.328
Constant -14.235 5.695 a. Variable(s) entered on step 1: periklanan.
6.247
1
.012
.000
Logistic Regression [DataSet0]
Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 36
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted Observed
efektivitas
Percentage Correct
125
0 Step 0
efektivitas
1
0
31
0
100.0
1
5
0
.0
Overall Percentage
86.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.825
Wald
.482
df
14.333
Sig. 1
Exp(B)
.000
.161
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
promosi_penjualan
Overall Statistics
df
Sig.
16.912
1
.000
16.912
1
.000
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
17.626
1
.000
Block
17.626
1
.000
Model
17.626
1
.000
Model Summary Step
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood a
1
11.386
Nagelkerke R Square
.387
.700
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
30
1
96.8
1
0
5
100.0
Overall Percentage
97.2
126
Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
0
efektivitas
1
Percentage Correct
0
30
1
96.8
1
0
5
100.0
Overall Percentage
97.2
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
promosi_penjualan Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
.255
.114
4.994
1
.025
1.291
-12.077
5.354
5.089
1
.024
.000
a. Variable(s) entered on step 1: promosi_penjualan.
Logistic Regression [DataSet0]
Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 36
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value 0 1
Exp(B)
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b
127
Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
31
0
1
5
0
100.0 .0
Overall Percentage
86.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.825
Wald
.482
df
Sig.
14.333
1
Exp(B)
.000
.161
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
humas
Overall Statistics
df
Sig.
20.807
1
.000
20.807
1
.000
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
22.282
1
.000
Block
22.282
1
.000
Model
22.282
1
.000
Model Summary Step
-2 Log likelihood 6.730a
1
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.461
.834
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Classification Table
a
Predicted efektivitas Observed
0
1
Percentage Correct
128
Step 1
efektivitas
0
29
2
93.5
1
0
5
100.0
Overall Percentage
94.4
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
humas Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
2.038
385.207
.000
1
.996
7.673
-101.482
19260.374
.000
1
.996
.000
a. Variable(s) entered on step 1: humas.
Logistic Regression [DataSet0]
Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis Missing Cases
36
100.0
0
.0
Total 36 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 36 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
31
0
100.0
1
5
0
.0
129
Overall Percentage
86.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.825
Wald
.482
df
Sig.
14.333
1
Exp(B)
.000
.161
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
penjualan_pribadi
Overall Statistics
df
Sig.
19.831
1
.000
19.831
1
.000
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
21.374
1
.000
Block
21.374
1
.000
Model
21.374
1
.000
Model Summary Step
-2 Log likelihood 7.638a
1
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.448
.809
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
Percentage Correct
29
2
93.5
1
0
5
100.0
Overall Percentage a. The cut value is ,500
1
0
94.4
130
Variables in the Equation
a
Step 1
penjualan_pribadi Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1.460
336.863
.000
1
.997
4.308
-72.326
16843.132
.000
1
.997
.000
a. Variable(s) entered on step 1: penjualan_pribadi.
Logistic Regression [DataSet0]
Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis Missing Cases
36
100.0
0
.0
Total
36 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 36 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
31
0
100.0
1
5
0
.0
Overall Percentage
86.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
131
B Step 0
Constant
S.E.
-1.825
Wald
.482
df
Sig.
14.333
1
Exp(B)
.000
.161
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
pemasaran_langsung
Overall Statistics
df
Sig.
6.822
1
.009
6.822
1
.009
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
5.330
1
.021
Block
5.330
1
.021
Model
5.330
1
.021
Model Summary Step
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood
Nagelkerke R Square
a
1 23.682 .138 .249 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
29
2
93.5
1
5
0
.0
Overall Percentage
80.6
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
pemasaran_langsung Constant
S.E.
df
Sig.
Exp(B)
.034
4.764
1
.029
1.076
-4.423
1.412
9.810
1
.002
.012
a. Variable(s) entered on step 1: pemasaran_langsung.
Logistic Regression
Wald
.074
132
[DataSet0]
Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis
36
100.0
0
.0
36 0 36
100.0 .0 100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
Percentage Correct
1
0
31
0
100.0
1
5
0
.0
Overall Percentage
86.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E.
-1.825
.482
Wald
df
Sig.
14.333
1
Exp(B)
.000
.161
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
WOM
Overall Statistics
df
Sig.
2.189
1
.139
2.189
1
.139
133
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
2.411
1
.120
Block
2.411
1
.120
Model
2.411
1
.120
Model Summary Step
Cox & Snell R Square
-2 Log likelihood a
1
26.601
Nagelkerke R Square
.065
.117
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
Percentage Correct
1
0
31
0
100.0
1
5
0
.0
Overall Percentage
86.1
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B a
Step 1
WOM Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.045
.032
1.954
1
.162
1.046
-5.628
2.918
3.719
1
.054
.004
a. Variable(s) entered on step 1: WOM.
Regresi Logit Biner Variabel Umum Sarana-prasarana
Logistic Regression
Case Processing Summary
134
Unweighted Cases
a
Selected Cases
N
Percent
Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
36
100.0
0
.0
36
100.0
0
.0
36
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b
Predicted efektivitas Observed Step 0
efektivitas
0
1
Percentage Correct
0
28
0
100.0
1
8
0
.0
Overall Percentage
77.8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
-1.253
S.E. .401
Wald 9.765
df
Sig. 1
.002
Exp(B) .286
135
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
saranaprasarana
Overall Statistics
df
Sig.
4.432
1
.035
4.432
1
.035
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
4.689
1
.030
Block
4.689
1
.030
Model
4.689
1
.030
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood 33.450a
1
.122
.187
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Predicted efektivitas Observed Step 1
efektivitas
0
Percentage 1
Correct
0
27
1
96.4
1
7
1
12.5
Overall Percentage
77.8
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
136
a
Step 1
saranaprasarana Constant
.087
.044
3.896
1
.048*
1.091
-6.739
2.919
5.332
1
.021
.001
a. Variable(s) entered on step 1: saranaprasarana.
137
Lampiran 7 Website Untuk Promosi Ekowisata
Website Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Wesite Yayasan Ekowisata Halimun (YEH)
Website Visit Indonesia yang mencantumkan TNGHS Sebagai Tujuan Wisata
138
Lampiran 8 Data Responden No. Respond en 1
Nama
P/L
Usia
TP
L
30
ST
L
25
SB
L
21
Asal
Warga Negara
Pend.terakhir
Depok
INA
S1
jakarta
INA
SMK
sukabumi
INA
SMP
SR
L
32
Pekerjaan karyawan swasta karyawan swasta karyawan swasta karyawan swasta
Bogor
INA
STM
5
SH
P
26
Peneliti JICA
Seoul
KOREA
S2
6
NL
P
40
Jakarta
INA
S2
2 3 4
RT
P
37
swasta-trans TV IBU RUMAH TANGGA
JAKARTA
INA
S2
8
FH
L
46
PENULIS BUKU
JAKARTA
INA
S1
9
SW
P
24
PENELITI CIFOR
SUM-SEL
INA
S1
10
VY
L
27
CHENNAY
INDIA
S2
MM
P
27
PENELITI CIFOR INTERNSHIPCIFOR PENELITI
GER
S1
INA
S1
7
11
AY
L
35
FREELANCE
Gottingen TANGERAN G
13
DI
P
22
MAHASISWA
SUKABUMI
INA
SMA
14
EO
P
28
SWASTA
JAKARTA
INA
D3
15
FT
P
24
JAKARTA
INA
S1
LI
P
33
PUSTAKAWAN karyawan swasta
JAKARTA
INA
S1
SD
L
24
JAKARTA
INA
S1
KW
P
31
SWASTA karyawan swasta
KLATEN
INA
SLTA
JD
L
34
JAKARTA
INA
S1
AM
L
23
SWASTA karyawan swasta
BEKASI
INA
S1
GH
L
22
CILEGON
INA
S1
MP
L
27
BOGOR
INA
D3
IS
L
25
BEKASI
INA
S1
12
16 17 18 19 20 21
AH
L
47
FREELANCE karyawan swasta karyawan swasta karyawan swasta
25
IS
P
21
MAHASISWA
JOMBANG
INA
SMA
26
SS
L
22
MAHASISWA
JOMBANG
INA
SMA
27
SS
L
21
MAHASISWA
Depok
INA
SMA
28
HA
L
21
MAHASISWA
jakarta
INA
SMA
29
FU
L
21
MAHASISWA
CIBINONG
INA
SMA
30
AJ
L
22
MAHASISWA
INA
SMA
SW
L
21
MAHASISWA
KUDUS MAJALENG KA
INA
SMA
22 23 24
31
139
32
IF
L
22
MAHASISWA
BOGOR
INA
SMA
33
AF
L
22
MAHASISWA
INA
SMA
INA
SMA
AP
L
23
MAHASISWA
JAMBI BONDOWO SO
35
AF
L
23
FREELANCE
JATENG
INA
S1
36
CW
L
21
MAHASISWA
BANDUNG
INA
SMA
34