BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Merujuk pada pertanyaan-pertanyaan penelitian dan didasarkan pada kajian teoretis serta teori landasan yang digunakan pada bagian deskripsi data, analisis, dan pembahasan maka dapat dirinci simpulan penelitian langka kajian tradisi lisan ini adalah sebagai berikut. 6.1.1 Proses Pelaksanaan Tradisi Lisan RB Tradisi lisan RB diselenggarakan dengan sejumlah kegiatan pendukung sebelum dan setelah upacara ritual adat RB. Kegiatan pendukung sebelum upacara ritual adat RB itu adalah bancakan hajat, campursarian, wayangan, dan uyonuyon sedangkan kegiatan pendukung setelah upacara ritual adat RB adalah okol, ludruk, dan pengajian akbar. Upacara ritual adat RB selalu diadakan pada hari Minggu pagi hingga siang hari. Mengenai ketentuan bulannya, tidak ada ketentuan khusus, yang pasti tradisi RB diadakan setahun sekali pada masa musim panen. Tempat pelaksanaan tradisi RB ini selalu diadakan di punden Singojoyo karena tempat ini dianggap memiliki nilai sejarah asal mula Desa Made sekaligus tempat menghilangnya Singojoyo secara moksa. Oleh karena itu, tempat ini dianggap sebagai tempat persemayaman leluhur desa yang dikenal sebagai Mbah Singojoyo. Upacara ritual adat dipimpin oleh pemangku adat yang disebut Pak Man. Pemangku adat ini adalah orang yang dituakan dan telah memimpin upacara ritual adat RB dari tahun ke tahun sejak tahun 1960-an. Syarat orang yang memimpin upacara ritual adat ini adalah anggota pengurus adat yang memiliki pengetahuan sejarah dan budaya desa Made serta dituakan dalam arti tindak-tanduk dan perilakunya dapat menjadi teladan bagi masyarakat. Upacara ritual adat RB terbagi menjadi tiga tahap, yakni bercerita rakyat asal mula desa Made, candarane, dan doa keselamatan dunia akhirat. Setelah tiga tahap itu usai, acara selanjutnya adalah makan bersama sesajian. Secara Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 Eksplorasi Nilai Budaya Dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi Dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 Dan Program Agrowisata Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keseluruhan, proses upacara ritual adat RB merupakan permohonan ampunan untuk leluhur, permohonan keselamatan dunia dan akhirat masyarakat Made. Perlengkapan upacara ritual adat RB berupa dupa dan sesajian yang diletakkan di punden Singojoyo. Sesajian itu memiliki makna simbolik yang dalam sekaitan dengan permohonan masyarakat. Proses upacara ritual adat RB merupakan inti dari rangkaian acara yang diselenggarakan selama lima hari tersebut. Upacara ini wajib dilakukan setahun sekali oleh masyarakat Made. Upacara ritual adat ini diyakini akan membawa keberkahan bagi masyarakat dan sebaliknya jika upacara ritual adat ini tidak dijalankan diyakini akan mendatangkan bencana. 6.1.2 Kearifan Lokal Berdasarkan Bentuk Teks Tradisi Lisan RB Alur cerita rakyat Asal Mula Desa Made ini saling terkait dengan pola hubungan sebab akibat dan akibat sebab. Tokoh utama dalam cerita rakyat Asal Mula Desa Made adalah Singojoyo. Ia yang paling banyak diceritakan baik pada saat sosoknya masih ada dalam dunia nyata maupun saat sosoknya telah tiada di dunia nyata. Pada saat keberadaannya masih ada dalam dunia nyata, ia menjadi tokoh sentral yang selalu diceritakan. Pada saat keberadaannya telah tiada di dunia nyata, keberadaannya pun dihormati sehingga generasi-generasi berikutnya masih mengenal dan mengenang jasa-jasanya. Latar tempat yang terdapat dalam cerita rakyat AMDM ini pada dasarnya hanya ada satu, yakni alas Gunung Liwang-Liwung yang merupakan cikal bakal Desa Made. Latar waktu dalam cerita rakyat AMDM ini adalah pada zaman dahulu kala penjajahan Belanda kira-kira empat abad silam. Pada umumnya cerita dikisahkan pada siang hari. Gambaran sosial budaya tercermin dalam nilai budaya dan pendidikan karakter masyarakat Made yang terdeskripsikan pada kearifan lokalnya. Nilai budaya itu adalah kepercayaan terhadap roh halus/hal gaib, kepemimpinan, pertapa (hibernasi), adu kekuatan, musyawarah-mufakat, menghargai sejarah dan perjuangan pendahulu, bertani, syukur, berakal, kebersamaan, toleransi antar etnis, keterbukaan, belajar, silaturahim, patuh, peduli lingkungan dan budaya.
Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 Eksplorasi Nilai Budaya Dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi Dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 Dan Program Agrowisata Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sementara itu, nilai pendidikan karakter itu adalah kepercayaan terhadap Sang Khalik, religius, bersikap baik kepada sesama makhluk hidup (hewan, tumbuhan,
manusia),
kepahlawanan,
pemberani,
ksatria,
karismatik,
pekerja/pejuang keras, rela berkorban, saling membantu, ekspresif, tawakal, keikhlasan, berprasangka baik, pengertian, peduli, hemat, bersikap sopan dan bertutur santun. Cerita rakyat AMDM ini tergolong jenis legenda karena cerita tradisional ini telah dimiliki masyarakat sejak zaman dahulu. Orang yang menuturkan cerita ini menerima cerita dari generasi sebelumnya. Berdasarkan klasifikasinya, cerita rakyat AMDM ini tergolong legenda pahlawan pembangun masyarakat dan budaya karena alur ceritanya mengisahkan seorang tokoh yang babat alas Gunung Liwang-liwung untuk membuka Desa Made. Sikap masyarakat Made terhadap cerita rakyat ini mempercayai bahwa cerita itu pernah terjadi. Hal itu diperkuat dengan dikeramatkannya punden Singojoyo yang diyakini sebagai petilasan Mbah Joyo sebelum akhirnya menghilang secara misterius. Bahkan ada yang meyakini bahwa batu tempat Mbah Joyo biasa bertapa yang berada di bawah pohon besar jika dilihat terus menerus menunjukkan guratan-guratan yang membentuk wajah Singo. Warga setempat mempercayai jika terdapat tamu dari luar desa ke punden tersebut namun saat mengamati batu tersebut tidak melihat guratan-guratan yang membentuk wajah Singa itu berarti kedatangannya tidak direstui. 6.1.3 Kearifan Lokal Berdasarkan Bentuk Ko-teks Tradisi Lisan RB Formula bentuk ko-teks dalam tradisi lisan RB ini adalah berupa unsur material yakni penggunaan berbagai properti dengan fungsinya masing-masing. Properti yang digunakan dalam tradisi lisan RB ini terbagi menjadi empat yakni wadah atau tempat (WD), makanan olahan (MO), jajanan (JJ), dan woh-wohan atau buah-buahan (WW), lainnya (LN). 6.1.4 Kearifan Lokal Berdasarkan Bentuk Konteks Tradisi Lisan RB Formula bentuk konteks tradisi lisan RB ini adalah kondisi berupa kebiasaaan lisan yang ada hubungannya dengan tradisi lisan tertentu yang telah dibudayakan secara turun menurun dari generasi ke generasi. Konteks tradisi lisan Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 Eksplorasi Nilai Budaya Dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi Dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 Dan Program Agrowisata Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terbagi menjadi empat, yakni konteks budaya, konteks sosial, konteks situasi, dan konteks ideologi. Peristiwa-peristiwa budaya dalam tradisi lisan RB ini adalah bancakan hajat, campursarian, wayangan, uyon-uyon, okol, ludruk, dan pengajian. Pelaku tradisi lisan RB ini adalah seluruh masyarakat Made baik laki-laki maupun perempuan, baik orang tua maupun anak-anak, baik etnis Jawa, Madura, China, maupun Bali. Pengelola tradisi lisan ini mencakup pemangku adat dan pengurus adat. Penikmat dan komunitas pendukung tradisi lisan RB ini adalah pejabat pemerintah Kota Surabaya, wisatawan, fotografer, dan wartawan dari sejumlah media massa. Konteks situasi tradisi lisan RB ini terjadi di punden Singojoyo, pada hari ke-4 setelah penyelenggaraan bancakan hajat, campursarian dan wayangan di sekitar punden Singojoyo, uyon-uyon di balai desa. Teks tradisi lisan RB berupa cerita rakyat yang disampaikan oleh tetua adat kepada masyarakat Made, wisatawan, dan komunitas pendukung tradisi ini. Teks disampaikan di sekitar punden Singojoyo. Konteks ideologi masyarakat Made adalah ideologi negara kesatuan RI dan ideologi agama Islam-Nadhatul Ulama (NU). 6.1.5 Nilai Budaya Berbasis Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan RB Berdasarkan analisis kearifan lokal tradisi lisan RB dari segi bentuk teks, ko-teks, dan konteksnya itu ditemukan tujuh nilai pendidikan budaya yang tereksplorasi di antaranya adalah kepercayaan terhadap Tuhan, renungan dan refleksi, kekuatan okol dan akal, musyawarah untuk mufakat, penghormatan terhadap sejarah dan leluhur, pertanian, dan syukur dalam kebersamaan. Di antara tujuh nilai pendidikan budaya itu terdapat satu kearifan lokal yang khas dari masyarakat Made yakni permainan tradisional okol yang diadakan sesaat setelah tradisi RB berlangsung. Eksplorasi isi nilai budaya berbasis kearifan lokal itu berdimensi lima kearifan lokal yakni (1) pengetahuan lokal, (2) budaya lokal, (3) keterampilan lokal, (4) sumber daya lokal, (5) proses sosial lokal.
Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 Eksplorasi Nilai Budaya Dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi Dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 Dan Program Agrowisata Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6.1.6 Nilai Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan RB Nilai pendidikan karakter yang terungkap dalam tradisi lisan RB di antaranya adalah religius, bersikap baik kepada semua makhluk hidup, pemberani dan ksatria, berjiwa kepemimpinan dan karismatik, pekerja/pejuang keras, rela berkorban, saling membantu, ekspresif. Lebih dari itu, nilai pendidikan karakter itu berwujud dalam bentuk norma karena pada hakikatnya norma merupakan kristalisasi dari nilai-nilai. Norma yang terdapat dalam tradisi lisan RB ini terbagi menjadi tiga yakni bancakan hajat, rupa bumi, dan okol. Tiga tahapan tradisi inilah yang tidak boleh tertinggal dalam penyelenggaraan tradisi lisan RB di kampung Made dari tahun ke tahun. Nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal itu ditinjau dari perspektif fungsional sehingga lebih memahami kearifan lokal dari sudut pandang kemampuan masyarakat untuk melaksanakan fungsi-fungsinya. Parsons (1986) meletakkan fungsi masyarakat itu ke dalam empat dimensi, yakni adaptasi (adaptation), pencapaian tujuan (goal achievement), integrasi (integration), dan pemeliharaan pola (latern pattern maintenance). 6.1.7
Ancangan Revitalisasi Melalui Implementasi Kurikulum 2013 dan Program Agrowisata Metode revitalisasi nilai budaya dan pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal terbagi atas dua model yakni (1) model revitalisasi bentuk kearifan lokal tradisi lisan RB yang dipajankan dalam pendidikan akademik dan (2) model internalisasi isi kearifan lokal tradisi lisan RB yang dipajankan dalam pendidikan masyarakat. Dalam pendidikan akademik, model revitalisasi terhadap formula bentuk itu akan dikristalisasikan dalam bentuk ancangan kurikulum 2013 pada kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Model pembelajaran yang diusung dalam desain kurikulum 2013 itu adalah accelerated learning bernuansa etnopedagogi dengan pendekatan SAVI berbasis sains. Sementara itu, internalisasi isi kearifan lokal dalam pendidikan masyarakat dengan cara merancang program agrowisata sekolah bertani Made (farmadeschool). Maksud program ini adalah sebagai upaya Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 Eksplorasi Nilai Budaya Dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi Dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 Dan Program Agrowisata Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengembangan Kampung Made menjadi kawasan wisata berbasis pertanian yang mengedepankan etnopedagogi sebagai daya tawar khas pariwisatanya.
6.2 Saran Berdasarkan pengalaman meneliti di lapangan dan diskusi dengan berbagai narasumber terkait penelitian langka kajian tradisi lisan ini serta ancanganancangan revitalisasi yang telah dibuat, penulis hendak memberikan saran kepada sejumlah pihak, di antaranya adalah kepada: a. Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemdikbud)
diharapkan
mengakomodasi materi bertema tradisi lisan nusantara dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada ancangan kurikulum 2013 ini. b. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditnaga Dirjen Dikti) diharapkan memanfaatkan hasil penelitian-penelitian langka kajian tradisi lisan yang telah dihasilkan mahasiswa program beasiswa pascasarjana pengadaan ahli tradisi lisan dalam kaitannya dengan pengambilan kebijakan baik yang terkait dengan bidang pendidikan maupun bidang sosialkemanusiaan. c. Pemerintah Kota Surabaya diharapkan dapat mencermati analisis SWOT dan merealisasikan konsep pengembangan Kampung Made sebagai kawasan agrowisata berbasis etnopedagogi. d. perusahaan swasta dan masyarakat diharapkan dapat terus turut serta dalam melestarikan budaya tradisi lisan yang masih hidup dan berkembang di Kampung Made. e. peneliti dan pemerhati tradisi lisan nusantara diharapkan terus mendalami penelitian tradisi lisan yang kini terus berada di ambang kepunahan. f. para pendidik diharapkan memanfaatkan materi bahan ajar yang kontekstual sesuai dengan lingkungan budaya tempat siswa belajar, khususnya dalam membelajarkan materi yang dapat dikaitkan dengan tradisi lisan. g. siswa generasi penerus bangsa diharapkan turut aktif mengawal warisan budaya bangsa berupa tradisi lisan baik yang telah berada di ambang kepunahan maupun tradisi lisan yang masih hidup di sekitarnya. Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 Eksplorasi Nilai Budaya Dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi Dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi Kurikulum 2013 Dan Program Agrowisata Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu