BAB VI SEJARAH GEOLOGI
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dengan terjadinya penurunan pada Cekungan Bogor (Martodjojo, 1984) pada kala Oligosen – Miosen, sehingga lingkungan daerah Cekungan Bogor menjadi lautan. Pada kondisi yang berupa lautan ini mulai diendapkan Formasi Batuasih (gambar 6.1). Formasi Batuasih diendapkan pada umur Oligosen Tengah hingga Oligosen Akhir yang bersifat transisi. Asal sedimen formasi ini diperkirakan berasal dari daerah utara penelitian. Penurunan terus terjadi hingga pada Oligosen Akhir telah memungkinkan pertumbuhan terumbu pada pinggir selatan cekungan, dari mulai Sukabumi – Rajamandala (Martodjojo, 1984). Pada kala Oligosen Akhir hingga Miosen Awal mulai diendapkan Satuan Batugamping dari Formasi Rajamandala (gambar 6.2). Aktifitas gunungapi pada selatan Pulau Jawa meningkat pada Miosen Awal, akibatnya pengendapan Batugamping Formasi Rajamandala terhenti dan akhirnya pengendapan di Cekungan Bogor digantikan oleh pengendapan dengan sistem arus gravitasi (Martodjojo, 1984). Pada kala inilah mulai diendapkan Satuan Batulempung dari Formasi Citarum sebagai sistem aliran gravitasi pada kipas laut dalam (gambar 6.3). Pengendapan terus berlanjut sebagai sistem aliran gravitasi, sehingga pada kala Miosen Awal – Miosen Tengah diendapkan Satuan Batupasir dari Formasi Citarum masih pada lingkungan kipas laut dalam (gambar 6.4). Pada Miosen Tengah sebagian besar Cekungan Bogor tidak menunjukan adanya perubahan signifikan dari Miosen Awal (Martodjojo, 1984). Pada Miosen Tengah – Miosen Akhir diendapkan Satuan Breksi Volkanik yang terjadi pada lingkungan kipas laut dalam (gambar 6.5). Ditinjau dari sedimentasi, breksi pada Kala Miosen Akhir ini dapat ditafsirkan bahwa pada daerah ini sudah ditempati kipas laut bagian hulu, sedangkan pada kala sebelumnya lebih dominan bagian hilirnya (distal). Pola tektonik pada Kala Pliosen mengalami perubahan yang penting dari Kala Miosen. Seperti diketahui pada Kala Miosen busur magmatik berada di selatan Pulau Jawa, sedangkan 56
Sejarah Geologi
pada kala Pliosen terutama Pliosen akhir terlihat berpindah ke tengah Pulau Jawa (Martodjojo, 1984). Perpindahan ini mengakibatkan status beberapa cekungan di Jawa berubah. Perubahan status ini menyebabkan perubahan aktifitas tektonik menjadi tektonik kompresi. Tektonik kompresi inilah yang mendeformasi daerah penelitian yang menyebabkan terbentuknya jalur anjakan-lipatan berupa sesar naik yang berasosiasi dengan lipatan dengan disertai adanya sesar mendatar yang hadir sebagai sesar sobekan (tear fault) (gambar 6.6). Tegasan utama terbesar yang menyebabkan deformasi pada kala itu memiliki arah NNW-SSE. Pada kala ini terjadi juga pengangkatan yang mungkin berlangsung hingga Plistosen. Pada kala Plistosen ini mulai diendapkan Satuan Breksi Polimik. Satuan ini memiliki massa dasar berupa pasir tufaan, sehingga disimpulkan bahwa satuan ini adalah hasil endapan dari lahar gunungapi. Proses pengangkatan ini mengakibatkan terjadinya erosi pada satuan batuan. Proses erosi ini masih berlangsung hingga saat ini dan mengendapkan satuan aluvial pada daerah penelitian.
U Gambar 6.1 Kala Oligosen Tengah – Oligosen Akhir diendapkan Formasi Batuasih
57
Sejarah Geologi
U Gambar 6.2 Kala Oligosen Akhir – Miosen Awal diendapkan Satuan Batugamping dari Formasi Rajamandala
U
Gambar 6.3 Kala Miosen Awal diendapkan Satuan Batulempung dari Formasi Citarum
58
Sejarah Geologi
U Gambar 6.4 Kala Miosen Awal – Miosen Tengah diendapkan Satuan Batupasir dari Formasi Citarum
U Gambar 6.5 Kala Miosen Tengah diendapkan Satuan Breksi Volkanik dari Formasi Citarum
59
Sejarah Geologi
Gambar 6.6 Pliosen - Plistosen terjadi deformasi akibat rezim tektonik kompresi yang menghasilkan sesar anjak, lipatan, serta sesar geser berupa tear fault
Gambar 6.7 Plistosen – Resen mulai diendapkan Satuan Breksi Polimik, dan Satuan Aluvial serta mulai terjadi erosi yang membentuk morfologi seperti sekarang
60