BAB VI SEJARAH DAN SISTEM KLASIFIKASI TUMBUHAN
Dalam mempelajari karakteristik tumbuhan Magnoliofita yang memiliki keanekaragaman
jenis
yang
besar
diperlukan
adanya
suatu
penyederhanaan objek studi. Keanekaragaman dan jumlah objek studi yang besar tersebut dikelompokkan menjadi unit-unit tertentu yang disebut dengan ‘takson’, jamaknya ‘taksa’. Proses pembentukan takson ini disebut proses klasifikasi. Tujuan dari klasifikasi adalah untuk menyederhanakan objek studi, pada dasarnya adalah untuk mencari kesamaan
dalam
keanekaragaman.
Kendatipun
besamya
keanekaragaman yang diperlihatkan oleh suatu takson, namun pasti akan ditemukan adanya kesamaan karakteristik atau sifat-sifat tertentu dengan takson lainnya. Kesamaan karakteristik atau sifat-sifat tersebut menjadi acuan dalam dalam melakukan klasifikasi tumbuhan. Tingkatan takson yang lebih tinggi akan memiliki kesamaan-kesamaan sifat yang lebih banyak dari takson yang kategorinya lebih rendah. Sebagai contoh, akan ditemukan banyak kesamaan karakter antar genus dalam famili Asteraceae dibandingkan dengan kesamaan karakter jenis yang terdapat dalam satu genus (misalnya: Ageratum) yang juga anggota dari famili tersebut. Sesuai dengan Kesepakatan Intemasional, urutan takson dari yang besar ke yang kecil adalah sebagai berikut: divisi (divisio), kelas (classis), bangsa (ordo), suku (familia), rumpun (tribus), marga (genus), seksi (sectio), seri (series), jenis (species), varitas (varietas) dan bentuk (forma), yang kesemuanya meliputi sebelas takson. Bila setiap tingkatan takson memiliki kategori yang lebih kecil yaitu anak (sub), maka akan diperoleh
25
takson.
Menurut
Kesepakatan
Internasional
tidak
diperbolehkan merubah istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson, sehingga masing-masing istilah tersebut sekaligus menunjukkan kedudukan atau tingkat (rank) dalam hirarki penataan takson tumbuhan.
BAB V
Atau dengan kata lain istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson menunjukkan kategori (category)-nya dalam sistem klasifikasi. Hal inilah yang menyebabkan sebagian orang tidak dapat memahami perbedaan antara istilah takson dengan istilah kategori. Istilah takson ditekankan pada pengertian unit atau kelompok, sedangkan istilah kategori ditekankan pada tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu hierarki. Sistem Klasifikasi dalam Sejarah Perkembangan Taksonomi Tumbuhan Perbedaan dasar yang digunakan dalam mengklasifikasikan tumbuhan memberikan hasil (sistem) yang berbeda-beda pula, sehingga terbentuk sistem klasifikasi yang berlainan pada waktu yang berbeda-beda. Pada zaman dahulu kegiatan klasifikasi, didasarkan atas kesamaan ciri-ciri yang langsung terkait dengan kehidupan manusia, misalnya atas dasar manfaatnya, yang menghasilkan kelompok tumbuhan penghasil bahan pangan,
sandang,
penghasil
obat
dan
seterusnya.
Selanjutnya
mendasarkan pengelompokan berdasarkan ciri-ciri lain yang mudah dilihat dan diamati dengan mudah seperti perawakan (habitus) tumbuhan. Berdasarkan habitus ini maka dikelompokkanlah : pohon (arbor) yaitu tumbuhan yang tinggi, besar dan berumur panjang, tumbuhan yang lebih kecil disebut semak frutex) dan yang kecil dan berumur pendek termasuk terna (herba). Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, klasifikasi tidak lagi hanya didasarkan pada karakter morfologi tetapi bukti lain yang diperoleh dari kajian anatomi, fisiologi, palaeobotani, geografi tumbuhan, genetika, data molekuler dan bukti-bukti lainnya. Sampai sekarang dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem klasifikasi, yang masing-masing diberi nama menurut tujuan yang ingin dicapai atau dasar utama yang merupakan landasan 14
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
dilakukannya pengklasifikasian. Sistem klasifikasi yang bertujuan praktis dengan tekanan utama pada tercapainya tujuan penyederhanaan obyek studi dalam bentuk suatu ikhtisar ringkas disebut dengan sistem buatan atau sistem artifisial. Semua sistem klasifikasi yang diciptakan pada awal perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan sampai kira-kira pertengahan abad ke-19 yang lalu dapat dikualifikasikan sebagai sistem buatan. Kemajuan
dalam
ilmu
kimia
semakin
lebih
banyak
dapat
mengungkap zat-zat apa saja yang terkandung dalam tubuh tumbuhan atau organ-organnya, sehingga dihasilkanlah klasifikasi berdasarkan kesamaan
kandungan
zat-zat
kimia
tertentu.
Sehingga
dari
sini
muncullah kajian kemotaksonomi. Akhir-akhir ini telah berkembang suatu aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang berupaya menentukan hubungan kekerabatan antara takson tumbuhan dan klasifikasi secara numerik dengan penerapan analisis kelompok (cluster analysis) dengan dasar karakter-karakter kuantitatif. Dalam garis besamya, perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke masa adalah sebagai berikut: I. Periode
tertua,
secara
formal
belum
dikenal
adanya
sistem
klasifikasi yang diakui (sejak ada kegiatan dalam taksonomi sampai kira-kira abad ke-4 sebelum Masehi). Dalam zaman pra sejarah orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan penghasil bahan pangan yang penting seperti yang dikenal sekarang. Jenis-jenis tumbuhan tersebut diperkirakan telah dikenal sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang lalu dan telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir. Sebenarnya masyarakat
dahulu
klasifikasi yang
telah
menerapkan
adanya
suatu
sistem
didasarkan atas manfaat tumbuhan sehingga
periode ini dapat disebut sebagai
periode sistem manfaat, yang
dapat dianggap sebagai sistem buatan yang tertua. 15
BAB V
II. Periode Sistem Habitus, dari kira-kira abad ke-4 sebelum Masehi sampai abad ke-17. Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru dianggap dimulai dalam abad ke-4 sebelum Masehi oleh orangorang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastus (370-285 S.M.) dan juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani, yang terus digunakan
sampai
selama
lebih
10
abad.
Pengklasifikasian
didasarkan atas perawakan (habitus) seperti: pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat dan sebagainya. 1.
DIOSCORIDES (50- 7). Kendatipun tidak mengenal karya Theophrastes,
namun
dia
menyatakan
bahwa
pentingnya
pemberian candra atau deskripsi bagi setiap tumbuhan di samping pemberian namanya. 2.
PLINIUS
(23-79)
merupakan
hanya
kompilasi
dari
menghasilkan karya-karya
karya-karya
yang
yang
terbit
telah
sebelumnya ditambah dengan bahan-bahan dari dongeng atau legenda dikalangan rakyat. Ia berpendapat, bahwa semua tumbuhan di bumi ini diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Sistem klasifikasi yang diikuti Plinius adalah sistem Dioscorides yang telah membedakan pohon-pohonan, bangsa gandum, sayuran, tanaman obat-obatan, rumput-rumputan dan seterusnya. 3.
MAGNUS (1193-1280) adalah tokoh yang menonjol dalam masa abad pertengahan yang dianggap telah dapat membedakan Monocotyledoneae dari Dicotyledoneae.
4.
O.
BRUNFELS
menghasilkan Sebagian
(1464-1534), karya
besar
dari
tentang
kaum terna
karyanya
herbalis yang
yang
dihiasi
merupakan
telah
gambar.
bahan-bahan
kompilasi dari karya-karya Theophrastes, Dioscorides dan Plinius. Ia tercatat sebagai orang pertama yang membedakan golongan Perfecti (tumbuhan yang menghasilkan bunga) dan
Imperfecti (tumbuhan yang tidak menghasilkan bunga). 16
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
5.
J. BOCK (1489-1554) (HIERONYMUS TRAGUS) seorang herbalis, yang masih menggolongkan tumbuhan menjadi terna, semak, dan
pohon,
tetapi
menempatkan
mengaku
tumbuhan
telah
yang
berupaya
menurut
untuk
anggapannya
sekerabat dalam kategori yang sama. 6.
L. FUCHS (1501-1566), seorang Guru Besar ilmu kedokteran di Tiibingen, Jerman Barat, yang terkenal dengan karya-karyanya dalam bidang ilmu tumbuhan yang tenar pada masanya.
7.
R.
DODONEUS
(1516-1585),
Mechelen, Belgia. Pernah
seorang
dokter
kelahiran
menjelajahi Perancis, Jerman, dan
Italia. Ia merupakan penulis Het Cruyde hoek yang pada masanya sangat mashur dan berkali-kali dicetak ulang. 8.
M.
de
L'OBEL
(1538-1616),
yang
dalam
menulis
sering
menggunakan nama LOBELIUS menulis buku ilmu tumbuhan bergambar yang sangat tenar pula pada masanya. 9.
J.
GERARD
(1545-1612),
berkebangsaan
Inggris,
pernah
mengadakan perjalanan di Denmark dan Rusia, pemilik sebuah kebun botani di London dan penulis sebuah karya besar tentang ilmu tumbuhan. 10. C. L'CLUSE (CLUSIUS) (1526-1609), berkebangsaan Belgia, dengan tujuan mendalami botani telah menjelajahi sebagian besar benua Eropa, pernah mengabdi di lingkungan kekaisaran di
Wina
di
samping
menjabat
direktur
Kebun
Raya
di
Schonbrunn (Wina), sejak 1593 menjadi Guru Besar di Leiden (Negeri Belanda) sampai ajalnya. Ia menghasilkan sejumlah besar karya dalam bidang Ilmu tumbuhan. Banyak di antara kaum herbalis yang namanya diabadikan sebagai nama tumbuhan. Perhatikan misalnya nama-nama suku: Gesneriaceae, Lobeliaceae, Clusiaceae, dan nama-nama marga: Fuchsia, Gesneria, Lobelia, Gerardia, Clusia, dan Furtadoa dan sebagainya.
17
BAB V
Mulai berakhirnya abad ke-16, di samping tujuan praktis untuk Upaya untuk mencari asas-asas baru
dalam mengadakan klasifikasi
tumbuhan, membentuk golongan-golongan yang bersifat alami terutama dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari bidang morfologi telah dilakukan yang dipelopori oleh:
CAESALPINUS (1519-1602), yang merupakan ahli ilmu tumbuhan berkebangsaan Italia dan sering disebut sebagai ahli taksonomi tumbuhan yang pertama. Karyanya yang berjudul de Plantis, memuat suatu bab tentang dasar-dasar klasiflkasi, berdasarkan sifat buah dan biji.
J. BAUHIN (1541-1631), seorang dokter berkebangsaan Perancis yang menerbitkan karya tulis bergambar yang komprehensif, berjudul
HistoriaPlantarum
Universalis
yang
memuat
candra
(deskripsi) dan sinonima sekitar 5.000 jenis tumbuhan.
BAUHIN (1560-1624), adik J. Bauhin, menerbitkan bukunya yang berjudul Pinax Theatri Botanici yang memuat nama dan sinonima sekitar 6.000 jenis tumbuhan. Ia adalah orang pertama yang memprakarsai pemberian nama ganda bagi tumbuhan, te1ah membedakan kategori marga dan jenis.
R.
MORISON
(1620-1683),
Guru
Besar
ilmu
tumbuhan
di
Universitas Oxford, Inggris, penulis Plantarum Historia Universalis
Oxoniensis yang sangat mashur pada waktu itu. Ia pemah pula menjadi pemimpin Kebun Raya milik Pangeran Gaston de Bourbon di Blois, Perancis.
RIVINUS
(A.
BACHMANN)
(1652-1723),
Tumbuhan di Leipzig, Jerman Timur,
Guru
Besar
Iimu
bersama dengan de
Tournefort konseptor untuk pengertian marga (genus).
J.P. de TOURNEFORT (1656-1708), berkebangsaan Perancis, pada usia 21 tabun telah menjadi Guru Besar IImu Tumbuhan di Paris. Ia telah menjelajahi Eropa dan Asia. Ia membuat sistem klasifikasi berdasarkan sifat-sifat bunga. Sistem klasifIkasi de Tournefort dan diterima baik di seluruh Eropa dan Perancis. 18
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
J. RAY (1628-1705) adalah seorang filsuf berkebangsaan Inggris. Selain filsuf ia adalah seorang ahli agama dan pencinta alam. Dalam bukunya Methodus Plantarum ia mengusulkan klasifikasi gabungan pendahulunya seperti Magnus, Caesalpinus, Malpighi, dan Gerard berdasarkan kesamaan bentuk, dan membedakan tumbuhan berkayu dan yang berbatang basah.
III. Periode Sistem Numerik, kira-kira permulaan abad ke-18. Dalam periode ini sistem klasifikasi tumbuhan ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja dirancang sebagai sarana pembantu dalam identifikasi tumbuhan. Dalam periode ini tokoh
yang
paling
menonjol
adalah:
K.
LINNE
(CAROLUS
LINNAEUS) (1707-1778), yang dilahirkan pada tanggal 23 Mei 1707 di Rahult, Swedia Selatan. Linnaeus menerbitkan Hortus
Uplandicus edisi baru yang disusun menurut sistem yang dikenal sebagai "systema sexuale" atau sistem seksual. Untuk membiayai penerbitan naskahnya yang membuat Linnaeus kemudian menjadi mashur yaitu Sistema Naturae yang memuat dasar-dasar untuk pengklasifikasian tumbuhan, hewan, dan mineral. Pada tahun 1737, Linnaeus menerbitkan Genera Plantarum dan Flora Lapponica di Negeri
Belanda.
Selanjutnya
Linnaeus
menerbitkan
Species
Plantarum yang terbit Mei 753. Pada tahun 1775 ia mengundurkan diri sebagai Guru Besar, dan tiga tahun kemudian meninggal (10 Januari 1778) setelah menderita sakit selama kira-kira dua tahun. Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai sistem artifisial. Nama sistem sexuale sebenarnya tidak begitu tepat, karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada jumlah alat-alat kelamin yaitu jumlah benang sari, seperti nama-nama
Monandria (berbenang sari tunggal),Diandria (berbenang sari dua), Triandria (berbenang sari tiga) dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus ini dikenal pula 19
BAB V
sebagai "sistemnumerik". Tanggal 1 Mei 1753 menjadi pangkal tolak berlakunya tatanama tumbuhan. Tidak tepat bila Linnaeus dianggap sebagai pencipta sistem tatanama ganda karena Caspar Bauhin,yang dalam bukunyaPinaxTheatri Botanici tahun 1623 telah menerapkan sistem tatanama ganda tersebut. Barangkali karena kebesaran nama Linnaeus dalam bidang taksonomi, dan karena Linnaeus-lah yang pertama, secara konsisten menggunakan nama ganda itu untuk jenis tumbuhan dalam bukunya Species Plantarum tadi,
maka
nama
Bauhin menjadi
tersisihkan.
Raja
Swedia
menganugerahkan gelar bangsawan dengan mengubah namanya menjadi Karl van Linne. Linnaeus mendapatkan gelar sebagai "Bapak taksonomi (baik untuk tumbuhan maupun hewan). IV. Periode sistem klasifikasi yang didasarkan atas kesamaan bentuk atau sistem alam. Menjelang berakhirnya abad ke-18 mulailah terjadi
perubahan-perubahan
yang
revolusioner
dalam
pengklasifikasian tumbuhan. Sistem klasifIkasi yang baru ini disebut "sistem alam" dalam arti bahwa golongan-golongan yang terbentuk merupakan unit-unit yang wajar (natural) bila terdiri alas anggota-anggota itu, dan tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut apa yang dikehendaki oleh alam. Untuk sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan dalam periode ini, digunakan nama "sistem aIam" (natural system). Tokoh-tokoh yang terkemuka pada periode ini antara lain adalah: 1. M. ADANSON (1727-1806). Ia adalah seorang ahli iImu tumbuhan
berkebangsaan
Perancis
dan
seorang
anggota
Akademi ilmu Pengetahuan di Universitas Sorbonne, Paris. Sumbangannya yang utama adalah penolakan semua sistem artifisial, menggantikannya dengan sistem alam termasuk orang yang pertama-tama mengadakan eksplorasi tumbuhan di daerah tropika. Dalam bukunya Families des fiances ia telah 20
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
membedakan dan mendeskripsi unit-unit yang sekarang kita kenal sebagai bangsa (ordo) dan suku (familia). 2. G.C. OEDERS (1728-1791), seorang ahli taksonomi tumbuhan berkebangsaan Denmark yang antara lain telah menulis flora Sleeswijk-Holstein Denmark. 3. J.B. de LAMARCK (1744-1829), seorang ahli ilmu hayat berkebangsaan
Perancis,
yang
bagi
para
ahli
taksonomi
tumbuhan dikenal sebagai penulis Flora Francoise yang ditulis berupa kunci identifikasi tumbuhan di Perancis. Asas-asas dan konsep mengenai sistem alam Lamarck juga dikenal sebagai penulis
Philosophie
Zoologique
clanEchelle
Animale
clan
dianggap sebagai salah seorang perintis lahirnya teori evolusi.
4. DE JUSSIEU bersaudara: Antoine de Jussieu (1686-1758), Bernard de Jussieu (1699-1776), Joseph de Jussieu (17041779) merupakan ahli taksonomi tumbuhan yang kenamaan. Bernard menyusun kembali tumbuhan yang terdapat di Kebun Raya di Trianon menurut suatu sistem ciptaannya sendiri, yang mirip dengan sistem Linnaeus dalam karyanya yang berjudul
Fragmenta Methodi Naturalis dan sistem Ray dalam bukunya Methodus Plantarum. 5. JOSEPH(1709-1779),
yang
termuda
dari
ketiga
deJussieu
bersaudara itu tinggal bertahun-tahun di Amerika Selatan yang menjadi gila karena koleksi yang ia kumpulkan dan ia himpun selama 5 tahun hilang dengan tenggelamnya kapal yang membawa koleksinya dari Amerika ke Eropa. 6. AL. de JUSSIEU (1748-1836) adalah kemenakan Bernard yang pada usia 15 tahun telah dipanggil untuk membantu pamannya itu. Pada usia 25 tahun AL. de Jussieu telah mempublikasikan karyanya yang pertama yang memuat usul sistem klasifikasi tumbuhan yang baru. Saran klasifikasi tumbuhan dari AL. de Jussieu terdiri atas Acotyledoneae, Monocotyledoneae dan
Dicotyledoneae.
AL.
de
Jussieu,
yang
seperti
pamannya 21
BAB V
(Bernard de Jussieu) pun menjadi pemangku jabatan Guru Besar, juga dikenal sebagai penulis berbagai monografi dan pendiri Museum IlmuHayat (Musee d'Histoire Naturelle) di Paris. 7. AUGUSTIN PYRAMUS DE CANDOLLE (1778-1841), yang adalah mood RL. Desfontaines (1752-1833) yang bertahun-tahun menjabat Guru Besar ilmu tumbuhan di Paris dan direktur Kebun Raya di sana,penulis Flora Atlantica dan berbagai publikasi lainnya. De Candolle sendiri kemudian menjadi Guru Besar di Montpellier (perancis) danakhirnya di Geneva (Swis). Ia menjadi sangat mashur sebagai pemrakarsa dan penulis sepuluh jilid pertama sebuah karya monumental yang berjudul
Prodromus Systematis Naturalis Regni Vegetabilis. perevisi edisi ke-III karya LamarckFlora Francoise. Dan pencipta sistem klasifikasi tumbuhan yang disebut menurut namanya (sistem de Candolle), yang dalam banyak hal mirip sistemnya de Jussieu, tetapi jauh lebih luas. Ia juga berpendapat, bahwa sifat-sifat anatomi dapat dijadikan dasar klasifikasi yang lebih kuat dari pada sifat-sifat fisiologi. 8. ALPHONSO DE CANDOLLE (1806-1893), Ia menulis buku-buku
Suites au Prodromus dan penyunting kelima jilid buku-buku yang
merupakan
kelanjutan
Prodromus
yang
diprakarsai
ayahnya. 9. CASIMIR DE CANDOLE (1836-1918) adalah anak Alphonso yang menulis berbagai monografi antara lain tentang Meliaceae danPiperaceae,
dan
bertindak
sebagai
editor
untuk
menyelesaikan keempat jilid Suites au Prodromus yang masih tersisa. 10.ROBERT BROWN (1773-1858) adalah kolektor tumbuhan dan penulis berbagai publikasi yang penting. Sekalipun ia sendiri tidak menciptakan suatu sistem klasifikasi, tetapi karyakaryanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap sistemsistem klasifIkasi tumbuhan yang diciptakan kemudian. Ia telah 22
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
menunjukkan bahwa Gymnospermae
merupakan golongan
tumbuhan yang ditandai dengan adanya bakal biji yang telanjang dan harus dipisahkan dari Angiospermae. Ia juga merupakan orang pertama yang menjelaskan morfologi bunga dan penyerbukan pada Asclepiadaceae dan Polygalaceae. Ia pun dikenal sebagai penemu suatu fenomena yang hingga sekarang kita kenaI sebagai "gerakan Brown". 11.JOHN LINDLEY (1799-1865) adalah Guru Besar ilmu Tumbuhan di London yang ahli anggrek dan mengusulkan suatu sistem klasifikasi yang didasarkan atas aspek-aspek terbaik yang diambil dari para pendahulunya. Sistem Lindley merupakan sistem alam yang pertama yang secara luas digunakan Inggris dan Amerika, antara lain juga karena merupakan sistem klasifikasi alam yang paling komprehensif dalam bahasa Inggris. 12.BRONGNIART (1801-1847) adalah Guru Besar IlmuTumbuhan dan
anggota
Akademi
IImu
Pengetahuan
di
Paris
dan
merupakan seorang ahli paleobotani dan taksonomi. Sebagai penulis sejumlah besar karya-karya dalam ilmu tumbuhan, ia antara lain mengusulkan klasifikasi tumbuhan sebagai berikut Cryptogamae Brongniart
dan adalah
Phanerogamae.
Kelemahan
menyatukan
Angiospermae
sistem dan
Gymnospermae dalam lingkungan Dicotyledoneae. 13.St. L. ENDLICHER (1804-1849) adalah Guru Besar ilmu tumbuhan, direktur Kebun Raya dan Museum Botani di Wina. Ia seorang
penganjur
sistem
alam
dalam
bukunya
Genera
Plantarum yang memuat 8835 marga yang 6235 di antaranya adalah
dan
tumbuhan
berberkas
angkutan.
Sistem
klasifikasinya yang termuat dalam Genera Plantarum itu terbit kira-kira pada masa yang sama dengan terbitnya sistem Brongniart, dan dianggap sebagai salah satu sumbangan yang besar dalam sejarah klasifikasi tumbuhan. Sistem Endlicher pemah diterima dan digunakan secara luas di daratan Eropa, 23
BAB V
tetapi tidak pemah diterima baik oleh ahli-ahli ilmu tumbuhan di Inggris dan Amerika Utara. 14.G. BENTHAM (1800-1884) dan J. D. HOOKER (1817-1911). Ia menjadi ahli taksonomi yang sangat mashur, di samping itu juga ahli bahasa dan menguasai bahasa Latin dengan baik, dan penulis berbagai karya dalam bidang taksonomi tumbuhan, antara
lain
Flora of Australia. Flora of Hongkong, untuk
sejumlah
suku
dan
seperti
monografi-monografi
dunia
Labiatae, Ericaceae,
Polemoniaceae, Scrophulariaceae,
dan
Polygonaceae. Sir Joseph Dalton Hooker adalah putera Sir William J. Hooker (1785-1865), yang juga merupakan ahli taksonomi tumbuhan yang kenamaan. Sir William mula-mula menjadi Guru Besar di Glasgow (1829), Skotlandia, dan sejak 1841 menjadi direktur Kebun Raya Kew dekat London sampai wafatnya (1865). Joseph Dalton Hooker telah
mengadakan
perjalanan ilmiah ke berbagai negara, antara lain Selandia Baru, Australia, Pegunungan Himalaya, daerah Kutub Selatan, Tjmur Tengah, Afrika Utara,
dan Amerika Utara. Ia menulis Flora
Selandia Baru dan dengan penulis lain juga menulis Flora of British India dan beberapa karya lain. Puncak karyanya adalah Genera Plantarum yang terdiri atas 3 jilid dan ditulis dalam bahasa Latin dan memuat tumbuhan di bumi yang telah dikenal sampai waktu itu. Terbitnya Genera Plantarum karya Bentham dan Hooker mengakhiri periode "sistem alam". dan terbitnya karya-karya Darwin dan Wallace merupakan lahirnya sistem baru dalam taksonomi yaitu "sistem filogenetik" berdasrkan hubungan "filogeni". V. Periode
Sistem
Filogenetik.
Di
antara
para
ahli
taksonomi
tumbuhan yang namanya pantas diketengahkan dalam kaitannya dengan sistem ini, dapat disebut antara lain:
24
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
15. ALEXANDER BRAUN (1805-1877) adalah seorang ahli ilmu tumbuhan berkebangsaan Jerman, yang berturut-turut pemah menjadi Guru Besar di Karlsruhe, Freiburg, dan Giessen, dan sejak 1851 menjadi Guru Besar di Berlin dan direktur Kebun Raya yang abadi di kala itu. Ia dikenal sebagai pakar morfologi dan pengenal baik "Flora Eropa Tengah", penulis berbagai publikasi terutama mengenai tumbuhan tingkat rendah.
Secara
filogenetik
ia
membedakan
tumbuhan
Bryophyta, Cormophyta dan Anthophyta. 16. A.W.
EICHLER
(1839-1887)
adalah
seorang
ahli
ilmu
tumbuhan yang berkebangsaan Jerman, dan berturut-turut pemah menjadi Guru Besar di Universitas-universitas di Graz, Kiel, dan Berlin sekaligus direktur Kebun Raya di sana. Ia sangat
mashur
karena
publikasinya
mengenai
diagram
diagram bunga, dan editor Flora Braziliensis yang ditulis oleh young Martius (1794-1868), yang waktu menjadi Guru Besar di Munich pernah mengambil Eichler sebagai asistennya. Eichler juga menjadi penulis bab tentang Coniferae dalam edisi pertama buku Die Naturlichen Pflanzenfamilien
yang
diterbitkan oleh Engler dan K. Prantl (1844-1930). 17. ADOLPH
ENGLER
(1844-1930)
adalah
ahli
taksonomi
tumbuhan berkebangsaan Jerman yang sangat mashur. Dari 1880-1921 ia menjadi Guru Besar di Berlin dan direktur Kebun Raya di sana. Penulis atau editor sejumlah besar karya-karya dalam taksonomi yang sangat penting. antara lain Die Naturlichen Pflanzenfamilien yang meliputi lebih dari 20 jilid bersama-sama dengan K. Prantl.Das Pflanzenreich. Die
Vegetation der Erde. dan lain-lain. Sistem Engler membagi alam tumbuhan dalam 13 "afdeling" (bagian) yang Magnolifita termasuk ke dalam Sub afdeling Angiospermae dengan Afdeling Embryophyta siphonogama. Salah satu sebab sistem Engler
dapat
diterima
secara
luas
oleh
ahli-ahli
ilmu 25
BAB V
tumbuhan ialah, karena Engler dan Prantl dalarn bukunya Die
Naturlichen Pflanzenfamilien menerapkan sistemnya untuk seluruh alam
tumbuhan dari
Algae (ganggang) sarnpai
Spermatophyta (tumbuhan biji) untuk identifikasi sampai ke marga-marganya yang telah dikenal sarnpai
waktu itu,
disediakan
berikutnya,
kunci-kuncinya.
Dalam
edisi-edisi
sistem klasifikasi Engler dan Prantl seperti yang termuat dalarn
edisi
Die
pertama
Naturlichen
Pfanzenfamilien,
mengalami penyempurnaan lagi yang berupa perubahanperubahan
kecil
seperti
termuat
Syllabus
dalam
der
Pfanzenfamilien yang semula ditulis oleh Engler dan Gilg, dan kemudian oleh Engler dan Diels. Engler berpendapat bahwa
Monocotyledoneae lebih primitif daripada Dicotyledoneae, bahwa Orchidaceae (anggrek) jauh lebih maju daripada
Gramineae (rumput) dan bahwa di antara Dicotyledoneae yang paling primitif adalah yang bunganya hanya mempunyai satu lingkaran hiasan bunga dan tidak jelas mana kelopak dan mahkota bunganya. 18. CHARLES E. BESSEY (1845-1915) adalah murid Asa Gray yang
lama
merupakan sumbangan
bekerja orang
pada
Universitas
Amerika
pengetahuan
pertama utama
Nebraska, yang
mengenai
yang
memberikan hubungan
kekerabatan dan klasifikasi tumbuhan, dan menjadi orang pertama yang menyajikan suatu klasifikasi yang benar-benar bersifat filogenetik. Ia tidak dapat menerima hipotesishipotesisnya Eichler dan
Engler, dan sebagai ahli
ilmu
tumbuhan sangat dipengaruhi masalah asalnya jenis dan teori evolusi seperti dikemukakan oleh Darwin dan Wallace. Pada umumnya sistem Bessey 19. adalah seperti sistemnya Benthan dan Hooker yang ditata kembali
dengan
menerapkan
asas-asas
evolusi
dengan
26
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
mengubah istilah "cohor" menjadi "bangsa" (ordo), dart "orders" menjadi "suku" (familia). 20. RICHARD WETTSTEIN (1862-1931) adalah seorang Guru Besar ilmu tumbuhan di Wina yang pendapat-pendapatnya perihal sistem klasiflkasi tumbuhan termuat dalam bukunya
Handbuch
der
Systematischen
Botanik.
Dalam
sistem
klasifikasinya Wettstein menggunakan istilah "stamm" untuk kategori
tertinggi,
setingkat
dengan
sekarang
"divisi".
"Abteilung" untuk bagian "Stamm", yang barangkali dapat disamakan dengan sekarang "anak divisi". 21. ALFRED B. RENDLE (1865-1938) adalah kepala bagian botani pada Museum Biologi Inggris (British Museum of Natural History) diLondon dari 1906-1930, dan terkenal bukan hanya karena studinya mengenai Gramineae. Orchidaceae. dan
Najadaceae, tetapi juga karena kepemimpinannya bertalian dengan penyusunan peraturan-peraturan pemberian nama secara
internasional.
Ia
juga
penulis
Classification
of
Flowering Plants yang terdiri atas dua jilid, yang memuat sistem
klasiflkasinya,
yang
pada
dasamya
mengikuti
sistemnya Engler dan Prantl. 22. KARL
C.
METZ
(1866-1944)
adalah
Guru
Besar
pada
Universitas Koenigsbergen di Jerman Timor. Ia mengajukan teori, bahwa jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara tumbuhan
dapat
ditentukan
secara
serologik
atau
serodiagnostik melalui suatu reaksi protein. 23. HANS HALLIER (JOHAN GOTTFRIED HALLIER)(1868-1932) adalah seorang ahli taksonomi tumbuhan berkebangsaan Belanda, yang dari 1893-1896 bekerja di Herbarium Bogor daft dalam tahun 1893/1894 ikut serta ekspedisi Nieuwenhuis ke Kalimantan, dan banyak mengumpulkan bahan bahan tumbuhan
dari
pulau
itu.
Selain
itu
ia
juga
banyak
mengumpulkan bahan-bahan tumbuhan dari sekitar Bogor 27
BAB V
danJakarta. Dari 1909-1922 ia bekerja di Herbarium Kerajaan di Leiden. Di antara sekian banyak publikasinya, termuat sistem klasifikasi filogenetik berdasarkan bukti paleobotani, anatomi, serologi, daft ontogeni. Ia menolak konsep Engler mengenai bunga yang masih dianggap primitif, tetapi memilih tipe
strobiloid
sebagai
tipe
bunga
yang
primitif.
Penanganannya mengenai golongan Monocotyledoneae tidak secermat yang ia lakukan terhadap Dicotyledoneae. dan sistem klasifikasinya memuat berbagai hal yang tidak sesuai dengan pendapat-pendapat mutakhir.
24. AUGUST A. PULLE (1878- ? ) adalah Guru Besar taksonomi tumbuhan di Universitas Utrecht di Negeri Belanda, penulis
Flora of Suriname dan sebuah kompendium untuk morfologi, tatanama,
daft
taksonomi
tumbuhan.
Semua
tumbuhan
berbiji dianggap sebagai satu divisi Spermatophyta, tetapi menolak konsep Engler yang membagi divisi itu menjadi dua anak divisi Gymnospermae danAngiospermae. 25. CARL SKOTTSBERG (1880- ? ) adalah Guru Besar ilmu tumbuhan di Goteberg Swedia dan pencipta suatu sistem klasifikasi tumbuhan yang merupakan modifikasi sistemnya Engler,
menurutnya
Monocotyledoneae
berkembang
dari
Dicotyledoneae yang masih primitif. 26. JOHN HUTCHINSON (1884-1972) adalah ahli taksonomi tumbuhan yang bekerja di Kebun Raya Kerajaan (Royal Botanic Gardens) di Kew, dekat London. Ia merupakan salah seorang
penyusun
sistem
klasifikasi
tumbuhan,
yang
memusatkan perhatian pada golongan tumbuhan dengan perkembangan
filogenetik
tertinggi
yaitu
Angiospermae.
Sistem klasifikasinya dimuat dalam bukunya The Families of
Flowering Plants. Sistem klasifikasi Hutchinson menunjukkan kaitan-kaitan yang lebih dekat dengan sistemnya BenthamHooker dan sistem Bessey sistem Engler. Yang menarik 28
TERMINOLOGI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
perhatian adalah klasifikasi Dicotyledoneae atas tumbuhan berkayu (Lignosae) dan yang berbatang basah (Herbaceae) dan bahwa Monocotyledoneae serta Dicotyledoneae secara filogenetik berasal dari Angiospermae primitif yang disebut
Proangiospermae. VI. Sistem klasifikasi kontemporer. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam abad ke-20 ini berpengaruh terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan data penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan data. Sekarang, para ilmuwan sudah biasa mendengar istilah biometri, ekonometri dan seterusnya. Komputer telah
digunakan
secara
luas
dalam
pengembangan
metode
kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan, yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi numerik;
taksometri
didefinisikan
sebagai
atau
taksonometri.
metode
evaluasi
Taksonomi kuantitatif
numerik mengenai
kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis yang dikenal sebagai "analisis kelompok" (cluster analysis) ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar similarity. Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti fenetik, artinya didasarkan atas kemiripan yang diperlihatkan obyek studi bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan filogenetiknya. Peneliti yang menerapkan metode ini harus membaca karya karya yang lebih luas dan terinci dengan antara lain membaca karya-karya Heywood, Principles of Angiosperm Taxonomy danPlant Taxonomy atau Karya Sneath dan Sokal, Numerical Taxonomy.
29