BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Petugas POPT adalah sebuah jabatan fungsional yang mempunyai tugas pokok mempersiapkan, melaksanakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, menganalisis dan mengevaluasi, mengadakan bimbingan dan pengembangan. Dan ini dikerjakan pada wilayah kerja masing-masing petugas. Fungsi yang dijalankan oleh petugas POPT adalah semacam profesi dimana secara spesifik mereka mempunyai tugas dan rincian kegiatan yang dapat dilakukan tidak hanya dengan pengetahuan umum, tetapi juga membutuhkan kemampuan dan ketrampilan teknis tertentu. Dan selama ini dengan peraturanperaturan yang ada yang mengatur tentang petugas POPT telah diarahkan dengan sistem dan tugas fungsi yang sebagai jabatan fungsional yang telah mempunyai tolok ukur dan penilaian sendiri yang disesuaikan dengan golongan dari pejabat yang bersangkutan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa peran petugas POPT dalam menerapkan konsep Pengendalian Hama terpadu belum efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam empat karakteristik sebagai berikut : 1.
Karakteristik organisasi Karakteristik organisasi yang cenderung mempengaruhi adalah spesialisasi
dan besarnya unit organisasi. POPT adalah pekerjaan yang spesialis sehingga seharusnya tidak terbebani dengan tugas lain di luar spesialisasinya. Sedangkan 90
besarnya unit organisasi POPT terlihat pada sedikitnya jumlah petugas POPT yang ada di Kabupaten Kulon Progo, dimana hal ini cukup mempengaruhi kerja petugas untuk dapat bekerja secara ideal. 2.
Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan internal.
Lingkungan luar petugas POPT meliputi dinas, petani, penyuluh, mantri tani, penjual pestisida, serta kondisi ekosistem dan iklim. Pada lingkungan eksternal ini yang mempengaruhi adalah
tidak meratanya
proses
transformasi
ilmu
pengetahuan PHT kepada petani dan kurangnya kesadaran untuk melaksanakan PHT oleh masyarakat petani. Selain itu kurang adanya dukungan yang cukup optimal untuk pelaksanaan PHT dari institusi atau pihak lain, misal penjual pestisida. Sementara dari lingkungan dalam, petugas POPT cenderung bertipe pekerja sentris sehingga belum nampak adanya usaha yang maksimal untuk mendapatkan sebuah kondisi ideal berkaitan dengan perlindungan tanaman. 3.
Karakteristik Pekerja Karakteristik pekerja yang mempengaruhi berupa kurangnya motivasi dalam
bekerja dan tidak kuatnya keterikatan organisasi dari petugas. Hal ini dilatar belakangi adanya kesalahpahaman persoalan jobdesk POPT pada awal rekruitmen pegawai dan tipologi petugas yang pekerja sentris yang menjalani pekerjaan “hanya” sebagai kerja tanpa ada nilai-nilai idealisme lain yang ingin dicapai. Hal tersebut yang membuat suasana penciptaan prestasi kerja dan keterikatan organisasi tidak begitu kuat. Jikalau memungkinkan ada yang berniat untuk 91
pindah ke bagian yang lain yang sesuai dengan ekspekstasinya semula. Kapasitas petugas juga tidak merata. Hal ini disebabkan adanya latar belakang pendidikan yang benar-benar sesuai dengan pekerjaan yang dijalani sehingga belajar dari lapangan. Hal ini tergantung dari lama kerja petugas yang bersangkutan. 4.
Faktor Kebijakan dan Praktek Manajemen Faktor kebijakan dan praktek manajemen berupa komunikasi dan interaksi
personal yang terjalin kurang baik. Interaksi personal antara atasan dan bawahan tidak terjalin dengan baik karena dirasakan jarak jabatan/eselon antara atasan dan bawahan yang terlalu jauh. Baru ketika terjadi masalah, barulah ada interaksi yang cukup intens. Kurangnya pembagian porsi peran dalam kegiatan juga mengakibatkan petugas POPT kurang berperan dalam kegiatan pertanian dan cenderung didominasi oleh instistusi lain. Fasilitas sarana penunjang kerja yang belum terpenuhi. Belum tersedianya peralatan seperti seperti lup, PH meter dan komputer mempengaruhi hasil kerja menjadi kurang maksimal dan tidak terdokumentasikan dengan baik. Selain itu, dengan tidak adanya tunjangan kerja bisa mengurangi semangat kerja petugas. B. Saran Dengan melihat kondisi yang telah dipaparkan diatas maka beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kinerja dari petugas POPT adalah sebagai berikut : 1.
Dalam sistem rekruitment, khususnya dalam hal ini rekruitment petugas 92
POPT, semestinya dalam regulasi dan implementasinya benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan akan petugas yang mempunyai dan memenuhi kualifikasi dalam Perlindungan Tanaman. 2.
Membuatkan ruang publik yang cukup bagi petugas POPT untuk dapat mengaktualisasikan
diri
dalam
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
masyarakat guna untuk meningkatkan transformasi ilmu pengetahuan yang berkaitan PHT
kepada masyarakat petani. Ruang publik ini bisa berupa
pertemuan – pertemuan antara petani dengan petugas POPT.Ini bisa dilakukan secara organisasi dan dilakukan oleh individu dari petugas POPT. Secara organisasi dengan sering melibatkan petugas POPT dalam kegiatankegiatan resmi yang dilakukan oleh Dinas dan memberikan porsi untuk dapat memberikan materi yang berkaitan dengan PHT kepada masyarakat. Atau bisa meningkatkan anggaran yang dialokasikan untuk pertemuan petugas POPT dengan masyarakat petani. Secara individual, dengan secara aktif ikut serta dalam pertemuan-pertemuan pertanian yang telah ada yang dilakukan oleh inst`itusi
lain-seperti Penyuluh-
maupun oleh petani.
Misal :
pertemuan-pertemuan kelompok tani. 3.
Sinergi antar institusi yang bergerak pada bidang pertanian dengan pembagian peran yang adil sehingga bisa membuat peran-peran dan tugas dari petugas POPT nampak dan dapat mengemban tugas dengan baik untuk membuat pemberdayaan masyarakat dalam hal perlakuan tanaman berkaitan dengan PHT.
4.
Meningkatkan fasilitasi terhadap
petugas POPT berupa perlengkapan 93
peralatan teknis dan capacity building yang akan lebih bisa meningkatkan kinerja dan motivasi dari petugas POPT. Peralatan teknis ini yang sekiranya menunjang kerja-kerja di lapangan seperti lup, PH meter dan pemberian BOP/ biaya operasional. 5.
Capacity building ini lebih pada memberikan kesempatan pada petugas POPT untuk dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan PHT dengan mengikutsertakan pada pelatihan, sekolah lapang, seminar, dll.
94