BAB IV SEJARAH GEOLOGI
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Penentuan sejarah geologi yang merupakan sintesa geologi daerah penelitian mengacu pada sejarah geologi regional peneliti-peneliti sebelumnya. Model sejarah geologi daerah penelitian dipaparkan sejak zaman Kapur Akhir dimana batuan tertua yang ditemukan di daerah penelitian pertama kali diendapkan, hingga kala Pliosen Akhir. Pertama-tama diawali oleh terjadinya rifting pada Trias Akhir kemudian seiring berlanjutnya rifting diendapkanlah Satuan Batugamping KalsilutitBatulempung Formasi Ogena dalam lingkungan passive margin
sebagai
endapan klastik karbonat laut dalam (Neritik-Batial) dalam keadaan .(Davidson, 1991). Kemudian
pre-rift
pada Kapur Awal seiring bermigrasinya
mikrokontinen Buton kearah Sulawesi(Gambar 4.1)diendapkanlah Satuan Batugamping Kalsilutit Formasi Tobelo dalam keadaan rift drift
.(Davidson,
1991) (Gambar 4.2). Selanjutnya fasa rift drift berlanjut hingga Oligosen.
Gambar 4.1. Pergerakan Pulau Buton pada Kapur Akhir (Daly dkk., 1987)
Geologi Daerah Lawele dan sekitarnya, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
57
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.2. Satuan Batugamping Kalsilutit-Batulempung dan Satuan Batugamping Kalsilutitdiendapkan pada lingkungan tektonik passive margin.
Pada Kala Miosen Awal, terjadi deformasi pertama yang ditandai dengan tumbukkan menyebabkan
antara mikrokontinen Buton dengan mikrokontinen Muna yang Satuan
Batugamping
Kalsilutit-Batulempung
dan
Satuan
Batugamping Kalsilutit terlipat dan tersesarkan (Gambar 4.3). Deformasi pertama ini membentuk pola kelurusan berarah timurlaut-baratdaya yang disebabkan oleh tegasan berarah baratlaut-tenggara yang membentuk Sesar Naik Lawele,
Sesar Naik Tobelo, Sesar Naik Ogena, Antiklin Tobelo 1, Antiklin
Tobelo 2, Sesar Geser Lawele dan Tobelo . Pada saat yang sama dengan deformasi tersebut mulai diendapkan Formasi Tondo (Tondo Bawah) (Davidson, 1991) . Akan tetapi, pada daerah penelitian Formasi Tondo Bawah tersebut tidak tersingkap melainkan
hanya dijumpai
Formasi Tondo yang berumur Miosen Tengah yaitu Satuan Konglomerat Forrmasi Tondo. Satuan ini diendapkan
secara tidak selaras di atas Satuan
Batugamping Kalsilutit Formasi Tobelo pada lingkungan Batial Bawah (Gambar 4.4). Tektonik regional pada saat pengendapan Satuan Konglomerat ini berada pada kompresi maksimum, fase syn-rift. (Davidson, 1991).
Geologi Daerah Lawele dan sekitarnya, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
58
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.3. Satuan Batugamping Kalsilutit terlipat dan tersesarkan pada Miosen Awal.
Pada Kala Miosen Tengah – Miosen Akhir, Satuan Batupasir-Batulempung Formasi Tondo diendapkan selaras di atas Satuan Konglomerat Formasi Tondo pada lingkungan Neritik Tengah (Gambar 4.4). Selanjutnya pada Kala Pliosen seiring berjalannya deformasi, diendapkan tidak selaras Satuan Batugamping Kalkarenit Formasi Sampolakosa di atas Satuan Batupasir-Batulempung pada lingkungan Neritik Luar (Gambar 4.5). Diwaktu pengendapan Satuan BatupasirBatulempung dan Satuan
Batugamping Kalkarenit intensitas dari tumbukkan
sudah jauh berkurang, fase post rift (Davidson, 1991).
Geologi Daerah Lawele dan sekitarnya, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
59
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.4. Pengendapan Satuan Konglomerat dan Satuan Batupasir-Batulempung pada Miosen Tengah sampai Pliosen
Gambar 4.5. Pengendapan Satuan Batugamping Kalkarenit pada Pliosen
Ketika tumbukkan
Pliosen Akhir terjadi deformasi kedua yang ditandai dengan antara mikrokontinen Buton dengan mikrokontinen Tukang Besi
yang datang dari arah timur sehingga membuat Satuan Konglomerat, Satuan Batupasir-Batulempung, dan Satuan Batugamping Kalkarenit terlipat dan Geologi Daerah Lawele dan sekitarnya, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
60
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
tersesarkan sedangkan sesar-sesar pada Batugamping berumur Mesozoik mengalami reaktifasi dan propagasi ke lapisan batuan di atasnya (Gambar 4.6). Deformasi kedua ini membentuk pola kelurusan berarah timur-timurlaut – baratbaratdaya yang disebabkan oleh tegasan berarah utara-baratlaut – selatantenggara. Deformasi tersebut mengakibatkan semakin intensifnya deformasi di daerah penelitian.
Gambar 4.6. Pengendapan Satuan Batugamping Terumbu Formasi Wapulaka pada Pleistosen
Pada Kala Pleistosen diendapkan Satuan Batugamping Terumbu yang terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping bioklastik dengan diiringi pengangkatan regional Buton Selatan morfologi
teras
yang menyembabkan terbentuknya berundak
Geologi Daerah Lawele dan sekitarnya, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
Wapulaka.
61