BAB VI PROSES PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) 6.1 Proses Pemberdayaan Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan : Pertama, proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian melalui organisasi. Proses ini disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua, kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimuli, mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau kerberdayaan untuk menentukan apa yang menajdi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Sesungguhnya diantara kedua proses tersebut saling terkait. Agar kecenderungan primer dapat terwujud, seringkali harus melalui sekunder terlebih dahulu. Proses inilah yang digunakan oleh Swisscontact dalam menjalankan program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir.
6.1.1 Proses Pemberdayaan Sekunder Pada proses sekunder, dimana penekanan proses pemberdayaan terlihat dari bentuk-bentuk seperti menstimuli, mendorong, dan memotivasi agar para pelaku usaha kecil sadar bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk berdaya. Proses ini dapat dilihat dari usaha yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para pelaku usaha kecil mulai dari Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan pertama kali pada awal tahun 2008. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, para peserta FGD diberikan keleluasaan berpendapat tentang keluhan-keluhan yang dialami selama menjalani usahanya. Partisipasi sangat terlihat pada proses pencarian masalah dan penentuan langkah-langkah atau strategi yang akan dilakukan untuk mengatasinya. Pada proses sekunder ini, kegiatan yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan melakukan konsultasi dan evaluasi pada program ini.
Konsultasi merupakan bantuan yang diberikan dalam bentuk nasihat yang ditujukan agar para pelaku usaha kecil di Cipulir dapat menggunakan sumberdaya dengan efisien dan dalam arah kegiatan yang konsisten dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Konsultasi sebagai proses pemberdayaan diperlukan karena meskipun setiap kegiatan telah direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, ada kemungkinan bahwa permasalahan yang tidak dilihat sebelumnya akan muncul pada saat kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dilakukan sejalan dengan konsultasi. Pertemuan ini dilakukan dengan cara FGD yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, Swisscontact mengadakan pertemuan FGD bersama dengan para pelaku usaha kecil di Cipulir. Sedangkan tahap kedua, Swisscontact mengadakan pertemuan FGD bersama dengan lembagalembaga yang bermitra dengan Swisscontct pada program SMEP. Pertemuan diskusi ini diadakan setiap enam bulan sekali, hal ini diperlukan agar program yang telah diterima para pelaku usaha dapat dikontrol dan tidak
melenceng
dari
tujuan awal
program
dan dapat
dilihat
perkembangannya.
6.1.2 Proses Pemberdayaan Primer Proses selanjutnya yang dilakukan adalah dengan memberikan atau mengalihkan
sebagian
kekuasaan,
kekuatan,
atau
kemampuan
kepada
masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Proses ini berupa pelatihan-pelatihan kepada para pelaku usaha kecil. Pelatihan-pelatihan ini berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu tingkat produktivitas yang rendah, jaringan pasar yang rendah, akses bahan baku yang rendah dan tidak adanya dukungan dari lembagalembaga
terkait.
Pelatihan
ini
merupakan
turunan
tiga
langkah-
langkah/intervensi yang telah disusun oleh Swisscontact bersama dengan para pelaku usaha kecil di Cipulir lewat FGD, yaitu penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku, promosi klaster, dan replikasi dari para pihak yang tertarik untuk pengembangan klaster. Dalam melakukan pelatihan ini, Swisscontact bermitra dengan lembaga-lembaga terkait, antara lain IGTC, Universitas Bina Nusantara, Microsoft, dan BDS Triasa. Pelatihan ini dibagi menjadi dua tujuan
berdasarkan langkah-langkah/intervensi yang akan dilakukan pada program SMEP. Pertama, pelatihan ditujukan untuk menjawab intervensi penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku, yaitu dengan adanya pelatihan manajemen kerja dan pelatihan manajemen keuangan. Sedangkan pelatihan yang kedua adalah untuk menjawab intervensi promosi klaster, yaitu dengan adanya penguatan koperasi, pembentukan CTC, dan pelatihan oleh PT Bali Nirwana. Pelatihan dalam rangka menjalankan intervensi penguatan dan peningkatan kapasitas pelaku antara lain : 1.
Pelatihan Manajemen Kerja oleh IGTC (International Garmen Training Center) Salah satu pelatihan yang dilakukan oleh Swisscontact kepada pelaku
usaha kecil adalah pelatihan teknik pengelolaan usaha garmen oleh IGTC (International Garmen Training Center) sebagai mitra yang ikut membantu dalam program ini. Pada pelatihan ini langkah pertama adalah peserta diberikan ilmu-ilmu atau teori mengenai bagaimana langkah-langkah melakukan usaha garmen, bagaimana cara mengembangkannya, dan bagaimana para pelaku usaha kecil untuk mengembangkan usaha mereka. Selanjutnya adalah para peserta diajak untuk melihat pabrik-pabrik garmen besar yang terletak di daerah Cibinong. Dengan melihat pabrik garmen dalam skala besar, maka para peserta dapat melihat bagaimana manajemen kerja yang dipakai sehingga mereka dapat menirunya dalam kegiatan usaha mereka. Pada kunjungan ini para peserta diberikan pengetahuan tentang seluk beluk garmen, mulai dari bagaimana cara mengatur manajemen kerja, manajemen waktu, pengaturan mesin agar lebih efisien dalam bekerja, bagaimana agar bisnis garmen yang dijalankan dapat maju, dan lain-lain. Perubahan yang terjadi pada para pelaku usaha kecil ini adalah dengan semakin cepatnya tingkat produktivitas tiap harinya, karena pengaturan tata letak yang sudah berubah. Perubahan yang kedua adalah perubahan kualitas dari jins yang dihasilkan semakin bagus, hal ini dikarenakan sistem kerja yang sudah berubah dari awalnya satu orang pekerja menjahit dari awal hingga selesai (menyebabkan hasil dari jins berbeda-beda), menjadi satu orang pekerja hanya menjahit satu
bagian/proses pengerjaan celana jins (hasil dari jins akan sama sehingga kualitas semakin bagus). Hasil perubahan ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada masing-masing ketua kelompok yang ikut pelatihan bersama dengan IGTC, semua responden menyatakan bahwa dari semua program yang ditawarkan oleh Swisscontact, pelatihan ini yang sangat berguna bagi kelangsungan bisnis yang mereka jalankan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Nsr, 32 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) : “...pelatihan ini sangat berguna bagi usaha saya, perubahan yang paling terlihat dari sebelum ikut pelatihan adalah berubahnya sistem cara kerja yang menjadi cepat sehingga pekerjaan jadi lebih efektif dan bisa hemat waktu banyak...” Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Mht, 30 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) : “...berkat pelatihan, cara kerja banyak berubah tadinya satu orang bertugas melakukan proses menjahit dari awal sampai selesai, jadinya tiap-tiap celana jins hasilnya beda-beda tapi sekarang udah nggak lagi...” Proses pemberdayaan pada pelatihan ini dapat dilihat pada gambar 4:
Pelatihan manajemen kerja Sebelum Program : Manajemen kerja yang tidak baik
Hasil yang didapat : 1. Jumlah produksi meningkat Setelah Program : Manajemen kerja menjadi lebih baik Lebih baik
2. Kualitas produk menjadi lebih bagus 3. Adanya pasar baru 4. Pendapatan meningkat
5. Pembayaran untuk bahan baku menjadi lancar Gambar 4. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan IGTC
Perubahan yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Cipulir setelah adanya pelatihan yang dilakukan oleh IGTC adalah adanya peningkatan pada jumlah produksi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Mht, 30 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) : “...sebelum ada program ini, tiap minggunya saya cuma bisa memproduksi celana jins sampai 70 lusin, tapi setelah ikut pelatihan ini produksi meningkat jadi 250 lusin per minggu...” Perubahan ini disebabkan oleh perubahan tata letak dari mesin-mesin jahit sehingga memudahkan para pekerja dalam mengerjakan produksi celana jins. Selain disebabkan oleh perubahan tata letak, peningkatan jumlah produksi juga disebabkan oleh bertambahnya para pekerja. Seperti yang terjadi pada Bapak Nsr, pada awalnya beliau hanya mempunyai 10 orang pekerja dan setelah adanya pelatihan ini beliau dapat menambah jumlah karyawannya menjadi 20 orang pekerja. Untuk masalah bahan baku, belum terjadi perubahan penggantian kualitas bahan baku yang lebih bagus akan tetapi adanya perbedaan dari cara pembayaran antara sebelum program dengan setelah program. Pada sebelum program hampir semua pelaku usaha kecil membeli bahan baku dengan sistem “utang” dan dikenakan bunga sepuluh persen tiap bulannya, tetapi setelah pelatihan dengan adanya peningkatan jumlah produksi secara otomatis akan meningkatkan pendapatan dari pelaku usaha kecil yang berakibat pada berubahnya cara pembelian bahan baku menjadi dibayar secara tunai. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) : “...pada awalnya kita beli bahan baku pake ngutang trus bunganya lumayan gede tiap bulannya, tapi setelah program ini kita bisa beli bahan baku langsung tunai ga pake ngutang lagi...” 2.
Pelatihan Manajemen Keuangan oleh Universitas Bina Nusantara Mitra lain yang ikut bekerjasama pada program Small and Medium
Enterprise Promotion (SMEP) yang dilakukan oleh Swisscontact adalah Universitas Bina Nusantara. Universitas Bina Nusantara membantu para pelaku usaha kecil dengan memberikan pelatihan kalkulasi biaya, administrasi,
komunikasi bisnis (dalam Bahasa Inggris), dan informasi pasar. Pelatihan ini dilakukan oleh sepuluh orang mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang melakukan Kuliah Kerja Profesi di daerah tersebut. Tujuan dari pelatihan ini adalah supaya arus kas masuk dan keluar dapat dicatat dengan jelas. Dengan adanya buku arus kas yang jelas, maka para pelaku usaha kecil dapat meminjam bantuan dana/modal usaha dari Bank. Dalam hal ini Swisscontact bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bentuk pelatihan lain yang dilakukan dalam rangka proses pemberdayaan dari para pelaku usaha kecil adalah pelatihan pembukuan yang dilakukan oleh Universitas Bina Nusantara sebagai salah satu mitra kerja sama Swisscontact. Pelatihan pembukuan dianggap penting, karena untuk mendapatkan pinjaman kredit modal usaha kepada bank diperlukan laporan keuangan arus kas yang jelas. Pelatihan ini diadakan selama tiga kali, pelatihan ini didukung oleh para mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata di daerah tersebut. sepuluh mahasiswa dipilih untuk melatih tiga kelompok pelaku usaha garmen dengan topik pelatihan kalkulasi biaya, administrasi, komunikasi bisnis (dalam Bahasa Inggris), dan informasi pasar. Aktivitas ini menguntungkan keduanya baik bagi pelaku usaha maupun bagi mahasiswa itu sendiri, para pelaku usaha mendapatkan pengetahuan tentang keuangan sedangkan mahasiswa mendapatkan pengalaman bekerja dalam situasi yang sebenarnya. Program ini dibiayai sepenuhnya oleh Universitas Bina Nusantara, pemerintah lokal, dan Swisscontact. Pernyataan ini diperkuat oleh wawancara penulis terhadap Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang), beliau mengatakan : ”...pelatihan ini sangat bermanfaat sekali karena dulunya pencatatan arus kas masih sangat tradisional sekali dan kadang-kadang hanya diingat saja tanpa dicatat dengan rapi. Dengan adanya pembukuan yang jelas, saya mendapatkan pinjaman modal dari BRI...” Para pelaku usaha garmen mengaku puas dengan pelatihan ini, akan tetapi ada hambatan pada program pelatihan ini, antara lain adalah waktu mahasiswa yang terbatas, karena mereka hanya mempunyai waktu empat bulan
disana. Hambatan selanjutnya adalah bantuan modal dari BRI yang menurut para pelaku usaha kecil masih terlalu sedikit.
Proses pemberdayaan pada pelatihan ini dapat dilihat pada gambar 5 : Pelatihan manajemen keuangan Sebelum Program : Pembukuan arus kas masih tradisional
Setelah Program : Pembukuan arus kas lebih teratur
Hasil yang didapat : Mendapatkan pinjaman modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Gambar 5. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan Universitas Bina Nusantara
Sedangkan
pelatihan
dalam
rangka
menjalankan
usaha
untuk
mempromosikan klaster dalam usaha memperluas jaringan pasar, antara lain : 1.
Penguatan Koperasi Pada langkah ini, Swisscontact melakukan perombakan kepada koperasi
yang sudah ada di daerah Cipulir. Pada awalnya koperasi ini hanya berfungsi untuk melayani para anggotanya dalam bantuan untuk mendapatkan barangbarang rumah tangga/sembako. Namun, setelah ada program ini koperasi dialihfungsikan sebagai koperasi yang diharapkan dapat memudahkan kepada para pelaku usaha dalam mempermudah akses bahan baku dan akses keuangan. Akses bahan baku disini maksudnya adalah koperasi menyediakan bahan baku dengan tujuan para pelaku usaha kecil akan mendapatkan kualitas bahan baku yang sama. Tetapi dalam pelaksanaannya, penyediaan bahan baku sulit terealisasi karena koperasi tidak bisa menyediakan bahan baku secara berkelanjutan karena harganya yang mahal. Seperti apa yang dikatakan oleh Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) ; “...dulu sih, koperasi sempet nyediain bahan baku biar kita para pedagang lebih gampang belinya sama kualitasnya bagus tapi sekarang udah ga ada lagi...” Sedangkan akses keuangan maksudnya adalah untuk menyalurkan bantuan pinjaman modal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) kepada para pelaku usaha kecil. Peran koperasi disini hanya untuk menyalurkan bantuan pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil di Cipulir.
2.
Bantuan program CTC (Community Technology Center) dan Pelatihan Komputer Bantuan program CTC ini bertujuan untuk memasarkan produk jins yang
diproduksi oleh para pelaku usaha kecil di Cipulir via internet dengan cara membuat website. Website ini sendiri nantinya berfungsi untuk memasarkan produk-produk unggulan dari tiap-tiap pelaku usaha. Selain untuk memasarkan produk via internet, CTC juga mempunyai tujuan lain, yaitu agar para pelaku usaha dapat melihat model-model baru dari produk celana jins. Website dipilih sebagai sarana pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk karena biayanya yang murah dan cepat. Program ini bermula pada bulan November tahun 2007 sampai dengan bulan Februari 2008, dengan diadakannya pelatihan bagaimana cara penggunaan internet kepada para pelaku usaha kecil yang dinamakan ICT. Pelatihan ini diberikan oleh BDS Triasa dan disponsori oleh Hewlett Packard dan Asean Foundation. Pada pelatihan ini para pelaku usaha kecil diajarkan bagaimana cara untuk mengakses internet untuk mencari model jins yang terbaru dan untuk mencari jaringan pasar yang lebih luas. Menurut pengakuan dari Bapak Asm, 44 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) : “...pada pelatihan ini kita dibimbing dimana cara gunain komputer buat nyari gambar-gambar tentang jins-jins model baru dan nyari informasi mengenai pelanggan baru...” Setelah pelatihan ini selesai, maka dalam upaya untuk terus mempromosikan produk-produk dari para pelaku usaha kecil, Swisscontact bekerjasama dengan Microsoft menyusun suatu program baru yang dinamakan CTC (Community Technology Center). Microsoft sebagai salah satu mitra kerja dari Swisscontact, memberikan pengadaan komputer yang ditempatkan di Koperasi. Dalam pengelolaannya, CTC akan dikelola oleh BDS Triasa yang sebelumnya telah dibekali pelatihan yang dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Bina Nuantara. Universitas Bina Nusantara dalam pelatihan ini membantu BDS Triasa dalam pembuatan website yang diperuntukkan kepada para
pelaku
usaha
kecil
di
Cipulir,
website
tersebut
dinamakan
www.garmentindo.com. Selain itu, para mahasiswa Universitas Bina Nusantara juga memberikan pelatihan kepada BDS Triasa tentang bagaimana mengelola
website agar website yang sudah ada dapat terus diperbaharui dengan infomasiinformasi yang baru. Sebenarnya keberadaan website ini sudah bagus, tampilannya juga memudahkan pengguna internet dalam mencari produk yang mereka mau. Di dalamnya juga dicantumkan bagaimana penjelasan mengenai tata cara pemesanan kepada calon pembeli. Namun, karena kurangnya pemasaran yang dilakukan via internet, masih belum banyak orang yang mengetauhi keberadaan website ini. Pernyataan ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh pengakuan dari Bapak Nsr, 32 tahun
(ketua kelompok usaha kecil daerah
Padang) ; “...memang foto-foto dari produk kita udah dipajang di internet, tapi sampai sekarang belum ada pesanan yang datang lewat internet...” Proses pemberdayaan ini dapat dilihat pada gambar 6 :
Program CTC (Community Technology Center) Sebelum Program : Tingkat keterdedahan tekhnologi informasi rendah
Setelah Program : Tingkat keterdedahan tekhnologi informasi lebih baik
Hasil yang didapat : 1. Adanya website bagi pelaku usaha kecil untuk memasarkan produknya
Gambar 6. Proses Pemberdayaan Pada Program CTC
3.
Pelatihan oleh PT Bali Nirwana Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh Swisscontact dalam rangka
meluaskan jaringan pasar dari para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan bermitra dengan industri garmen skala besar, yaitu PT Bali Nirwana. PT Bali Nirwana merupakan industri garmen skala besar yang juga memproduksi hasil jadi jins, tetapi dalam pemasarannya PT Bali Nirwana hanya memasarkan produknya ke luar negeri saja. Hal ini menyebabkan tidak adanya penurunan permintaan yang dialami oleh sebagian besar usaha kecil di daerah Cipulir.
Tujuan akhir dari program ini adalah, diharapkan nantinya PT Bali Nirwana akan melakukan sebagian pemesanan yang mereka terima untuk dilimpahkan kepada para pelaku usaha kecil pada saat mereka mengalami peurunan permintaan (biasanya terjadi setelah hari raya Idul Fitri selesai). Teknis dari pelatihan ini adalah dengan mengirimkan para pegawai dari tiap-tiap kelompok usaha kecil untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh PT Bali Nirwana. Pelatihan ini membutuhkan waktu yang agak lama, karena para peserta pelatihan harus mempunyai kemampuan sesuai dengan kualitas yang
PT Bali Nirwana inginkan. Pelatihan ini berupa pelatihan teknis
menjahit mulai dari proses awal hingga menjadi barang jadi. Sampai saat ini program masih berlangsung sampai tahap pelatihan para pegawai dari suku Karawang dengan jumlah 12 orang. Pada pelatihan ini kelompok dari suku Purworejo dan Padang tidak ikut berpartisipasi dalam pelatihan, karena karakteristik dari masing-masing daerah yang berbeda. Menurut pengakuan dari Bapak Nsr, 32 tahun (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) : “...awalnya pernah diajak buat ikut pelatihannya, tapi ga cocok jadi penulis ga ikut deh, karena kami orang Padang inginnya serba cepat ga mau mengikuti pelatihannya yang terlalu lama...” Proses pemberdayaan ini dapat dilihat pada gambar 7 :
Program Pelatihan oleh PT Bali Nirwana Sebelum Program : Jaringan pasar yang rendah
Setelah Program : Jaringan pasar yang bertambah
Hasil yang akan didapat : 1. Tidak ada lagi penurunan omset setelah hari raya Idul Fitri
Gambar 7. Proses Pemberdayaan Pada Pelatihan Oleh PT Bali Nirwana
6.2 Ikhtisar Berdasarkan
proses
pemberdayaan
yang
telah
dilakukan
oleh
Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP)
maka dapat disimpulkan bahwa Swisscontact mempunyai peran sebagai penghubung atau mediator bagi pelaku usaha kecil di Cipulir (penerima program) dengan mitra yang bekerja sama dalam program Small and Medium Enterprise
Promotion
(SMEP).
Penghubung
disini
maksudnya
adalah
Swisscontact menghubungkan pelaku usaha kecil di Cipulir dengan lembagalembaga yang bermitra dalam program ini dengan bentuk berupa pelatihanpelatihan yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu adanya pelatihan manajemen kerja oleh IGTC (International Garmen Training Center), pelatihan manajemen keuangan oleh Universitas Bina Nusantara, bantuan program CTC (Community Technology Center) dan pelatihan komputer, dan pelatihan oleh PT Bali Nirwana. Proses pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) dapat dilihat pada gambar 8 :
Lembaga-lembaga terkait : IGTC
Swissconta ct Mediator/ Penghubung
Universitas Bina Nusantara Microsoft BDS Triasa
Proses Pemberdayaan
UMKM Cipulir
PT Bali Nirwana
Gambar 8. Peran Swisscontact Dalam Proses Pemberdayaan Pada Program SMEP
BAB VII MANFAAT PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) PADA UMKM DI CIPULIR
7.1 Pengaruh Proses Pemberdayaan Terhadap Perubahan Pelaku Usaha Kecil Perubahan yang terjadi kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir terlihat dari peningkatan pada produktivitas, hal ini menyebabkan pengaruh ke berbagai sektor, mulai dari penjualan yang meningkat, jumlah pekerja yang bertambah, adanya pasar baru, munculnya produk baru, pengurangan biaya bahan baku dan dapat menyimpan hasil penjualan untuk memenuhi kebutuhan sekunder kehidupan. Pada perubahan yang terjadi pada para pelaku usaha kecil di Cipulir, penulis mewawancarai ketiga ketua kelompok dari masing-masing daerah, yaitu : 1. Bapak Nsr (ketua kelompok usaha kecil daerah Padang) Perubahan yang terjadi pada usaha Bapak Nsr, yang pertama adalah meningkatnya tingkat produktivitas dari produksi celana jins per harinya. Pada awalnya usaha beliau dapat menghasilkan 150 sampai 200 potong celana jins per minggu per orang, namun setelah mengikuti pelatihan keterampilan yang diadakan
oleh
Swisscontact
melalui
program
SMEP,
maka
tingkat
produktivitasnya bertambah hingga 300 sampai 350 potong celana jins per minggu per orang. Dengan meningkatnya jumlah produktivitas, maka pekerja juga mengalami penambahan dari 10 orang menjadi 20 orang. Akan tetapi pekerja pada usaha beliau semuanya merupakan pekerja lepas. Peningkatan tingkat produktivitas sejalan dengan semakin bagusnya kualitas dari produksi jins yang dihasilkan. Seiring dengan hal ini pasar baru pun muncul, untuk usaha yang beliau jalankan pasar baru bertambah di kawasan Mangga Dua. Menurut beliau pelatihan yang paling berpengaruh bagi kelangsungan usahanya merupakan pelatihan yang dilakukan oleh IGTC, karena dengan pelatihan ini manajemen kerja semua berubah mulai dari kemampuan menjahit sampai dengan tata letak mesin yang lebih rapi.
Dengan adanya pelatihan dari IGTC pun, produk baru muncul dari usaha beliau. Pada awal usaha, beliau hanya menjual jins anak-anak akan tetapi sekarang beliau juga memproduksi celana panjang berbahan katun untuk anakanak. Bertambahnya penjualan yang dihasilkan oleh Pak Nsr, maka beliau dapat menyimpan uang hasil penjualan untuk kebutuhan yang lain, antara lain beliau dapat membeli mesin baru untuk usaha dan membeli kendaraan bermotor. Akan tetapi perubahan pada akses bahan baku masih belum banyak berubah. Bahan baku yang didapat masih bahan baku dengan kualitas yang kurang bagus karena bahan baku dengan kualitas bagus mempunyai harga yang jauh lebih mahal. Perubahan hanya terjadi pada sistem cara pembayaran, yang awalnya pembelian melalui sistem “utang” menjadi dibayar secara tunai. Perubahan juga terjadi pada daya saing dari tiap-tiap kelompok usaha kecil. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Nsr, adanya penambahan lembaga terkait di dalam lingkungan usaha dari Bapak Nsr dan penambahan jasa pelayanan. Penambahan lembaga tersebut antara lain adanya BRI (Bank Rakyat Indonesia), CTC (Communication and Training Centers), dan Koperasi. Fungsi dari para lembaga-lembaga ini adalah dengan memfasilitasi Bapak Nsr selama program SMEP berlangsung. Sedangkan pada pelayanan jasa antara lain adanya Koperasi yang berfungsi sebagai tempat peminjaman modal usaha dan adanya CTC sebagai tempat informasi dan promosi usaha melalui internet. Perubahan dari Bapak Nsr dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3 Perubahan Keadaan Usaha Bapak Nsr, Sebelum Dan Sesudah Pemberdayaan Sebelum
Sesudah
Perubahan
Produktivitas 150 sampai 200 potong 300 sampai 350 potong 150 potong per per minggu per orang per minggu per orang minggu per orang Pekerja
10 orang pekerja lepas
20 orang pekerja lepas
Pasar
Cipulir, Tanah Abang
Cipulir, Tanah Abang Mangga Dua dan Mangga Dua
Produk
Jins anak-anak
Jins anak-anak dan Celana panjang celana panjang katun katun anak-anak anak-anak
10 orang pekerja lepas
2. Bapak Asm (ketua kelompok usaha kecil daerah Karawang) Pada usaha yang dijalankan oleh Pak Asm, tingkat produktivitas bertambah dari 75 lusin per minggu menjadi 200 lusin per minggu. Bertambahnya tingkat produktivitas juga diikuti dengan bertambahnya jumlah pekerja yang bekerja pada beliau. Awalnya beliau hanya mempunyai 8 orang pekerja tetap dan 4 orang pekerja lepas, bertambah menjadi 25 orang pekerja tetap dan 5 orang pekerja lepas. Perbedaan perubahan antara Pak Asm dan Pak Nsr terlihat dari adanya penambahan jaringan pasar baru pada Pak Asm. Beliau tidak hanya mendapatkan pasar baru di daerah Mangga Dua tetapi beliau juga memsasarkan produknya ke daerah Jatinegara. Hal ini disebabkan selain adanya pengaruh dari hasil pelatihan yang diberikan oleh IGTC, beliau mengikuti pelatihan tambahan mengenai teknis proses menjahit mulai dari proses awal hingga proses akhir yang diberikan oleh PT Bali Nirwana. Dimana pelatihan ini tidak diikuti oleh pelaku usaha kecil yang lain. Walaupun masih menggunakan bahan baku dengan kualitas yang kurang bagus tetapi teknik menjahit sudah banyak berubah sehingga hasil yang dihasilkan juga semakin bagus. Perbedaan lainnya adalah pada produk yang dihasilkan. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Asm produk yang dihasilkan masih berupa jins anak-anak, belum ada inovasi produk baru pada usaha beliau. Untuk pelatihan pembukuan arus kas yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Bina Nusantara, beliau mengaku hanya menerapkan sistem tersebut, karena ada bantuan pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) setelah program pinjaman modal itu selesai maka beliau pun kembali dengan sistem pembukuan yang tradisional yaitu hanya mencatat berapa pengeluaran dan penerimaan secara sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pencatatan arus kas terlalu sulit untuk diterapkan oleh Pak Asm. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Asm, adanya penambahan lembaga terkait di dalam lingkungan usaha dan penambahan jasa pelayanan tidak jauh berbeda dengan usaha dari Bapak Nsr. Perbedaan tersebut terlihat dari lembaga terkait yang berada pada lingkungan usaha dari Bapak Asm. Penambahan lembaga tersebut antara lain adanya BRI (Bank Rakyat Indonesia), CTC (Communication and Training Centers), Koperasi, dan PT Bali Nirwana.
Sedangkan pada pelayanan jasa antara lain adanya Koperasi yang berfungsi sebagai tempat peminjaman modal usaha dan adanya CTC sebagai tempat informasi dan promosi usaha melalui internet. Perubahan dari Bapak Asm dapat dilihat pada tabel 4 : Tabel 4 Perubahan Keadaan Usaha Bapak Asm, Sebelum Dan Sesudah Pemberdayaan Sebelum
Sesudah
Perubahan
Produktivitas 75 lusin per 200 lusin per minggu minggu
125 lusin minggu
per
Pekerja
8 orang 25 orang pekerja tetap pekerja tetap 5 orang pekerja lepas 4 orang pekerja lepas
17 orang pekerja tetap 1 orang pekerja lepas
Pasar
Cipulir, Tanah Abang
Produk
Jins anak
Cipulir, Tanah Abang, Mangga Dua dan Mangga Dua dan Jatinegara Jatinegara
anak- Jins anak-anak
-
3. Bapak Mht (ketua kelompok usaha kecil daerah Purworejo) Kasus yang terjadi pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht tidak jauh berbeda dengan pelaku usaha yang lain. Usaha beliau juga mengalami peningkatan tingkat produktivitas yang diikuti oleh bertambahnya pekerja, baik itu pekerja tetap maupun pekerja lepas. Pada tingkat produktivitas usaha beliau mengalami peningkatan dari 70 lusin per minggu menjadi kurang lebih 250 lusin per minggunya. Penambahan jumlah pekerja juga terjadi, dengan jumlah awal 6 orang pekerja saja menjadi 30 orang pekerja. Pekerja yang digunakan pada usaha Bapak Mht, semuanya merupakan pekerja tetap. Sama seperti pelaku usaha yang lain, perubahan ini terjadi karena adanya pelatihan yang diberikan oleh IGTC tentang bagaimanaa mengatur manajemen kerja dalan berusaha di bidang garmen khususnya untuk produksi jins anak-anak. Pada penambahan jaringan pasar, tidak jauh berbeda dengan kelompok usaha kecil yang lain. Awalnya jaringan pasar beliau hanya ada di sekitar Cipulir dan Tanah Abang saja, namun setelah adanya program SMEP maka terjadi
penambahan jaringan pasar yaitu di Mangga Dua. Berbeda dengan usaha yang dijalankan oleh Bapak Nsr yang mengalami penambahan produk yang dihasilkan. Usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht, produk yang dihasilkan masih berupa jins anak-anak. Namun ada perbedaan antara usaha yang dijalankan oleh Pak Mht dengan yang lain, adalah pembukuan arus kas yang beliau gunakan sudah menggunakan sistem yang benar. Beliau sudah membeli komputer dan sudah mempunyai arus kas pemasukan dan pengeluaran yang jelas. Sehingga untuk melakukan pinjaman bantuan modal kepada pihak bank menjadi lebih mudah. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht, adanya penambahan lembaga terkait di dalam lingkungan usaha dan penambahan jasa pelayanan hampir sama dengan perubahan yang dialamai oleh usaha dari Bapak Nsr. Perubahan tersebut adalah adanya penambahan lembaga terkait antara lain adanya BRI (Bank Rakyat Indonesia), CTC (Communication and Training Centers), dan Koperasi. Sedangkan pada pelayanan jasa antara lain adanya Koperasi yang berfungsi sebagai tempat peminjaman modal usaha dan adanya CTC sebagai tempat informasi dan promosi usaha melalui internet. Perubahan dari Bapak Mht dapat dilihat pada tabel 5 : Tabel 5 Perubahan Keadaan Usaha Bapak Mht, Sebelum Dan Sesudah Pemberdayaan Sebelum
Sesudah
Produktivitas 70 lusin minggu
per 250 lusin per minggu
Pekerja
6 orang pekerja 30 orang pekerja tetap tetap
Pasar
Cipulir, Abang
Produk
Jins anak-anak
Perubahan 180 lusin minggu
per
24 orang pekerja tetap
Tanah Cipulir, Tanah Abang dan Mangga Dua Mangga Dua Jins anak-anak
-
7.2 Ikhtisar Berdasarkan perubahan pada tiap-tiap kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa program SMEP yang dilakukan oleh Swisscontact telah memberikan
perubahan kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Perubahan yang paling terlihat pada para ketiga pelaku usaha kecil ini adalah adanya perubahan pada peningkatan produktivitas yang menyebabkan pengaruh ke berbagai sektor, mulai dari penjualan yang meningkat dan jumlah pekerja yang bertambah. Ketiga pelaku usaha kecil ini, mengalami perubahan yang sama pada tingkat produktivitas dan bertambahnya jumlah pekerja. Hal ini disebabkan karena pelatihan manajemen kerja yang dilakukan oleh IGTC. Pada pelatihan ini, para pelaku usaha kecil mengaku pelatihan ini merupakan pelatihan yang paling sesuai dengan permasalahan yang ada pada pelaku usaha kecil di Cipulir. Penambahan tingkat produktivitas juga berpengaruh pada hasil penjualan yang tinggi, sehingga para pelaku usaha kecil dapat menyimpannya untuk memenuhi kebutuhan sekunder, seperti yang dialami oleh Bapak Nsr yang sudah mempunyai kendaraan bermotor dan menambah jumlah mesin untuk produksi usahanya dan Bapak Mht yang dapat membeli komputer untuk keperluan pembukuan. Akan tetapi ada perbedaan perubahan antara ketiga pelaku usaha kecil tersebut. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Nsr, perbedaan perubahan terletak pada munculnya model baru dari produk yang dihasilkan, dimana perubahan ini tidak dialami oleh para pelaku usaha kecil yang lain. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Asm, perbedaan perubahan terletak pada meningkatnya jumlah pasar dibandingkan dengan pelaku usaha kecil yang lain. Pada usaha yang dijalankan oleh Bapak Mht, perbedaan perubahan terletak pada sistem pembukuan arus kas yang berbeda dengan pelaku usaha kecil yang lain. Sistem pembukuan yang digunakan oleh Bapak Mht telah menggunakan komputer, sehingga pencatatan arus kas dan penghitungan uang yang keluar dan uang yang masuk menjadi lebih jelas. Pada perubahan dari daya saing dari para kelompok usaha kecil di atas, terlihat adanya penambahan lembaga-lembaga baru yang berada pada lingkungan usaha kecil di Cipulir, antara lain BRI, CTC, Koperasi, dan PT Bali Nirwana. Sedangkan pada penambahan lembaga pelayanan jasa, antara lain adanya Koperasi dan CTC sebagai pusat pelayanan informasi dan promosi. Akan tetapi jika dibandingkan dengan lingkungan usaha kecil yang berada di Tanah
Abang, lembaga-lembaga yang mendukung usaha kecil di Tanah Abang memang sangat banyak namun jumlahnya terus mengalami penurunan. Pada pelayanan jasa, koperasi yang dimiliki oleh usaha kecil di Tanah Abang lebih besar dalam menyediakan peminjaman modal usaha jika dibandingkan dengan koperasi yang berada di Cipulir. Setelah dibandingkan dengan kelompok usaha kecil di Tanah Abang, setelah adanya program SMEP ini kelompok usaha kecil di Cipulir memang masih berada di bawah kelompok usaha kecil di Tanah Abang namun perbedaan itu kian menipis.
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir dalam upaya memberdayakan UMKM yang mereka jalankan, menggunakan strategi fasilitasi. Maksudnya adalah para pelaku usaha kecil sudah mengetahui permasalahan yang mereka hadapi dan peran dari Swisscontact adalah hanya sebagai fasilitator atau agen peubah dalam program ini. 2. Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Swisscontact dalam program Small and Medium Enterprise Promotion (SMEP) kepada para pelaku usaha kecil di Cipulir adalah dengan menggunakan proses kecenderungan primer dan proses kecenderungan sekunder. Bentuk dari proses primer adalah dengan adanya pelatihan manajemen kerja dan manajemen keuangan pada para pelaku usaha kecil di Cipulir. Selain pelatihan tersebut, pada proses ini juga dilakukan penguatan koperasi, bantuan program CTC, dan melakukan mitra kerja dengan usaha garmen skala besar. Sedangkan proses sekunder, bentuknya adalah dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan tiap bulan dan dihadiri oleh Swisscontact, pelaku usaha dan lembaga-lembaga terkait. 3. Perubahan yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Cipulir antara lain meningkatnya tingkat produktivitas, jaringan pemasaran yang bertambah, biaya bahan baku yang semakin rendah, dan adanya dukungan dari lembagalembaga terkait.
8.2 Saran Terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada Swisscontact, terkait dengan program SMEP, antara lain diperlukan proses sekunder yang lebih intensif lagi supaya para pelaku usaha kecil merasa lebih termotivasi dan tergerak dalam menjalankan program SMEP. Saran yang lain adalah diharapkan Swisscontact dapat melakukan program-program pelatihan secara lebih
berkelanjutan, antara lain program bantuan modal dari BRI dan program pengadaan bahan baku yang disediakan oleh koperasi. Saran terakhir adalah agar Swisscontact dapat mempertahankan program pemberdayaan UMKM yang sudah ada.