71 BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Pengaruh Interaksi antara Jenis Pupuk Organik dan Dosis Biourin Sapi Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan biourin sapi berpengaruh sangat nyata terhadap komponen hasil (hasil biji pipilan kering oven dan hasil biji pipilan kadar air 12%/ha) jagung lokal Seraya (Tabel 5.1). Hal ini menunjukkan bahwa interaksi kedua faktor perlakuan tersebut mempengaruhi variabel-variabel komponen hasil dan hasil tanaman. Hasil biji pipilan kering oven dan kadar air 12%/ha meningkat karena pemupukan pupuk organik maupun biourin sapi (Tabel 5.20 dan 5.22). Kombinasi pemupukan jenis pupuk organik kascing 15 ton/ha dengan biourin sapi 2000 liter/ ha, meningkatkan nilai variabel tersebut sebesar 69,71% dan 70,59% dibandingkan dengan pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 0 ton/ha. Peningkatan jenis pupuk organik sapi sampai 15 ton/ha dan dosis biourin sapi sampai 2.000 liter/ha, memberikan hasil biji pipilan kering oven dan biji kadar air 12%/ha yang berbeda nyata. Peningkatan hasil biji pipilan kering oven dan biji kadar air 12%/ha tersebut disebabkan oleh peningkatan hasil kering oven biji/tan dan biji kadar air 12%/tanaman. Peningkatan hasil biji pipilan kering oven dan biji kadar air 12%/tanaman dan hasil biji pipilan kering oven dan biji kadar air 12%/ha pada kombinasi pemupukan jenis pupuk organik 15 ton/ha dengan biourin sapi 2.000 liter/ha disebabkan pula oleh peningkatan jumlah tongkol/tanaman dan jimlah tongkol/ha yaitu masing-masing sebesar 54,79% dan 52,56% dibandingkan pupuk organik
72 0 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha (Tabel 5.17 dan 5.18). Meningkatnya nilai kedua variabel tersebut erat hubungannya dengan meningkatnya hasil biji pipilan kering oven dan biji pipilan kadar air 12%/tanaman dan hasil biji pipilan kering oven dan biji pipilan kadar air 12%/ha. Meningkatnya nilai komponen hasil dan hasil jagung varietas lokal Seraya tersebut disebabkan oleh produksi asimilat yang meningkat dibandingkan tanpa pemupukan, seperti ditunjukkan oleh peningkatan indeks luas daun (ILD) pada umur 21 hst sebesar 15,68%, umur 35 hst sebesar 32,44%, umur 49 hst sebesar 5,78% dan umur 63 hst sebsar 13,51% meningkat sangat nyata pada perlakuan kombinasi jenis pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha (Tabel 5.6, 5.7, 5.8 dan 5.9). Meningkatnya indeks luas daun disebabkan oleh meningkatnya jumlah daun (Tabel 5.2, 5.3, 5.4 dan 5.5). Terjadinya peningkatan produksi asimilat dapat ditranslokasikan ke organ penyimpanan (tongkol) terbukti dari meningkatnya indeks panen sebesar 101,70% pada perlakuan kombinasi jenis pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha dibandingkan tanpa pemupukan (Tabel 5.11). Indeks panen meningkat akibat dari pemupukan pupuk organik dan biourin sapi disebabkan oleh semakin meningkatnya hasil ekonomis yang dihasilkan. Peningkatan terhadap berat biji yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh pemupukan pupuk organik dan biourin sapi. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jenis pupuk organik kascing sampai 15 ton/ha dan biourin sapi sampai 2.000 liter/ha
menyebabkan semakin banyaknya asimilat yang
dialokasikan ke organ penyimpanan (tongkol).
Peningkatan hasil ekonomis
73 tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah tongkol/tanaman, jumlah tongkol/ha, berat biji/tanaman dan berat biji/ha. Meningkatnya pertumbuhan jagung lokal Seraya secara nyata dapat disebabkan oleh pemupukan pupuk organik dan biourin sapi. Secara nyata interaksi perlakuan jenis pupuk organik dan biourin sapi dapat mempengaruhi diameter batang dan panjang ruas (Tabel 5.11 dan 5.12).
Diameter batang
meningkat 30,14% pada kombinasi jenis pupuk organik kascing 15 ton/ha dengan dosis biourin sapi 3.000 liter/ha, sedangkan panjang ruas meningkat 19,21% pada kombinasi jenis pupuk organik kascing 15 ton/ha dengan dosis biourin 3.000 liter/ha dibandingkan pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha. Meningkatnya peningkatan
diameter
komponen
segar/tanaman,
berat
berangkasan/tanaman,
batang
pertumbuhan berangkasan berat
kering
dan lainnya
panjang seperti
segar/ha, oven
ruas
menyebabkan
berat
berat
berangkasan
kering
berangkasan/ha,
oven jumlah
tongkol/tanaman, jumlah tongkol/ha, hasil biji pipilan kering oven/tanaman, hasil biji pipilan kering oven/ha, hasil biji pipilan kadar air 12%/tanaman dan hasil biji pipilan kadar air 12%/ha.
6.2. Pengaruh Tunggal Jenis Pupuk Organik dan Dosis Biourin Sapi Tinggi tanaman dan hasil 100 biji pipilan kering oven meningkat akibat pengaruh faktor tunggal jenis pupuk organik kascing dan dosis biourin sapi (Tabel 5.32 dan Tabel 5.34). Hasil 100 biji pipilan kering oven meningkat masingmasing 1,77% pada pemupukan jenis pupuk organik kascing 15 ton/ha dan 1,22% pada pemupukan biourin 2000 liter/ha. Pemupukan jenis pupuk organik
dan
74 biourin sapi tidak berpengaruh terhadap saat tasseling. Pemupukan pupuk organik dan biourin sapi secara nyata tidak berpengaruh terhadap saat silking sehingga saat panen menjadi seragam (Tabel 5.34). N-total tanah saat panen meningkat sebagai akibat kombinasi pemupukan pupuk organik dengan biourin sapi (Tabel 5.30). Tanaman jagung akan sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen apabila kadar nitrogen dalam tanah lebih rendah dari batas kritis. Adijaya (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi jenis pupuk organik dan biourin sapi yang diberikan akan meningkatkan N-total dalam tanah. Semakin tinggi kadar nitrogen dalam tanah mengakibatkan nitrogen yang tersedia bagi tanaman akan meningkat, sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin terpacu, jumlah daun semakin banyak, daun lebih luas, diameter batang semakin besar, panjang ruas semakin panjang dan akhirnya mengakibatkan berat berangkasan lebih tinggi.
Hal ini disebabkan oleh fungsi nitrogen yang
memberikan pengaruh yang paling cepat terhadap pertumbuhan tanaman dibandingkan hara lainnya. Nitrogen bagi tanaman diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, meningkatkan kandungan klorofil daun, dan memperbesar ukuran daun dan biji. Kekurangan nitrogen akan menurunkan jumlah klorofil pada daun, yang menyebabkan laju fotosintesis berkurang akibat menurunnya absorsi sehingga fotosintat yang dihasilkan menurun (Sutejo; 2002 dan Poerwowidodo; 1992). Perlakuan pupuk organic
dan biourin sapi 0 liter/ha menunjukkan bahwa
pertumbuhan dan hasil tanaman sangat rendah. Laju fotosintesis berkurang akibat
75 dari kekurangan nitrogen sehingga terjadi penurunan jumlah klorofil
pada
akhirnya menurunkan hasil tanaman. Pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi sampai 2000 liter/ha masih meningkatkan hasil (hasil biji pipilan kering oven dan hasil biji pipilan kadar air 12%/ha) secara nyata (Tabel 5.19 dan 5.21). Hal ini mengindikasikan kebutuhan jagung lokal Seraya akan hara khususnya nitrogen sudah terpenuhi. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara jenis pupuk organik maupun dosis biourin sapi
dengan berat biji pipilan kering oven/ha adalah
berbentuk kuadratik (Gambar 5.1). Pemberian pupuk organik
secara interaksi berpengaruh
sangat nyata
terhadap sifat fisik tanah lokasi percobaan seperti menurunkan berat volume tanah (bulk density), meningkatkan kadar air dan total ruang pori tanah umur tanaman 42 hst dan saat panen. Bulk density umur 42 hst dan saat panen menurun 30,22% dan 29,25% secara nyata dengan pemberian pupuk organik kascing 15 ton/ha yaitu dari 1,36 g cm-3 menjadi 1,05 g cm-3 dan 1,353 g cm-3 menjadi 1,039 g cm-3 (Tabel 5.24 dan Tabel 5.25). Kadar air umur 42 hst dan saat panen meningkat 16,13% dan 12,41% (Tabel 5.26 dan Tabel 5.27). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muku (2002) yang menyatakan bahwa pemupukan pupuk organik 15 ton/ha pada bawang merah menurunkan bulk density dari 0,14 g cm-3 menjadi 0,12 cm-3 dan meningkatkan kadar air tanah dari 15,87% menjadi 17,52%. Lebih lanjut Agus dkk., (2006) menyatakan berat volume tanah (bulk density) merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering ditentukan, karena keterkaitannya erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam tanah, drainase dan aerasi tanah.
76 Interaksi pupuk organik dan biourin sapi berpengaruh sangat nyata sehingga dapat meningkatkan C-organik tanah. Pupuk organik kascing 15 ton/ha dengan dosis biourin sapi 2.000 liter/ha dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah sebesar 359,26% (Tabel 5.31). Terjadinya penurunan kandungan C-organik tanah apabila tidak dilakukan pemupukan dengan pupuk organik, sehingga pemberian pupuk organik diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kandungan C-organik dalam tanah. Hal ini terkait dengan mikroorganisme perombak memerlukan karbon sebagai energi untuk pertumbuhannya, sehingga pemberian pupuk atau bahan organik akan meningkatkan aktivitas
dan populasi
mikroorganisme di
dalam
tanah.
Meningkatnya aktivitas mikroorganisme akan berpengaruh positif terhadap perbaikan sifat fisik dan kimia tanah (Setyorini et al., 2006). Salah satu aktivitas penting dari mikroorganisme tanah adalah melakukan proses mineralisasi bahanbahan organik atau proses penghancuran bahan-bahan organik (Saifuddin, 1984). BOA (2008) menyatakan bahwa media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme karena kascing mampu menyediakan lingkungan yang bersumber energi yang tinggi karena C/N rationya rendah. Kascing memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanah dan pertumbuhan tanaman. Pemakaian kacsing diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia dan limbah organik sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
77 6.3 Analisis Pendapatan Kotor (Gross margin) Perlakuan pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha yang menghasilkan biji pipilan kering panen tertinggi sebesar 4.090 kg/ha memberikan penerimaan sebesar Rp 8.793.500 berdasarkan harga jagung biji pipilan kering Rp 2.150/kg. Penerimaan yang diterima tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat, disebakan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 26.664.500 diantaranya terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi (pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha). Besarnya biaya variabel disebabkan oleh besarnya biaya pembelian pupuk organik. Permintaan yang tinggi atas pupuk organik (pupuk organik sapi, pupuk organik kascing dan biourin sapi) untuk pemupukan tanaman sayuran seperti tomat, bawang merah, kubis, kentang, cabai, dan juga jagung, sementara ketersediaanya sangat terbatas menyebabkan biaya untuk mendapatkan pupuk organik menjadi mahal dan penggunaannya cukup tinggi di lahan kering dalam menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Keterbatasan unsur hara akan dapat mengakibatkan perlunya pemupukan sehingga permintaan terhadap pupuk organik tinggi. Akibat dari mahalnya komponen biaya variabel tersebut menyebabkan penerimaan usahatani jagung yang menghasilan 4.090 kg/ha biji pipilan kering panen sebesar Rp 8.793.500 lebih kecil dari total biaya variabel yang dikeluarkan Rp 26.664.500. Hal ini berdampak pada nilai pendapatan kotor (gross margin) mengalami defisit sebesar Rp 17.871.000. Biaya variabel penggunaan pupuk organik kascing sebesar Rp 22.500.000 dan biourin sebesar Rp 2.000.000 menjadi nol (tidak ada), sehingga dapat
78 memberikan pendapatan yang positif sebesar Rp 6.629.000 dengan asumsi harga jagung biji pipilan kering panen sebesar Rp 2.150/kg dan hasil panen yang sama sebesar 4.090 kg/ha. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari penelitian ini menyatakan penggunaan pupuk kascing 15 ton/ha dan dosis biourin sapi 2.000 liter/ha memberikan gross margin tertinggi. Analisis untuk perlakuan pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha (hasil 4.090 kg/ha biji pipilan kering panen) memberikan hasil produksi yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha (hasil 2.410 kg/ha biji pipilan kering panen) memberikan hasil produksi yang paling rendah. Menunjukkan bahwa biaya variabel pada perlakuan pupuk organik 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha lebih besar dari pendapatan kotor bila dibandingkan dengan perlakuan pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha. Penggunaan perlakuan pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha sebesar Rp 8.793.500 mengakibatkan kerugian sebesar Rp 17.871.000. Hal ini disebabkan oleh biaya variabel terlalu tinggi pada penggunaan pupuk organik kascing yang mencapai 15 ton/ha atau sebesar Rp 22.500.000 dan penggunaan biourin sapi yang mencapai 2.000 liter/ha atau sebesar Rp 2.000.000 bila dibandingkan perlakuan yang terrendah yaitu pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha dengan penerimaan sebesar Rp 5.181.500 sehingga pendapatan kotor sebesar Rp 3.658.000. Hal ini disebabkan karena pada perlakukan tersebut tidak menggunakan biaya variabel terutama pada penggunaan pupuk organik dan biourin sapi.
79 Menanam jagung dengan menggunakan pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha belum mengguntungkan tetapi secara teknis dalam pemanfaatan teknologi dapat diterima oleh petani. Dari segi analisis pendapatan kotor (gross margin) belum dapat diterima karena mengalami kerugian (defisit). Namun bila dilihat dari peranan penggunaan pupuk, dosis kascing 15 ton/ha dapat memberikan nilai tambah dalam memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanah yang kekurangan unsur hara dalam mendukung pertumbuhan dan produksi jagung di lahan kering. Jagung lokal Seraya di lahan kering mempunyai potensi yang cukup tinggi. Usahatani di lahan kering akan lebih menguntungkan apabila pupuk organik tersebut dihasilkan langsung oleh petani. Pengelolaan sumberdaya lokal melalui penelitian pengaruh jenis pupuk organik dan dosis biourin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung di lahan kering merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah dan peningkatan pendapatan petani. Pada Tabel 6.1, terlihat bahwa penggunaan biaya variabel untuk menanam jagung varietas lokal Seraya dengan penggunaan pupuk organik dan biourin sapi tidak sama. Perbedaan ini akan terlihat pada penggunaan pupuk organik sapi dan pupuk organik kascing dengan pemakaian yang sama masing-masing 15 ton/ha tetapi mempunyai nilai harga yang berbeda. Pemakian pupuk organik sapi 15 ton/ha dengan total harga Rp 15.000.000 sedangkan pada penggunaan kascing 15 ton/ha dengan total harga Rp 22.500.000. Sehingga sangat berpengaruh terhadap penggunaan biaya variabel, penerimaan dan pendapatan kotor (gross margin).
80 Tabel 6.1. Pendapatan Kotor (Gross Margin) Usahatani Jagung Varietas Lokal Seraya terhadap Berbagai Perlakuan Perlakuan K0U0 K0U1 K0U2 K0U3 K1U0 K1U1 K1U2 K1U3 K2U0 K2U1 K2U2 K2U3 Keterangan : K0U0 K0U1 K0U2 K0U3 K1U0 K1U1 K1U2 K1U3 K2U0 K2U1 K2U2 K2U3
Produksi (kg/ha) 2.410 2.790 3.000 3.320 2.720 3.080 3.690 3.880 3.210 3.780 4.090 3.850 = = = = = = = = = = = =
Biaya Variabel (Rp) 1.523.500 2.540.500 3.551.000 4.567.000 13.503.500 13.614.000 14.644.500 15.095.000 24.620.500 25.652.500 26.664.500 27.652.500
Penerimaan (Rp) 5.181.500 5.998.500 6.450.000 7.138.000 5.848.000 6.789.700 7.933.500 8.342.000 6.901.500 8.277.500 8.793.500 8.277.500
Pendapatan Kotor (Gross Margin) (Rp) 3.658.000 3.458.000 2.899.000 2.571.000 (7.655.500) (6.824.300) (6.711.000) (6.753.000) (17.719.000) (17.375.000) (17.871.000) (19.375.000)
Pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha Pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 1.000 liter/ha Pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha Pupuk organik 0 ton/ha dan biourin sapi 3.000 liter/ha Pupuk organik sapi 15 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha Pupuk organik sapi 15 ton/ha dan biourin sapi 1.000 liter/ha Pupuk organik sapi 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha Pupuk organik sapi 15 ton/ha dan biourin sapi 3.000 liter/ha Pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 0 liter/ha Pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 1.000 liter/ha Pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 2.000 liter/ha Pupuk organik kascing 15 ton/ha dan biourin sapi 3.000 liter/ha
Berbagai macam teknologi usahatani terus dikembangkan, seperti penggunaan bibit unggul dan penerapan paket tekonologi modern tetapi tetap tidak memberikan kenaikan hasil yang berarti. Di sisi lain ketergantungan petani terhadap sarana produksi yang bersifat kimia semakin tinggi, sehingga akan menjadi permasalahan pada penyediaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan terjadinya pencermarn lingkungan.
81 Pertanian
organik
merupakan
suatu
sistem
pertanian
yang
mempertimbangkan agar semua faktor yang digunakan dalam kegiatan usahatani mampu bertahan secara berkesinambungan dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus untuk masa yang akan datang (Elliot et al., 1984). Untuk menunjang sistem tersebut perlu dilakukan penelitian dengan pemanfaatan potensi dan kondisi lingkungan yang ada. Penelitian Adijaya (2010) menggunakan jagung varietas lokal Seraya yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis pupuk organik yang diuji yaitu: pupuk organik sapi 0 ton/ha, 5 ton/ha, 10 ton/ha dan 15 ton/ha dikombinasikan dengan dosis biourin yaitu: biourin sapi 0 liter/ha, 25.000 liter/ha, 50.000 liter/ha dan 75.000 liter/ha. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dosis optimum pupuk organik sapi pada dosis biourin sapi terhadap hasil jagung lokal Seraya belum diketemukan. Disarankan bahwa untuk mendapatkan hasil maksimum dengan menggunakan dosis pupuk organik sapi pada dosis biourin sapi perlu diuji lagi. Berdasarkan hasil dan saran tersebut dilakukan penelitian lanjutan yang dilaksanakan di lahan kering Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali dengan curah hujan 1.227 mm - 2.896 mm/tahun dan ketinggian ± 1020 m dpl. Penelitian ini menggunakan jagung varietas lokal Seraya yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis pupuk organik yang diuji yaitu: pupuk organik 0 ton/ha, pupuk organik sapi 15 ton/ha dan pupuk organik kascing 15 ton/ha dikombinasikan dengan dosis biourin yaitu: biourin sapi 0 liter/ha, biourin sapi 1.000 liter/ha, 2.000 liter/ha dan 3.000 liter/ha. Penelitian ini dilaksanakan untuk melanjutkan dari kesimpulan dan saran yang diberikan pada penelitian Adijaya (2010), sehingga penelitian ini
82 banyak mengalami perbedaan dan dapat memberikan manfaat yang efisien baik dari segi penggunaan variabel dan analisis usahatani jagung. Disamping itu untuk mengevaluasi perubahan komponen biaya variabel pada penerapan sistem pertanian organik di lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi. Serta untuk mengevaluasi perubahan hasil tanaman jagung pada penerapan sistem pertanian organik pada lahan kering di dataran rendah dan dataran tinggi. Adapun perbedaan penelitian Adijaya (2010) dengan penlitian ini dapat disajikan pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Perbedaan penelitian Adijaya (2010) dengan penelitian saat ini No.
Komponen
1
Lokasi penelitian
2 3
Ketinggian tempat Curah hujan
4
Komponen teknologi - Pupuk organik sapi - Pupuk organik kascing - Biourin sapi
5 6 7
Jarak tanam Hasil Analisis produksi dengan pendekatan gross margin
Penelitian Adijaya (2010) Lahan kering dataran rendah ± 50 m dpl 1.200 mm – 1.400 mm/tahun
Penelitian Saat Ini (2012) Lahan kering dataran tinggi ± 1.020 m dpl 1.227 mm - 2.896 mm/tahun
5 ton – 15 ton/ha Tidak ada
15 ton/ha 15 ton/ha
25.000 liter – 75.000 liter/ha 60 cm x 40 cm 1,64 ton – 4,23 ton/ha Tidak ada
1.000 liter/ha – 3.000 liter/ha 60 cm x 40 cm 2,41 ton – 4,09 ton/ha Ada