48
BAB VI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT
6.1
Identifikasi Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Peserta Program Misykat Pada hakikatnya masalah kemiskinan merupakan persoalan klasik yang
terus tejadi menimpa kehidupan manusia terutama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Pemerintah, dalam hal ini khususnya Biro Pusat Statistika (BPS) memiliki 14 kriteria kemiskinan yang dipakai untuk mengambarkan rumah tangga miskin. Keempat belas kriteria BPS tersebut dijadikan sebagai dasar dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi rumah tangga peserta program Misykat apakah mereka termasuk kedalam kategori rumah tangga miskin atau bukan. Ukuran yang menyatakan tingkat karakteristik rumah tangga adalah dengan menjumlahkan skor total pada setiap indikator karakteristik rumah tangga BPS. Responden yang termasuk karakteristik rumah tangga miskin adalah responden yang total skornya lebih dari atau sama dengan 22, sedangkan responden yang termasuk karakteristik rumah tangga rentan adalah responden dengan total skornya kurang dari atau sama dengan 21. Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin, Kelurahan Loji, 2009 Jumlah Responden
Kategori n
%
Miskin : ≥ 22
9
34,62
Rentan : ≤ 21
17
65,38
26
100
Total
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Misykat tergolong kategori rumah tangga rentan, yaitu sebesar 65,38 persen, sedangkan
49
peserta yang tergolong kategori rumah tangga miskin sebesar 34,62 persen. Hal ini didukung pula oleh pernyataan salah satu peserta bahwa sebagian besar peserta program Misykat kehidupannya semakin baik setelah mengikuti program, seperti penuturan seorang rumah tangga peserta program Misykat berikut: “alhamdulillah, Ibu mah bersyukur melalui program Misykat, ayeuna mah punya usaha kridit barang sembako dan warung, walaupun masih kecilkecilan, lumayan sekarang bisa membantu suami” (Ibu Ent)
Hal yang sama juga disampaikan oleh salah satu seorang Pendamping program Misykat, yaitu sebagai berikut: “kehidupan rumah tangga peserta program Misykat sekarang lebih baik dibanding sebelum mereka mengikuti program walau pun belum semuanya, Mas bisa lihat sendiri salah satunya Ibu Ijah beliau sekarang sudah punya usaha sendiri dengan jualan kripik pisang” (Pendamping Program: Pak Sfl) Tabel 13 Karakteristik Rumah Tangga Miskin Menurut BPS Berdasarkan Penilaian Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kriteria Rumah Tangga Miskin Berdasarkan BPS Luas Lantai < 8 m2 per orang Jenis lantai/ bamboo/kayu murah Jenis dinding bambu/rumbia/kayu/tembok Tidak punya fasilitas BAB/bersama-sama Listrik menumpang (tidak bayar sendiri) Sumber air sumur/mata air/sungai/air hujan Bahan bakar kayu bakar/arang/minyak tanah Makan < 2 kali sehari Makan daging/telur minimal 1 kali/ minggu Hanya membeli 1 stel pakaian minimal 1 tahun sekali Tidak sanggup membayar biaya pengobatan (Jamkesmas) Pendapata < Rp. 600.000/bulan Pendidikan maksimal SD Tidak memiliki tabungan/kendaraan bermotor
Jumlah Ya 13 (50) 4 (15,4) 23 (88,5) 4 (15,4) 5 (19,2) 22 (84,6) 4 (15,4) 3 (11,5) 20 (76,9)
Tidak 13 (50) 22 (84,6) 3 (11,5) 22 (84,6) 21 (80,8) 4 (15,4)
22 (84,6) 23 (88,5)
23 (88,5)
6 (23,1) 3 (11,5)
20 (76,9)
6 (23,1)
9 (34,6) 5 (19,2) 15 (57,7)
17 (65,4) 21 (80,8) 11 (42,3)
Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa karakteristik rumah tangga miskin yang paling dominan di rumah tangga peserta program Misykat Kelurahan Loji,
50
berdasarkan jawaban yang paling banyak dipilih oleh peserta program yaitu: Jenis dinding bambu/rumbia/kayu/tembok, hanya membeli 1 stel pakaian minimal 1 tahun sekali, sumber air sumur/mata air/sungai/air hujan, makan daging/telur minimal 1 kali per minggu, tidak sanggup membayar biaya pengobatan (Jamkesmas), tidak memiliki tabungan/kendaraan bermotor, luas lantai kurang dari 8 m2 per orang, dan pendapatan kurang dari Rp 600.000 per bulan. Ada pun karakteristik rumah tangga miskin berdasarkan kriteria BPS yang sudah tidak relevan lagi digunakan dikelurahan Loji khususnya di RW 11 yaitu makan kurang dari 2 kali sehari, tidak punya fasilitas BAB/bersama-sama dan penggunaan bahan bakar menggunakan kayu bakar/arang/minyak tanah. Hal ini karena sekarang sudah tersosialisasikan dengan baik dan digunakan secara merata program pergantian bahan bakar minyak tanah ke gas, seperti penuturan rumah tangga peserta program Misykat berikut: “Sekarang mah hampir semua warga masyarakat di Loji bahan bakarnya sudah banyak beralih ke gas. Karena dibandingkan minyak tanah, bahan bakar gas mah jauh lebih murah dan gampang diperoleh na” (Ibu End)
51
6.2
Hubungan Antara Tingkat Kemiskinan dengan Tingkat Pelaksanaan Program Misykat. Hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat pelaksanaan program
Misykat ditunjukkan dalam tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Miskin dan Pelaksanaan Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009. Tingkat Pelaksanaan Program Misykat
Rumah Tangga Miskin Miskin
Rentan
N (%)
n
Baik
9 (100)
17 (100)
Cukup
0
0
Kurang
0
0
Total
9 (100)
17 (100)
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden berdasarkan karakteristik rumah tangga kategori miskin dan rentan sama-sama memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat yaitu sebesar 26 responden atau 100 persen, yang terbagi kedalam 9 responden kategori miskin dan 17 responden kategori rentan. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan diatas bahwa kehidupan rumah tangga peserta program Misykat lebih baik dibandingkan ketika sebelum mengikuti program Misykat. Demikian juga dengan pelakasanaan program Misykat dinilai baik oleh rumah tangga peserta program Misykat. seperti penuturan rumah tangga peserta program Misykat berikut: “alhamdulillah melalui program Misykat, ayeuna gaduh usaha jualan kripik pisang, tadina mah suami hanya jualan pisangnya saja. Peralatan usaha dan penjualannya dibantu oge ku Misykat, lumayan sekarang bisa menambah penghasilan keluarga” (Ibu Ijh)
Berdasarkan uji statistik dengan uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh hasil nilai korelasi sebesar 0,143. Hal ini mengidentifikasikan bahwa antara tingkat kemiskinan dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak memiliki
52
hubungan yang signifkan (p > 0.05). Tidak ada hubungan ini karena baik rumah tangga miskin maupun rentan sama-sama merasakan manfaat program Misykat, sehingga baik rumah tangga miskin dan rentan sama-sama memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat.
6.3
Identifikasi Tingkat Pengetahuan Peserta Program Misykat dalam Kebijakan LAZNAS DPU DT Ukuran yang menyatakan tingkat pengetahuan peserta program Misykat
dalam kebijakan LAZNAS DPU DT diperoleh dengan menjumlahkan skor total yang diperoleh dari masing-masing responden. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi adalah responden yang total skornya lebih dari atau sama dengan 11, responden yang memiliki pengetahuan sedang adalah responden yang total skornya antara 8 sampai dengan 10, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan rendah adalah responden yang total skornya kurang dari atau sama dengan 7. Secara umum, tingkat pengetahuan peserta program Misykat terhadap kebijakan LAZNAS DPU DT disajikan pada Tabel 16. Tabel 15. Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Peserta Terhadap Kebijakan LAZNAS DPU DT, Kelurahan Loji, 2009. Kategori (Skor) Tinggi : ≥ 11 Sedang : 8 – 10 Rendah : ≤ 7 Total
Jumlah Responden n % 0 0 23 88,46 3 11,54 26 100,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar peserta program Misykat terhadap kebijakan LAZNAS DPU DT tergolong kategori sedang, yaitu sebesar 88,46 persen. Hal ini dikarenakan sosialisasi program kepada calon peserta program Misykat hanya dilakukan pada awal program
53
sebanyak 1-3 kali yaitu pada tahun 2006 dan ketika ada pergantian anggota MIsykat. Sehingga dari hasil penelitian diperoleh seluruh peserta program tidak mengetahui visi dan misi program Misykat, sedangkan yang mengetahui tujuan dari program Misykat dari total peserta 26 rumah tangga hanya 11 rumah tangga yang tahu salah satu tujuan dari program Misykat. Hal yang sama terjadi pada pengetahuan responden mengenai sasaran dari program Misykat yaitu sebesar 10 peserta yang memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan mengenai salah satu sasaran program Misykat dari total peserta 26 rumah tangga.
6.4
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Pelaksanaan Program Misykat Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pelaksanaan
program Misykat ditunjukkan dalam tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Peserta dan Pelaksanaan Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009. Tingkat Pelaksanaan Program Misykat Baik Cukup Kurang Total
Tingkat Pengetahuan Peserta Tinggi Sedang Rendah n % n % n % 0 0 0 0
0 0 0 0
20 3 1 24
83,33 12,50 4,17 100
2 0 0 2
100 0 0 100
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan peserta terhadap Kebijakan LAZNAS DPU DT dalam program Misykat, responden dengan tingkat pengetahuan sedang memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat sebesar 83,33 persen. Hal ini menunjukkan sebagian besar rumah tangga peserta program Misykat merasakan pelaksanaan program Misykat sudah berjalan dengan baik.
54
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, pelaksana program memulai program Misykat dengan melakukan sosialisasi program kepada calon anggota sebanyak 13 kali dan ditambah adanya kegiatan pendampingan rutin setiap sepekan sekali dengan durasi waktu selama dua jam. Dalam kegiatan pendampingan rutin para peserta dibekali materi pendidikan yang diberikan dalam rentan waktu satu bulan pertama adalah tentang budaya menabung (tabungan dalam pandangan Islam, pentingnya menabung, hambatan dan kiat menabung). Materi ini diberikan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan mereka tentang menabung. Bulan kedua para peserta program dikenalkan dengan materi utang piutang dalam pandangan Islam, akad-akad syariah dan jenis-jenis pembiayaan dalam Islam seperti mudhorobah, murobahah, dan musyarokah. Bulan selanjutnya anggota Misykat diberikan materi tentang manajemen rumah tangga, bisnis, dan materi-materi lainnya yang menunjang usaha dan akhlak yang baik bagi mereka. Materi-materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum yang sudah ditetapkan. Setelah mereka mengikuti pendampingan rutin selama delapan kali pertemuan dan setelah dinilai siap oleh pendamping program untuk menerima bantuan, barulah mereka diberikan pinjaman modal. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat: “pendampingan rutinan setiap pekan alhamdulillah seur manfaatna untuk Ibuibu, setiap pekan kita diberikan materi cara mengelola usaha, sareng materi agama. Alhamdulillah sekarang kita sedikitnya lebih tahu cara mengelola usaha. Ada juga anggota Misykat anu tadina jarang sholat sekarang mah rajin shalatnya. Sampai shalat sunnah duha dan ngajinya skarang rajin”. (Ibu Ent)
Berdasarkan uji statistik dengan uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai korelasi sebesar 0,162. Hal ini mengidentifikasikan bahwa antara tingkat pengetahuan peserta terhadap Kebijakan LAZNAS DPU DT dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak terdapat hubungan yang signifikan (P > 0,05).
55
Hal ini diduga disebabkan baik rumah tangga dengan tingkat pengetahuan sedang maupun rendah terhadap kebijakan LAZNAS DPU DT, sama-sama memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat.