BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN Sebagai bagian akhir dalam penyusunan skripsi tentang Kampanye Public Relations Kantor Pusat Bank Indonesia Jakarta dalam Kompetisi Nasional “Bertarung Inovasi Sambal Anak Negeri" Tahun 2013, peneliti menarik kesimpulan akan hal-hal yang telah diteliti di Bank Indonesia terkait kampanye dimaksud. Adapun kesimpulan dari peneliti adalah sebagai berikut : 1.
Latar belakang kampanye Bank Indonesia tahun 2013 yaitu inflasi pada komoditas cabai yang disebabkan oleh fluktuasi harga cabai di Indonesia, sehubungan dengan hal tersebut ketahanan pangan di Indonesia akan terancam dan pemerintah Indonesia akan mengeluarkan kebijakan impor komoditas cabai, sedangkan petani tidak dapat bersaing untuk menjual hasil produksinya karena harga cabai impor relatif lebih murah. Inflasi ini diperparah pada saat hari raya misal idul fitri, natal, imlek dan idul adha, produksi cabai tetap sama tetapi permintaan dari konsumen meningkat terus, dengan adanya edukasi kepada masyarakat tentang subtitusi cabai segar menjadi cabai olahan diharapkan dapat mengendalikan angka inflasi komoditas tersebut
2.
Pada tahap mapping problems atau pemetaan masalah yakni sebelum Bank Indonesia menentukan tema kampanye tahun 2013 melakukan penelitian terlebih dahulu yaitu dengan cara pengumpulan data dari
108
109
BPS dan diolah agar sesuai dengan kebutuhan perencanaan kampanye, kemudian pengumpulan data inflasi per daerah koordinator dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri. Setelah mendapatkan datadata tersebut kemudian dianalisis dan dirumuskan untuk penentuan tema dan perencanaan kampanye. Pada tahap mapping problems sangat diperlukan penelitian secara mendalam sebagai landasan melakukan kampanye. Selain itu mapping problems sangat perlu dilakukan untuk menentukan tujuan kampanye. 3.
Tujuan yang diharapkan Bank Indonesia antara lain agar masyarakat terdorong untuk memiliki inovasi dalam memproduksi subtitusi cabai segar menjadi olahan sehingga saat produksi cabai menurun maka bisa terbantu dengan adanya produk subitusi ini, selain itu dengan produk inovasi tersebut diharapkan dapat mengendalikan inflasi komoditas cabai. Petani cabai merasakan dampak positif yaitu kembali sejahtera dan masih memproduksi cabai sehingga harga cabai tetap stabil.
4.
Pada tahap Perencanaan khususnya pada kompetisi melibatkan event organizer yang bertugas dalam dari perekrutan peserta, seleksi peserta hingga final kompetisi tersebut. Sedangkan Bank Indonesia konsentrasi kepada kampanye pengendalian inflasi komoditas cabai. Pembagian tugas ini akan sangat
efektif karena Bank Indonesia harus
berkonsentrasi kepada kampanye dimana tujuan utamanya yaitu penyampaian pesan kepada khalayak untuk pengendalian inflasi
110
komoditas cabai dengan mengubah kebiasaan mengkonsumsi cabai segar menjadi cabai olahan. 5.
Bank
Indonesia
membagi
khalayaknya
sesuai
dengan
waktu
implementasinya yaitu sebagai berikut : a.
Masa pra kompetisi khalayak sasarannya yaitu wirausahawan yang bergerak pada bidang cabai.
b.
Pada saat kompetisi berlangsung khalayak sasarannya yaitu seluruh masyarakat Indonesia serta ditujukan pula kepada petani cabai agar
melihat
bahwa
upaya
Bank Indonesia untuk
mengendalikan inflasi dalam komoditas cabai cukup serius. c.
Kemudian khalayak saat pasca kompetisi yaitu khalayak sasarannya yaitu seluruh masyarakat Indonesia yang dimulai dengan range usia 15 tahun (Pelajar SMP) hingga lanjut usia. Bank Indonesia memilih masyarakat muda bertujuan agar dapat menginisiasi jiwa kewirausahaan sejak dini
Dalam kampanye sangat wajib menentukan khalayak sasaran sebelum implementasi, hal ini akan mempermudah komunikator untuk menentukan indikator evaluasi program. Sehingga dalam konteks ini jelas Bank Indonesia memiliki rencana evaluasi jangka pendek yaitu dengan evaluasi penyampaian pesan pasca kompetisi dan evaluasi jangka panjang saat kampanye benar-benar telah usai yaitu akhir tahun 2014.
111
6.
Pada tahap perencanaan melihat mengenai audiensi kepada instansi terkait yang memiliki visi dan misi tentang pengembangan UMKM, pengendalian inflasi komoditas cabai dan pengembangan serta penciptaan wirausaha Indonesia. Sehingga pada akhirnya Bank Indonesia menjalin kerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM
Republik
Indonesia,
Kementerian
Pertanian
Republik
Indonesia serta pasar retail modern Carrefour. Sebagai instansi pendukung Bank Indonesia menjalin kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, dengan persamaan visi misi instansi yang bekerjasama dalam kampanye ini sangat dibutuhkan. Dimana dengan kerjasama ini maka penyampaian pesan kampanye akan lebih mudah karena disuarakan oleh 3 (tiga) instansi besar diharapkan akan menarik wartawan untuk meliput berita terkait kampanye ini. 7.
Dalam perencanaannya Bank Indonesia menentukan pula media yang menjadi partner serta media yang menjadi sasaran pemberitaan kampanye. Media yang menjadi partner adalah tabloid “Bintang” dengan menampilkan ¼ halaman iklan poster kampanye serta televisi nasional Berita Satu dengan blocking segment diskusi interaktif. Sedangkan media yang lain diundang dalam acara Bincang-bincang BI Bareng Media (BBM) dan Global Entrepreneurship Week (GEW) 2013. Diharapkan dengan pemilihan media yang tepat maka pesan kampanye akan terdistribusi kepada khalayak sasaran dengan baik.
112
8.
Setelah
implementasi
kampanye
dilaksanakan
Bank
Indonesia
melakukan evaluasi. Adapun hasil evaluasi dari Bank Indonesia adalah sebagai berikut : a) Evaluasi akan kerjasama kepada instansi terkait dimana kerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia dan Kementerian Pertanian Republik Indonesia beserta Carrefour cenderung tidak terdapat masalah dan terdapat feed back yang baik dimana ketiga instansi dimaksud memberikan kompensasi berupa pelatihan kepada finalis kompetisi sambal dan pemasaran di pasar retail modern sehingga mudah mempengaruhi khalayak sasaran. Hanya saja untuk kerjasama kepada pemerintah daerah dan pemerintah provinsi terdapat permasalahan yaitu instansi dimaksud tidak mendistribusikan dengan baik materi kampanye sesuai dengan perjanjiannya dan kendala pada jasa ekspedisi yang digunakan oleh Bank Indonesia sehingga materi kampanye tidak diterima oleh instansi dimaksud. b) Evaluasi terhadap pemberitaan awak media terkait kampanye yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Hal ini sangat penting untuk dievaluasi karena sesuai penelitian bahwa Bank Indonesia tidak memiliki penyebaran kampanye melalui iklan di baliho, televisi maupun radio. Sehinga pemberitaan media yang efektif akan membuat khalayak sasaran memahami pesan kampanye yang disampaikan. Sehubungan dengan hal tersebut Bank Indonesia
113
pemberitaan di media belum optimal karena banyak media terutama cetak memiliki angle berita yang jauh dari kampanye yang dilaksanakan terutama pasca BBM yang diselenggarakan Bank Indonesia.
5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti memberikan saran berupa saran akademis dan saran praktis 5.2.1. Saran Akademis Bagi mahasiswa fakultas ilmu komunikasi khususnya bidang Public Relations, bahwa penelitian ini adalah sebagai upaya untuk meninjau kampanye public relations yang dilakukan oleh instansi pemerintah sehingga kampanye ini merupakan kampanye non profit. Dalam hal ini lebih menyoroti pada perencanaan kampanye hingga implementasi. Diharapkan penelitian selanjutnya melakukan pendekatan yang berbeda sehingga dapat melihat kampanye public relations dari segala sisi dan segala bentuk pendekatan sehingga pembahasan kampanye public relations semakin luas dan ditunjang dengan bukti-bukti yang konkret. 5.2.2. Saran Praktis Kampanye public relations yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merubah pola konsumsi masyarakat terhadap cabai segar menjadi cabai olahan merupakan konsep yang tepat untuk pengendalian inflasi komoditas cabai di Indonesia serta menggunakan bentuk kompetisi dalam kampanyenya diharapkan
114
menarik perhatian masyarakat dan memahami langkah yang diambil oleh Bank Indonesia. Sesuai dengan hasil penelitian dari bab sebelumnya peneliti memberikan saran bahwa Bank Indonesia seharusnya melakukan kampanye dilakukan pula diseluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di seluruh Indonesia minimal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Koordinator sebanyak 9 (sembilan) Kantor secara serempak dan dengan topik yang sama sehingga masyarakat daerah sekitarnya akan lebih aware akan pesan yang disampaikan oleh Bank Indonesia dan akan lebih efektif. Karena apabila setiap kantor perwakilan Bank Indonesia memiliki program yang berbeda-beda tujuan dari kampanye yang dilaksanakan tidak dapat diserap dengan baik Selain itu Bank Indonesia khususnya kantor perwakilan seharusnya telah melakukan audiensi dalam rentan waktu yang lebih lama dan berulang atau dapat disebut intens, hal ini dilakukan agar instansi pemerintah tersebut mengetahui lebih jelas terkait tujuan kampanye pengendalian inflasi komoditas cabai Bank Indonesia dan dapat membantu dalam pendistribusian materi kampanye. Evaluasi yang dilakukan Bank Indonesia lainnya yaitu terhadap media masaa dimana pada bab sebelumnya disampaikan bahwa banyak awak media terutama cetak mengulas angle berita jauh dari yang dipaparkan oleh Bank Indonesia. Peneliti melihat konsep BBM yang telah dilaksanakan Bank Indonesia yang kurang formal membuat awak media menganggap bahwa kampanye ini hanya program biasa dan tidak ditanggapi secara serius. Adapun konsep BBM membuat awak media memberikan pertanyaan diluar konteks dari hal yang sedang menjadi
115
topik utama. Saran dari peneliti yaitu sebaiknya Bank Indonesia melakukan press conference yang lebih formal dengan narasumber Gubernur Bank Indonesia atau Deputi Gubernur Bank Indonesia, karena dengan pejabat tersebut merupakan icon sebuah institusi tersebut, sehingga awak media akan tertarik untuk diulas dalam media sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh instansi. Seperti halnya GEW 2013 yang dibuka oleh Gubernur Bank Indonesia membuat para awak media menuliskan pada headline news mereka. Kemudian pada BBM ini moderator tidak berfungsi dengan baik karenadalam memimpin jalannya tanya jawab antara pejabat Bank Indonesia dengan awak media sehingga awak media bebas bertanya. Saran peneliti yaitu moderator pada acara BBM ini berfungsi apabila ada pertanyaan diluar konteks dapat dipotong dan awak media fokus pada pemberitaan kampanye yang sedang dilakukan sehingga hasil pmberitaan tidak meluas bahkan di luar konteks yang diinginkan. Terkait dengan minimalnya materi kampanye yaitu berupa poster, roll up banner, serta brosur maka khalayak sasaran dalam menyerap pesan kampanye tidak maksimal. Sebaiknya Bank Indonesia memilih media yang tepat baik media cetak ataupun media televisi, karena sesuai hasil penelitian Bank Indonesia melakukan pemasangan iklan di tabloid „Bintang” meskipun dapat menjaring peserta namun peneliti tabloid „Bintang” segmennya kurang tepat untuk kampanye ini dapat disarankan agar menggunakan koran KOMPAS atau koran daerah di 41 (empat puluh satu) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Indonesia, dapat juga menggunakan majalah “Ide Bisnis” agar dapat mencapai khalayak sasaran kompetisi. Kemudian iklan di televisi yang memiliki rating paling bagus
116
baik dalam saat prime time ataupun jam biasa minimal 1 bulan pra kompetisi atau pasca kompetisi, bisa juga Bank Indonesia melakukan blocking segment pada acara televisi yang sedang naik ratingnya. Iklan di radio juga akan sangat membantu dalam penyebaran pesan kampanye Bank Indonesia. Saran-saran tersebut yang disampaikan peneliti dapat dilakukan oleh Bank Indonesia apabila anggaran cukup untuk melakukan promosi pada media-media tersebut. Kampanye public relations memang akan membutuhkan dana yang amat besar apabila khalayak sasarannya banyak seperti seluruh masyarakat Indonesia agar pesan kampanye terdistribusi dengan baik. Peneliti memberikan tanggapan bahwa kampanye dengan menggunakan kompetisi ini sangat bagus dan mampu melahirkan inovasi-inovasi baru dari anak bangsa serta menggunakan pameran atau bazaar merupakan langkah yang tepat. Hanya saja hingga saat penelitian ini selesai pameran hanya dilakukan di lingkup intern Bank Indonesia dan Jakarta. Saran peneliti yaitu alangkah lebih baiknya jika Bank Indonesia dapat melakukan pameran atau bazaar di luar Jakarta, dengan menggunakan kantor perwakilan sebagai informan dalam kegiatan pameran di daerak-daerah mereka maka Bank Indonesia dapat berpartisipasi dalam pameran tersebut dengan mengikut sertakan para finalis kompetisi secara bergilir dan tak lupa pojok informasi yang telah dilaksanakan di berberapa pameran sebelumnya merupakan langkah yang tepat untuk edukasi kepada masyarakat di daerah. Pameran di daerah-daerah menurut peneliti akan lebih efisien, karena masyarakat daerah tersebut bisa melihat langsung secara nyata langkah Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasinya dan tujuan Bank Indonesia dalam mengedukasi
117
masyarakat untuk merubah pola konsumsi komoditas cabai tersebut dapat terealisasi. Bank Indonesia dapat juga melakukan diskusi interaktif diberbagai kesempatan terkait inflasi komoditas cabai dan komoditas volatile food lainnya di daerah-daerah di Indonesia. Langkah ini membuat masyarakat lebih mengerti tujuan Bank Indonesia melakukan kampanye ini.