BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap sejumlah data yang berupa penanda gramatikal aspek keselesaian dalam bahasa Korea, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
5.1.1
Wujud Pengungkapan Aspek Keselesaian secara Gramatikal dalam Bahasa Korea Diungkapkan Dilihat dari cara pengungkapannya, maka ditemukan dua cara pengungkapan aspek keselesaian dalam bahasa Korea. Kedua cara tersebut adalah melalui alat-alat gramatikal yang berupa ending dan kata bantu. Dari kedua cara penungkapan tersebut ditemukan delapan bentuk penanda gramatikal aspek keselesaian dalam bahasa Korea. Dari kedelapan bentuk tersebut, terdapat dua bentuk yang dinyatakan secara ending dan enam sisanya dinyatakan dalam bentuk kata bantu. Dua bentuk penanda yang dinyatakan dalam akhiran, yaitu -ɔssdan -ɔssɔss-. Bentuk -ɔss- mempunyai variasi –ass-, -ɔss-, dan -yɔss-. Sementara itu, bentuk -ɔssɔss- juga mempunyai tiga variasi, yaitu -assɔss-, -ɔssɔss-. dan -yɔssɔss-. Variasi yang diawali dengan vokal a, adalah variasi
83
84
yang dapat digunakan pada akar verba yang berakhir dengan vokal a atau o. Variasi yang diawali dengan fonem ɔ adalah variasi yang dapat dilekatkan pada akar verba yang memiliki vokal akhir selain a ataupun o. Sementara itu, variasi yang diawali dengan fonem yɔ adalah variasi yang dapat digunakan untuk mendampingi akar verba yang memiliki morfem ha-. Untuk penanda yang berupa kata bantu, ditemukan sejumlah enam kata bantu untuk menyatakan aspek keselesaian dalam bahasa Korea. Keenam kata bantu tersebut adalah -ɔ bɔri-, -ɔ chiu-, -ɔ nɛ-, -ɔ du-, -ɔ noh-, dan -ɔ iss-. Masing-masing kata bantu tersebut memiliki tiga variasi yang serupa. Ketiganya memiliki bentuk yang diawali dengan morfem –a…, ɔ…, dan -yɔ… Pembagian variasi dalam kata bantu serupa halnya dengan pembagian variasi pada ending.
5.1.2
Variasi Makna Penanda Gramatikal Aspek Keselesaian dalam Bahasa Korea Dilihat dari variasi maknanya, ditemukan dua variasi makna yang dibawa oleh penanda gramatikal aspek keselesaian dalam bahasa Korea. Ketiga makna tersebut adalah ‘kesudahan’ dan ‘dalam keadaan’. Masingmasing variasi makna tersebut mempunyai sub-variasi yang dibawa oleh masing-masing penanda. Untuk makna ‘kesudahan’, ditemukan sebanyak enam variasi makna. Keenam variasi tersebut adalah ‘kesudahan yang terjadi pada masa
85
kini, ‘kesudahan yang kondisinya masih relevan dengan pada saat tuturan berlangsung, ‘kesudahan yang efeknya tidak dapat dirasakan lagi pada saat tuturan berlangsung’, ‘Aktivitas yang disudahi dengan sepenuh hati’, dan ‘kesudahan yang kondisi keselesaian aktivitasnya tetap terjaga’, dan ‘kesudahan yang disertai dengan tindakan menghabiskan objek penderita’. Kelima makna tersebut secara berurutan dinyatakan oleh penanda-penanda berikut, 1) -ɔss-, 2) -ɔssɔssdan
6)
3)
-ɔ nɛ-, 4) -ɔ du- dan -ɔ noh-, serta
5)
–ɔ bɔri-
–ɔ chiuBerbeda dengan makna ‘kesudahan’, makna ‘dalam keadaan’ tidak
memiliki variasi. Makna ini juga hanya mempunyai satu penanda, yaitu kata bantu –ɔ iss-. Selain penemuan yang telah disebutkan, ditemukan juga hal lain yang berkaitan dengan pemaknaan dari masing-masing penanda. Temuan tersebut adalah sebagai berikut. Untuk memunculkan makna keselesaian dari penanda yang berupa kata bantu, kata bantu selain -ɔ iss- tidak dapat digunakan atau dipasangkan begitu saja dengan akar verba. Kata bantu tersebut masih harus diikuti atau didampingi oleh penanda aspek keselesaian yang lain, yaitu ending -ɔss-.
5.1.3
Penerjemahan Penanda Gramatikal Aspek Keselesaian dalam Bahasa Korea Berdasarkan analisis terhadap kesepadanan penerjemahan yang dilakukan terhadap penanda gramatikal aspek keselesaian dalam bahasa
86
Korea, ditemukan tiga macam penerjemahan. Keempat macam tersebut adalah mengandung kata ‘sudah’, mengandung frasa ‘dalam keadaan’, dan mengandung morfem ter-. Untuk penerjemahan yang mengandung kata ‘sudah’ ditemukan sebanyak empat variasi penerjemahan. Keempat variasi tersebut adalah sudah, tadi/dulu sudah, sudah (verba) habis, dan sudah sungguh-sungguh. Secara berurutan keempat variasi penerjemahan tersebut dibawa oleh penanda-penanda berikut, 1) -ɔss-, -ɔ noh, dan -ɔ du-,
2)
-ɔssɔss-, 3) -ɔ bɔri-
dan -ɔ chiu, serta 4) -ɔ nɛ-. Sementara itu, untuk penerjemahan yang mengandung frasa dalam keadaan, dan morfem ter- tidak ditemukan variasi seperti pada penerjemahan sebelumnya. Dalam bahasa Korea, kedua penerjemahan tersebut hanya diwakili oleh penanda -ɔ iss-. Dari hasil penyepadanan yang telah dilakukan, tampak bahwa untuk satu penanda aspek keselesaian dalam bahasa Korea dapat mempunyai lebih dari satu padanan dalam bahasa Indonesia. Berlaku juga sebaliknya, untuk satu padanan dalam bahasa Indonesia dapat diisi oleh lebih dari satu penanda aspek keselesaian dalam bahasa Korea. Selain itu, meskipun masing-masing penanda aspek keselesaian telah memiliki padanannya masing-masing dalam bahasa Indonesia, ditemukan juga sejumlah penanda yang tidak mutlak untuk diterjemahkan. Hal ini dapat dilakukan demi kealamian dan kelaziman penerjemahan.
87
Temuan kedua adalah untuk penanda -ɔssɔss- dibutuhkan penanda kala agar makna keselesaiannya dapat muncul. Namun sebaliknya, ketika penanda kala tersebut muncul, maka penanda aspek yang berupa kata sudah menjadi lesap. Berdasarkan tiga poin utama dalam bab kesimpulan ini, maka dapat ditarik benang merah bahwa ada bahasa Korea dan Indonesia memiliki
cara
yang
cukup
berbeda
untuk
menyatakan
aspek
keselesaiannya. Bahasa Korea memiliki alat gramatikal yang cukup beragam, sedangkan bahasa Indonesia cenderung sederhana. Dalam bahasa Indonesia, aspek keselesaian cederung dinyatakan dengan alat leksikal, meskipun aspek yang sama dinyatakan secara gramatikal dalam bahasa Korea. Hal ini menyebabkan sejumlah penanda aspek keselesaian dalam bahasa Korea sulit untuk dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.