BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Tesis ini telah menguraikan analisis konstruksi gramatikal dasar, makna prototipe, perluasan dan idiomatis, serta keterikatan makna verba STAND dalam jejaring semantis sesuai dengan rumusan masalah. Ketiga permasalahan ini dikaji berdasarkan kerangka teori Linguistik Kognitif. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut. Verba STAND memiliki konstruksi gramatikal yang bervariasi. Verba STAND terdiri atas konstruksi verba tunggal, verba frasal dan konstruksi idiomatis. Verba STAND sebagai verba tunggal memiliki subkelas verba postur statif, verba postur inkoatif, verba postur agentif, verba ststif, verba emotif, serta verba agentif. Sebagai verba tunggal, STAND memiliki tiga tipe predikatif, yaitu intransitif, transitif, dan kopulatif. Konstruksi intransitif tersusun atas NP+VP[V+(PP)]. Verba STAND memiliki hanya satu partisipan yaitu pada fungsi Subjek yang berperan sebagai AGENT. Peran AGENT juga sekaligus sebagai THEME karena pada pengertian self-agentif AGENT mengkondisikan dirinya sendiri, baik dalam hal mempertahankan postur atau menempati suatu lokasi tertentu. Keterangan tempat umum digunakan untuk menyatakan bahwa AGENT mendiami suatu. tempat. Sehingga, pada konstruksi intansitif ini terdiri atas peran AGENT/THEME dan
180
181
LOCATION. Sementara itu, konstruksi transitif terbagi lagi menjadi monotransitif, dwitransitif, dan semitransitif. Ketiganya dibedakan atas jumlah dan jenis argumen. Kemudian, pada konstruksi kopulatif verba STAND secara sintaksis tidak memiliki fungsi Predikat yang sebenarnya melainkan penghubung antara THEME dan ATTRIBUTE atau LOCATION. Dengan demikian, verba STAND tersebut mengalami perubahan fungsi gramatikal sebagai verba KOPULA. Pada konstruksi verba frasal dengan verba STAND sebagai akar setidaknya ditemukan 8 verba frasal dan 3 verba frasal preposisional. Verba frasal tersebut adalah stand against, stand around/about, stand back, stand by, stand down, stand for, stand on, dan stand up. Verba frasal preposisional terdiri atas stand in for, stand up for dan stand up to. Konstruksi verba frasal terdiri atas NP+VP[V+Prt.] dan verba frasal preposisional terdiri atas NP+VP[[V+Prt.]+PP] Berikutnya, terkait dengan makna utama verba STAND, dihasilkan makna postural sense atau makna sikap/posisi tubuh. Makna tersebut adalah ‘berdiri’ yang melibatkan keadaan statif bahwa AGENT (sekaligus sebagai THEME) secara mandiri mempertahankan postur tubuhnya pada posisi tegak lurus. Makna utama (prototipe) tersebut diperoleh melalui 5 kriteria penentuan makna utama yang dikemukakan oleh Tyler & Evans. Pengalaman-pengalaman badaniah (embodied experiences) terkonseptualisasi dalam kognisi sebagai makna postural yang kemudian berkembang secara polisemis untuk mengekspresikan konsep-konsep makna yang lain. Pengalaman-pengalaman tersebut terkonseptuaslisasi dalam skema gambar gabungan
182
(compound
image
schemas)
yang
terdiriatas
VERTICALITY,
BALANCE,
RESISTANCE, CENTRAL-PERIPHERY, dan LINKAGE. Selain itu, pengalaman
pergerakan secara postural memunculkan skema gambar berupa PATH. Selanjutnya, makna-makna verba STAND yang ditemukan pada penelitian ini setidaknya berjumlah 56 makna yang terdiri dari satu makna utama, yaitu makna postural, dan 55 makna perluasan. Perluasan tersebut bersifat leksikal dan gramatikal. Pada tataran leksikal, verba STAND meluas sebagai kategori-kategori tertentu. Secara gramatikal, perluasan makna juga menyebabkan perbedaan jumlah serta sifat argumen. Disamping itu, fungsi gramatikal verba STAND dalam sebuah kalimat juga mengalami perluasan. Selain itu, terdapat pula perluasan yang bersifat pragmatis, di mana sebuah ekspresi kebahasaan digunakan untuk konteks penggunaan yang terbatas. Makna perluasan verba STAND setidaknya berjumlah 55 makna. Maknamakna tersebut adalah ‘bangkit’ (to get up), ‘menuju ke pinggir’ (to move aside), ‘mundur’ (to move back), ‘turun’ (to move down), ‘membebastugaskan’ (to come off duty), ‘mengundurkan diri’ (to resign), ‘memberhentikan’ (to fire), ‘menempatkan’ (to put upright), ‘terletak/berada’ (to be located),
‘mengawasi’ (to supervise),
‘memiliki ketinggian’ (to be at height), ‘menunjukkan’ (to indicate), ‘terparkir’ (to remain stationed), ‘mengeras’ (to become stiff), ‘tidak mengalir’ (to cease flowing), ‘membayar kerugian’ (to pay the loss), ‘mandiri’ (to be independent), ‘melakukan dengan mudah’ (to do something easily), ‘berkesempatan’ (to have a chance),
183
‘mendukung’ (to support), ‘setia’ (to stay loyal), ‘berpegang pada’ (to adhere to), ‘beralasan’ (to be reasonable), ‘berpendapat’ (to have opinion), ‘menghadapi’ (to confront), ‘membela’ (to defend), ‘melawan’ (to oppose), ‘tidak turut campur’ (to not get involved), ‘tahan’ (to endure), ‘bersabar’ (to tolerate), ‘mengijinkan’ (to allow), ‘suka’ (to like), ‘betah (to bear), ‘mentraktir’ (to treat), ‘belangsung lama’ (to last long), ‘berlaku’ (to be valid), ‘ada’ (to exist), ‘bersiap-siap’ (to be ready), ‘berpangku tangan’ (to be idle), ‘dalam keadaan/kondisi’ (to be in a state), ‘berarti’ (to mean), ‘menggantikan’ (to substitute), ‘menjadi calon’ (to be a candidate), ‘mencolok’ (to be conspicuous), ‘menonjol’ (to protrude), ‘mengingkari janji’ (to fail meeting someone), ‘mengagumi’ (to admire), ‘mencegah’ (to prevent), ‘bersikap resmi’ (to behave formally), ‘bersalah’ (to be guilty), ‘menjaga’ (to guard), ‘percaya diri’ (to be confident), ‘berkemungkinan’ (to have possibility), ‘membuat takut/terkejut’ (to scare/surprise), ‘unggul’ (to be prominent). Makna-makna tersebut sejatinya terbentuk dari konsep-konsep yang didasarkan pada the embodied experience of standing posture. Makna postural meluas menjadi makna-makna yang terakomodasi dalam beberapa atribut makna. Atribut makna tersebut adalah (i) ‘pergerakan’, (ii) ‘poros vertikal’, (iii) ‘keseimbangan’, (iv) pemertahanan,
(v) keterkaitan, dan (vi) pusat-tepi. Dari makna-makna tersebut
didapat beberapa konsep keumuman bahwa ‘berdiri merupakan posisi vertikal’, ‘berdiri merupakan keseimbangan’, ‘berdiri merupakan pemertahanan’, ‘berdiri mengindikasi pemusatan’, ‘berdiri menghubungkan objek dengan peristiwa’, dan
184
’berdiri merupakan perpindahan keadaan’. Sementara makna-makna yang tidak termasuk dalam generalisasi tersebut termasuk dalam kelompok makna-makna lain. Perluasan makna berdasarkan atribut-atribut makna selanjutnya masingmasing digambarkan dalam sebuah bagan jejaring semantis. Di dalam sebuah jejaring semantis, terdapat makna utama verba STAND sebagai pusat yang dihubungkan dengan makna-makna yang lain yang dipetakan dalam beberapa kelompok data yang memayungi makna-makan berdasarkan persamaan fitur. 5.2 Saran Penelitian ini membahas polisemi verba STAND dalam pendekatan Linguistik Kognitif. Untuk mengungkap permasalahan-permasalahan yang diangkat pada penelitian ini diterapkan dua pendekatan, yaitu Tatabahasa Kognitif dan Polisemi Terprinsip. Pendekatan Tatabahasa Kognitif yang digunakan pada analisis gramatikal merupakan teori yang dikembangkan oleh Langacker. Dalam penerapannya, penjelasan mengenai konstruksi gramatikal diiringi dengan penggambaran skema konstruksi melalui teori image-schema. Sementara itu, penentuan makna utama dan perluasan makna verba STAND menggunakan model Polisemi Terprinsip serta image-schema primitif oleh Johnson dan Gibbs. Namun demikian, dalam penerapannya, penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan. Penelitian ini kurang maksimal dalam mengkaji gramatikalisasi verba STAND. Sehingga, diharapkan bahwa penelitian berikutnya dapat mengulas gramatikalisasi verba STAND lebih mendalam. Karena selain sebagai sumber yang
185
kaya dalam membentuk makna polisemi, didapati bahwa verba tersebut juga mengalami perluasan fungsi gramatikal yang juga bervariasi. Terkait dengan objek penelitian ini, berikutnya penelitian serupa dapat memperluas kajiannya pada pada lingkup leksem, yaitu tidak terbatas pada polisemi kata STAND dalam kelas verba saja tetapi juga kelas nomina dan adjektiva.