BAB V Penutup
Kesimpulan
Pencapaian yang diperoleh komunitas dusun Serut pada pemberdayaan masyarakat khususnya program pengelolaan sampah terjadi salah satunya berkat andil dari masyarakat. Warga dusun Serut ikut berpartisipasi menggerakkan kegiatan pengelolaan sampah melalui cara -caranya sendiri. Cara-cara yang dimaksud berw ujud nilai-nilai kemasyarakatan yang sebenarnya sudah biasa dipraktekkan pada kehidupan sosial mereka sehari-hari. Ole h sebab itu modal sosial yang sudah ada tersebut hanya perlu sedikit diarahkan untuk mendukung kepentingan komunitas. M odal sosial yang digunakan masyarakat terbagi ke dalam tiga tingkatan yaitu nilai, institusi, dan mekanisme. Pada tingkatan nilai bentuk modal sosial yang terjadi adalah trust, rasa berkewajiban, dan resiprositas. Terlaksananya modal sosial pada tingkatan nilai dipicu berkat perubahan pola pikir masyarakat dusun Serut dalam memandang konsep pemberdayaan. Pola pikir yang lebih maju ini yang menjadikan nilai-nilai tersebut lebih mudah untuk dijalankan. Kemudian pada tingkatan institusi, modal sosial diwujudkan berupa organisasi yang menjadi sarana bagi warga dusun untuk melembaga. Dengan kebiasaan melembaga ini selain lebih mempersatukan setiap anggota komunitas, juga berfungsi pula sebagai forum untuk mencari solusi atas persoalan yang dihadapi. Fungsi Posdaya Edelweys bermanfaat sebagai institusi penggerak
98
pemberdayaan masyarakat. Selain itu Posdaya juga menguatkan hubungan sosial dari dalam komunitas. Sedangkan JPSM AM OR berguna bagi dusun Serut untuk mengembangkan jaringannya dengan pihak di luar komunitas. Pada tataran non formal, kebiasaan melembaga diwujudkan dalam kegiatan diskusi antar warga. Selanjutnya modal sosial tingkatan mekanisme dilaksanakan sebagai bentuk kerjasama yang digunakan untuk mew ujudkan suksesnya program pengelolaan sampah. M ekanisme kerjasama ini berw ujud musyawarah dan gotong royong. Pelaksanaan kedua bentuk mekanisme modal sosial tersebut tentu bukan sesuatu yang asing karena pada komunitas tradisional seperti dusun Serut sudah tertanam kuat struktur modal sosial. Ketiga tingkatan modal sosial tersebut pada kasus pengelolaan sampah dusun Serut dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Nilai Trust, rasa berkewajiban, resiprositas
Pengelolaan Sampah Institusi Posdaya Edelweys, JPSM AM OR, Diskusi antar warga
Mandiri
M ekanism e M usyawarah, Gotong Royong
Porsi yang tidak kalah pentingnya diambil oleh agen yang turut berperan aktif mendukung program pengelolaan sampah mandiri dusun Serut. Agen tersebut terdiri dari aktor-aktor yang memiliki pengaruh yang kuat. Agen yang pertama adalah kepala dusun Serut Pak Toba. Ia menggunakan pengaruh bes arnya
99
untuk mengendalikan arah kebijakan pada program pengelolaan sampah dusun Serut. Ia sanggup melakukan hal tersebut karena mempunyai kekuasaan dan sumber daya sehingga secara otomatis menjadi aktor yang diandalkan oleh komunitas yang dipimpinnya. Dengan adanya Pak Toba maka keinginan dan harapan warga dusun Serut dapat didefinisikan secara lebih jelas. Pak Toba melembagakan tentang isu pengelolaan sampah di tengah -tengah masyarakat dusun Serut. Agen kedua yang berpartisipasi adalah BLH. Sebagai perwakilan pemerintah, BLH berperan menyediakan keperluan yang dibutuhkan dusun Serut dalam menunjang program pengelolaan sampahnya. Partisipasi BLH tersebut terjadi berkat potensi yang diperlihatkan oleh dusun Serut. Selanjutnya BLH memberikan kontribusi yang tidak sedikit demi membantu kegiatan masyarakat dalam mengelola sampah. Dengan sumber daya besar yang ada, maka keterlibatan BLH tentu cukup diandalkan. M odal sosial yang ada pada kom unitas masyarakat dusun Serut merupakan struktur yang sudah sangat melekat pada sistem sosial masyarakatnya. Sebagai struktur, modal sosial tentu sudah sangat dipahami dalam benak setiap anggota komunitas karena hal ini menyangkut kebiasaan. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa struktur bukan satu-satunya yang menentukan atas pencapaian yang diraih dusun Serut. M asih ada peran agen yang tidak kalah pentingnya. Agen bekerja untuk menyokong struktur sosial yang sudah ada. M eski masyarakat juga merupakan agen, namun mereka butuh sokongan dari agen lainnya yang mempunyai pengaruh yang lebih besar. Dengan kehadiran agen dengan pengaruh besar tersebut, kerja struktur menjadi lebih efektif. Oleh
100
karena itu dapat dikatakan bahwa peran antara struktur dan agen bekerja secara beriringan. M ereka hadir dan bekerja dengan sistem saling melengkapi satu sama lain. Tidak ada dominasi dari salah satunya. Antara struktur dan agen keduanya saling bergantung satu sama lain. M asyarakat dusun S erut, Pak Toba, dan BLH saling bekerjasama untuk mewujudkan kegiatan pengelolaan sampah mandiri yang bermanfaat bagi masyarakat dusun Serut. Kerjasama ini pada akhirnya membawa keuntungan bagi masing -masing pihak. Kerjasama yang dilakukan dengan BLH membuat kualitas lingkungan hidup dusun Serut menjadi lebih baik sehingga berdampak pada kehidupan warganya yang semakin menikmati kenyamanan pada lingkungan tempat tinggal. Lalu dengan kegiatan pengelolaan sampah masyarakat menjadikan masyarakat lebih produktif melalui berbagai bentuk kegiatan pelatihan pengolahan limbah. Selain itu melalui kerjasama ini nama dusun Serut menjadi diperhitungkan pada bidang pemberdayaan masyarakat. Bagi negara, langkah dusun Serut berperan membantu kinerja pemerintah mengurangi sampah yang timbul setiap harinya melalui skema pemilahan sampah sejak dari sumbernya. D i Yogyakarta sendiri dengan belum adanya lokasi pengganti TPA Piyungan sebagai tempat pembuangan sampah bersama, maka menjadikan konsep daur ulang sampah merupakan solusi yang tepat untuk saat ini. Atas hal tersebut maka dusun Serut telah ikut ambil bagian memperpanjang masa pakai TPA Piyungan yang sebelumnya diprediksi overload pada tahun 2012. Pemerintah daerah menjadi terbantu dengan adanya pengelolaan sampah mandiri dari masyarakat sehingga TPA P iyungan masih sanggup menampung seluruh sampah dari regional Kartamantul sampai dengan tahun 2015. Bagi pemerintah
101
daerah Bantul, peran komunitas masyarakat dusun Serut menjadi komplementer atas ketidaksempurnaan kinerja negara.
102