90
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Akuntabilitas dalam organisasi Gereja didasarkan pada Kitab Suci sebagai sumber iman utama dan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak Gereja pada hirarki pusat maupun Gereja seperti kebijakan dan undang-undang. Kehadiran aturan-aturan tersebut
dapat
menjadi
pedoman
yang menjiwai
praktik
akuntabilitas. Penelitian ini berangkat dari fenomena yang menunjukkan adanya kekurangan biaya dalam Gereja ketika melakukan kegiatan organisasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa Gereja GBKP Perumnas Simalingkar: 1.
Sumber Pemasukan dan Pengeluaran Gereja GBKP Perumnas Simalingkar pada tahun 2012 mengalami defisit. Pemasukan dan Pengeluaran yang defisit terjadi karena penganggaran pemasukan lebih kecil dari realisasi dan disebabkan karena pengeluaran yang dianggarkan lebih besar dari realisasi. Rencana pendapatan Gereja dengan realisasi pendapatan Gereja tidak terealisasi dengan baik. a. Upaya pengumpulan dana belum dilakukan secara optimal secara keseluruhan.
Cara
perolehan
dana
pemasukan
tidak
seluruh
dilaksanakan oleh pihak Gereja. Pesta Panen (Kerja Rani) tidak dilaksanakan karena
adanya surat edaran dari klasis untuk tidak
melakukan kegiatan tersebut
90
91
b. Pengeluaran dana Gereja belum secara optimal sesuai dengan anggaran yang sudah ditetapkan. Pada kenyataannya masih ada beberapa pos dana yang masih melebihi pengeluaran dana yang dianggarkan. c. Tunjangan jabatan struktural dalam penggunaan dan diatur dalam Pedoman Akuntansi GBKP. Pengeluaran dana untuk jabatan struktural sudah berjalan sesuai dengan Pedoman Akuntansi GBKP. Namun adanya penaikan insentif yang dilakukan, agar kinerja Majelis Gereja dapat diimbangi dengan tanggungjawab yang diemban. d. Dana titipan yang disumbangkan oleh Jemaat disalurkan secara langsung ke Kantor Klasis. Bendahara akan mengeluarkan bukti untuk pengiriman/storting ke Klasis sebagai bukti pengiriman. Pengalokasian dana sudah diatur dalam Tata Gereja GBKP Bab 1 Pasal 6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dana titipan sudah sesuai dengan Peraturan Gereja GBKP. 2. Siklus Anggaran a. Perencanaan dan Pelaksanaan Penyusunan Anggaran sudah dilakukan penyusunan anggaran dan program kerja setahun sekali. Kurangnya perencanaan dalam penetapan anggaran menyebabkan kegiatan yang berjalan terhambat. Hasil yang diperoleh belum sesuai dengan hal yang diharapkan. b. Anggaran yang sudah ditetapkan dijalankan oleh pihak Majelis, namun karena adanya hal terduga yang tidak dapat dipastikan maka pengeluaran lebih besar dari yang dianggarkan. Realisasi anggaran
92
yang tidak berjalan dapat disebabkan karena faktor eksternal. Situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan menyebabkan tidak terlaksananya kegiatan. Penentuan dan Pengolahan anggaran untuk tahun berjalan belum sesuai dengan Tata Gereja GBKP Pasal 15 dan Pedoman Akunansi GBKP tentang Penyusunan anggaran dan Program Kerja yang telah disebutkan diatas. c. Bendahara di wilayah pelayanan sudah membuat laporan pertanggungjawaban keuangan yang dikelolah. Laporan ini akan dibagikan kepada Jemaat melalui Majelis Jemaat untuk setiap wilayah. Sebelum disebarkan laporan keuangan diperiksa terlebih dahulu oleh 3 orang (Tim Verifikasi) yang sudah terlebih dahulu ditetapkan oleh Gereja. Adanya Tim Verifikasi lebih meyakinkan Jemaat atas Laporan pertanggungjawaban yang dikeluarkan.
5.2 Saran Saran-saran yang diberikan terkait dengan hasil penelitian diajukan bagi pihak Majelis Gereja dan Jemaat Gereja GBKP Perumnas Simalingkar. Bagi pihak Majelis Jemaat Gereja yaitu: 1. Majelis Jemaat Gerja melakukan sebaiknya melakukan keseluruhan proses untuk memperoleh dana pemasukan yang lebih besar. Upaya perolehan Pemasukan Dana lewat Pesta Panen dapat ditunjukkan dengan memberikan amplop yang sudah dihiasi dibagian luar amplop. Pada bagian luar amplop tersebut tertulis ayat alkitab yang bertuliskan tentang
93
persembahan dana dipadu dengan warna, gambar hiasan yang menarik. Sehinga Jemaat merasa tertarik, senang dan memasukkan dana pesta panen sesuai dengan kerelaan hati. Perlu adanya perubahan metode dalam pengumpulan persembahan, misalnya Majelis Jemaat menyiapkan sarana antara lain amplop yang indah dalam pengumpulan persembahan yang disertai dengan nats alkitab.. 2. Dana pengeluaran yang dikeluarkan oleh Majelis sebaiknya dilakukan perbaikan untuk tahun berikutnya yaitu pengeluaran yang dilakukan sesuai dengan anggaran, sehingga tidak ditemukan keadaan keuangan yang defisit. 3. Pemberian insentif kepada untuk unit struktural Gereja. Karena besarnya tanggungjawab yang diembanan belum sebanding dengan tunjangan yang diterima. 4. Melakukan perencanaan dan penyusunan anggaran oleh masing-masing unit kerja harus direncanakan dan dipersiapkan secara matang. 5. Mengingatkan dan mensosialisasikan kembali kepada jemaat untuk lebih memberikan persembahan yang baik. 6. Melakukan pengawasan secara lebih medalam oleh Ketua dan Bendahara Gereja agar penyusunan dan pelaksanaan angaran yang sudah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan realisasi yang diharapkan.
94
Bagi Jemaat: 1. Memberikan persembahan yang terbaik sehingga organisasi Gereja dalam menjalankan seluruh kegiatan dengan lancar. 2. Memahami lebih dalam tentang laporan keuangan yang diterbitkan oleh pihak Gereja dan lebih peduli terhadap keuangan Gereja. Memberikan masukan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.