107
BAB V PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGKALAN SEBAGAI DAERAH LOKASI KEGIATAN INDUSTRI DI PROPINSI JAWA TIMUR TERKAIT RENCANA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai peningkatan dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan sektor industri di Propinsi Jawa
Timur,
terkait
pembangunan
Jembatan
Suramadu
serta
arahan
pengembangan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan industri terkait rencana pembangunan Jembatan Suramadu. Selain itu dalam bab ini juga akan dipaparkan mengenai kelemahan studi serta rekomendasi mengenai saran studi lanjutan yang dapat melengkapi penelitian ini. 5.1 Peningkatan Dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Lokasi Kegiatan Sektor Industri di Propinsi Jawa Timur, terkait Pembangunan Jembatan Suramadu Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dukungan Kabupaten Bangkalan saat ini sebagai daerah lokasi kegiatan sektor industri, dilihat dari kondisi eksistingnya, hanya terletak pada 2 aspek saja, yaitu terletak pada aspek : a. Aspek pertanahan : Karakteristik tanah di Kabupaten Bangkalan cocok dan sesuai dengan kriteria guna lahan industri, dimana persediaan tanah untuk guna lahan industri di Kabupaten Bangkalan mencapai 48.806,16 Ha. b. Aspek tenaga kerja : Ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Bangkalan yang berlatar belakang pendidikan SMU ke atas memang tidak memenuhi kebutuhan tenaga kerja, tetapi hal ini bisa diatasi dengan adanya migrasi / pergerakan tenaga kerja dari daerah lain, walaupun lama-kelamaan kondisi ini selanjutnya bisa menimbulkan dampak
sosial
pendatang.
berupa
kecemburuan
sosial
pada
penduduk
108
2. Dilihat dari kondisi eksistingnya, Kabupaten Bangkalan saat ini memiliki banyak kelemahan yang kurang mendukung sebagai daerah lokasi kegiatan sektor industri, yaitu terletak pada aspek : a. Aspek transportasi : daya dukung transportasi darat dan laut terhadap keberadaan industri di Kabupaten Bangkalan masih sangat kurang, terlihat dari ketiadaan jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Bangkalan, kondisi jaringan jalan yang tidak baik, serta ketiadaan pelabuhan internasional yang dapat melayani kapal peti kemas. b. Aspek aglomerasi : keberadaan industri yang dapat merangsang timbulnya
industri
baru,
yaitu
jenis
industri
yang
memiliki
keterkaitan hulu dan hilir yang kuat hanya terdapat 2 unit saja, sehingga tidak akan mampu menciptakan aglomerasi seperti yang terjadi di Kabupaten Gresik. c. Aspek fasilitas dasar : kapasitas listrik dan produksi air bersih hanya mampu memenuhi kebutuhan penduduk lokal saja, belum dapat memenuhi kebutuhan untuk kegiatan industri. Kapasitas listrik saat ini hanya bisa memenuhi kebutuhan untuk kegiatan industri untuk 500 Ha lahan industri saja, sedangkan produksi air bersih saat ini hanya bisa memenuhi kebutuhan untuk kegiatan industri untuk 200 Ha lahan industri saja. 3. Rencana pembangunan infrastruktur yang tertuang dalam dokumen perencanaan daerah setempat meningkatkan dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah industri, tetapi peningkatan dukungan tidak terjadi pada semua aspek, peningkatan ini hanya terjadi pada aspek : a. Aspek transportasi : daya dukung transportasi darat dan laut terhadap
keberadaan
industri
di
Kabupaten
Bangkalan
akan
meningkat seiring dengan rencana pengembangan pola jaringan jalan,
rencana
peningkatan
ruas
jalan
baru,
serta
rencana
pembangunan pelabuhan peti kemas. b. Aspek ketersediaan air bersih : kapasitas dan ketersediaan air bersih akan meningkat seiring dengan rencana pembangunan Waduk Blega
109
seluas 7866 Ha, dengan rencana produksi air bersih sebesar 3.200.000 m3, dan akan memenuhi kebutuhan untuk kegiatan industri seluas > 250.000 Ha lahan industri. 4. Pembangunan Jembatan Suramadu mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan industri, yaitu : a. Aspek transportasi : memudahkan aksesibilitas dari dan ke Pulau Jawa, selain itu juga memudahkan aksesibilitas menuju pelabuhan internasional di Kota Surabaya. Kemudahan aksesibilitas ini dilihat dari waktu tempuh yang semakin pendek, yaitu hanya ±15 menit saja. b. Aspek tenaga kerja : semakin memudahkan pergerakan tenaga kerja dari luar Kabupaten Bangkalan yang akan bekerja di Kabupaten Bangkalan, walaupun akan menimbulkan dampak sosial, yaitu kecemburuan sosial antara penduduk lokal terhadap penduduk pendatang, karena mengurangi kesempatan kerja penduduk lokal untuk bekerja di daerahnya sendiri. Selain itu, keberadaan Jembatan Suramadu juga akan memudahkan aksesibilitas calon tenaga
kerja
dari
Kabupaten
Bangkalan
untuk
memperoleh
pendidikan yang lebih baik di luar Kabupaten Bangkalan. c. Aspek aglomerasi : memudahkan aksesibilitas dan mempersempit aspek spasial, sehingga Kabupaten Bangkalan, Gresik, dan Surabaya seolah-olah menjadi satu wilayah daratan yang tak terpisahkan, sehingga hal ini akan membuka peluang terjadinya gejala aglomerasi di sekitar wilayah tersebut. d. Aspek ketersediaan listrik : menempatkan transmisi listrik di darat, yang sebelumnya ditempatkan di bawah laut, agar gangguan yang sering terjadi pada transmisi bawah laut dapat diminimalisir.
110
5.2
Arahan Pengembangan Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Lokasi Kegiatan Industri terkait Rencana Pembangunan Jembatan Suramadu Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat direkomendasikan beberapa hal terkait dengan kajian peningkatan dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan industri, terkait pembangunan Jembatan Suramadu, yaitu : 1. Keberadaan Jembatan Suramadu mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan industri. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Bangkalan sebaiknya
segera
merealisasikan
rencana-rencana
pembangunan
infrastruktur yang tertuang dalam dokumen rencana Kabupaten Bangkalan, terutama rencana pembangunan infrastruktur penunjang yang dapat memudahkan aksesibilitas menuju Jembatan Suramadu. Semakin cepat rencana tersebut terealisasi, terlebih bila bersamaan dengan selesainya pembangunan Jembatan Suramadu, maka proses industrialisasi di Kabupaten Bangkalan akan lebih efektif. 2. Keberadaan Jembatan Suramadu akan menimbulkan dampak terhadap naiknya harga lahan, seiring dengan meningkatnya permintaan lahan industri
di
Kabupaten
Bangkalan.
Untuk
menghindari
adanya
penyelewengan hak penduduk lokal atas kepemilikan tanahnya oleh spekulan-spekulan tanah dari luar Pulau Madura, diharapkan adanya kontrol dari pihak pemerintah untuk melindungi hak penduduk lokal yang memiliki tanah di sekitar wilayah perencanaan pembangunan. 3. Keberadaan Jembatan Suramadu akan menimbulkan dampak sosial terkait berkurangnya kesempatan kerja penduduk lokal yang bersaing dengan penduduk pendatang. Untuk mengatasi hal ini diharapkan adanya political concern dari pemerintah daerah setempat agar penduduk lokal tidak diabaikan dalam proses industrialisasi Madura. 4. Kabupaten
Bangkalan
memiliki
kelemahan
dalam
meningkatkan
dukungan sebagai daerah kegiatan industri yang terletak pada aspek kualitas tenaga kerja. Agar masyarakat Bangkalan bisa turut andil dalam
111
proses industrialisasi yang akan terjadi, maka kualitas tenaga kerja di Kabupaten Bangkalan harus ditingkatkan. Hal ini bisa diatasi dengan upaya-upaya sebagai berikut : a. Mendirikan sekolah-sekolah kejuruan, terutama sekolah kejuruan yang mencetak tenaga ahli dalam bidang industri. b. Membuka program keahlian khusus oleh perguruan tinggi negeri dan pesantren-pesantren yang ada di Kabupaten Bangkalan. c. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan kepada penduduk lokal oleh pemerintah daerah setempat, agar di kemudian hari penduduk lokal tidak hanya menjadi “penonton” saja di daerahnya sendiri. 5. Kabupaten Bangkalan juga memiliki kelemahan yang terletak pada aspek ketersediaan listrik. Kelemahan ini bisa diatasi dengan mengalirkan energi listrik dari Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep. Pulau Kangean merupakan sumber energi listrik dari potensi gas alam yang dimilikinya. Bila hal ini dilakukan di Kabupaten Bangkalan, maka ketersediaan listrik di Kabupaten Bangkalan akan mencukupi kebutuhan industri. 5.3
Kelemahan Studi Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berusaha semaksimal mungkin
untuk mendapat hasil yang terbaik. Namun terdapat keterbatasan yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Peta kesesuaian lahan yang digunakan untuk analisis aspek pertanahan tidak menggunakan klasifikasi kemiringan lereng yang tepat. 2. Perusahaan industri yang dijadikan narasumber untuk memperoleh beberapa kriteria, indikator, dan tolak ukur tingkat dukungan hanya terbatas. 3. Penelitian ini tidak mempertimbangkan semua wilayah industri di Propinsi Jawa Timur, hanya 2 wilayah industri besar saja, yaitu Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik.
112
5.4
Saran Studi Lanjutan Beberapa rekomendasi yang dapat digunakan untuk studi lebih lanjut
mengenai dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan industri sebagai pendukung dan penyempurna dari penelitian ini adalah : 1. Studi mengenai kesiapan masyarakat Kabupaten Bangkalan bila di masa yang akan datang Kabupaten Bangkalan dikembangkan lokasi kegiatan industri. 2. Studi mengenai kesiapan pemerintah daerah Kabupaten Bangkalan bila di masa yang akan datang Kabupaten Bangkalan dikembangkan lokasi kegiatan industri. 3. Studi mengenai ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bangkalan untuk mengembangkan kegiatan sektor industri. 4. Studi mengenai jenis industri yang cocok dikembangkan di Kabupaten Bangkalan bila di masa yang akan datang Kabupaten Bangkalan dijadikan sebagai lokasi kegiatan industri.