76
BAB V PEMBAHASAN
1.
Ada hubungan positif antara perkembangan motorik halus pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif b. Stimulasi psikososial c. Pendapatan keluarga saat ibu hamil d. Pendapatan keluarga setelah ibu melahirkan Adanya hubungan antara status pemberian ASI dengan perkembangan motorik halus dalam penelitian ini karena kandungan gizi yang terkandung dalam ASI seperti Taurin dan Long Chain Poyunsaturated Fatty (LPUAs) yang sangat berguna bagi penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi, dan zat gizi ini hanya terdapat dalam ASI saja, sedangkan laktosa dan asam lemak ikatan panjang hanya sedikit yang terkandung dalam susu formula. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Angelsen dan Jacobsen (2001) yang menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif terbukti bermanfaat pada semua aspek perkembangan kognitif, dan berperan penting dalam perkembangan motorik kasar maupun halus serta perkembangan personal sosial. Perkembangan
motorik
halus
sangat
berperan
penting
bagi
perkembangan keterampilan anak secara keseluruhan. Remley (2003) menyatakan bahwa perbedaan anak usia 6 – 23 bulan yang diberi ASI 100
77
dengan susu formula dilihat dari perkembangan kognitif anak adalah sangat signifikan. Tingkat signifikan perkembangan kognitif normal terlihat pada anak yang di beri ASI dibandingkan dengan anak yang diberi susu formula. Hal ini didukung
pula
dengan pernyataan Marimbi (2010) yang
menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan akan terus berkembang hingga
dewasa. Dalam proses tumbuh kembang sangat dipengaruhi oleh
makanan yang diberikan kepada anak. Makanan yang sangat sesuai bagi bayi adalah ASI, karena ASI diperuntukkan bagi bayi sebagai makanan pokok. Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Amelia (2013) di wilayah kerja Puskesmas Imogiri, bahwa bayi usia 0 –12 bulan yang diberi MP –ASI sebelum usia 6 bulan dapat mengalami gangguan perkembangan pada sektor motorik halus (Rismanti,2015), sedangkan dari penelitian Thaariq (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata perkembangan bayi sebelum dan setelah diberikan stimulasi motorik halus yaitu 9.5 dengan nilai p= <0.001. yang dapat disimpulkan bahwa stimulasi perkembangan motorik halus berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa seorang ibu yang memberikan stimulasi seperti merawat, mengasuh dan memberikan perhatian akan memberikan
pengaruh
yang
besar
terhadap
perkembangan
anak
(Brooks,2010). Stimulasi tumbuh kembang merupakan faktor yang mempenaruhi perkembangan balita. Interaksi antara lingkungan dan rangsangan dapat
78
membantu perkembangan otak dalam menyusun struktur syaraf. Penelitian di Brazil menunjukkan bahwa ada hubungan antara stimulasi dengan kemampuan kognitif dan motorik anak usia pra sekolah (Santos,2008).
2.
Ada hubungan positif antara perkembangan motorik kasar pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif b. Stimulasi psikososial c. Pendapatan keluarga saat ibu hamil d. Pendapatan keluarga setelah ibu melahirkan ASI merupakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI berguna untuk perkembangan kognitif dan mempercepat perkembangan motorik, khususnya merangkak dan berjalan (Dewey,et al,2001; Bodnardchuk,2005). Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Vestegaard,et al (1999) dalam Nurhidayati (2014) yang menyebutkan bahwa bayi yang menyusu secara eksklusif selama 6 bulan lebih cepat merangkak 1,3 kali pada usia 8 bulan dibandingkan bayi yang mendapat ASI kurang dari 6 bulan. Sedangkan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki resiko 2 kali untuk tidak mencapai kemampuan merangkak pada usia 8 bulan. Penelitian yang lain mendukung dilakukan oleh Puspitaningrum (2014) dengan hasil penelitian bahwa 38 responden yang mendapat ASI eksklusif perkembangan motorik kasarnya sesuai (100%), 9 dari 32 responden yang tidak mendapat ASI eksklusif mengalami perkembangan
79
motorik yang tidak sesuai (28.13%) , dan nilai significancy-nya <0.001 (p < 0,05). Kemudian penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2013) bahwa ada hubungan positif antara pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6-12 bulan. Dari penelitian Thaariq (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata perkembangan bayi sebelum dan setelah diberikan stimulasi motorik kasar yaitu 7.85 dengan nilai p=<0.001, yang dapat disimpulkan bahwa stimulasi perkembangan motorik kasar berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Selain stimulasi, pendidikan, pekerjaan ibu, budaya dan pengalaman masa lalu juga sangat mempengaruhi perkembangan motorik anak (Soetjiningsih,2005 dalam Kholifah,2014). Ibu yang memiliki pendidikan yang baik akan lebih mudah menerima informasi cara merawat dan memberikan tindakan stimulasi yang baik pada bayinya. Sebaliknya jika pendidikan ibu kurang akan menyebabkan ibu sulit menerima infomasi tersebut. Begitu juga dengan pekerjaan. Ibu yang sibuk bekerja tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan kebutuhan bayinya termasuk dalam pemberian tindakan stimulasi. Sebaliknya ibu yang tidak bekerja akan punya banyak waktu dalam memperhatikan kebutuhan bayinya dan memberikan tindakan stimulasi yang optimal sehingga perkembangan bayi normal dan sesuai (Kholifah,2014). Status ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anaknya terutama kecerdasan,mungkin karena keterbatasan keluarga dalam menyediakan
berbagai fasilitas bermain sehingga anak
80
kurang mendapat stimulasi. Berdasarkan dari hasil penelitian Gunawan, Fadlyana,et al (2011) menggambarkan bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga yang kurang dengan gangguan perkembangan anak,
sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Rosidati
(2015)
menunjukkan bahwa status ekonomi keluarga mempengaruhi status perkembangan motorik kasar dengan nilai p=<0,001.
3.
Ada hubungan positif antara perkembangan personal sosial pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif b. Stimulasi psikososial c. Pendapatan keluarga saat ibu hamil d. Pendapatan keluarga setelah ibu melahirkan Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Yuliana (2007) yang
menunjukkan
bahwa
stimulasi
psikososial berpengaruh secara
signifikan terhadap perkembangan sosial-emosi anak. Soetjiningsih (2012) menambahkan bahwa stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Latifah,et al (2010) yang menyebutkan bahwa
81
pemberian ASI secara eksklusif tidak mempengaruhi perkembangan sosial emosi anak, dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspitsari (2015) didapatkan hasil p = 0,896 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan sosial bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Susanto (2012) mengatakan bahwa stimulasi yang diberikan orang tua sangat penting untuk merangsang perkembangan sosial – emosi pada anak, stimulasi penting untuk mendorong anak lebih berani mengambil resiko sesuai dengan umurnya dan menantang mereka untuk menjelajah dan melakukan eksperimen pada lingkungan sekitar. Lingkungan sangat
mempengaruhi perkembangan sosial - emosi pada
anak prasekolah karena lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua. Melalui lingkungan keluarga juga anak mengalami proses sosialisasi awal. Oleh karena itu keluarga yang merupakan lingkungan sosial pertama dalam kehidupan anak, harus mengajarkan anak dengan baik untuk berinteraksi, bekerjasama, dan membantu orang lain. Pengalaman inilah yang membantu anak belajar dan meniru perilaku sosial dari apa yang jadi pengamatan maupun dialami dalam lingkungan social keluarga (Rachmawaty,2004) Pada masa anak prasekolah inilah pengaruh orang tua sangat kuat. Orang tua memiliki hubungan yang kuat, dekat dan relatif lama dalam bersosialisasi dengan anak, sehingga kemampuan orang tua dalam memberikan rangsangan atau stimulus sangat mempengaruhi perkembangan social emosi pada anak.
82
4.
Ada hubungan positif antara perkembangan bahasa pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif b. Stimulasi psikososial c. Pendapatan keluarga saat ibu hamil d. Pendapatan keluarga setelah ibu melahirkan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015) didapatkan hasil bahwa ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan bahasa/kognitif bayi (p = 0,017). ASI memiliki zat gizi yang terbaik dan terlengkap dibandingkan dengan makanan
prelakteal
lain termasuk
susu
formula. Hal
ini
memperlihatkan kesesuaian dengan teori yang mengatakan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai perkembangan bahasa lebih baik dari pada bayi yang tidak diberikan ASI secara eksklusif (Oktiyani,2015) Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hati (2015) didapatkan hasil ada hubungan positif kuat dan secara statistik signifikan antara stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan bahasa anak usia 1 – 3 tahun dengan nilai p=0,001; CI 95%. Dengan stimulasi yang tepat, benar dan terarah anak akan cepat berkembang sehingga tingkat berbahasa anak optiomal. Dan perkembangan - perkembangan di sektor lain otomatis akan ikut berkembang secara maksimal (Suherman,2000 dalam Yektiningsih,2010). Berdasarkan penelitian Malhi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Early stimulating and language development of economically disavantaged
83
young children”, didapatkan hasil bahwa usaha untuk peningkatan stimulasi dini untuk anak – anak yang kurang mampu dengan menyediakan pengalaman belajar kognitif dan bahasa akan meningkatkan bahasa, kognisi dan kinerja sekolah pada anak – anak. Hasil penelitian dari National Institute of Child Healthand Human Development (NICHD) yang berjudul Early Child Care Research Network (2000) menunjukkan bahwa anak yang dirawat di rumah dengan anggota keluarga atau anak yang dirawat di penitipan anak sama – sama berada dalam tahapan perkembangan bahasa yang kritis. Ketika orang tua, atau pengasuh berbicara dengan anak, bertanya dan menunggu jawaban, mereka mengajarkan stimulasi yang lebih banyak terhadap perkembangan bahasa anak. Stimulasi bahasa yang dilakukan sejak dini terbukti sebagai prediktor terbaik dalam perkembangan kemampuan perbendaharaan kata, membaca, dan berhitung. Selain itu, adapun faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi genetik dan pengaruh hormon sedangkan faktor ekskternal meliputi lingkungan (Nursalam, 2005). Orang tua termasuk dalam faktor lingkungan, yaitu lingkungan keluarga karena disinilah orang tua melakukan interaksi pertama kali dengan anak untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan usia perkembangannya. Menurut Hurlock (2010) ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan perkembangan bahasa anak terkait dalam proses belajar berbicara seorang anak antara lain :
84
a. Kesehatan Anak yang sehat termasuk ststus gizi yang baik dan status kesehatan yang normal lebih cepat belajar berbicara dibanding anak yang tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut. b.
Kecerdasan Anak dengan kecerdasan yang tinggi, dalam belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih baik dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang rendah.
c.
Keadaan sosial ekonomi Anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar berbicara, pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara dibanding anak dari keluarga berada lebih banyak mendapat dorongan dan bimbingan untuk berbicara dari anggota keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah cenderung lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari – hari sehingga perkembangan bahasa anak kurang diperhatikan.
d.
Jenis kelamin Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibanding anak laki – laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki – laki lebih pendek, dan kurang benar dalam tata bahasa, kosa katanya lebih sedikit dan pengucapan kata kurang tepat dari pada anak perempuan.
e.
Keinginan berkomunikasi
85
Semakin kuat dalam berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang dipergunakan untuk belajar. Stimulasi harus diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain, dan lain – lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Korelasi kemampuan bahasa dengan stimulasi ini juga berkaitan dengan periode emas (golden period), jendela kesempatan (window opportunity), serta masa kritis (critical period) perkembangan otak pada masa anak usia 1 – 4 tahun. Adanya kemampuan plastisitas otak pada masa ini menyebabkan anak lebih mudah menerima proses belajar serta stimulasi, tetapi juga lebih peka terhadap lingkungan yang mendukung, seperti status gizi, stimulasi serta status kesehatan (Kemenkes,2010). Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak akan optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia kurang dari 4 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat (Herawati, 2011).
86
5.
Ada hubungan positif antara pertumbuhan berat badan pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif b. Stimulasi psikososial c. Pendapatan keluarga saat ibu hamil d. Pendapatan keluarga setelah ibu melahirkan Hasil uji statistik menjelaskan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan pertambahan berat badan bayi. Hal ini karena ASI eksklusif memberikan gizi yang cukup terhadap bayi seperti yang diungkapkan dalam buku Departemen Kesehatan Jakarta (1997) yang mengatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari pemberian ASI eksklusif kepada bayi antara lain karena bayi akan mendapatkan gizi yang cukup serta zat kekebalan terhadap berbagai penyakit yang disebabkan bakteri, virus jamur, dan parasit yang sering menyerang manusia sehingga bayi dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi (Departemen Kesehatan,1997). Menurut BKKBN (2006) dikemukakan bahwa pada usia bayi 0-1 tahun, ASI merupakan makanan yang terpenting bagi pertumbuhan otak. Semakin banyak bayi mendapat ASI eksklusif, maka dalam pertumbuhan kelak, bayi lebih sehat, lebih cerdas, lebih stabil emosinya, lebih peka sikap sosial dan lebih kuat sifat spiritualnya. Gangguan gizi pada masa bayi dapat menghambat pertumbuhan bayi tersebut dikemudian hari. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan diberi ASI eksklusif selama
87
empat sampai enarn bulan pertama kehidupannya. ASI merupakan sumber nutrisi dan imunitas yang paling baik untuk bayi yang sedang tumbuh kembang (Hanafi,2004). Kandungan nutrisi pada ASI tentu saja berbeda dari susu sapi yang merupakan bahan susu formula. Kandungan lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang, sedangkan susu sapi mengandung lemak ikatan pendek. Lemak ikatan panjang adalah cikal bakal DHA dan AA untuk perkembangan otak. Karena itulah kenapa produsen susu formula menambahkan produknya dengan kandungan DHA dan AA yang tak terdapat pada susu sapi. Akan tetapi, DHA dan AA tambahan ini baru bisa terserap dengan baik jika bayi memiliki enzim penyerapan yang cukup. Padahal, enzim dalam tubuh bayi masih belum berfungsi penuh dan jumlahnya sedikit. Zat penyerapan DHA dan AA sudah terdapat dalam ASI, sehingga mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan susu formula tidak disertai enzim penyerapan sehingga lebih bergantung pada enzim bayi yang sudah ada. Akibatnya, penyerapan jadi tidak maksimal atau malah sedikit sekali (Yumarwansyah,2012). Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi merupakan penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak (Kania,2006)
88
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat
(gram,
kilogram),
satuan
panjang
(cm, m), umur tulang,
dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Pertumbuhan mempunyai ciri - ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri - ciri lama, serta munculnya ciri - ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda -beda di setiap kelompok umur dan masing - masing
organ
juga
mempunyai pola
pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas (Chamidah,2009). Terdapat hubungan yang signifikan yang dapat diamati antara perkembangan motorik kasar dan beberapa indikator pertumbuhan fisik salah satunya adalah berat badan dan tinggi badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam populasi yang sehat, pencapaian perkembangan motorik kasar sebagaian besar berpengaruh dalam pertumbuhan fisik (Acta Pediatrica,2010). Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012), didapatkan dari perhitungan dengan uji Chi Square diperoleh nilai x2=26,133, df=1 dan a=0,05 dengan p<0,001 Ada pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap berat badan bayi umur 0-6 bulan. Hasil penelitian dari Suprapti (2013) menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat dan secara statistic mendekati signifikan antara pemberian ASI eksklusif (OR=8.92; p=0.052) maupun sikap ibu (OR= 10.06; p= 0.065), sehingga dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian ASI eksklusif dan sikap ibu dapat meningkatkan pertumbuhan bayi 0-6 bulan.
89
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2014), bahwa stimulasi berupa rangsangan melalui pijat bayi dapat berhubungan dengan peningkatan berat badan dengan nilai sig 0,0073 (> 0,05 ). Selain ASI dan stimulasi, pendapatan orang tua menjadi hal yang tidak kalah pentingnya bagi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi mutu fasilitas perumahan, penyediaan air bersih dan sanitasi yang pada dasarnya sangat berperan terhadap timbulnya penyakit infeksi. Selain itu, penghasilan keluarga akan menentukan daya beli keluarga termasuk makanan, sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia dalam rumah tangga dan pada akhirnya mempengaruhi asupan zat gizi (Suhardjo,2003). Inilah yang mendasari pengoptimalisasian tumbuh-kembang anak balita. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anaknya karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Sebaliknya, pendapatan keluarga yang tidak cukup untuk menyediakan kebutuhan primer ataupun sekunder akan mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak. Pertumbuhan mencerminkan bagaimana status gizi seorang anak, status gizi yang buruk mencerminkan ketidakseimbangan dalam asupan makanan dan atau penyakit menular. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial ekonomi, seperti status ekonomi rumah tangga, pendidikan ibu, kebersihan
rumah
(Salomon,2006).
tangga,
dan
akses
dalam
pelayanan
kesehatan
90
Dalam penelitian Ozguven, Ersoy, Ozguven,et al (2010) yang berjudul evaluation of nutritional status in turkish adolescents as related to gender and socioeconomic status, menyimpulkan bahwa remaja dengan tingkat ekonomi rendah lebih pendek dan lebih kurus dibandingkan dengan remaja dari kelompok ekonomi menengah dan tinggi, dan hasil pengukuran antropometri pada remaja
kelompok
ekonomi
menengah
sama
dengan
remaja
dari
kelompok ekonomi tinggi. Dalam penelitian Shoeps, Abreu, Valenti,et al (2011) yang berjudul Nutritional
status
of
pre
school children
from
low
income
families
menyimpulkan bahwa anak - anak prasekolah yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki prevalensi tinggi untuk kelebihan berat badan dan obesitas
6.
Ada hubungan positif antara pertumbuhan lingkar kepala pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif b. Stimulasi psikososial c. Pendapatan keluarga saat ibu hamil d. Pendapatan keluarga setelah ibu melahirkan Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa ASI merupakan nutrisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan otak anak dan memiliki banyak manfaat untuk bayi, antara lain adalah untuk pertumbuhan sel–sel jaringan otak (Maryuani,2012).
91
Pemantauan lingkar kepala sebaiknya dilakukan setiap bulan selama 2 tahun pertama, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai anak umur 5 tahun. Hal ini penting untuk deteksi dini penyimpangan dari pertumbuhan dan perkembangan otak anak (Soetjiningsih,2013). Menurut
Siswono
(2008),
bahwa
lingkar
kepala
seorang
anak
mencerminkan besarnya volume otak yang ada di dalamnya. Lingkar kepala tersebut berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak. Apabila lingkar kepala anak dalam usia tertentu kurang dari normal kemungkinan volume otaknya kurang dari cukup. Berbagai penelitian menunjukkan adanya kaitan antara besar kecilnya otak dengan tingkat perkembangan anak. Erikson dalam buku Muscari (2005), mengemukakan bahwa dalam perkembangan anak, baik perkembangan psikososial maupun kematangan kepribadian anak selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Pada anak usia 1-3 tahun (todler) terjadi tahap kemandirian, rasa malu, dan ragu. Pada tahap ini anak sudah mulai mencoba mandiri dalam tumbuh kembang seperti motorik, sosial dan bahasa. Lingkar kepala bayi baru lahir kurang dari 30 cm atau lebih besar dari 37 cm kemungkinan besar ada gangguan penyakit yakni mikrosefalus atau hidrosefalus. Kondisi seperti ini perkembangan otaknya akan terganggu, jika perkembangan otak tidak sempurna dengan sendirinya kemampuan masingmasing bagian otak juga tidak sempurna, ini akan berpengaruh pada kemampuan motorik pada anak dan kemampuan lainnya (Siswono,2008)
92
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2010) bahwa pola asuh ibu mempunyai hubungan dengan perkembangan motorik kasar anak. Analisis data menunjukkan bahwa pola asuh ibu berhubungan dengan perkembangan motorik kasar anak dan hubungan itu secara statistik signifikan p = <0,001 (p<0,05). Hasil penelitian oleh Ariesta (2008) menganalisa perbedaan status gizi dan perkembangan anak. Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak serta dalam proses perkembangan anak tersebut. Hal serupa juga terdapat pada penelitian Pramusinta (2002) bahwa status kesehatan serta stimulasi perkembangan anak yang diberikan pada setiap orang tua usia remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak khususnya pada motorik kasar. Pada penelitian menunjukkan bahwa lingkar kepala dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, usia, status gizi dan riwayat penyakit. Lingkar kepala yang berada diatas maupun dibawah normal dan perkembangan yang normal maupun abnormal memang sangat berpengaruh dari beberapa faktor tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkar kepala mempunyai hubungan dengan pertumbuhan perkembangan anak. Hasil penelitian Uswatun (2011) sebagian besar menunjukkan bahwa responden dengan lingkar kepala normal dan memiliki perkembangan normal sebanyak 34 anak (69,4%) dari 49 responden. Hasil uji statistik menunjukkan p=0,024 (p<0,05), yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkar kepala dan perkembangan anak.
93
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Purnamawati (2001) yang membuktikan faktor sosial
faktor dominan yang mempengaruhi pemberian ASI adalah
ekonomi
seperti
pendapatan
keluarga. Dilaporkan oleh
Purnamawati (2001) bahwa ibu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Menurut pendapat Sayogyo (1994) yang menyatakan bahwa dengan semakin
meningkatnya
sosial
terjadinya perubahan - perubahan
ekonomi keluarga dalam
akan
menyebabkan
susunan makanan baik jenis
maupun jumlahnya. Semakin meningkatnya pendapatan semakin bertambah pula persentase pembelanjaan termasuk makanan pengganti ASI sehingga ibu cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif. Berdasarkan Mukherjee,et al (2008), menyatakan bahwa anak yang lahir dan tinggal dikeluarga dengan pendapatan rata – rata perbulan tinggi akan memiliki kondisi perkembangan yang lebih baik. Menurut Suhardjo (2003), menyatakan bahwa pada umumnya jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung meningkat pula. Peningkatan pendapatan perorangan akan menyebabkan perubahan dalam susunan makanan, namun pengeluaran uang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi. Kehidupan di kota maupun didesa, terutama dalam pemberian atau penyajian makanan keluarga pada kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih kurang mencukupi yang dibutuhkan oleh tubuh masing-masing.
94
Kebanyakan keluarga telah merasa lega kalau mereka telah dapat mengkonsumsi makanan pokok (nasi, jagung) dua kali dalam sehari dengan lauk pauknya kerupuk, ikan asin, bahkan tidak jarang mereka juga telah merasa lega kalau mereka dapat mengkonsumsi nasi atau jagung cukup dengan sambal dan garam (Kartasapoetra,2002). Menurut penelitian, keadaan yang umum ini dikarenakan rendahnya pendapatan yang mereka peroleh dan banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan dengan jumlah pendapatan keluarga yang rendah. Penduduk kota dan penduduk pedesaan yang kebanyakan berpenghasilan rendah, selain memanfaatkan penghasilannya itu untuk keperluan makan keluarga, juga harus membagi-baginya untuk keperluan lain (pendidikan, transportasi, dan lain-lain), sehingga tidak jarang persentase penghasilan untuk keperluan penyediaan makanan hanya kecil saja. Mereka pada umumnya hidup dengan makanan kurang gizi (Kartasapoetra,2002).
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dan sampel dipilih menggunakan simple random sampling dengan uji path analysis. Sampel penelitian ini hanya menggunakan 74 subjek penelitian, selain itu dalam pengisian kuesioner tidak fokus karena membawa
anaknya,
kemudian
pada
saat
dilakukan
pengukuran
perkembangan banyak anak yang rewel sehingga sulit untuk diukur.
95
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari pemberian ASI eksklusif, pendapatan orang tua selama hamil dan setelah melahirkan, stimulasi psikososial dengan tumbuh kembang anak usia 7 sampai dengan 24 bulan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif antara perkembangan motorik halus pada anak usia 7 sampai dengan 24 bulan dengan sejumlah variabel sebagai berikut: a. Pemberian ASI eksklusif (b=3.67, CI95% = 0.86 – 6.49, p = 0.001) b. Stimulasi psikososial dimana (b=2.69, CI95% =0.25–5.13, p = 0.030) c. Pendapatan selama hamil (b=3.88, CI95% =2.47–5.29, p = <0.001) d. Pendapatan setelah melahirkan (b=4.06,CI95%=1.82–6.30,p= <0.001) 2. Ada hubungan positif antara perkembangan motorik kasar pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif (b=3.06, CI95% =0.60–5.51, p=0.015) b. Stimulasi psikososial (b=2.52, CI95% =0.50–4.54, p=0.015) c. Pendapatan selama hamil (b=3.88, CI95% =2.47–5.29, p=<0.001) d. Pendapatan
setelah
melahirkan
(b=3.24,
CI95%=1.46–5.02,
p=<0.001) 3. Ada hubungan positif antara perkembangan personal sosial pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : 119
96
a. Pemberian ASI eksklusif (b = 3.15 , CI 95% = 0.71 – 5.60, p = 0.011) b. Stimulasi psikososial dimana (b = 2.01 , CI 95% = 0.03 – 3.97 , p = 0.046) c. Pendapatan selama hamil (b = 3.88, CI 95% = 2.47 – 5.29, p = <0.001) d. Pendapatan setelah melahirkan (b=3.34, CI 95%= 1.58 – 5.11, p = <0.001) 4. Ada hubungan positif antara perkembangan bahasa pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif (b = 3.06 , CI 95% = 0.60 – 5.51, p = 0.015) b. Stimulasi psikososial dimana (b = 2.52 , CI 95% = 0.50 – 4.54 , p = 0.015) c. Pendapatan selama hamil (b = 3.88, CI 95% = 2.47 – 5.29, p = <0.001) d. Pendapatan setelah melahirkan (b=3.24, CI 95%=1.46 – 5.02 , p = <0.001) 5. Ada hubungan positif antara pertumbuhan berat badan pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif (b = 2.89 , CI 95% = 0.38 – 5.40, p = 0.024) b. Stimulasi psikososial dimana (b = 2.44 , CI 95% = 0.41 – 4.48 , p = 0.019) c. Pendapatan selama hamil (b = 3.88, CI 95% = 2.47 – 5.29, p = <0.001) d. Pendapatan setelah melahirkan (b=3.58, CI 95%=1.72 – 5.42 , p = <0.001) 6. Ada hubungan positif antara pertumbuhan lingkar kepala pada anak usia 7 sampai 24 bulan dengan sejumlah variabel sesuai berikut : a. Pemberian ASI eksklusif (b = 2.41 , CI 95% = 0.41 – 4.42, p = 0.018) b. Stimulasi psikososial dimana (b = 2.44 , CI 95% = 0.40 – 4.47 , p = 0.019) c. Pendapatan selama hamil (b = 3.88, CI 95% = 2.47 – 5.29, p = <0.001) d. Pendapatan setelah melahirkan (b=3.88, CI 95%=2.47 – 5.29 , p = <0.001)
97
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini relevan dengan teori Hurlock (1992) tentang pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik anak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dengan pemberian ASI eksklusif, stimulasi psikososial dengan cara meningkatkan sosialisasi mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif dan pemberian stimulasi bagi keberlangsungan pertumbuhan dan perkembangan anak 2. Implikasi Metodologi Dalam proses penelitian yang telah dilakukan peneliti menemui kendala pada proses pengambilan data, dimana subjek penelitian anak rewel sehingga mempersulit untuk dilakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangannya. 3. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa pemberian ASI eksklusif, stimulasi psikososial dan pendapatan selama hamil mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak usia 7 sampai dengan 24 bulan. Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah dan instansi terkait dalam merumuskan kebijakan untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak.
98
C. Saran 1. Bagi Dinas Kesehatan Tenaga
kesehatan
diharapkan
lebih
meningkatkan
upaya
penyebarluasan informasi mengenai pentingnya ASI eksklusif dan pemberian stimulasi psikososial melalui media informasi seperti leaflet, poster dan lain - lain, agar semua lapisan masyarakat dapat tersentuh dengan informasi tentang pentingnya ASI eksklusif dan stimulasi psikososial untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. 2. Bagi Pemerintah Setempat Pemerintah setempat harap melakukan pendekatan kepada lapisan masyarakat
untuk
memberikan
pendampingan
keluarga
dalam
meningkatkan pendapatan keluarga, sehingga keluarga yang berpendapatan rendah bisa mengatasi masalah perekonomian dalam keluarga tersebut untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. 3. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi, hendaknya memberikan ASI secara eksklusif, dan memberikan stimulasi psikososial sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan anak akan berlangsung secara normal dan sesuai dengan tahapannya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian lebih lanjut agar dapat meneliti tentang manfaat pemberian ASI eksklusif dan pemberian stimulasi secara lebih mendalam.