BAB V PEMBAHASAN
5.1. Evaluasi Program Corporate Social Responsibility Bantuan Bagi Penderita Hydrocephalus Lorin Solo Hotel.
Lorin Solo Hotel sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa memiliki berbagai strategi untuk membentuk citra positif bagi perusahaan. Salah satu strategi yang di gunakan yakni dengan membentuk program Corporate Social Responsibiity. Melalui program Corporate Social Responsibility di harapkan perusahaan mampu menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan, tidak hanya perusahaan saja yang di untungkan, namun khalayak sasaran juga dapat merasakan manfaat dari program ini, sehingga apabila program ini berjalan sukses sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, akan bermuara pada citra positif bagi perusahaan. Program Corporate Social Responsibility dirancang oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel setiap tahunnya, dimana dua tahun terakhir Lorin Solo Hotel menjalin kerjasama dengan salah satu stasiun televisi di kota Solo dengan nama program “Dari Anda Lorin Berbagi”. Selama satu tahun terakhir, periode April 2012 hingga April 2013, Lorin Solo Hotel telah bekerja sama dengan TATV untuk menyelesaikan 18 Program Corporate Social Responsibility dengan berbagai tema. Pemilihan khalayak dilakukan berdasarkan hari besar yang tercantum pada kalender ataupun melalui survei dari permohonan bantuan yang dikirimkan kepada perusahaan. Pemberian bantuan ini dilakukan hanya sekali, sesuai dengan kebutuhan khalayak. Karena pihak Lorin Solo Hotel tidak memberikan bantuan secara rutin, maka diharapkan melalui program acara “Dari Anda Lorin Berbagi” masyarakat terketuk untuk ikut membantu khalayak tersebut.
52
Akan tetapi, dari ke 18 program yang di laksanakan selama periode April 2012 hingga periode April 2013, peneliti tidak akan mengevaluasi keseluruhan program, hanya satu program saja yakni program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, yang di laksanakan pada 26 Maret 2013 di Wonosari, Klaten. Menurut keterangan yang diberikan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel kepada peneliti, dari ke 18 program Corporate Social Responsibility yang telah dilaksanakan, program bantuan bagi penderita Hydrocephalus merupakan program yang mendapat perhatian paling besar dari masyarakat, meskipun perusahaan memberikan bantuan hanya satu kali, namun program ini membawa dampak positif bagi penderita Hydrocephalus dan perusahaan. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya masyarakat yang menelpon untuk ikut memberikan bantuan kepada keluarga penderita Hydrocephalus tersebut. Evaluasi merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi sebuah program. Dalam hal ini evaluasi berfungsi untuk melihat pencapaian tujuan dalam membangun citra perusahaan dari program Corporate Social Responsibility yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi akan diketahui apakah program ini dapat
dilanjutkan,
dihentikan,
atau
dilanjutkan
dengan
berbagai
penyempurnaan. Evaluasi memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau belum dan lain sebagainya. Evaluasi ini berfungsi untuk melihat sejauh mana program tersebut sudah terlaksana, apa yang terjadi dalam proses pelaksanaannya, hingga melihat bagaimana hasil akhir dari program tersebut. Oleh sebab itu untuk mengetahui efektifitas program Corporate Social Responsibility Bantuan Bagi penderita Hydrocephalus akan dilakukan evaluasi terhadap program tersebut. Dalam penelitian program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, peneliti menggunakan metode evaluasi dari Stufflebeam yaitu evaluasi program model CIPP. Dari masing-masing konsep dan tahapan dalam program CSR akan dikelompokkan ke dalam context, input, process, dan
53
product. Evaluasi yang dilakukan adalah untuk mengukur efektivitas program Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel
untuk pembangunan citra. Hasil
evaluasi akan dibahas pada subbab 5.2.
5.2
Program bantuan bagi penderita Hyrdocephalus Corporate Social responsibility merupakan salah satu unsur dalam
menerapkan strategi pembentukan citra perusahaan. Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus dilakukan sebagi bentuk kepedulian perusahaan terhadap kalangan menengah kebawah, sehingga diharapkan melalui program ini tujuan-tujuan yang di harapkan oleh perusahaan dapat tercapai.
Evaluasi
terhadap
program
bantuan
bagi
penderita
Hydrocephalus menggunakan metode analisis data CIPP akan di jelaskan dalam analisa sebagai berikut :
a. Evaluasi Context Evaluasi context ini merupakan situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi program yang akan ataupun telah dijalankan. Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan tentang tujuan evaluasi Context yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang dimilki program. Evaluasi context adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani dan tujuan program tersebut. Evaluasi context ini mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang dilaksanakan yang berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. 1. Latar Belakang Lorin Solo Hotel merupakan salah satu hotel bintang 5 yang terdapat di kota Solo. Hotel ini memiliki beebrapa produk jasa,
54
diantaranya kamar atau tingkat hunian yang terbagi atas Moderate, Deluxe,Executive, Deluxe Suite, dan Bungalow. Selain itu terdapat pula beberapa elemen pendukung yang dihasikan oleh Health Club, Food and Baverage, dan Spa, untuk mendukung produk inti, sehingga Lorin Solo Hotel menjadi pilihan tepat yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan positioning bintang 5 di kota Solo, memiliki citra positif di mata masyarakat menjadi hal yang penting, agar citra positif dapat terwujud, diperlukan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat. Public Relation yang dalam hal ini merupakan penghubung antara perusahaan
dengan
berbagai
lapisan
masyarakat
sehingga
perlu
menerapkan berbagai strategi agar dapat mempertahankan citra positif bagi perusahaan. Salah satu strategi yang ditempuh yakni dengan menerapkan program Corporate Social Responsibility. Melalui program ini diharapkan perusahaan dapat menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan, hal ini senada dengan keterangan yang diberikan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, kartika Oktavia pravitasari : “Corporate Social Responsibility merupakan salah satu strategi dalam pembentukan citra perusahaan, melalui program ini diharapkan perusahaan dapat meraih simpati dari masyarakat, ketika simpati sudah didapat maka hubungan dengan siapapun akan lebih baik,selain itu citra yang ingin didapat meskipun hotel identik dengan kesan komersil namun tidak melupakan kalangan menengah kebawah ”(wawancara pada tanggal 15 Juni 2013). Dari keterangan yang diberikan oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, dapat di lihat bahwa khalayak sasaran program Corporate Social Responsibility merupakan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, hal ini dilakukan agar program yang dilaksanakan tidak hanya menguntungkan bagi pihak perusahaan saja namun masyarakat kalangan menengah ke bawah juga dapat merasakan dampak positif dari program tersebut. Corporate Social Responsibily merupakan program yang banyak dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang jasa, namun yang 55
membedakan program Corporate Social Responsibility yang dilakukan Lorin Solo Hotel dengan hotel-hotel lainnya, dapat dilihat dari strategi pelaksanaan programnya, pelaksaan program tidak memberikan bantuan secara rutin terhadap khalayak sasaran, namun dalam waktu satu bulan, Lorin Solo Hotel dapat melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility sebanyak dua kali. Hal ini di ungkapkan oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari. “Yang membedakan program CSR kami dengan hotel lain atau perusahaan lain, kami konsisten dalam melakukan program CSR, bahkan sebulan bisa dua kali melakukan kegiatan CSR dengan subyek yang berbeda-beda” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013). Pemilihan subyek yang berbeda-beda di lakukan agar bantuan yang diberikan dapat merata, sehingga bantuan tidak hanya dirasakan oleh satu orang atau satu yayasan saja, namun bantuan dapat dirasakan oleh berbagai masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. 2. Analisa Tujuan Dalam evaluasi context ini perlu dilihat apa yang menjadi tujuan dari di adakannya program Corporate Social Responsibility. Selama periode bulan April 2012 hingga bulan April 2013 terdapat satu program yang menarik perhatian masyarakat yakni program bantuan bagi penderita Hydrocephalus yang dilaksanakan pada tanggal 26 maret 2013. Hal ini sesuai dengan pernyataan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari : “Program bantuan bagi penderita Hydrocephaulus merupakan program yang banyak sekali mendapat animo dari para pemirsa TATV banyak yang menelpon untu ikut membantu, berarti kan acara itu bisa menyentuh ke hati masyarakat, jadi program kita mengena, membuat orang-orang tergugah untuk ikut membantu” (wawancara, 30 Juni 2013). Penetapan tujuan utama Lorin Solo Hotel mengadakan program bantuan bantuan bagi penderita Hydrocephalus diperkuat dengan
56
keterangan yang diberikan oleh Public Relation manager, Kartika Oktavia Pravitasari : “Tujuan dari diadakannya program bantuan bagi penderita Hydrocephaulus karena kita memang mengambil subyek-subyek yang kurang mampu, kalau kita lihat penyakit Hydrocephaulus merupakan penyakit langka yang belum bisa tersembuhkan, jadi paling tidak dengan kita membantu anak yang mengidap penyakit Hydrocephaulus kita bisa meringankan beban orang tuanya, apalagi rata-rata terdiri dari orang yang kurang mampu”(wawancara, 30 Juli 2013). Berdasarkan keterangan yang diberikan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, tiga tujuan utama di adakannya program bantuan bagi penderita Hydrochepalus, yaitu : -Meringakan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus -Menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan. -Untuk meningkatkan citra positif bagi perusahaan.
Dari ketiga tujuan tersebut, pada intinya program ini bertujuan untuk membuat hubungan dengan berbagai kalangan menjadi lebih baik. Hal ini senada dengan keterangan Kartika Oktavia Pravitasari Public Relation Manager Lorin Solo Hotel : ”Intinya program ini bertujuan selain membentuk citra positif dan membantu masyarakat yang kurang mampu, program ini bertujuan untuk menjalin hubungan dengan siapapun menjadi lebih baik”(wawancara 30 Juli 2013). Dari ke tiga tujuan yang telah di tetapkan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam merancang sebuah program, Public Relation Manager telah menetapkan tujuan yang ingin di capai, dimana ke tiga tujuan ini saling terkait. Untuk mencapai citra positif bagi perusahaan maka dirancanglah program yang menguntungkan bagi berbagai pihak baik itu bagi perusahaan, khalayak sasaran maupun media, dengan terselenggaranya program tersebut maka akan menghasilkan hubungan yang baik dengan berbagai kalangan. Jadi kesimpulannya, tujuan di
57
adakannya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus telah tersusun dengan jelas, sehingga dari ke tiga tujuan tersebut terfokus pada tujuan inti yakni membentuk citra positif di mata masyarakat, tujuan tersebut dapat terlaksana jika dalam pelaksanaannya, program ini memiliki sumber daya manusia dan sumber materi yang terprogram dengan baik.
3. Analisa Lingkungan Selain melihat tujuan, dalam evaluasi Context juga harus melihat situasi lingkungan. Analisa lingkungan dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan program, selain itu dapat juga di gunakan untuk melihat peluang atau ancaman yang terdapat dalam program tersebut. Dalam analisa lingkungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisa SWOT. Metoda analisa SWOT berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel pada tanggal 30 Juli 2013 di Lorin Solo Hotel situasi yang mempengaruhi program bantuan bagi penderita Hydrocephalus dapat diamati melalui analisis SWOT berikut ini : a. Strength (Kekuatan) Menurut keterangan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Lorin Solo Hotel, yang menjadi kekuatan dalam program ini dengan adanya kerjasama dengan media televisi sebagai media penyampaian pesan kepada khalayak, sehingga dapat membangun image positif bagi perusahaan. “Kekuatan dari program CSR Lorin, melalui penggunaan televisi, efek publikasinya dan penyampaian pesan lebih luas, dengan di adakannya program ini dapat membangun image positif, segmennya Lorin kan untuk kalangan menengah ke atas, secara tidak langsung melalui kegiatan CSR menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kalangan menengah kebawah,
58
dan untuk masyarakat yang melihat melalui televisi akan timbul rasa ingin membantu, dan dengan menginap di Lorin maka secara tidak langsung juga ikut membantu kalangan menegah kebawah tersebut.”(Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013). Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Public Relation Manager, kekuatan program terletak pada penggunaan media televisi, yang mana penggunaan televisi belum di gunakan oleh perusahaan lain, namun berdasarkan analisa peneliti, kekuatan dari program ini terletak pada dukungan sumber daya material yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan Manager Social
tidak terdapat kesulitan bagi Public Relation
dalam mengelola keuangan,dana untuk kegiatan Corporate
Responsibility
telah
disisihkan
dari
sebagian
pendapatan
perusahaan. Selain itu sarana dan prasarana yang mendukung program ini seperti dana atau kebutuhan khalayak sasaran juga mudah didapat, mekanisme pelaksanaan program ini tidak terlalu rumit karena peliputan kegiatan telah bekerjasama dengan TATV.
b. Weakness (Kelemahan) Menurut Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, kelemahan dari program ini terletak pada efek negatif yang ditimbulkan dari program. Permintaan bantuan semakin banyak sedangkan tidak mungkin semua permintaan bantuan dapat diberikan oleh perusahaan. “Sebetulnya kalau kelemahan dari program ini tidak ada hanya efek negatifnya terkadang banyak permintaan sumbangan ke perusahaan semakin banyak, sementara tidak mungkin kita membantu semua, jadi kadang ada beberapa orang yang memaksa meminta sumbangan.” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara 30 Juli 2013) Berdasarkan analisa peneliti terhadap program Hydrocephalus, kelemahan program ini terletak pada kurangnya sumber daya manusia yang di miliki divisi
Public
Relation
dalam
menjalankan
program.
Dalam
pelaksanaannya, baik dalam mengelola keuangan untuk program-program Public Relation, menyusun konsep program, hingga pelaksanaan program 59
sepenuhnya dilaksanakan oleh satu orang, yakin Public Relation Manager. Dengan terbatasnya sumber daya manusia yang terdapat pada lingungan internal perusahaan, membuat hasil akhir dari program kurang terpantau oleh Public Relation. c. Opportunity (Peluang) Penggunaan media televisi merupakan peluang bagi Lorin Solo Hotel, karena jangkauannya yang luas sehingga dapat menyetuh berbagai kalangan. “Mereka mungkin bisa membuat program CSR yang sama tapi dengan media televisi mereka belum bekerja sama, nggak tau kedepannya tapi sejauh ini belum menggunakan media televisi jadi masih ditangani secara internal saja. Menurut saya sebagai pelaksana program CSR sejauh ini belum ada yang menyamai dengan penggunaan media televisi sebagai sarana penyampaian program” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013) Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Public Relation Manager diatas, peneliti dapat menganalisa bahwa peluang yang dimiliki oleh program ini adalah dengan adanya kerjasama perusahaan dengan stasiun televisi sebagai media penyampaian pesan. Penggunaan media televisi belum di gunakan oleh perusahaan lain, meskipun program ini hanya berlangsung sekali namun pesan yang disampaikan media televisi bersifat luas, dapat menjangkau berbagai wilayah, sehingga dapat memudahkan perusahaan untuk menyampaikan program, hal ini memberikan keuntungan bagi Lorin Solo Hotel maupun bagi khalayak sasaran.
d. Threat (Ancaman) Ancaman program ini, apabila hotel lain atau perusahaan lain juga menggunakan media televisi untuk sarana publikasi. “Kalau pihak lain bisa membuat program yang lebih bagus lagi atau dengan menggunakan media televisi juga untuk publikasi” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara 30 Juli 2013).
60
Berdasarkan analisa peneliti terhadap program ini, yang menjadi faktor ancaman adalah dengan semakin meningkatnya persaingan di dunia perhotelan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan lain juga akan menggunakan media televisi, atau akan membuat program-program yang serupa untuk menaikan citra perusahaan. Program Corporate Social Responsibility memang banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain, apabila dalam pelaksanaannya Public Relation Manager tidak melakukan perbaikan, maka tidak menutup kemungkinan program ini dapat tertinggal dengan program perusahaan lain.
b. Evaluasi Input Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Dalam evaluasi input ini yang akan dievaluasi adalah sumber daya yang mendukung program ini yaitu sumber daya manusia, sumber daya material serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung program. Dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, sumber daya manusia dalam hal ini yaitu Public Relation Manager Lorin Solo Hotel sebagai pelaksana kegiatan, sumber daya material yaitu dana dan sarana prasarana yaitu kebutuhan bayi selain itu media dalam hal ini media televisi juga menjadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus. 1. Sumber daya Manusia Dalam
pelaksanaan
program
bantuan
bagi
penderita
Hydrocephalus, dirancang dan dilaksanakan langsung oleh Divisi Public Relation, dalam hal ini yang bertanggung jawab melaksanakan adalah Public Relation Manager. Hal ini sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel : ”Divisi Public Relation terdiri dari tiga anggota Public Relation Manager, Design Grafis dan e-commers namun untuk pelaksanaan
61
program CSR ditangani oleh saya sendiri selaku Public Relation Manager”(30 Juli 2013). Berdasarkan analisa peneliti, dalam keseluruhan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel dirancang dan dilaksanakan sendiri oleh Public Relation Manager. Dalam sebuah program diperlukan adanya kerjasama antar tim agar program itu dapat terlaksana dengan baik, namun dalam program ini Public Relation Manager membuat rancangan program hingga pelaksanaannya dilakukan sendiri tanpa bantuan dari divisi lain. Secara keseluruhan program ini telah berjalan dengan baik, bahkan mendapat respon positif dari masyarakat. Namun kurangnya sumber daya manusia yang terdapat dalam divisi Public Relation membuat hasil akhir dari program ini kurang efektif, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pemantauan mengenai seberapa besar respon khalayak terhadap program ini.
2. Sumber Daya Material Selain Sumber Daya Manusia, yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah sumber daya material atau dana. Dana menjadi Input yang sangat penting bagi berlangsungnya program ini,karena dana tersebut di gunakan untuk membeli kebutuhan yang diperlukan oleh khalayak sasaran. Dana dalam kegiatan
Corporate Social
Responsibility berasal
dari
pendapatan penjualan kamar, Hal ini senada dengan keterangan yang diberikan oleh Public Relation manager Lorin Solo Hotel , Kartika Oktavia Pravitasari. “Sumber dana untuk kegiatan CSR didapat dari menyisihkan pendapatan penjualan kamar pertahun untuk kegiatan CSR disisihkan sebesar 200 juta pertahun”(wawancara, 27 Agustus 2013).
62
Dari dana tersebut yang digunakan untuk program Bantuan bagi penderita Hydrocephaulus sebesar 2juta Rupiah, hal ini sesuai dengan keterangan Public Relation Manager Lorin SoloHotel Kartika Oktavia Pravitasari: “Dana untuk kegiatan bantuan bagi penderita Hydrocephaulus sebesar 2juta Rupiah, dana tersebut kami alokasikan untuk pembelian susu bayi sebesar 1juta Rupiah dan, uang tunai sebesar 1 juta rupiah”(wawancara, 27 Agustus 2013). Dengan dana 2 juta rupiah tersebut dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephaulus untuk biaya kontrol dan kebutuhan sehari-hari, hal ini sesuai dengan pernyataan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel Kartika Oktavia Pravitasari: “Dana sebesar 2 juta Rupiah tersebut sudah sedikit membantu keluarga penderita Hydrocephaulus bisa untuk 2-3 kali kontrol dan sisanya untuk kebutuhan sehari-hari anak tersebut”(wawancara, 27 Agustus 2013). Untuk pengelolaan sumber daya material dikelola langsung oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel , dan bantuan sepenuhnya berasal dari pemasukan perusahaan, tidak ada kerjasama dengan donatur, hal ini senada dengan keterangan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari, pada tanggal 27 Agustus 2013 : “Pengelolaan dana kegiatan CSR merupakan tanggung jawab PR dan seluruh dana yang digunakan merupakan pemasukan dari perusahaan tidak ada kerjasama dengan donatur”(wawancara, 27 Agustus 2013). Dana tidak menjadi hambatan bagi Public Relation dalam menjalankan program ini, sumber daya material yang tersedia memang telah mencukupi untuk pemberian bantuan, sejauh ini Public Relation Manager tidak menemui kendala dalam mengelola sumber daya material yang ada, namun menurut analisa peneliti, tidak adanya kerjasama dengan donatur
63
maupun perusahaan lain membuat jumlah bantuan yan diberikan terbatas, hanya sebatas Budget yang disediakan saja. Adanya kerjasama dengan donatur maupun perusahaan lain dapat memberikan keuntungan bagi pihak Lorin Solo Hotel maupun pihak lain, selain hubungan dengan donatur menjadi lebih baik, bantuan yang diberikan akan lebih besar. Untuk program berikutnya hal ini seharusnya dapat dilakukan, agar program Corporate Social Responsibility terus meningkat.
3. Sarana dan Prasarana : Selain Sumber daya Manusia dan Sumber Daya Material, sarana dan prasarana
juga
merupakan
elemen
penting
untuk
mendukung
berlangsungnya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus ini, adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan selain uang tunai adalah kebutuhan-kebutuhan bayi. Hal ini senada dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel : “Sarana prasarana yang dibutukan selain uang tunai, tentu kebutuhan-kebutuhan bayi seperti susu dan makanan bayi”(wawancara, 30 Juli 2013). Selain kebutuhan bayi, yang menjadi sarana dan prasarana dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah media televisi, media televisi menjadi sarana bagi Public Relation Manager dalam mengkomunikasikan programnya kepada khalayak. Hal ini sesuai dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel : “Selain saya sebagai PR Manager yang menjadi pelaksana, media televisi dalam hal ini TATV juga turut menjadi alat publikasi bagi program CSR ini” (30 Juli 2013). Tersedianya sarana prasarana yang mendukung kegiatan turut membantu terlaksananya program ini dengan baik, melalui survei Public Relation Manager dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran,
64
sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran. TATV menjadi media utama yang membantu Public Relation Manager dalam mengkomunikasikan programnya. Selain televisi, media cetak juga menjadi sarana dalam menyampaikan program-program Public Relation kepada khalayak. Karena program ini hanya dilakukan satu kali, diharapkan dalam mengkomunikasikan kepada masyarakat hendaknya Public Relation juga memberi info mengenai apa yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran tersebut, sehingga bantuan yang diberikan untuk selanjutnya dapat tepat sasaran. Berdasarkan keterangan yang di berikan oleh Public Relation Manager menunjukkan bahwa sumber daya atau Input yang dimiliki Lorin Solo Hotel memiliki sumber daya material yang mencukupi untuk melaksanakan program ini. Dana yang tersedia cukup besar untuk melaksanakan program-program Corporate Social Responsibility, sehingga dalam mengelola tidak menemui kendala. Dari segi sumber daya manusia, program ini telah berjalan dengan baik dengan di tangani oleh satu orang saja yakni Public Relation Manager, namun pada akhir program, respon masyarakat terhadap program-program Corporate Social Responsibility kurang dapat terpantau oleh Public Relation Manager, hal ini dikarenakan banyaknya program Public Relation yang ditangani oleh Public Relation Manager sehingga tidak memungkinkan untuk memantau hasil akhir program tersebut, melihat bagaimana respon khalayak dan memantau khalayak-khalayak sasaran yang menerima bantuan. Sarana dan prasarana yang di gunakan untuk menunjang kegiatan Corporate Social Responsibility sejauh ini tidak menemui kendala karena telah terencana dan tersedia Berdasarkan pengamatan peneliti baik dari sumber daya material maupun sumber daya eksternal seperti sarana prasarana, media, maupun dari khalayak sasaran program ini tidak menemui kendala, hanya pada sumber daya internal, seharusnya program ini dapat dipantau oleh Public Relation, apabila memungkinkan dapat di bentuk tim khusus untuk membantu Public Relation Manager dalam melaksanakan program ini, sehingga tidak hanya pada saat
65
pelaksanaan saja namun setelah program ini terlaksana, program ini dapat terus dipantau agar untuk melaksanakan program selanjutnya Public Relation dapat mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki. c. Evaluasi Process Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan
prosedur
atau
rancangan
implementasi
selama
tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan
dan
komponen
apa
yang
perlu
diperbaiki.
Untuk
menggambarkan evaluasi process, peneliti akan menguraikan proses awal gagasan
program
ini
hingga
tahap
pelaksanaan
program
dapat
berlangsung. Dalam sebuah perencanaan program diperlukan strategi agar program yang di buat dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti hotel perlu menerapkan strategi dalam mengemas program-programnya agar terlihat menarik dan mengena di hati mayarakat. Dalam perencanaan program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh Public Relation akan dilihat strategi yang di gunakan dalam menjalankan kegiatan Corporate Social Responsibility. Dari hasil wawancara peneliti dengan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, mengatakan : “Untuk program ini kita mempunyai gagasan bahwa bagaimana kalau kita punya program CSR kan biasanya dipublikasikan di koran, kalau dikoran kan cuma dibaca orang dan orang bisa lupa tapi kalau orang melihat sendiri proses bagaimana kita menemukan subyek, bagaimana kehidupan subyek itu sehari-hari mungkin akan lebih menggugah masyarakat untuk ikut membantu meringankan beban masyarakat yang kurang mampu, sehingga bantuan dapat berkesinambungan, jadi bukan hanya kita yang membantu tapi masyarakat juga ikut membantu, kalau kita tayangkan di televisi kan orang jadi lihat lalu ingin membantu, mungkin bantuan yang diterima justru akan semakin banyak. Kita juga terinspirasi dari 66
acara-acara di televisi kan banyak yang seperti itu”(wawancara, 30 Juli 2013). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa program ini merupakan agenda yang dimiliki Public Relation dalam menjalankan aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Strategi yang diterapkan untuk mengemas program ini adalah dengan adanya kerjasama dengan media televisi sebagai media publikasi, pelaksanaan program dilakukan satu bulan dua kali dengan subyek yang berbeda-beda. Tujuan penerapan strategi ini agar program yang disampaikan oleh perusahaan dapat menyentuh hati masyarakat yang melihat tayangan “Dari Anda Lorin Berbagi”. Strategi pengemasan program merupakan hal yang penting karena Public Relation dapat melihat kelebihan, kelemhan, peluang dan ancaman dari program tersebut. Dalam menjalankan programnya, Public Relation terlebih dahulu melakukan survei kepada khalayak sasaran, hal ini di tujukan agar bantuan yang diberikan oleh perusahaan dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan subyek tersebut. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation, Lorin Solo Hotel : “Ketika kita bantu penderita Hydrocephaulus sebenarnya kita menindaklanjuti surat yang dikirimkan orang tuanya kesini, jadi orang tuanya mengirim surat ke sini (Lorin) untuk minta bantuan, setelah kita survei ternyata memang membutuhkan bantuan, disurat itu ditulis, dia butuh susu,butuh makanan, butuh biaya untuk pengobatan, dua minggu setelah kami terima surat dari orang tua penderita Hydrocephalus, kemudian kita survei, kita lihat kondisi anak tersebut dan orang tuanya, persiapannya tiga hari untuk mempersiapkan dana dan membeli kebutuhan-kebutuhan untuk bantuan, setelah itu kita jadwalkan kesana” (Wawancara 30 Juli 2013). Dilihat dari rentang waktu antara surat permohonan bantuan dengan waktu pelaksanaan program, program ini bukan merupakan agenda yang sengaja di buat oleh Public Relation, program ini belum terencana sebelumnya, namun dalam pelaksanaan, Public Relation cukup bijak
67
dalam mempersiapkan program ini sehingga sumber daya yang tersedia dapat di gunakan secara efektif. Tahap berikutnya dalam pelaksanaan program, setelah Public Relation melakukan survei ke lokasi khalayak, tahap berikutnya adalah dengan melakukan pemberian bantuan kepada penderita Hydrocephalus pada tanggal 26 Maret 2013. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel : “Saat pelaksanaan kita Backup beberapa, kita beri susu, makanan dan uang tunai, sesuai dengan kebutuhan anak tersebut, tanggal 26 maret kita lakukan pemberian bantuan dengan diliput oleh TATV” (wawancara, 30 Juli 2013) Selama kegiatan ini berlangsung, program bantuan bagi penderita Hydrocephaus sudah berjalan sesuai dengan rancangan kegiatan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Public Relation Manager. Dalam pelaksanaan program, Public Relation Manager juga tidak menemukan kendala baik itu dari sumber daya manusia maupun sumber daya material. “Sejauh ini sih kita tidak menemui kendala, baik itu sumber dana maupun teknis, proses pelaksanaan program juga sesuai dengan rencana.” (Public Relation Manager, Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara 30 Juli 2013). Dalam program ini, perencanaan merupakan hal yang penting, mulai dari siapa yang melaksanakan program, apa yang akan dilaksanakan hingga bagaimana program itu dilaksanakan. Sejauh ini program bantuan bagi penderita Hydrocephalus telah berjalan sesuai dengan rencana, meskipun hanya diperlukan waktu kurang lebih dua minggu untuk mempersiapkan pelaksanaan program. Suksesnya acara ini tidak lepas dari peran Public Relation yang mempersiapkan programnya dengan matang, selain itu sumber daya material dan sarana dan prasarana yang tersedia juga mendukung terselenggaranya program ini dengan baik. Respon khalayak terhadap program yang di buat oleh Public Relation merupakan tolak ukur keberhasilan program-programnya. Bantuan yang diberikan oleh pihak Lorin Solo Hotel hanya dilakukan satu
68
kali. Menurut keterangan Public Relation Manager, respon paling besar terdapat pada program Hydrocephalus namun seberapa besar respon khalayak, Public Relation tidak memantau. Hal ini dinyatakan oleh Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel : “Dari program-program CSR yang jelas mendapat respon program itu (Bantuan bagi penderita Hydrocephalus) kalau jumlah orang yang memberikan bantuan kita tidak memantau, hanya memberi info saja mengenai alamat orang tua penderita Hydrocephalus, karena Lorin membantu juga Insidental dengan harapan agar orang lain terketuk hatinya” (wawancara, 20 September 2013). Tidak adanya Contol yang di lakukan oleh Public Relation terhadap program yang dijalankannya karena Lorin Solo Hotel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa bukan di bidang Sosial, sehingga Public Relation merasa tidak perlu membuat data mengenai respon masyarakat yang ingin ikut memeberikan bantuan. Hal ini di ungkapkan oleh Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari : ”Lorin kan bukan badan sosial, Cuma membantu insidental jadi masalah berapa yang ikut menyumbang kita tidak memantau, karna bantuan diserahkan langsung kepada subyek. Kita juga tidak membuat data orang-orang yang merespon program ini, repot juga kalau harus di buat data”(wawancara 20 September 2013). Dari keterangan yang diberikan Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel , peneliti menganalisa bahwa program ini secara keseluruhan telah berjalan sesuai dengan rencana, hanya saja pada akhir program, Public Relation tidak melakukan pemantauan terhadap respon khalayak. Public Relation hanya sebatas mengetahui bahwa dari ke-18 program yang telah dijalankannya dari periode April 2012 hingga April 2013, program yang mendapat respon adalah program bantuan bagi penderita Hydrocephalus. Hasil akhir dari program ini tidak terpantau oleh Public Relation. Hal ini dapat disebabkan banyaknya program-program Public Relation yang harus dijalankan oleh Public Relation Manager, sehingga tidak memungkinkan untuk memantau masing-masing program. 69
Untuk kedepannya, diharapkan setiap program dapat dipantau hasil akhirnya, tidak hanya sebatas menjalankan saja, namun respon dari masyarakat harus tetap dipantau agar Public Relation dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengauhi keberhasilan atau tidak berhasilnya sebuah program. Sumber daya manusia juga menjadi hal yang penting dalam mendukung berlangsungnya program, jika memungkinkan kedepannya dapat di bentuk sebuah tim untuk membantu Public Relation Manager menjalankan program-program Corporate Social Responsibility.
d. Evaluasi Product Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil dari kegiatan ini adalah perusahaan lebih dikenal khalayak dengan program-program sosialnya, hal ini terlihat dengan besarnya animo masyarakat terhadap program Corporate Social Responsibility yang dilakukan Lorin Solo Hotel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel : “Jadi karena dibantu televisi sehingga banyak yang melihat acara ini, hal ini merupakan dampak positif karena melalui publikasi yang kita lakukan, orang akan melihat kita sebagai hotel yang peka terhadap nilai-nilai sosial, sejak ditayangkan program ini banyak orang yang bertanya untuk ikut membantu”(wawancara, 30 Juli 2013). Besarnya respon masyarakat terhadap sebuah program dapat menjadi tolak ukur bahwa sejauh ini program-program yang di jalankan oleh Public Relation mendapat berhasil mencapai tujuan. Dengan adanya respon berarti program-rogram yang dijalankan mendapat perhatian dari masyarakat, paling tidak masyarakat mengetahui bahwa Lorin Solo Hotel menyelenggarakan program-program sosial. Dari tiga tujuan yang telah di tetapkan, tujuan pertama yakni meringankan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus telah
70
tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel: “Setidaknya dengan dana tersebut bisa sedikit meringankan beban ekonomi orang tua penderita Hydrocephaulus tersebut, karena bisa untuk biaya 2-3 kali kontrol, kalau membantu secara keseluruhan ya berat karena banyak program-program CSR lain.” (wawancara 27 Agustus 2013) Dengan
besarnya
dana
yang
dimiliki
perusahaan,
tidak
menghambat Public Relation Manager dalam mempersiapkan dana yang dipakai untuk kegiatan tersebut. Karena sifat bantuan yang diberikan tidak secara rutin, maka dengan dana tersebut telah meringankan beban ekonomi orang tua penderita Hydrocephalus. Sejauh ini perusahaan tidak pernah terlibat konflik baik itu dengan pihak internal perusahaan, maupun pihak eksternal perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan berhasil dalam membangun relasi yang baik dengan berbagai khalayak. Sesuai dengan tujuan ke dua yang telah di tetapkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel : “Sejauh ini, kami (Lorin Hotel Solo) tidak pernah terlibat konflik dengan berbagai pihak, karena program-program kita banyak melibatkan khalayak dengan berbagai kalangan, misalnya program CSR, sehingga hubungan dengan siapa saja menjadi lebih baik”(wawancara, 30 Juli 2013). Tugas utama Public Relation adalah menjadi jembatan antara perusahaan dengan masyarakat. Melalui program ini dampak positif yang diterima perusahaan adalah hubungan yang baik dengan berbagai kalangan. Program ini secara tidak langsung menunjukan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kalangan menengah kebawah. Program-program
Corporate
Social
Responsibility
yang
dilaksanakan oleh Lorin Solo Hotel, selain memberikan dampak positif, program ini mendapat respon yang baik dari masyarakat, sehingga program ini juga dapat menginspirasi perusahaan lain, dengan meniru program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel. 71
“Respon masyarakat sendiri cukup baik ya. Mereka banyak yang ingin ikut membantu, selain itu program kita juga sudah banyak ditiru perusahaan lain, tapi sejauh ini belum sampai menggunakan media televisi”(Kartika Oktavia Pravitasari, Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, wawancara 30 Juli 2013). Bukti nyata keberhasilan program-program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan Lorin Solo Hotel adalah dengan diraihnya beberapa penghargaan. Melalui penghargaan, citra perusahaan dimata khalayak pun meningkat, indikator penilaian penghargaan selain kualitas pelayanan juga terdapat indikator aksi kepedulian sosial, selama tahun 2013 Lorin Solo Hotel telah meraih dua buah penghargaan. Melalui penghargaan tujuan ke tiga dari program ini yakni meningkatkan citra positif perusahaan telah tercapai. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diberikan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel : ”Melalui program CSR Lorin Solo Hotel telah mendapat beberapa penghargaan, di Tahun 2013 telah meraih penghargaan Solo Best Brand Index kategori Hotel dengan merek terbaik, dan Asean Excecutive Award pada bulan Juli 2013, salah satu indikator penilaian dari segi kepedulian sosial”(wawancara, 30 Juli 2013). Berdasarkan manfaat yang diterima oleh perusahaan maupun khalayak dapat dilihat bahwa program ini telah mencapai tujuan. Baik itu tujuan pertama, kedua, dan ketiga. Melihat bahwa program ini telah berjalan sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, Public Relation Manager berencana untuk melanjutkan program Corporate Social Responsibility sesi ke tiga, program ini akan tetap bekerjasama dengan TATV dengan khalayak sasaran yang berbeda-beda. pernyataan ini sesuai dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel : “Program CSR yang dijalankan, khususnya program bantuan untuk penderita Hydrocephalus sejauh ini telah mencapai tujuan, jadi program ini akan kita lanjutkan ditahun ke tiga, dengan khalayak sasaran berbeda-beda”(wawancara 30 Juli 2013).
72
Meskipun program ini terbilang sukses, namun Public Relation tidak ingin mengulang program ini dengan subyek yang sama, hal ini disebabkan masih banyak khalayak yang belum terjangkau oleh perusahaan, perusahaan ingin agar bantuan yang diterima dapat lebih merata. Hal ini di ungkapkan oleh Public Relation, Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari : “Kita tidak akan mengulang program dengan subyek yang sama, masih banyak target lainnya yang belum terjangkau”(wawancara,20 September 2013). Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus hanya berlangsung sekali dan tidak secara rutin dilakukan, namun program-program Corporate Social Responsibility dirasa mampu memberikan efek besar bagi perusahaan, yakni dengan meningkatkan citra perusahaan. Program sosial dirasa cukup efektif dalam meningkatkan citra perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel : “Tentu program CSR mampu meningkatkan citra. Kalau orang lihat lalu bisa tersentuh, kita dapat penghargaan berkali-kali sebagai hotel terbaik berarti persepsi masyarakat bagus. Terukurnya citra perusahaan itu dari didapatkanya penghargaan. Dengan adanya CSR itu kan Image naik. Buktinya Lorin dapat penghargaan Best Brand yang itu didapat dari survei masyarakat. Kalau suruh analisa ke masyarakat sendiri ya nggak bisa, harus pakai lembaga khusus. Ukuran saya kalau sampai ke masyarakat bisa kenal Lorin itu Brand Awareness terangkat” (wawancara, 20 September 2013). Berdasarkan analisa peneliti, bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa, penghargaan merupakan hal penting yang harus di raih. Dengan adanya penghargaan, maka citra perusahaan akan semakin naik. Penghargaan di dapat melalui survei masyarakat, yang di dalamnya terdapat aspek-aspek sejauh mana perusahaan peduli dengan lingkungan sekitarnya. Untuk itulah program Corporate Social Responsibility dikemas agar terlihat berbeda dengan program perusahaan lain. Pengemasan
73
program yang hanya dilakukan satu kali merupakan strategi agar bantuan yang diberikan dapat merata. Penggunaan media televisi merupakan sarana publikasi agar pesan yang disampaikan lebih mengena di hati masyarakat. Pada tahap kesimpulannya bahwa program ini haruslah tetap dilanjutkan
dengan
terus
dikembangkan
agar
masyarakat
yang
menyaksikan tergerak untuk ambil bagian dalam program-program Lorin. Kerjasama dengan donatur maupun instansi lain perlu dilakukan agar selain hubungan dengan instansi lain menjadi lebih baik, bantuan yang di terima khalayak sasaran akan lebih besar. Perlunya di buat tim untuk membantu Public Relation Manager dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility juga harus dipertimbangkan, agar setelah program berjalan respon dari masyarakat dapat di pantau, sehingga Public Relation mengetahui seberapa besar respon khalayak terhadap program yang dijalankan, sehingga dapat dilihat kelebihan maupun kelemahan program untuk di jadikan evaluasi bagi program selanjutnya.
5.3 Matrik Evaluasi Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus Tabel.1 Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus Context
Data Lapangan Tujuan diadakannya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah : 1. Meringankan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus. 2. Menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan. 3. Untuk membentuk citra positif bagi perusahaan. Analisa Swot berdasarkan keterangan Public Relation Manager : -Kekuatan : Adanya kerjasama
Hasil Analisis - Dalam merumuskan program, Public Relation telah menetapkan tujuan dengan jelas.
-Dukungan berupa sumber daya materi 74
Input
dengan media televisi.
merupakan kekuatan dari program ini.
-Kelemahan : Efek negatif yang timbul berupa banyaknya permintaan bantuan kepada perusahaan. -Peluang: Penggunaan media televisi sebagai sarana publikasi.
-Program ini hanya dijalankan oleh satu orang saja.
Ancaman:Perusahaanlain menggunakan media televisi sebagai sarana publikasi.
-Dengan terus berkembangnya programprogram perusahaan lain atau dengan program ini ditiru oleh perusahaan lain dapat menjadi ancaman.
-Penggunaan media televisi sebagai strategi pengemasan program sekaligus sebagai salah satu media penyampaian pesan dapat menjadi peluang bagi perusahaan.
Berdasarkan keterangan yang diberikan Public Relation Manager : 1.
Sumber daya manusia :
pelaksana program hanya satu
1. Pelaksana program yang hanya dilaksanakan oleh satu orang.
orang Public Relation Manager.
2.
Sumber daya material : satu
juta uang tunai dan satu juta berupa
2. Dana yang digunakan mencukupi untuk melaksanakan program ini.
susu bayi.
3.Sarana dan pra sarana :
3. Adanya sarana dan pra sarana
kebutuhan-kebutuhan bayi dan
yang dibutuhkan untuk
media televisi sebagai alat
mendukung program ini.
publikasi. Process
-Program diberikan hanya satu kali,
-Pemberian bantuan yang dilaksanakan
hal ini dikarenakan masih banyak
hanya satu kali dan tidak rutin namun
khalayak yang harus dijangkau oleh
Public Relation terlebih dahulu
perusahaan.
melakukan survei sehingga bantuan disesuaikan dengan kebutuhan khalayak
75
tersebut. -Sebelum melaksanakan program, Public Relation terlebih dahulu melakukan survei mengenai apa yang menjadi kebutuhan penderita Hydrocephalus tersebut. -Dalam pelaksanaannya, Public
-Dalam pelaksanaan program, program ini
Relation Manager tidak menemui
telah berjalan sesuai dengan rencana.
kendala, karena telah berjalan sesuai rencana. -Public Relation Manager tidak
-Public Relation tidak memantau seberapa
melakukan pemantauan terhadap
besar respon khalayak terhadap progam
khalayak yang ikut memberikan
ini.
bantuan kepada penderita Hydrocephalus. Product
-Hasil akhir dari program ini adalah
-Dari ke 18 program CSR, program ini
dengan besarnya antusias
yang paling banyak mendapat respon dari
masyarakat untuk ikut membantu
khalayak.
keluarga penderita Hydrocephalus. -Melalui program ini perusahaan
-Dengan bantuan yang diberikan
dapat sedikit membantu
perusahaan dapat membantu pengobatan
meringankan beban ekonomi
penderita Hydrocephalus.
keluarga penderita Hydrocephalus.
-melalui media televisi banyak
-Melalui program CSR membuat
masyarakat yang ingin ikut membantu.
hubungan perusahaan dengan
Dengan adanya program ini maka
berbagai kalangan menjadi lebih
hubungan perusahaan dengan masyarakat
baik.
menjadi lebih baik.
-Lorin Solo Hotel meraih beberapa
-Penghargaan yang diterima Lorin Solo
penghargaan di tahun ini, salah satu
Hotel merupakan wujud penghargaan
faktor yang menyebabkan
terhadap aksi kepedulian yang dilakukan
76
perusahaan meraih penghargaan
perusahaan terhadap kalangan menengah
adalah dengan adanya program-
kebawah. Namun yang menjadi faktor
program Corporate Social
penentu di raihnya penghargaan tidak
Responsibility.
hanya terletak pada program Hydrocephalus saja.
Dalam evaluasi Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, pada dasarnya memiliki tujuan yang jelas dalam perencanaan progamnya, namun pada analisis SWOT, Public Relation Manager kurang memahami kekuatan serta kelemahan program. Dalam keterangannya di sebutkan bahwa kekuatan program terletak pada penggunaan media televisi, kelemahan program terletak pada efek negatif yang timbul berupa banyaknya permintaan bantuan kepada perusahaan. Namun berdasarkan analisis peneliti, kekuatan program ini terletak pada tersedianya dana yang dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya progam, sedangkan kelemahan program terletak pada minimnya sumber daya manusia yang mejalankan program ini. Evaluasi Input berdasarkan keterangan Public Relation Manager, pelaksana program hanya terdiri Public Relation Manager saja. Secara keseluruhan, program ini dapat ditangani oleh Public Relation Manager saja namun minimnya sumber daya manusia yang menangani program ini membuat hasil akhir program tidak dipantau. Sumber daya lain yang dibutuhkan dalam program ini adalah sumber daya material berupa dana. Dana yang di perlukan untuk mendukung program ini sepenuhnya telah disediakan oleh perusahaan. Dana berasal dari sebagian pendapatan perusahaan. Sarana dan pra sarana yang diperlukan untuk mendukung program juga telah dipersiapkan dengan baik. Sejauh ini tidak ada kendala terkait dengan sarana dan pra sarana tersebut. Evaluasi Process, dalam tahap proses pelaksanaan program, Public Relation Manager terlebih dahulu melakukan survei untuk melihat kebutuhan apa yang diperlukan subyek tersebut, setelah melakukan survei kemudian berkoordinasi dengan pihak TATV untuk melakukan peliputan. Secara keseluruhan dari tahap persiapan hingga pelaksanaan program, dapat dikatakan program ini efektif karena telah sesuai dengan perencanaan. Namun pada hasil akhir program, seberapa banyak respon khalayak pada program ini, Public Relation Manager 77
tidak melakukan pemantauan, dalam sebuah program, evaluasi seharusnya dilakukan agar Public Relation mengetahui kekurangan yang terdapat pada program. Evaluasi Product. Hasil akhir dari program ini terlihat dari dampak positif yang ditimbulkan. Dari ke 18 program Corporate Social Responsibility, program bantuan bangi penderita Hydrocephalus merupakan program yang banyak mendapat respon dari khalayak. Hal ini tampak dari banyaknya masyarakat yang menelpon untuk ikut memberikan bantuan. Tujuan pertama dari program ini yakni ingin membantu meringankan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus telah tercapai, yakni dengan bantuan yang diberikan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari subyek. Tujuan kedua dari program ini, menjalin hubungan yang baik dengan berbagai kalangan. Corporate Social Responsibility secara keseluruhan mampu menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan, khususnya kalangan menengah ke bawah. Tujuan ketiga, dari program ini adalah meningkatkan citra positif bagi perusahaan. Secara keseluruhan program Corporate Social Responsibility mampu meningkatkan citra bagi perushaan, karena perushaan akan dikenal sebagai hotel yang peka terhadap aspek-aspek sosial.
78