BAB V KONS EP PERENCAN AAN DAN PERANCANGAN
V.1
Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian bertaraf hotel bintang tiga yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. Rancangan-rancangan bangunan ini juga harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Rancangan hemat energi atau efisiensi energi dibutuhkan untuk menjelaskan kepedulian energi di arsitektur. Perancangan hemat energi pada nantinya akan menghasilkan bangunan yang meminimalkan kebutuhan energi yang mahal, berpolusi dan tidak dapat didaur ulang serta tanggap terhadap lingkungan sekitarnya.
V.2
Konsep Perancangan Kegiatan Adapun jenis kegiatan dan sifat kegiatan yang ada di dalam kostel adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Jenis dan sifat kegiatan
Jenis Kegiatan Utama
Sifat Kegiatan Private
Keterangan Ruang • Hunian M ahasiswa • Lapangan outdoor
Pengelola
Publik
Pengelola kegiatan administrasi
130
kostel Penunjang
• Kantin
Publik
• Retail Penunjang
Semi Publik
• Serba Guna
Service
Service
• R. M EE • R. Security
V.3
Konsep Kebutuhan Luas Ruang Luas kebutuhan ruang seluruh-nya : o Hunian
Tipe single
50% : 15 m² × 250
: 2250
m²
Tipe double
35% : 28 m² × 76
:
2128
m²
Tipe deluxe
10% : 54 m² × 16
:
864
m²
Tipe family
5% : 73.5 m² ×8
:
588
m²
Sirkulasi
:
815
m²
:
6996
m²
20 %
Total o Ruang-ruang lain
R. Pengelola
:
95
m²
R.Servis
:
148
m²
R. Utilitas
:
215
m²
Fasilitas penunjang
:
1427
m²
131
Parkir
:
986
m²
Total
:
3312
m²
Luas yang dibutuhkan
V.4
: 6996 m² + 3312 m² = 10308
m²
Konsep Perancangan Tapak
V.4.1 Konsep Pencapaian M enuju Tapak Pencapaian menuju tapak yang direncanakan meliputi entrance masuk kendaraan, akses keluar kendaraan, side entrance untuk kendaraan servis dan entrance pedestrian untuk pejalan kaki adalah sebagai berikut :
Pintu masuk kendaraan
1 Pintu keluar kendaraan Side Entrance 2 (kendaraan servis)
Pedestrian pejalan kaki
Gambar 5.1 Konsep Pencapaian pada tapak
Main entrance terletak pada jalan Rawa Belong (jalan nomor 1) dikarenakan row jalan yang lebih lebar dibandingkan pada jalan Kebon Jeruk Raya (jalan nomor 2). Pintu masuk kendaraan terletak jauh dari pertigaan untuk
132
menghindari kemacetan, sirkulasi yang ada sejak masuk entrance utama ini adalah searah untuk menjaga kelancaran kendaraan di dalam maupun di luar tapak. Selain itu untuk side entrance terdapat pada jalan Kebon Jeruk Raya, pada sisi ini direncanakan sistem sirkulasi searah sama dengan akses masuk utama. Pada side entrance ini hanya dikhususkan bagi sepeda motor maupun kendaraan service. Antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor di buat pemisahan area sehingga tidak cross, yaitu berupa pedestrian di pojok pertigaan yang menjadi titik sirkulasi bagi para penghuni yang umumnya mahasiswa Binus.
V.4.2 Konsep Sirkulasi Dalam Tapak Berdasarkan konsep pencapaian, konsep sirkulasi dalam tapak menggunakan pola gridion untuk kendaraan dimana kendaraan diarahkan dan jelas menuju ke bangunan agar tidak berputar-putar dan tidak menggangu aktifitas di dalam tapak. Sementara untuk pejalan kaki menggunakan pola linier dimana mendapatkan akses langsung masuk ke bangunan dari pertigaan jalan dengan melewati ruang publik.
Sirkulasi kendaraan
Publik
Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi pejalan kaki
Gambar 5.2 Konsep sirkulasi tapak
133
V.4.3 Konsep Orientasi Bangunan Berdasarkan hasil analisa dari orientasi massa bangunan yang ditentukan oleh faktor matahari, angin dan kebisingan. M aka orientasi massa bangunan adalah :
Sound Buffer
Gambar 5.3 Konsep Orientasi bangunan
M assa bangunan menghadap utara-selatan dengan sisi pendek menghadap timur-barat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir panas yang berlebihan dari matahari barat, tetapi cahaya dari matahari barat juga dapat digunakan pada sisi – sisi koridor ataupun bagian dalam ruang sama seperti halnya matahari timur. Disekitar bangunan diberikan pepohonan sebagai sound buffer dari bising dan penghijauan lingkungan. Arah bangunan disesuaikan dengan arah angin namun tetap memperhatikan aspek bentuk dinamis selain itu pohon yang tadinya berfungsi sebagai buffer juga dapat untuk membelokan angin ke dalam ruangan (Gambar 5.4).
134
Gambar 5.4 Konsep arah angin dan massa
V.4.4 Konsep Gubahan M assa Bentuk massa di buat berbeda- beda namun mempunyai satu kesatuan dalam pengolahan fasade-nya. M assa bangunan dibuat dengan sistem terpusat dikarenakan untuk menciptakan suatu ruang dalam yang dapat menjadi nilai view yang positif bagi penghuni di dalamnya. Hunian Alternatif 1
Penunjang Inner court
Gambar 5.5 Konsep Gubahan Massa
Dengan adanya ruang dalam yang terbuka di antara massa bangunan, maka telah tercipta suatu area yang dapat digunakan sebagai sarana rekreasi
135
bagi penghunya. Selain itu ruang dalam terbuka tersebut juga akan dipenuhi oleh pohon – pohon yang berfungsi untuk membelokkan angin sehingga masuk ke dalam ruangan dan berdampak pada kesejukan sehingga dapat menghemat pemakaian
energi untuk AC. Bentuk gubahan
massa
keseluruhannya sendiri memperhatikan respon dari aksis tapaknya serta dipadukan dengan bentuk dinamis sehingga tidak terkesan kaku.
V.4.5 Tata Ruang Luar Konsep untuk tata ruang luar dibagi berdasarkan fungsinya yaitu ruang luar aktif dan ruang luar pasif. Untuk ruang luar aktif di di bangunan kostel terdapat : •
Plaza, dimana akan digunakan sebagai public space untuk menjadi perantara ruang-ruang di dalam bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Di plaza ini, para penghuni dapat bersosialisasi dengan sesamanya. Pada plaza akan diletakkan elemen air sebagai penurun suhu di sekitarnya dan pepohonan.
•
Ruang komunal pada bangunan ini diletakkan di antara massa bangunan.
Fungsinya sebagai tempat
berkumpul dan
bersosialisasi yang lebih privasi dibandingkan plaza. Ruang komunal ini dapat berbentuk taman yang dilengkapi dengan pepohonan peneduh dan kursi taman.
136
Elemen-elemen yang dapat mendukung konsep tata ruang luar bangunan kostel tersebut adalah : •
Elemen lunak, yang terdiri dari pohon sebagai peneduh dari sinar matahari dan penghasil oksigen bagi manusia, pohon juga dapat digunakan sebagai sound barrier bagi bising yang akan masuk ke dalam tapak. Untuk rumput dapat digunakan sebagai perkerasan untuk pejalan kaki di taman.
•
Elemen keras, yang terdiri dari air mancur atau kolam untuk menurunkan suhu sekitar, kursi untuk tempat duduk bagi penghuni dan fasilitas pembuangan sampah sebagai wujud peduli
lingkungan.
Untuk
perkerasan
kendaraan
menggunakan grass block dan aspal serta pejalan kaki menggunakan batu alam. V.4.5.1 Parkir Konsep parkir yang akan digunakan dalam proyek kostel ini adalah parkir 90° dan 60°. Parkir ini akan ditujukan untuk penghuni, tamu dan pengelola. Parkir terdiri dari parkir mobil, motor dan kendaraan servis. Alasan penggunaan parkir 90° adalah sirkulasi parkir yang mudah dan jumlah parkir yang ditampung lebih banyak karena penggunaan lahan yang sedikit, untuk jenis parkir ini terdapat di area basement dan dikhususkan bagi penghuni. Sementara untuk parkir 60° terdapat diluar bangunan penunjang yang lebih berfungsi untuk tamu ataupun pihak pengelola.
137
Gambar 5.6 Konsep Tata Ruang Luar
Sementara untuk motor dan kendaran service terpisah dibagian selatan tapak yang lebih dekat dengan area side entrance di jalan Kebon Jeruk Raya. Khusus untuk parkir motor di area ini di fungsikan bagi tamu penghuni atau pengunjung yang ingin menggunakan fasilitas yang bersifat publik di dalam tapak kostel seperti minimarket atau restoran.
V.4.6 Konsep Penzoningan Untuk penzoningan di dapatkan berdasarkan pertimbangan : •
Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan
•
Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan
•
Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi
138
Tabel 5.2 Letak jenis kegiatan Sifat
Jenis ruang
Letak pada tapak
Keterangan
Bagian Utara-Sel atan
Teletak di bagian tengah
Kegiatan Private
Kamar-kamar hunian Lapangan outdoor
tapak, dan hanya di jangkau oleh penghuni
Semi Publik
Ruang Serba guna
Bagian selatan
Plaza terbuka antara
Untuk ruang serba guna berhadapan dengan jal an
massa hunian
utama dan sekunder agar mudah terlihat. Merupakan ruang yang terbentuk
karena
peletakkan
dari
massa
hunian yang m embentuk ruang
terbuka
seperti
plaza,
daerah
hanya
dijangkau oleh penghuni dan sebagian dari tamu saja Punlik
Pengelola
Bagian timur
Berhadapan
dengan jalan
Plaza
utama, dan merupakan pintu
Parkir
masuk utama, dekat dengan
Kantin
jalan utama karena supaya
Retail
semua ruang publik dapat terjangau oleh pengunjung
Service
Ruang MEE
Bagian barat
Tidak terlihat secara umum, dan
dekat
dengan
jalan
sekunder yang merupakan pintu masuk service
139
Gambar 5.7 Konsep Penzoningan
V. 5
Konsep Perancangan Bangunan
V.5.1 Bentuk Bangunan
Gambar 5.8 Massa Majemuk
Bentuk massa bangunan yang akan diterapkan pada perancangan kostel ini adalah massa majemuk. Pertimbangan dalam menentukan massa majemuk adalah : •
Pengelompokan kegiatan di dalam kostel
140
•
Pemaksimalan pengudaraan alami tanpa memasukkan faktor angin terlalu banyak ke dalam bangunan namun angin dapat bergerak di antara bangunan.
•
Pemaksimalan pencahayaan alami karena dengan massa majemuk dapat dihindari adanya ruang di dalam ruang sehingga seluruh ruang mendapatkan pencahayaan alami.
Untuk bentuk bangunan, menggunakan bentuk dasar persegi dengan pola organisasi massa bangunan yaitu campuran antara pola grid dengan pola linier.
V.5.2 Konsep Sistem Sirkulasi di dalam Bangunan Konsep sistem sirkulasi untuk bangunan kostel adalah untuk sirkulasi horisontal didalam bangunan menggunakan sistem linier dengan memadukan koridor jenis single loaded dan double corridor pada massa bangunan yang saling terkoneksi dengan keuntungan : •
Pencapaian dari ruang ke ruang dekat.
•
M emuat banyak unit.
•
M embutuhkan space yang sedikit sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal.
•
M emaksimalkan pencahayaan alami
•
M emaksimalkan cross ventilation atau ventilasi silang pada single loaded corridor
141
•
Terjadi koneksi antar massa yang tidak terkesan padat karena adanya jarak bebas berupa single corridor.
Hunian
Hunian
Hunian
Hunian
Hunian
Hunian
Koridor
Hunian
Hunian
Koridor Hunian
Hunian
Hunian
Hunian
Gambar 5.9 Konsep koridor
Untuk sirkulasi vertikal yang akan digunakan dalam perancangan kostel ini adalah menggunakan tangga sebagai akses utama dan tangga darurat sebagai proteksi dari kebakaran. •
Standart lift untuk bangunan jumlah lantai 2-6 lantai : -
Kecepatan 0,5m/detik
-
Kapasitas 1250 kg dengan jumlah orang 17 orang.
142
Kesimpulan : Untuk proyek hunian seperti kostel yang memiliki 2-6 lantai, kedua alternatif dapat dikombinasikan. Tangga dipilih karena lebih hemat dalam penggunaan energi sementara penggunaan lift tetap digunakan tetapi tidak berhenti di lantai dua dan pada massa bangunan lain dibuat konektor sehingga dapat mengurangi jumlah lift, sementara pada jam – jam senggang tidak semua lift dioperasikan dan pemakaian energi yang berlebihan, sikap ini diambil dengan tujuan untuk mendidik penghuni secara tidak langsung agar menggunakan tangga minimal untuk menaiki satu lantai tujuannya. Lift yang digunakan merupakan lift dengan motor diatas dikarenakan biaya untuk lift dengan motor di bawah lebih mahal dan kecepatannya terbatas menurut Ir. Jimmy S. Juwana, M SAE.
V.5.3. Konsep Penampilan Bangunan Penampilan bangunan akan dipertimbangkan dengan kondisi iklim tropis. Pemilihan bahan bagunan juga akan disesuaikan denagn kondisi iklim tropis sebagai iklim yang ada di Jakarta dimana lokasi tapak berada. Pemilihan penutup atap dipilih bentuk atap miring untuk mengatasi curah hujan yang tinggi. Serta permainan efek bayangan pada fasade nya dengan menggunakan elemen perlindung matahari pada fasade bangunan seperti Teritisan, Sunscreen, dinding yang menonjol keluar pada sisi balkon sehingga panas tidak langsung masuk ke area unit hunian.
143
Gambar 5.10 Konsep penampilan bangunan Konsep bentuk bangunannya sendiri menonjolkan kesan dinamis dan respon terhadap aksis tapak, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu desain bangunan yang terkesan kaku. Sementara konsep dari hubungan antar bangunannya dibuat ke 3mpat massa hunian ini menjadi satu kesatuan yang terikat dengan adanya konekto di lantai 3 dan 5, hubungan ini juga berpengaruh bagi usaha penghem atan penggunaan jumlah lift dan operasionalnya. Bangunan yang terikat pada poros pus at berupa bangunan penunjang di bawahnya membuat adanya sistem terpusat sehingga memudahkan pengontrolan. Pada fasade sisi timur dan barat memiliki penampilan yang sangat berbeda dikarenakan mempertimbangkan faktor orient asi matahari dari arah timur dan barat. Pada sisi timur terlihat tampak bangunan yang lebih terbuka seolah – olah mengharapkan masuknya sinar matahari timur yang s ehat untuk masuk dan menerangi ruang – ruang di dalam bangunan. Sement ara pada sisi yang menghadap barat di berikan barrier berupa sun shading yang berbentuk kisi – kisi kayu yang tidak cepat menyerap panas. Di sisi ini cahaya tetap menjadi prioritas namun meminimalisir panas yang masuk baik itu ke unit hunian, balkon maupun koridor.
144
V.5.4 Konsep M odul dasar •
M odul dasar yang digunakan pada perancangan kostel ini disesuaikan dengan modul tipe kamar.
Gambar 5.11 Konsep modul unit kapasitas 1 dan 2 orang
Gambar 5.12 Konsep modul unit kapasitas 4 dan 6 orang
V.5.5 Konsep Hemat Energi pada Bangunan Kostel V.5.5.1 Konsep Sistem Pencahayaan Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat dunianya. Tanpa cahaya, maka dunia akan gelap, hitam, dan mengerikan. Keindahan tidak akan
145
tampak dan ternikmati. M anusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan menyenangkan. Tanpa cahaya tidak ada arsitektur! Dalam perancangan bangunan hemat energi ada 2 pilihan yang menjadi pertimbangan sistem pencahayaan, yaitu : 1. Pencahayaan alami Sinar matahari merupakan sumber utama dari pencahayaan alami, terutama di siang hari. Cahaya alami ini dapat kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perancangan hemat energi di dalam bangunan. Hal ini akan mengurangi beban dari penggunaan cahaya buatan seperti lampu yang memerlukan banyak energi listrik.
Foto 5.1 Pencahayaan alami pada ruang
Untuk
memanfaatkan
pencahayaan
alami
ini
dapat
digunakan
pemecahan permasalahan secara arsitektural dengan membuat bukaan – bukaan. Ada dua jenis lubang cahaya, yaitu yang terbuka dan tertutup. Terbuka, jika cahaya menerobos langsung ke dalam bangunan contohnya
146
dengan membuat jendela atau kisi – kisi, sedangkan yang tertutup adalah bukaan dengan mempergunakan material tertentu sebagai penyaring cahaya yang masuk, yaitu : kaca, glass block, polikarbonat
Gambar 5.13 Glass block
Gambar 5.14 Kisi –kisi jendela
Gambar 5.15 Rooster dan glass block
Konsep terapan pada pencahayaan alami : a. Tempatkan bukaan sesuai fungsi ruang Tabel.5.3 Bukaan pada jenis ruang
147
b. Bukaan jangan berlebihan dimensinya
Gambar 5.16 Alternatif modul ruang tidur double
c. M anfaatkan refleksi atau pantulan dari permukaan bidang
Gambar 5.17 Alternatif modul ruang tidur double
2. Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan menggunakan energi buatan yaitu lampu. Lampu tetap diperlukan pada suatu bangunan namun intensitas
148
penggunaannya
dibuat
serendah
mungkin
sehingga
menghemat
penggunaan energi listrik pada bangunan. Penggunaan lampu memiliki banyak variasi namun untuk melakukan penghematan energi, maka digunakan lampu hemat energi. Sistem pencahayaan dengan memanfaatkan energi buatan dari listrik seperti lampu digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan yang memerlukan pencahayaan tambahan supaya manusia merasa nyaman pada penglihatannya. •
Pencahayaan buatan sumber aliran listrik : - PLN - Genset - Panel Surya
Jenis lampu untuk pencahayaan buatan : - Lampu TL M emberi penerangan yang membaur, warna-nya putih sehingga baik untuk penerangan dan tak membuat mata cepat lelah - Lampu pijar warna yang di pancarkan ke kuning kuningan, memberi kesan mewah pada ruang. Pencahayaan buatan pada malam hari seperti pencahayaan ruang luar dengan lampu-lampu taman dapat menggunakan energi matahari tersimpan pada siang hari dengan menggunakan solar cell.
149
V.5.5.2 Konsep Sistem Pengudaraan Sistem pengudaraan adalah sistem terbesar dalam sebuah bangunan residensial vertikal seperti hotel yang mengkonsumsi energi. Besarnya hampir 49% dari penggunaan energi di seluruh bangunan. Oleh karena itu, apabila sebuah bangunan residensial mampu menghemat di sektor ini, maka hampir setengah energi bangunan dapat dihemat dan tujuan dari perancangan hemat energi tercapai. Untuk itu sistem pengudaraan dapat dibagi 2 yaitu :
1. Pengudaraan alami Dengan memasukkan udara luar yang bersih kedalam bangunan dengan menerapkan sistem cross ventilation (ventilasi silang). Dengan membuat adanya bukaan pada sisi-sisi ruangan yang berlawanan, supaya udara dapat mengalir. Solusi Pengudaraan alami : a. Ventilasi silang
Gambar 5.18 Cross ventilation vertikal
b. Ventilasi dan insulasi atap
150
Gambar 5.19 Insulasi atap
Udara panas
di dalam ruang yang menyebabkan
manusia
menggunakan AC juga disebabkan panas dari matahari yang terperangkap di ruang antara atap dengan plafond. Pada area ini dapat dibuat jendela yang menjadi bukaan, atau untuk mempercepat pengeluaran panas dapat juga menggunakan turbin ventilator yang bergerak tanpa menggunakan energi listrik sehingga hemat energi.
c. M enara angin
Gambar 5.20 Menara angin pada atap
151
M enara angin berfungsi menghisap dan menangkap angin sehingga udara senantiasa bersirkulasi. Sama halnya dengan penggunaan void yang dapat membantu sirkulasi udara dalam bangunan. Untuk mendapatkan efek menara angin maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup yang menghadap arah datangnya angin. d. Plafon tinggi
Gambar 5.21 Bukaan pada plafon tinggi
2. Pengudaraan buatan Pengudaraan buatan sangat identik dengan penggunaan AC (Air Conditioner). AC digunakan untuk mendapatkan temperatur udara yang diinginkan dengan
melihat kondisi udara sekitar yang tidak mendukung
bagi pengudaraan alami. Kekurangan AC yang utama adalah pada penggunaan energi yang boros. Pada bangunan yang ber-AC, energi listrik yang digunakan untuk AC dapat mencapai 60% dari total energi pada bangunan. (sumber : Fisika Bangunan 2)
152
Penggunaan AC sendiri diatur dengan sistem elektrik card yang juga berfungsi sebagai kunci dari unit – unit hunian, jadi apabila penghuni akan meninggalkan unitnya maka harus mencabut elektrik card dan secara otomatis listrik dalam unit tersebut akan mati demikian pula dengan ACnya.
V.5.5.3 Konsep Bahan M aterial Bangunan Bahan M aterial Bangunan : •
Bahan material dinding yang akan digunakan dalam perancangan kostel adalah batu bata bakar karena batu bata mudah di dapat bahannya dan dalam proses pembuatannya dibakar dengan kayu bakar yang artinya dengan bahan yang dapat diperbaharui serta harga batu bata murah. Selain itu batu alam yang mudah di dapat juga menjadi pilihan pada sisi tertentu bangunan.
•
Bahan material penutup
eksterior yang akan digunakan dalam
perancangan kostel adalah kaca dan tapi tetap dilapisi kisi – kisi dari kayu yang berfungsi sebagai sun shading, serta materia metal sheet yang hanya berfungsi sebagai aksen secondary skin. •
Bahan material atap yang akan digunakan dalam perancangan kostel adalah dak beton dan metal sheet pada penutup atap miring namun tetap terdapat jarak antara dek hunian dan penutup atap. Jenis atap ini terbilang kuat dan mudah dibentuk.
153
•
Bahan material kusen yang akan digunakan dalam perancangan kostel adalah kayu karena mudah didapat, kuat dan memiliki kandungan energi yang sedikit dibandingkan kusen dari bahan alumunium.
•
Bahan material plafond yang akan digunakan dalam perancangan kostel adalah plafond gypsum board karena memiliki kelebihan yaitu mudah dipasang, awet dan tahan lama, fleksibel dan memiliki isolasi terhadap suara yang baik.
•
Bahan material penutup lantai yang akan digunakan dalam perancangan kostel adalah adalah keramik karena bahan mudah didapat, cocok dengan iklim tropis dan tahan lama. Untuk penggunaan keramik di dalam kostel, unit hunian menggunakan keramik 30 cm × 30 cm, kamar mandi 20 cm × 20 cm dan area publik menggunakan keramik 60 cm × 60 cm.
V.5.6 Konsep Sistem Struktur •
Struktur Bawah Jenis pondasi yang akan digunakan dalam perancangan kostel adalah pondasi tiang pancang.
Alasan
pemilihan
pondasi ini
adalah
pengerjaannya yang tidak memakan waktu yang banyak sehingga dari segi penghematan dapat menghemat waktu yang secara langsung dapat menghemat biaya dan energi pembangunan yang dikeluarkan. Keuntungan dari pondasi tiang pancang :
154
•
•
Efisien dalam pengerjaan
•
Kemampuan menahan gaya vertikal
Struktur Atas
Gambar 5.22 Konsep Struktur atas
Jenis sistem struktur atas yang digunakan dalam perancangan kostel ini adalah sistem plat dan slab beton. Keuntungan dari sistem plat dan slab beton : •
Berbidang rata, sehingga ruang dibawahnya cukup tinggi.
•
Pelaksanaanya mudah.
•
Jarak dari lantai ke lantai pendek.
V.5.7 Konsep Sistem Utilitas Reservoir atas
PAM
Air Hujan
M eteran
Reservoir Bawah
Bak Penampungan / Sumur Resapan
Pompa
Hydrant / Sprinkel
Unit Plumbing
Bak Kontrol Penyaringan
Skema 5.1 Konsep sistem utilitas
155
•
M enggunakan
air
tanah
menggunakan
konsep
dan
pasokan
arsitektur
air
ekologis.
PAM Sistem
serta ini
menekankan penggunaan secara maksimal air yang ada di atas permukaan bumi tanpa mengurangi pengurasan air dalam tanah. Seperti untuk air kotor cair dapat didaur ulang sehingga menjadi Grey Water ( air yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman). Serta pemanfaatan air hujan sebagai cadangan air bersih.
156