BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan. Tujuan ini dapat diperoleh dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dengan menggunakan metode ECM diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Variabel IHSG stasioner pada level, hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut terintegrasi pada level berdasarkan analisis uji unit root.
2.
Variabel YS, BIR, IF, CDS, dan KR stasioner pada tingkat derajat 1 atau first difference, hal ini menunjukkan bahwa variabel YS, BIR, IF, CDS, dan KR terintegrasi pada derajat 1 berdasarkan analisis uji unit root.
3.
Seluruh variabel dalam penelitian ini ditemukan terkointegrasi melalui uji kointegrasi yaitu pada tingkat signifikansi 5% bahkan pada tingkat signifikansi 1%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai ekuilibrium jangka panjang maka seluruh variabel akan saling menyesuaikan dalam jangka pendeknya.
63
4.
Hasil pengujian ECM menunjukkan bahwa: a. Analisis ECM menemukan bahwa variabel BIR tidak mendukung hipotesis (H1) yang dibangun dalam penelitian ini serta tidak mendukung hasil temuan Ahmad et al (2009) yang menyatakan BIR memberikan pengaruh signifikan negatif. b. Hasil ECM pada variabel CDS tidak mendukung hipotesis (H2) yang dibangun dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa CDS dapat mempengaruhi secara positif terhadap yield spread obligasi korporat di Indonesia. c. Kemudian secara parsial berikutnya yang memiliki hasil signifikan adalah variabel inflasi (IF), akan tetapi menunjukkan arah yang berlawanan dengan hipotesis (H3) yang mengharapkan arahnya adalah positif. Semakin tinggi inflasi
maka
yield
spread
obligasi
korporat
akan
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pertama pergerakan inflasi lebih volatile daripada pergerakan yield obligasi korporat di Indonesia. Kedua, besaran volatile pada inflasi searah dengan pergerakan yield obligasi korporat di Indonesia. Kemudian yang ketiga karena perdagangan obligasi korporat tidak liquid sehingga
64
volatilitasnya lebih rendah daripada SUN, tidak seperti obligasi negara yang memiliki risiko yang lebih kecil. d. Hasil ECM pada variabel KR tidak mendukung hipotesis (H4) yang dibangun dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa KR dapat mempengaruhi secara positif terhadap yield spread obligasi korporat di Indonesia. e. Pada obligasi korporat di Indonesia, secara parsial variabel IHSG memiliki arah yang sama seperti yang penulis harapkan, akan tetapi menunjukkan hasil yang tidak signifikan, atau bisa dikatakan bahwa hipotesis (H5) tidak terdukung. f. Pada obligasi korporat di Indonesia didapatkan hasil yang mendukung hipotesis (H6). Variabel BIR, CDS, IF, IHSG, dan KR secara bersama-sama mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia.
5.2
Keterbatasan Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut. 1.
Penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen yang merupakan indikator makroekonomi. Apabila penelitian dilakukan dengan variabel yang lebih banyak dan lebih beragam, maka hasil
65
yang didapatkan akan lebih menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia. 2.
Penelitian ini hanya menggunakan denominasi rupiah. Apabila penelitian dilakukan dengan denominasi rupiah dan dollar akan lebih menjelaskan seluruh obligasi korporat di Indonesia.
3.
Kesulitan dalam mendapatkan data mengenai yield obligasi korporat, karena dibutuhkan koneksi khusus untuk mengakses data yield obligasi korporat. Hal ini menyebabkan peneliti harus mencari sumber data yang bisa diakses dengan mudah dan valid datanya.
5.3
Saran Berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut. 1.
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel lain yang lebih beragam sehingga dapat lebih menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia.
2.
Penelitian berikutnya dapat menggunakan data yield obligasi dengan denominasi dollar dan denominasi rupiah agar lebih menggambarkan kondisi obligasi korporat di Indonesia.
66
Saran yang diajukan untuk para investor maupun calon investor obligasi korporat di Indonesia adalah sebagai berikut. 1.
Investor sebaiknya memperhatikan perubahan kondisi ekonomi terutama pada perubahan inflasi yang terjadi di Indonesia apabila ingin melakukan investasi pada obligasi korporat di Indonesia. Rekomendasi ini penulis ajukan karena sesuai dengan hasil pengujian secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia dalam penelitian ini.
2.
Investor sebaiknya tidak panik apabila terjadi perubahan pada kondisi ekonomi karena perubahan tersebut tidak akan langsung berdampak pada investasi obligasi korporat di Indonesia. Perubahan kondisi ekonomi akan mengalami penyesuaian hingga waktu kurang lebih 1 bulan. Rekomendasi ini penulis ajukan berdasarkan hasil analisis yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa keseimbangan terjadi pada masa yang akan datang sesuai dengan waktu penyesuaian yaitu kurang lebih 1 bulan.
3.
Investor sebaiknya menanamkan investasinya di obligasi korporat di Indonesia ketika yield spread-nya naik. Hal tersebut dikarenakan dengan memperhitungkan risiko, ketika terjadi inflasi, penambahan yield korporat akan lebih besar daripada yield SUN, sehingga keuntungan yang didapatkan akan lebih besar daripada ketika tidak terjadi kenaikan yield spread.
67
Selanjutnya saran terakhir untuk perusahaan yang mengeluarkan obligasi korporat di Indonesia adalah sebagai berikut. 1.
Perusahaan sebaiknya jangan terburu-buru menaikkan atau menurunkan yield obligasi korporatnya dan lebih memperhatikan perubahan yang terjadi pada kelima faktor tersebut yang telah dibahas sebelumnya yaitu BI rate, Credit Default Swap, Inflasi di Indonesia, perubahan kurs dollar terhadap rupiah, dan return Indeks Harga Saham Gabungan secara bersama-sama terlebih dahulu.
2.
Perusahaan yang mengeluarkan obligasi korporat hendaknya menaikkan yield obligasi korporat ketika inflasi mengalami penurunan dan begitu pula sebaliknya ketika terjadi inflasi sebaiknya perusahaan tidak terburu-buru menaikkan yield obligasi korporat. Rekomendasi ini penulis ajukan berdasarkan hasil analisis yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa ketika terjadi inflasi atau inflasi mengalami kenaikan, yield spread obligasi korporat di Indonesia rata-rata mengalami penurunan atau dengan kata lain terjadi hubungan terbalik antara kenaikan inflasi dengan kenaikan yield obligasi korporat di Indonesia.
68