94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan penelitian dan pembahasan keseluruhan data-data yang diperoleh selama penelitian berdasarkan metode penelitian yang direncanakan, maka pada bab ini akan disampaikan kesempulan dan saran. A. Kesimpulan 1. Pembagian Tanggung Jawab Mengenai Risiko Dalam Hal Terjadinya Keadaan Memaksa Sehubungan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Usaha Hulu Migas. a.
Mengingat bahwa kegiatan usaha hulu migas adalah kompleks, rumit, melibatkan sejumlah besar biaya dan risiko besar, maka pembagian tangung jawab mengenai risiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan di perjanjian pemborongan usaha hulu migas berbeda dengan usaha bidang lainya dimana dalam usaha bidang lainnya, apabila salah satu pihak melakukan kelalaian atau kesalahan yang mengakibatkan kerugian pada pihak lainnya, maka pihak yang melakukan kesalahan tersebut harus membayar ganti kerugian. Hal ini tidak diberlakukan dalam kegiatan usaha hulu migas karena setiap perselisihan akan memperlambat atau menghentikan kegiatan usaha hulu migas. Kegiatan usaha hulu migas
95
tidak dapat berhenti hanya menunggu penyelesaian perselisihan karena banyaknya kontraktor yang terlibat dalam suatu kegiatan dan mengingat biaya operasional per hari yang besar. Apabila suatu proyek dihentikan hanya karena perselisihan antara satu kontraktor dengan KKKS, biaya operasional kegiatan tidak dapat berhenti. b.
Pembagian tanggung jawab mengenai risiko menggunakan ketentuanketentuan yang merujuk kepada praktek yang digunakan secara umum di industri minyak dan gas internasional. Asas-asas yang digunakan dalam perjanjian merujuk kepada asas-asas yang berlaku di dalam hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia.
c.
Ketentuan pembagian tanggung jawab mengenai risiko menggunakan prinsip saling pikul risiko (knock for knock) yaitu para pihak akan bertanggung jawab dan memberikan ganti rugi atas terjadinya kematian dan luka badan yang terjadi pada karyawannya sendiri, serta atas kehilangan dan kerusakan harta bendanya sendiri, melindungi, membela, dan membebaskan pihak lainnya terhadap terhadap tuntutan atau klaim, akibat terjadinya kematian dan luka badan, kehilangan dan kerusakan harta
benda. Prinsip saling pikul risiko ini berlandaskan pada
kepemilikan (ownership) dan bukan pada kesalahan (fault). d.
Ketentuan saling pikul risiko (knock for knock) mempunyai kelebihan dalam hal kepastian dan untuk menghindari biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan proses gugatan atas kejadian yang
96
merupakan risiko kegiatan hulu Migas. Ketentuan saling pikul risiko juga membatasi risiko dan meminimalisasi biaya asuransi dengan menghindari duplikasi atas klaim asuransi, dimana asuransi hanya akan menanggung biaya kematian dan luka badan, kehilangan dan kerusakan harta benda satu pihak saja. e.
Terhadap kejadian yang merupakan bencana (catastrophic event) yaitu semburan liar, polusi (termasuk, tanpa batasan, radiasi) atau kerusakan terhadap seluruh sumur, pemancingan peralatan, dan kehilangan atau kerusakan terhadap waduk (reservoir) atau formasi (atau kandungannya) dipersyaratkan ketentuan bahwa perusahaan hanya akan bertanggung jawab dan memberikan ganti rugi jika kejadian tersebut bukan berasal dari kelalaian berat dan tindakan kesengajaan kontraktor. Para kontraktor tidak akan menerima tanggung jawab atas kejadian bencana (catastrophic event) karena risiko-risiko tersebut ditanggung oleh KKKS sebagai operator dari sumur atau blok dan biasanya risiko tersebut dialihkan melalui asuransi. Terhadap kejadian tersebut kontraktor meminta untuk ada pembatasan terhadap besarnya pembayaran ganti rugi karena kontraktor hanya melaksanakan sebagian dari kegiatan pengeboran sehingga Kontraktor akan membatasi tanggung jawab yang dapat ditanggungnya sehingga nilai ganti rugi tidak akan melebihi jumlah maksimum dari keseluruhan pembayaran yang diterima kontraktor.
97
2. Mekanisme Dan Hasil Pembagian Tanggung Jawab Mengenai Risiko Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Usaha Hulu Migas. a.
Mekanisme yang digunakan untuk menyelesaikan pembagian tanggung jawab mengenai risiko tidak pernah bertele tele karena kegiatan usaha hulu Migas harus terus berjalan, tidak dapat berhenti untuk menunggu penyelesaian perselisihan, karena jika kegiatan berhenti maka produksi Migas
akan
tertunda
atau
bahkan
tidak
terproduksi
sehingga
menimbulkan efek kerugian yang semakin besar serta biaya yang semakin besar pula. b.
Penyelesaian
dilakukan
dengan
melakukan
pertemuan-pertemuan,
pertemuan pertama dilakukan oleh fungsi operasi untuk memastikan bahwa operasi bisa kembali berjalan dengan aman, kemudian pertemuan dilakukan secara internal, pihak pengguna akhir dan Contracts Department membahas ketentuan terkait dengan dampak kejadian tersebut. Setelah itu pertemuan dengan pihak lain dilakukan oleh pengguna akhir dan manajer operasi dari masing-masing pihak. Contracts Departement dan/atau Legal Departemen masing-masing pihak tidak dipertemukan karena ketentuan tanggung jawab mengenai risiko sudah jelas diatur. c.
Hasil dari pembagian tanggung jawab mengenai risiko pelaksanaan pekerjaan usaha hulu Migas hampir selalu menguntungkan kedua belah
98
pihak (win-win solution), demi kepentingan operasional jika secara ekonomi kerugian bisa diinimalisir, maka akan dilakukan negosiasi dan kompromi
sehingga
masing-masing
pihak
pekerjaannya sesuai dengan fungsi dan tanggung
dapat
menjalankan
jawabnya sehingga
operasi migas dapat tetap berjalan. d.
Pelaksanaan pembayaran ganti rugi dilakukan oleh asuransi masingmasing pihak. Para pihak mengalihkan risiko pembayaran ganti rugi kepada asuransi. Asuransi diwajibkan dalam perjanjian dan terdapat klausa mengenai asuransi dalam perjanjian, sehingga jika terjadi dampak dari kejadian yang merupakan risiko kegiatan pengeboran, maka pihak asuransi yang akan menanggung dan membayarkan ganti kerugian. Pengalihan pembayaran ganti rugi kepada asuransi ini membuat kontraktor sebagai pelaksana kerja lebih fokus dan tenang dalam melaksanakan pekerjaannya dan memberikan jaminan kepada perusahaan bahwa jika terjadi kejadian yang merupakan risiko kegiatan pengeboran, maka kontraktor mendapatkan penggantian ganti rugi dan kontraktor dapat melanjutkan kembali pekerjaan sesuai yang tercantum dalam perjanjian.
B. Saran Berikut ini adalah hal-hal yang disarankan untuk dilakukan dalam membuat perjanjian jasa pemborongan usaha hulu migas:
99
1. Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian harus dibuat sejelas-jelasnya dan alokasi risiko harus dinegosiasikan dan disetujui dari awal. 2. Sebelum perjanjian dibuat yang perlu ditekankan adalah masing-masing pihak harus dapat mengetahui sejelas-jelasnya risiko apa saja yang dapat ditanggung berdasarkan asuransi yang dimiliki, tindakan pencegahan (risk mitigation efforts), dan implementasi risiko tersebut dalam perusahaan masing masing (corporate risk implementation). 3. Dalam menegosiasikan kontrak jasa pemborongan minyak dan gas bumi, masing-masing pihak harus paham dengan benar risiko apa saja yang dapat terjadi termasuk kejadian bencana (catastrophic event) seperti semburan liar, polusi (termasuk, tanpa batasan, radiasi) atau kerusakan terhadap seluruh sumur, pemancingan peralatan, dan kehilangan atau kerusakan terhadap waduk (reservoir) atau formasi (atau kandungannya), dan bagaimana mengalokasikan risiko-risiko tersebut untuk dapat diterima oleh masingmasing pihak. 4. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan beberapa pengecualian terhadap ketentuan saling pikul risik (knock for knock) tersebut misalnya ketentuan saling pikul risik (knock for knock) tidak berlaku dalam hal salah satu pihak melakukan kesalahan yang disengaja (Wilful Misconduct).