BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai bab penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas dari hasil analisis data yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dari kesimpulan ini kemudian diberikan saran-saran untuk perbaikan. Saran ditujukan kepada semua pihak yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini. 5.1
Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis
bisa menyimpulkan bahwa ditemukan unsur ketidaklangsungan ekspresi pada puisi Takut 66, Takut 98, Bayi Lahir Bulan Mei 1998, Ketika Burung Merpati Sore Melayang, Tiga Tangga Sama Kau Daki Berulang Kali, Padamu Negeri, Pegawal Negeri, dan puisi Miskin Desa, Miskin Kota yang dianalisis disebabkan oleh tiga hal, yaitu (1) penggantian arti (2) penyimpangan arti, dan (3) penciptaan arti . Dalam teks puisi-puisi yang dianalisis, penggantian arti secara umum disebabkan oleh metafora dan metonimi, juga kiasan lainnya, yaitu simile, metonimi, sinekdoki, personifikasi, dan alegori. Metafora digunakan untuk menghidupkan suasana yang digambarkan dalam puisi, dan menguatkan arti puisi sehingga bisa menimbulkan penggantian arti baru dan memperkaya pemahaman terhadap makna puisi.
179
180
Penyimpangan arti pada puisi-puisi yang dianalisis disebabkan oleh tiga hal, ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Ambiguitas dalam
puisi-
puisi yang dianalisis digunakan pengarang untuk memberikan kebebasan kepada pembaca memahami puisi sesuai teks, konteks dan pembacanya. Penciptaan arti dalam puisi disebabkan oleh homologi, enjambemen, dan tipografi. Penggunaan homologi, contohnya pada puisi “Ketika Burung Merpati Sore Melayang”, yang memiliki kesamaan posisi baris dalam bait puisi adanya penggunaan enjambemen, penggunaan tipografi dalam puisi bervariasi. Berdasarkan pengungkapan unsur-unsur ketidaklangsungan ekspresi, diungkapkan adanya keadilan. Keadilan ditemukan pada puisi-puisi yang dianalisis dalam bentuk pertentangannya karena konteks masyarakat di Indonesia pada tahun 1998-an. Keadilan diungkapkan dalam bentuk tidak selarasnya praktik keadilan dalam kehidupan ekonomi, politik, dan hukum. Ketidakselarasan dalam praktik keadilan, berkaitan dengan adanya berbagai pelanggaran yang berwujud penindasan, kekerasan, KKN, kemiskinan, penyalahgunaan kekuasaan dan hukum yang tidak ditegakkan. Dari uraian ketidaklangsungan ekspresi dan pemaknaan secara penuh terhadap puisi-puisi yang dianalisis ditemukan adanya keadilan di dalam kumpulan puisi tersebut. Jenis-jenis keadilan yang diungkapkan adalah keadilan komutatif (jistitia commutativa), keadilan distributif (justitia distributiva), keadilan vindikatif (justitia vindikativa), keadilan kreatif (justitia creativa), keadilan protektif (justitia protectivd) dan keadilan legal (justitia legalis).
181
Keadilan komutatif, yang diungkapkan dalam puisi-puisi yang dianalisis berhubungan dengan masalah gaji pegawai negeri yang tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan, terutama guru. Pemberian gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan menyebabkan sebagian pegawai negeri melakukan tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Tindakan korupsi nenimbulkan ketirnpangan ekonomi dalam masyarakat. Ketimpangan ekonomi tampak dalam bentuk kesenjangan antara yang kaya semakin kaya dan yang niskin semakin miskin. Keadilan distributif yang terungkapkan dalam puisi-puisi yang dianalisis berkaitan dengan masalah penghargaan terhadap kualitas pegawai. Pemerintah tidak memberikan penghargaan terhadap kualitas para pegawai, tetapi memberikan kebebasan kepada pegawai yang tidak profesional. Hal itu semakin memperburuk keadaan bangsa Indonesia. Keadilan vindikatif yang diungkapkan berhubungan dengan masalah hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia. Pelanggaran-pelanggaran hukum dan hak asasi manusia diungkapkan dalam hukum, yang pelaksanaannya, tidak berdasarkan pada keadilan vindikatif. Kasus-kasus penculikan, pembunuhan, pencekalan, dan penganiayaan tidak mendapatkan sangsi hukum yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Sikap protes pengarang dalam puisi-puisi yang dianalisis menunjukkan
adanya pelaksanaan hukum yang tidak berdasarkan
keadilan vindikatif. Keadilan
kreatif,
yang
diungkapkan
dalam
puisi-puisi yang
dianalisis, berhubungan dengan pembatasan terhadap kebebasan kreatif dan kritik
182
terhadap pemerintah. Terbatasnya kebebasan berkarya dan menyampaikan kritik nenimbulkan ketakutan karena kreativitas dan kritik yang tidak selaras dengan kehendak pemerintah dianggap melawan. Keadilan protektif, dalam puisi-puisi yang dianalisis, diungkapkan bahwa pemerintah tidak melindungi, mengayomi, dan memberikan keamanan kepada rakyat. Hal itu diungkapkan dalam bentuk pelanggaran-pelanggaran hukum, kesenjangan ekonomi, penyalahgunaan kekuasaan, dan doktrin politik. Hal itu menunjukkan protes pengarang sebagai sarana menyampaikan pesan keadilan protektif. Keadilan legalis, dalam puisi-puisi yang dianalisis, diungkapkan dalam tindakan sebaliknya. Bebagai pelanggaran dalam pelaksanaan undang-undang dilakukan sehingga menimbulkan penderitaan bagi masyarakat. Pengarang pada hakikatnya menunjukkan makna keadilan legalis melalui pertentangannya. Cakupan keenam jenis keadilan diungkapkan dengan cara mengkritik, melawan, dan memprotes. Pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. mengungkapkan enam jenis keadilan dilakukan pengarang dalam rangka fungsi memberikan kesadaran kepada pembaca supaya termotivasi untuk bertindak berdasarkan keadilan yang ditemukan dalam puisi-puisi yang dianalisis. Hal-hal yang dapat dimanfaatkan dari menganalisis kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia untuk disusun menjadi bahan ajar cukup beragam sesuai dengan materi pembelajaran. Dari segi makna kata (denotasi dan konotasi) puisi tersebut mencerminkan kata-kata yang cukup dikenal siswa sehingga hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan penyusunan bahan ajar. Berdasarkan hal
183
tersebut hasil analisis dapat dimanfaatkan dalam pengajaran puisi yang berkenaan dengan deklamasi, menulis puisi, analisis gaya bahasa, analisis unsur tema, amanat, menentukan kata kunci (matriks) dan hal menarik dalam puisi, serta siswa dapat mengubah puisi menjadi bentuk cerita (prosa). 5.2 Saran-saran Menganalisis terhadap karya sastra (puisi) dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan salah satunya dengan menggunakan pendekatan semiotik. Menganalisis dengan pendekatan semiotik terhadap puisi dapat dikembangkan dalam pembelajaran sastra (puisi) karena pendekatan semiotik cukup mendasar dalam memaknai sebuah puisi. Oleh karena itu, guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya dapat mengembangkan menganalisis puisi dengan menggunakan pendekatan semiotik ini sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran. Menganalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik terhadap puisi dapat menghasilkan model pembelajaran yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, sebaiknya menganalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik ini dapat dikembangkan terhadap berbagai karya sastra guna menunjang tersedianya bahan pembelajaran yang memadai. Guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya dapat menggunakan hasil analisis yang dapat memperkaya pengembangan bahan pembelajaran di sekolah. Hasil analisis dengan menggunakan pendekatan semiotik terhadap puisi bukan dapat dijadikan bahan pembelajaran, namun dapat pula dijadikan bahan pembelajaran kebahasaan terpadu. Hal ini harus dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembelajaran.
184
Minimnya bahan pembelajaran sastra banyak dikeluhkan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Aliyah. Untuk meminimalkan hal tersebut kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bahan pembelajaran sastra (puisi) di Madrasah Aliyah hal ini dapat dilakukan dengan menyeleksi puisi-puisi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain iti, puisi-puisi yang terbit di koran-koran, majalah-majalah pun dapat dimanfatkan untuk disusun sebagai bahan pembelajaran. Hal itu dilakukan dengan menganalisnya terlebih dahulu. Yang terpenting dari penyususnan bahan pembelajaran adalah kriteria puisi yang sesuai dengan perkembangan psikologis, latar belakang budaya, dan lingkungan siswa. Untuk penelitian selanjutnya, perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam lagi karena belum semua buku Taufik Ismail diteliti. Masalah yang diungkapkan Taufik Ismail bermacam-macam, sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya, semua buku kumpulan puisi Taufik Ismail yang terkumpul diteliti sehingga dapat diketahui maknanya.