BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa kelima unsur yang
menjadi
karaketristik
universitas
entrepreneurial
yaitu
penguatan
pengendalian (strengthened steering core), diversifikasi pembiayaan (diversified funding base), pengembangan batas luar (expanded developmental periphery), stimuli lingkungan akademis (stimulated academic heartland), dan integrasi budaya entrepreneurial (integrated entrepreneurial culture) sudah ada (exist) dan berkembang (develop) di Universitas Indonesia. Namun terdapat perbedaan dalam hal kemajuan diantara kelima unsur tersebut: 1. Unsur penguatan pengendalian (strengthened steering core) sudah dilakukan oleh UI dengan melakukan penataan struktur (structure management) yang mengarah kepada kepemimpinan kolektif yang cenderung sentralistis. Kecenderungan sentralistis ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan atas segala rencana-rencana yang sudah ditetapkan sehingga target-target universitas dapat terwujud. Disamping itu penguatan pengendalian juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa apa yang menjadi misi universitas harus didukung oleh misi fakultasfakultas atau misi fakultas-fakultas harus sejalan dengan misi universitas. Oleh karena itu, menurut penilaian peneliti langkah yang diambil oleh Universitas Indonesia sudah tepat. Dengan penguatan pengendalian, semua sumber daya yang dimiliki UI mulai diarahkan dalam mewujudkan citacita Universitas Indonesai dan ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menggapai kemajuan dan memenangi persaingan yang semakin ketat antar institusi pendidikan di era pasar bebas. 2. Unsur diversifikasi pembiayaan (diversified funding base) sudah berkembang luar biasa di Universitas Indonesia. Sudah sejak lama UI sudah tidak bergantung dan tidak hanya terfokus pada satu sumber Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pendanaan yaitu alokasi APBN untuk pendidikan melalui Kemendikbud sebagai sumber dana yang pertama dan utama, walaupun sebagai universitas negeri. Sebaliknya UI sudah dan terus mengembangkan dan meningkatkan dua sumber pendanaan yang lain yaitu sumber yang kedua berupa sumber dana dari hasil kerjasama riset dan sumber yang ketiga berupa sumber dana dari SPP mahasiswa, filantropi, hasil ventura, sumbangan luar negeri dan lain-lain. Sumber dana yang kedua adalah dana dari hasil kerjasama dengan institusi pemerintah dan non-pemerintah atau industri yangmana kedua institusi tersebut biasanya mempunyai anggaran untuk riset kebijakan dan atau pengembangan atau ujicoba suatu produk. Sementara itu, UI menyediakan tenaga ahli atau pihak kedua memanfaatkan
laboratorium
yang
dimiliki
Universitas
Indonesia.
Sedangkan sumber dana yang ketiga adalah dana dari SPP, filantropi, lembaga pemerintah dan swasta, hasil ventura, sumbangan luar negeri dan lain-lain. Sumber dana ini adalah yang paling besar memberikan kontribusi dan support bagi pendanaan untuk biaya operasional UI. Hampir 60 persen dari keseluruhan pendanaan di UI berasal dari sumber ini. Secara keseluruhan unsur yang kedua ini sudah berkembang sangat luar biasa. 3. Unsur pengembangan batas luar (expanded developmental periphery) mencakup transfer ilmu, hubungan industri, pengembangan kekayaan intelektual, pendidikan lanjutan, lembaga konsultasi, penggalangan dana dan urusan alumni. Ketujuh sub-sub unsur tersebut sudah berkembang dengan baik ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah hasil riset terapan (applied research) dan mendapatkan hak paten daripada riset dasar (basic research), semakin bertambahnya jumlah industri yang menjalin kerjasama dan menjadi mitra UI, hadirnya program studi kekayaan inteketual dan unit khusus yang menangani hal tersebut di bawah Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis, menjamurnya pendidikan lanjutan, lembaga konsultasi hingga pengelolaan masalah alumni yang Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
semakin profesional dengan dibentuknya Direktorat Hubungan Alumni secara khusus dan tersendiri. 4. Unsur stimuli lingkungan akademis (stimulated academic heartland) mencakup integrasi batas luar ke pusat, kehadiran pusat-pusat riset secara luas di tingkat universitas dan tingkat fakultas, Pengembangan program pendidikan yang variatif di luar program sarjana reguler di seluruh jenjang yang ada di universitas, Program entrepreneurship untuk mahasiswa, dosen dan karyawan, Pengembangan skema beasiswa dan program riset yang imajinatif dan sangat atraktif yang melintas kampus. Kelima sub-sub unsur tersebut sudah berkembang dengan baik ditandai dengan semakin terintegrasinya unit-unit yang terpisah yang ada di masing-masing fakultas dengan manajemen kolektif yang sentralistis yang berada di bawah kendali rektor langsung, semakin meningkatnya jumlah pusat-pusat riset yang tidak hanya di bawah kendali fakultas tapi juga pusat-pusat riset yang berada di bawah kendali universitas, semakin beragamnya dan banyaknya program studi yang ditawarkan yang tidak hanya program sarjana reguler tapi juga pascasarjana, program kelas internasional, program vokasi, program profesi, hingga program spesialis, semakin menariknya dan imjinatifnya skema beasiswa riset yang ditawarkan mulai dari kategori riset yaitu pemula, madya dan utama hingga jenisnya yaitu riset kolaborasi dan riset berbasis laboratorium. 5. Unsur integrasi budaya entrepreneurial (integrated entrepreneurial culture) dapat dipandang sudah berjalan. Ada banyak faktor yang menunjukkan hal itu, diantaranya regulasi-regulasi yang diterapkan serta perwujudan dari keempat unsur yang disebutkan sebelumnya menjadi bukti bahwa budaya entrepreneurial sudah mulai terbangun. B. Rekomendasi
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan beberapa temuan dan hasil penelitian, maka berikut ini disampaikan beberapa rekomendasi terkait dengan pengembangan universitas entrepreneurial, yaitu: 1.
Sebuah
universitas
yang
ingin
berkembang
menjadi
universitas
entrepreneurial perlu melakukan penataan struktur untuk tujuan penguatan pengendalian. Selama ini banyak struktur yang dimiliki oleh universitas tidak mendukung ke arah sana. Penguatan pengendalian dimaksudkan agar semua aktivitas, peluang, program dan sebagainya dapat terarah, terwujud, mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Penguatan pengendalian dapat dilakukan dengan cara penambahan organ atau unit baru dalam struktur keorganisasian. Tentunya setiap universitas mempunyai konteks yang berbeda sehingga penataan struktur yang dapat dilakukan berbuda pula disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan penambahan unit atau organ baru dalam struktur keorganisasian tentunya setiap program, peluang dan aktivitas ada tim khusus yang menangani secara profesional sehingga akan menghasilkan pencapaian yang lebih baik. 2.
Sebuah
universitas
yang
ingin
berkembang
menjadi
universitas
entrepreneurial perlu melakukan klasifikasi sumber pendanaan yang meliputi tiga sumber yaitu: 1) sumber dari Pemerintah melalui APBN bagi universitas negeri atau dari Yayasan bagi universitas swasta, 2) sumber dari hibah & kontrak riset baik dari instansi pemerintah maupun swasta, 3) sumber dari industri, yayasan filantropi, institusi pemerintah daerah atau pusat diluar Kemendikbud, SPP mahasiswa, dana abadi, unit-unit usaha pendukung kampus. Klasifikasi sumber pendanaan ke dalam tiga jenis dapat membantu universitas mengetahui dan mengukur sejauhmana peningkatan pemasukan dari ketiga sumber tersebut dari tahun ke tahun. Dengan begitu universitas dapat menyusun strategi, menetapkan langkah-langkah, menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ditemukan sehingga dapat meningkatkan dana
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
khususnya yang kedua dan ketiga sebagai sumber yang terbuka dan dapat ditingkatkan dengan kerja keras. 3.
Sebuah
universitas
yang
ingin
berkembang
menjadi
universitas
entrepreneurial perlu memperluas dan meningkatkan hubungan dengan dunia luar. Dengan menjalin dan meningkatkan hubungan yang luas dan baik dengan dunia luar akan memperoleh peluang-peluang baru yang bisa jadi mengarah kepada kerjasama, baik yang menghasilkan uang maupun yang tidak. Banyak pihak yang dapat dijalin oleh universitas yaitu universitas lain, dunia industri, institusi pemerintah, LSM, sekolah, lembaga donor seperti IDB, organisasi profesi dan lain-lain. Oleh karena itu universitas dituntut untuk proaktif dalam menjalin hubungan dan terus mengasah kemampuan atau
keterampilan
tersebut
sehingga
dapat
mempertahankan
dan
meningkatkan hubungan tersebut. 4.
Sebuah
universitas
yang
ingin
berkembang
menjadi
universitas
entrepreneurial perlu membangun kehidupan akademik yang kondusif sehingga sivitas akademika dapat mengembangkan dan mengaplikasikan keilmuannnya dengan baik. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mewujudkan tujuan tersebut diantaranya menciptakan program-program yang dapat menyalurkan dan mengembangkan ilmunya seperti pelatihan, skema riset, skema pengabdian masyarakat, skema dosen inti penelitian; mendirikan pusat-pusat studi seperti pusat riset baik tingkat fakultas maupun universitas; mendirikan laboratorium yang memadai seperti taman ilmu (science park); pendirian program studi baru, pendirian unit usaha akademik dalam rangka memberdayakan pakar-pakar yang dimilikinya; menyediakan insentif-insentif yang dapat memotivasi sivitas akademika dan pelayanan-pelayanan yang lain yang dapat menghidupkan iklim akademis yang progresif. 5.
Sebuah
universitas
yang
ingin
berkembang
menjadi
universitas
entrepreneurial perlu mengintegrasikan, mengelaborasikan dan membumikan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya sehingga lambat-laun menjadi kultur Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yangmana terinternalisasi dan tercermin dalam semua sikap sivitas akademika. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, banyak upaya yang dapat dilakukan diantaranya membangun sistem yang terintegrasi dengan cara keterhubungan antar organ atau unit yang ada, ketersediaan jaringan seperti internet, koordinasi yang baik di semua unit atau organ, peraturan-peraturan yang yang diberlakukan mendukung integrasi dan sebagainya.
Zahruddin, 2013 Pengembangan Kelembagaan Menuju Universitas Entrepreneurial (Studi Kasus Di Universitas Indonesia) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu