BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Heritage value (HV) ditinjau dari sudut pandang a) pemilik baru atau pembeli relatif dipersepsikan rendah seperti halnya bila ditinjau dari sudut b) penyewa. Indikator dengan persepsi tertinggi bagi kedua grup responden adalah indikator functional. Secara umum bisa disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil penilaian antara grup responden pemilik baru dan penyewa.
2.
Keputusan Perusahaan dalam menggunakan bangunan heritage sebagai tempat usaha ditinjau dari sudut pandang a) pemilik baru atau pembeli dipersepsi oleh harga dan reliabilitas produk, sementara dari sudut pandang b) penyewa, selain dipersepsi oleh harga dan reliabilitas produk, juga dipersepsi oleh reputasi pemberi sewa dan fleksibilitas pemberi sewa.
3.
Pengaruh heritage value (HV) terhadap keputusan perusahaan dalam menggunakan bangunan heritage ditinjau dari a) pemilik baru mempunyai pengaruh positif walaupun dengan nilai pengaruh yang relatif rendah, sementara ditinjau dari b) penyewa, pengaruh HV terhadap keputusan penggunaan bangunan heritage juga bernilai positif namun dengan bobot yang sangat rendah. Kesimpulannya, terdapat perbedaan besaran pengaruh HV terhadap KP antara responden pemilik baru dan penyewa, dimana
122
123
pengaruh yang lebih signifikan terlihat pada grup responden pemilik baru (pembeli), walaupun pengaruh tersebut tetap terbilang masih rendah.
5.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan rekomendasi pada tiga subjek sebagai berikut : 1.
Pemilik bangunan heritage di kota Bandung Merujuk pada hasil survei lapangan, keputusan perusahaan dalam menggunakan bangunan heritage baik dari grup responden pembeli maupun penyewa, cenderung hanya sedikit dipengaruhi oleh heritage value yang terdapat pada bangunan. Melalui pertimbangan bahwa bangunan heritage adalah suatu produk, maka baik penjual maupun pemberi sewa hendaknya berfokus pada komponen lain dari bauran pemasaran yaitu promotion, place dan price, karena sebagai sebuah produk, bangunan heritage juga harus ditawarkan dan dipasarkan pada segmen yang tepat dan dengan strategi yang tepat. Bangunan heritage sebagai sebuah produk, diukur melalui indikator fungsional, seperti lokasi dan kelayakan bentuk bangunan sebagai lokasi usaha. Walaupun secara lokasi, bangunan-bangunan heritage tersebut memiliki lokasi yang relatif baik untuk kegiatan bisnis, namun bila dilihat dari aspek bentuk bangunan heritage yang memiliki keterbatasan untuk diubah, maka memasarkan bangunan tersebut harus membidik segmen yang berbeda dengan pemasaran bangunan komersil.
124
Langkah pertama adalah dengan melakukan segmenting dan targeting calon pembeli. Untuk itu, baik penjual maupun pemberi sewa harus mengarahkan penawarannya pada kategori bisnis tertentu yang telah terbukti cocok dan layak memanfaatkan bangunan heritage seperti bisnis perbankan dan keuangan, restaurant atau Factory Outlet. Ide lain yang bisa dipertimbangkan adalah dengan menawarkan bangunan heritage tersebut pada organisasi bisnis yang bergerak pada bidang akomodasi, mengingat maraknya bisnis hostel atau layanan akomodasi dengan biaya yang terjangkau (budget) dengan hanya memanfaatkan bangunan yang bila dilihat secara ukuran relatif kecil. Untuk komponen promosi,yang harus dilakukan terutama adalah taktik word of mouth melalui strategi relationship marketing, diantaranya dengan melakukan penawaran melalui lingkaran terdekat terlebih dahulu. Strategi tersebut dapat dikombinasikan dengan taktik lain seperti menggunakan sistem komisi. Taktik pemberian komisi bagi penjual perantara ataupun perantara sewa dalam hal ini sangat perlu dilakukan. Komisi yang disisihkan pun secara persentase hendaknya lebih besar dibandingkan dengan bangunan yang relatif baru atau bangunan komersil lain. Penjual ataupun pemberi sewa hendaknya memanfaatkan komunitas sebagai akses distribusi penawarannya atau apa yang kini disebut dengan horizontal marketing. Selain melalui komunitas, penawaran melalui internet pun layak untuk dicoba karena melalui internet, distribusi penawaran menjadi tidak terbatas, dimana pasar yang bisa diraih tidak hanya dikisaran kota Bandung tapi juga organisasi yang berasal dari daerah atau bahkan negara
125
lain yang peduli terhadap pelestarian bangunan heritage. Untuk strategi harga, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemberi sewa adalah dengan memberikan layanan kemudahan dan fleksibilitas pembayaran uang sewa, sementara untuk penjual, bisa dengan mempertimbangkan kerjasama dengan pihak perbankan untuk memberikan kemudahan bagi calon pembeli dalam mencari pinjaman.
2.
Stakeholder kota Stakeholder dalam hal ini adalah pemerintah, komunitas (non government organization), media serta peneliti dan akademisi. Seperti yang nampak pada hasil penelitian, bahwa dari tiga komponen pembentuk heritage value, hanya dua diantaranya yang dianggap cukup bermakna dalam menggambarkan heritage value, yaitu use value dan cultural value. Sementara emotional value justru menjadi koefisien jalur yang perlu dihilangkan karena nilainya tidak signifikan. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, penelitian ini memperlihatkan kondisi yang berbeda dengan penelitian di negara lain yang menunjukkan bahwa bangunan heritage cenderung memiliki nilai jual yang lebih baik dibandingkan dengan nilai jual non-heritage, karena itu dengan berpegangan pada pendapat bahwa emotional value dapat menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan perihal sesuatu yang berhubungan dengan bangunan heritage, maka yang harus dilakukan oleh stakeholder kota adalah menciptakan atau menumbuhkan emotional value dalam diri warga masyarakatnya.
126
Beberapa komponen pembentuk emotional value harus dieksplorasi ulang dan dikemas sedemikian rupa agar mampu menciptakan dan menumbuhkan nilai tersebut. Wonder sebagai salah satu nilai pembentuk emotional value, bisa ditumbuhkan melalui komunikasi horizontal melalui komunitas, organisasi-organisasi kemasyarakatan atau institusi pendidikan, diantaranya dengan memberikan penyuluhan atau informasi perihal nilai-nilai edukasi, arsitekural dan estetika yang terkandung didalam bangunan heritage. Komunikasi dapat dilakukan oleh para anggota masyarakat yang peduli dan memiliki latar belakang pengetahuan perihal bangunan heritage melalui suatu narasi verbal maupun non verbal. Untuk suatu institusi pendidikan, peran pendidik baik itu guru maupun dosen akan sangat signifikan dalam mentransfer pengetahuan perihal banguan heritage kepada anak didiknya. Melalui transfer pengetahuan tersebut diharapkan akan tercipta efek wonder pada lapisan masyarakat terhadap bangunan heritage. Komponen pembentuk emotional value yang kedua adalah identity. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,identity banyak mempengaruhi komponen-komponen lain dalam heritage value. Untuk menumbuhkan nilai identitas
pada
masyarakat,
pemerintah
dapat
memulainya
dengan
memberikan satu bentuk apresiasi resmi pada bangunan –bangunan heritage di kota Bandung. Berkaca pada strategi yang dilakukan oleh negara Singapura dan Malaysia, dimana bangunan atau kawasan yang bernilai heritage diberikan ciri yang menunjukkan identitas bangunan atau kawasan tersebut sebagai bangunan heritage. Melalui cara tersebut, diharapkan rasa memiliki
127
dari anggota masyarakat kota pada umumnya dan kawasan pada khususnya terhadap bangunan heritage dapat tumbuh dan menciptakan sense of belonging masyarakat pada bangunan heritage. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan banyak penelitian lapangan maupun studi literatur melalui para ahli sejarah bangunan, budaya dan sosial dengan tujuan untuk menemukan adanya latar belakang sejarah, baik sejarah kepemilikan, sosial maupun fungsi dari suatu bangunan. Bangunan yang diketahui memiliki nilai simbolis dan spiritual dapat segera di preservasi dan dijaga. Bangunan lain yang dapat diidentifikasi sejarah yang melatar belakanginya, memiliki potensi untuk mampu menciptakan nilai emosional bagi suatu individu maupun komunitas. Sebagai contoh, ketika suatu bangunan heritage di ketahui pernah di huni atau disinggahi oleh seorang yang berasal dari negara lain di masa lalu, maka terdapat kemungkinan keturunan dari orang tersebut akan merasa memiliki keterikatan dengan bangunan heritage tersebut, dan menjadikan bangunan tersebut menjadi identitas bagi seorang individu. Ketiga elemen ini – wonder, symbolic dan identity – secara langsung akan mempengaruhi elemen emotional value berikutnya, yaitu continuity serta respect and veneration, dimana nilai kekaguman, nilai identitas dan nilai simbolis yang muncul, lazimnya pastilah ingin diteruskan pada generasi selanjutnya, dan oleh karenanya dapat muncul rasa hormat serta segan terhadap bangunan heritage tersebut. Selain itu, kuatnya emotional value khususnya elemen identity dan symbolic, akan berpengaruh positif pula pada cultural value khususnya
128
elemen documentary dan historic serta komponen use value khususnya elemen social, educational serta kemungkinan elemen economic. Selain elemen-elemen dari emotional value, terdapat satu elemen dari use value yang dapat di tingkatkan nilainya melalui peran serta pemerintah. Fungsi ekonomis dapat ditingkatkan salah satunya melalui kebijakan pemerintah semisal keringangan pajak atau pemberian modal tambahan bagi pemilik, pengelola ataupun pengusaha yang menggunakan bangunan heritage sebagai lokasi usahanya. Use value ini, ditambah dengan lahir dan meningkatnya nilai emosional yang terdapat pada bangunan heritage,dan ditunjang dengan cultural value secara holistik dan akumulatif, dapat menjadikan bangunan heritage di kota Bandung bukan hanya tidak lagi menjadi beban kota, namun akan menjadi aset kota Bandung yang luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan termasuk untuk kepentingan industri pariwisata. Stakeholder lain yang perlu dilibatkan adalah media sebagai pengirim pesan kepada elemen masyarakat, baik itu media cetak (Koran atau majalah lokal dan nasional), media elektronik, maupun internet. Sounding berita dari pelaku media diharapkan dapat menciptakan stimulus bagi masyarakat umum untuk melakukan tindakan-tindakan penyelamatn nilai-nilai yang terdapat pada bangunan heritage sekecil apapun itu. Efek terkecil yang diharapkan dari media adalah untuk mampu menciptakan hanya sekedar awareness bagi komponen masyarakat, terutama masyarakat awam.
3.
Akademisi dan Peneliti
129
Model penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah model persamaan structural (SEM) yang umumnya banyak digunakan pada bidang ilmu seperti psikologi, ekonomi, pendidikan dan ilmu sosial lainnya (Wijaya, 2009), sementara metoda yang paling baik untuk mengukur nilai-nilai yang sulit untuk dinilai termasuk diantaranya bangunan heritage, adalah dengan menggunakan metoda Total Economic Value (TEC) untuk dapat mengukur individual-collective value dan private/public value dari bangunan heritage (Throsby, 2003). Metoda TEC kemudianan diujikan dengan responden masyarakat umum melalui variabel kontrol (1) usia, (2) latar belakang pendidikan/pekerjaan, (3) pengguna bangunan heritage, dan (4) pemerintah.
Secara keseluruhan, rekomendasi dari hasil penelitian dapat digambarkan kedalam kerangka rekomendasi seperti pada Gambar 5.1.
Pemerintah : • Peraturan pemerintah yang pro pada bangunan Heritage • Stimulus pada perusahaan /organisasi bisnis yang menggunakan bangunan heritage sebagai lokasi usaha • Keringanan pajak bagi pengelola dan atau pemilik bangunan heritage • Penerapan Sanksi terhadap pelanggar undang-undang atau perda perihal heritage
NGO (Bandung Heritage), para ahli : • Penyuluhan dan edukasi pada masyarakat • Penelitian sejarah bangunan, sosial dan budaya yang melekat pada bangunan
Pemilik Bangunan
• Promotion – Words of Mouth • Place – Komunitas, Internet • Price - Komisi • Segmenting Bank Restaurant • Targeting
Pemilik Bisnis
Factory Outlet Akomodasi
Institusi Pendidikan (Sekolah dan Universitas) (Siswa dan Mahasiswa)
Komunitas Lokal dari Bangunan Heritage
Target Market
Komunitas Bisnis Luar
Pribadi yang peduli pada bangunan Heritage
Media: • Mengedukasi masyarakat umum tentang nilai-nilai heritage secara terus menerus dan berulang-ulang • Melakukan ekspose dari para pelanggar aturanyang berhubungan dengan bangunan heritage • Melakukan publikasi bagi orang-orang yang memiliki jasa terhadap keberlangsungan dari bangunan heritage
Lainnya
122
Gambar 5.1 Rekomendasi Penelitian