BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI
5.1
Implementasi Simulasi Kinerja jaringan Adhoc sebagian besar dipengaruhi oleh letak geografis
wilayah, banyaknya faktor yang mempengaruhi membuat pengiriman data terhambat sehingga diperlukan routing protocol yang tepat pada proses pengiriman data pada adhoc network. Selain itu, jumlah node, jenis koneksi dan besarnya paket yang dikirim pada jaringan adhoc network juga mempengaruhi kinerja dari routing protocol pada saat pengiriman data antar node. Pada tahap implementasi ini, akan disimulasikan pada jaringan adhoc dengan menggunakan routing protocol DSR dan OLSR. Hal ini memerlukan pengaturan dari segi parameter jaringan seperti yang dijelaskan pada tabel 5.1. dan gambar 5.2. Table 5.1 Parameter Simulasi Parameter Tipe Kanal Tipe Network Interface Protocol Routing Number of Nodes Simulation Time Luas Area Traffic source Packet Size Simulator
Nilai Wireless Channel Wireless DSR dan OLSR 30, 50 600 sec 850*850 m² TCP/FTP 512 byte, 1024 byte OPNET MODELER 14.5
V-I
Gambar 5.1 Profile Configuration
Gambar 5.2 Application Definition
V-2
Pada Gambar 5.1 adalah menerangkan bahwa dalam simulasi pengiriman packet size dengan menggunakan konfigurasi Ftp dalam pengiriman packet size secara keseluruhan, sedangkan pada Gambar 5.2 untuk pengiriman data dipilih setting high load.
Gambar 5.3 Wlan Parameters Pada gambar 5.3 menjelaskan tentang parameter Wlan pada pengukuran simulasi pada keseluruhan jumlah node. 5.1.1 Simulasi DSR Pada simulasi DSR ini jumlah node dalam jaringan akan divariasikan dari 30 dan 50 node, dengan jumlah beban yang dilewatkannya berbeda untuk pada jumlah node tersebut. Pada simulasi ini jumlah beban akan ditingkatkan dari ukuran 512 byte dan 1024 byte. Dengan kondisi tersebut maka dapat diketahui bagaimana kinerja routing protocol DSR. Berikut beberapa nilai parameter untuk routing protocol DSR dijelaskan pada tabel 5.2 dan Gambar 5.4
V-3
Tabel 5.2 Parameter Simulasi Routing Protocol DSR Parameter Route Discovery Parameters Route Maintenance Parameters DSR Routes Export Route Replies Using Cached Routes Packet Salvaging Non Propagating Request Broadcast Jitter
Nilai Do Not Export Enable Enable Disable (0,0.01)
Gambar 5.4 Parameter Simulasi DSR Dalam pengujian ini setelah melakukan setting pengaturan untuk parameter diatas, kemudian dapat melakukan setting pengaturan pada parameter Route Discovery yang akan dijelaskan pada tabel 5.3 dan gambar 5.5. Setelah semua kita lakukan setting tersebut kemudian dapat melakukan pengaturan kembali pada pengujian ini melanjutkan dengan pengaturan parameter pada route maintenance yang akan dijelaskan pada tabel 5.4 dan gambar 5.6.
V-4
Tabel 5.3 Parameter Route Discovery DSR Parameter
Nilai
Request Table Size (Nodes)
64
Maximum Request Table Identification
16
Maximum Request Retransmission (seconds)
10
Initial Request Period (second)
0.5
Non Propagation Request Timer
0.03
Gratutio us Route Reply Timer (seconds)
1
Gambar 5.5 Parameter Route Discovery DSR
V-5
Tabel 5.4 Parameter Route Maintenance DSR Parameter
Nilai
Maximum Buffer Size(Packets) Maximum Holdoff Time(second) Maximum Maintenance Retransmissions(Retransmission) Maintenance Acknowledgment Timer(Second)
50 0.25 2 0.5
Gambar 5.6 Atribut DSR Route Maintenance Parameters
V-6
Gambar 5.7 Atribut DSR 30 Node dengan Packet Size 512 byte
Gambar 5.8 Atribut DSR 50 Node dengan Packet Size 512 byte Pada Gambar 5.7 adalah atribut routing protocol DSR 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte, dengan sumber node pengirim yaitu node 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada sumber penerima paket data yaitu
V-7
node ke 25, sedangkan pada gambar 5.8 adalah atribut 50 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte dengan tujuan yang sama yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai penerima packet size.
Gambar 5.9 Atribut DSR 30 Node dengan Packet Size 1024 byte
Gambar 5.10 Atribut DSR 50 Node dengan Packet Size 1024 byte V-8
Pada Gambar 5.9 adalah atribut 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 1024 byte, dengan sumber node pengirim node ke 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada penerima packet size yaitu node ke 25, sedangkan pada gambar 5.10 adalah atribut DSR 50 node dengan pengiriman paket data sebesar 1024 byte dengan tujuan yang sama yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai sumber penerima packet size. 5.1.2 Simulasi OLSR Pada simulasi OLSR ini jumlah node dalam jaringan akan divariasikan dari 30 dan 50 node, dengan jumlah beban yang dilewatkannya berbeda pada tiap node tersebut. Pada simulasi ini jumlah beban akan ditingkatkan dari ukuran 512 byte dan 1024 byte. Dengan kondisi tersebut maka dapat diketahui bagaimana kinerja routing protocol OLSR. Parameter tesebut berguna bagi protokol OLSR dalam pencarian rute. Parameter OLSR yang digunakan pada simulasi ini akan dijelaskan pada tabel 5.5 dan gambar 5.11. Tabel 5.5 Parameter Simulasi Routing Protocol OLSR Parameter Willingness Hello Interval TC Interval Neighbor hold time Topology hold time Duplicate Message hold time Addressing mode
Nilai Default 2 detik 7 detik 8 detik 21 detik 30 detik Ipv4
V-9
Gambar 5.11 Parameter Simulasi OLSR
Gambar 5.12 Atribut OLSR 30 Node dengan Packet Size 512 byte
V-10
Gambar 5.13 Atribut OLSR 50 Node dengan Packet Size 512 byte Pada Gambar 5.12 adalah atribut 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte, dengan sumber node pengirim node ke 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada sumber penerima paket data yaitu node ke 25, sedangkan pada gambar 5.13 adalah atribut OLSR 50 node dengan pengiriman packet size sebesar 512 byte dari node ke 1 yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai sumber penerima packet size.
Gambar 5.14 Atribut OLSR 30 Node dengan Packet Size 1024 byte V-11
Gambar 5.15 Atribut OLSR 50 Node dengan Packet Size 1024 byte Pada Gambar 5.14 adalah atribut 30 node dengan pengiriman packet size sebesar 1024 byte, dengan sumber node pengirim dari node 1 dengan pengiriman 1 koneksi kepada sumber penerima paket data yaitu node ke 25, sedangkan pada gambar 5.15 adalah atribut 50 node dengan pengiriman packet size sebesar 1024 byte dengan tujuan yang sama yaitu dengan menggunakan 1 koneksi menuju node ke 25 sebagai penerima packet size. 5.2 Hasil Simulasi pada skenario Dari hasil skenario yang telah disimulasikan, dilakukan analisis data untuk mengetahui pengaruh jumlah konektivitas dan beban paket data yang dilewatkan pada jaringan terhadap kinerja routing protocol DSR dan OLSR. Tingkat kinerja routing protocol ditentukan dengan membandingkan nilai throughput, network load, dan end to end delay masing-masing routing protocol. 5.2.1 Throughput Throughput
yaitu jumlah data yang diterima sebuah host atau node
dalam satu detik, dan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam mengatur sebuah kinerja jaringan. Semakin tinggi nilai throughput yang dihasilkan dalam sebuah jaringan maka kinerja jaringan tersebut semakin baik.
V-12
Gambar 5.16 Grafik Throughput Routing Protocol DSR dan OLSR pada 30 Node packet size 512 byte
Gambar 5.17 Grafik Throughput Routing Protocol DSR dan OLSR pada 50 Node packet size 512 byte
V-13
Pada gambar 5.16 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 30 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol OLSR memiliki nilai tertinggi yaitu 598.004 bit/sec, sedangkan routing protocol DSR dengan grafik berwarna biru memiliki nilai terendah yaitu 2.457 bit/sec, oleh karena itu kinerja jaringan pada routing protocol OLSR yang lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.17 menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 50 node 512 adalah routing protocol OLSR memiliki nilai yang tinggi yaitu 2.472.662, sedangkan pada grafik berwarna biru dengan routing protocol DSR memiliki nilai throughput 67.319 bit/sec, maka routing protocol DSR tersebut memiliki nilai terendah, sehingga DSR adalah yang buruk pada hasil perbandingan tersebut.
Gambar 5.18 Grafik Throughput Routing Protocol DSR dan OLSR pada 30 Node packet size 1024 byte
V-14
Gambar 5.19 Grafik Throughput DSR dan OLSR 50 Node packet size 1024 byte Pada gambar 5.18 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 30 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol OLSR memiliki nilai tertinggi yaitu 598.426 bit/sec, sedangkan routing protocol DSR dengan grafik berwarna biru memiliki nilai terendah yaitu 2.900 bit/sec, oleh karena itu kinerja jaringan pada routing protocol OLSR lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.19 menunjukan bahwa grafik berwarna merah nilai throughput 50 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol OLSR memiliki nilai tertinggi yaitu 2.473.012 bit/sec, sedangkan pada grafik berwarna biru dengan routing protocol DSR memiliki nilai throughput 68.515 bit/sec, maka routing protocol DSR tersebut memiliki nilai terendah, sehingga DSR adalah yang terburuk pada hasil perbandingan tersebut. Hasil dari pengukuran Throughput pada routing protocol DSR dan OLSR akan ditunjukan pada tabel 5.6.
V-15
Tabel 5.6 Throughput pada Routing Protocol DSR dan OLSR Protokol Jumlah node Packet Size Throughput (byte) (bps) 2.457 30 512 DSR 67.319 50 512 598.426 30 1024 OLSR 2.473.012 50 1024 5.2.2 Network Load Network Load adalah total trafik data yang diterima oleh semua node dalam satuan bit/second(Dhakwan dkk, 2013).
Gambar 5.20 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 30 Node packet size 512 byte
V-16
Gambar 5.21 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 50 Node packet size 512 byte Pada gambar 5.20 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai Network load 30 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai terendah yaitu 2.169 bit/sec, sedangkan routing protocol OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai network load tertinggi yaitu 22.203 bit/sec, oleh karena itu trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.21 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai network load 50 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai
tertinggi yaitu 62.737 bit/sec, sedangkan pada grafik
berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilai network load 53.278 bit/sec, maka trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR tersebut memiliki nilai terendah, oleh karena OLSR adalah yang kurang baik pada hasil perbandingan tersebut.
V-17
Gambar 5.22 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 30 Node Packet Size 1024 byte
Gambar 5.23 Grafik Network Load DSR dan OLSR pada 50 Node Packet Size 1024 byte
V-18
Pada gambar 5.22 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai Network load 30 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai terendah yaitu 2.612 bit/sec, sedangkan routing protocol OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai network load tertinggi yaitu 22.625 bit/sec, oleh karena itu trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.23 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai network load 50 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 62.737 bit/sec, sedangkan pada grafik berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilai network load 53.278 bit/sec, maka trafik data yang diterima oleh semua node pada routing protocol OLSR tersebut memiliki nilai terendah, oleh karena itu OLSR adalah kurang baik pada hasil perbandingan tersebut. Hasil dari pengukuran Network Load pada routing protocol DSR dan OLSR akan dijelaskan pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Network Load pada Routing Protocol DSR dan OLSR Protokol Jumlah node Packet Size Network Load (byte) (bit/sec) 2.169 30 512 DSR 61.999 50 512 22.625 30 1024 OLSR 53.278 50 1024
5.2.3 End to end Delay End to end delay merupakan waktu rata-rata yang ditempuh paket data untuk mencapai tujuan yang mana hal ini mempengaruhi kinerja routing protocol yang dilakukan. Dari hasil simulasi dengan skenario yang telah ditentukan, dianalisis pengaruh penambahan jumlah node dan beban paket data yang dilewatkan pada jaringan terhadap nilai end to end delay yang dihasilkan selama simulasi.
V-19
Gambar 5.24 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 30 Node Packet Size 512 byte.
Gambar 5.25 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 50 Node Packet Size 512 byte Pada gambar 5.24 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai End to end delay 30 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.000610 sec, sedangkan routing protocol
V-20
OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai terendah yaitu 0.000341 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan, yang terendah pada routing protocol adalah OLSR yang lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.25 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai end to end delay 50 node dengan packet size 512 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.003189 sec, sedangkan pada grafik berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilaiend to end delay terendah yaitu 0.000404 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan yang terendah pada routing protocol OLSR tersebut, sehingga OLSR adalah yang lebih baik pada hasil perbandingan tersebut.
Gambar 5.26 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 30 Node Packet Size 1024 byte
V-21
Gambar 5.27 Grafik End to end Delay DSR dan OLSR 50 Node Packet Size 1024 byte Pada gambar 5.26 diatas menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai End to end delay 30 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.000623 sec, sedangkan routing protocol OLSR dengan grafik berwarna merah memiliki nilai terendah yaitu 0.000341 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan yang terendah pada routing protocol adalah OLSR yang lebih baik. Sedangkan pada gambar 5.27 menunjukan bahwa grafik berwarna biru nilai end to end delay 50 node dengan packet size 1024 byte adalah routing protocol DSR memiliki nilai tertinggi yaitu 0.003485 sec, sedangkan pada grafik berwarna merah dengan routing protocol OLSR memiliki nilai end to end delay terendah yaitu 0.000404 sec, oleh karena waktu yang dibutuhkan paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian sampai mencapai tujuan yang terendah pada routing protocol OLSR tersebut, sehingga OLSR adalah yang lebih baik pada hasil perbandingan tersebut.
V-22
Hasil dari pengukuran End to end delay pada routing protocol DSR dan OLSR akan dijelaskan pada tabel 5.8. Tabel 5.8 End to end Delay 30 Node dan 50 Node Protokol Jumlah node Packet Size (byte) 30 512 DSR 50 1024 30 512 OLSR 50 1024
Delay (second) 0.000610 0.003485 0.000341 0.000404
5.3 Hasil Simulasi Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dengan membandingkan kedua routing protocol, yaitu DSR dan OLSR, yang dilakukan dengan menggunakan Opnet Modeler pada notebook penulis, berikut rincian hasil perhitungan simulasi pengukuran yang telah dilakukan : Tabel 5.9 Hasil Pengukuran Grafik Simulasi Node Protokol PacketSize (byte) DSR 512 30 OLSR 512 DSR 512 50 OLSR 512 DSR 1024 30 OLSR 1024 DSR 1024 50 OLSR 1024
Throughput (bit/sec) 2.457 598.004 67.319 2.472.662 2.900 598.426 68.515 2.473.012
Delay (second) 0.000610 0.000341 0.003189 0.000404 0.000623 0.000341 0.003485 0.000404
Network Load(Bit/sec) 2.169 22.203 61.999 52.928 2.612 22.625 62.737 53.278
Untuk hasil seluruh pengukuran network load grafik simulasi pada 30 node dan 50 node dengan packet size 512 byte dijelaskan pada gambar 5.28, hasil throughput pada gambar 5.29, dan hasil End to end delay pada gambar 5.30. Sedangkan untuk hasil pengukuran network load grafik simulasi pada 30 node dan 50 node dengan packet size 1024 byte dijelaskan pada gambar 5.31, hasil throughput pada gambar 5.32 dan hasil end to end delay pada gambar 5.33.
V-23
Tabel 5.10 Hasil Simulasi Node Protokol Packet Size Throughput Delay Network Load (byte) (bit/sec) (second) (Bit/sec) DSR 512 30 OLSR 512 DSR 512 50 OLSR 512 DSR 1024 30 OLSR 1024 DSR 1024 50 OLSR 1024
V-24