BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Asrama 2 “Al-khodijah” merupakan salah satu asrama putri yang berada di bawah yayasan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, berada di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kelurahan Peterongan, Kabupaten Jombang. Pondok Pesantren Darul ‘Ulum memiliki luas pondok ±40 Ha., batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Kesamben, sebelah
barat
dengan
Kecamatan Jombang, sebelah selatan dengan Kecamatan Jogoroto, dan sebelah timur dengan Kecamatan Sumobito. Asrama 2 “Al-Khodidjah” sebelah barat berbatasan dengan asrama 9, sebelah timur berbatasan dengan asrama 3, sebelah utara dengan asrama 1, dan selatan berbatasan dengan pondok induk putra. Pondok Pesantren Darul ‘Ulum disamping fokus di bidang keagamaan, juga mengembangkan pendidikan formal. Darul ‘Ulum memiliki 16 sekolah formal, yaitu, MIN, MTsN, MTs Plus, MAN, MA Unggulan, SMP I, SMPN 3 Unggulan, SMA DU I Unggulan BPP-Teknologi, SMA DU II Unggulan BPP-Teknologi (RSNBI), SMA DU III, SMK I & II, SMK TELKOM, sekolah Tahassus AlQur’an, UNIPPDU, dan UNDAR. Selain bangunan sekolah formal, pondok pesantren juga melengkapi dengan fasilitas pendukung, seperti sarana olah raga dan laboratorium. Terdapat 26 asrama yang berada di bawah yayasan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum. Asrama 2 “Al-Khodijah” adalah salah satu pondok putri yang paling besar dan paling tua. Jumlah seluruh santri sebanyak 466 anak, terdiri dari santri SMP, 38
39
SMA, dan mahasiswa. Asrama 2 memiliki 20 buah kamar tidur yang masingmasing ditempati oleh 17-25 santri, setiap kamar diawasi oleh satu santri senior yang memiliki tugas sebagai penanggung jawab kamar. Fasilitas yang dimiliki oleh Asrama 2 “Al-Khodidjah” antara lain, 1 musholla utama, 4 unit kelas diniyah, 1 unit perpustakaan, 1 kantin, 1 koperasi, 2 ruang khusus untuk menjenguk dan 1 lapangan serbaguna. Kegiatan asrama 2 dimulai pukul 04.30 yaitu jama’ah sholat subuh, dilanjutkan dengan istighostah dan mengaji alquran hingga pukul 06.00, kegiatan selanjutnya adalah sarapan pagi dan berangkat sekolah. Tidak ada kegiatan pondok selama santri sekolah formal. Kegiatan kembali dilakukan pada pukul 16.00 yaitu sholat ashar, makan sore dan persiapan sholat maghrib. Pukul 18.30 santri mengikuti sekolah informal, yaitu diniyah. Diniyah adalah kegiatan belajar mengajar yang khusus mendalami agama, dilakukan oleh seorang guru dan dibagi menurut kelas-kelas sesuai hasil tes agama yang dilakukan saat awal masuk asrama. Sekolah diniyah dilakukan hingga pukul 20.00, kemudian sholat isya berjama’ah dan jam wajib belajar mulai pukul 20.30 hingga 22.00. Tiap hari Kamis malam, khusus untuk diniyah diliburkan. Dalam satu bulan sekali santri diperbolehkan dijenguk oleh orangtua sesuai dengan waktu yang diberikan asrama, dan biasanya jatuh pada hari Jumat. Pemenuhan makanan santri dilakukan oleh pengurus asrama yang memiliki tugas khusus untuk memasak makanan. Bahan makanan yang diberikan diperoleh dari pasar, untuk bahan-bahan sayuran seperti, sop (wortel, bunga kool), kangkung, dibeli sudah dalam bentuk potongan, sehingga pihak asrama langsung bisa mengolah. Jadwal pemberian makanan dalam satu hari dilakukan dua kali
40
yaitu pagi hari pada pukul 06.00 dan sore hari pukul 17.00. Menu yang disediakan tiap hari bervariasi, tapi diulang setiap minggunya. Tabel 5.1 Daftar Menu Makan Santri Asrama 2 “Al-khodidjah” tahun 2012 No 1
Senin
2
Selasa
Hari Pagi Sore Pagi Sore Pagi
3
Rabu Sore
4
Kamis
Pagi Sore Pagi
5
Jumat Sore
6
Sabtu
7
Minggu
Pagi Sore Pagi Sore
Menu Nasi, oseng tempe + sosis, bihun Nasi, soto ayam, suwir daging ayam Nasi, sambel goreng tempe, bihun, kerupuk Nasi, semur daging sapi, sayur lodeh, tempe goreng Nasi, tumis kangkung, telur dadar/ceplok (setengah) Nasi, sayur asem, pepes pindang/pindang goreng Nasi, sambel goreng tempe, mie kuning Nasi, ayam goreng, tumis pepaya Nasi goreng, dadar (setengah), sosis goreng (setengah) Nasi, sayur bayam, dadar jagung/tahu dan tempe goreng Nasi, pecel, peyek Nasi, lele, sambal, lalapan (timun, kemangi)/telur asin Nasi, rawon, daging Nasi, sayur sop, perkedel, tempe goreng
Setiap 2 minggu sekali, santri mendapat jatah susu kedelai, dan setiap satu bulan sekali mendapat jatah susu sapi segar. Buah diberikan setiap 1 minggu dua kali, seperti duku, salak, semangka, pisang, pepaya, manggis, dan lain-lain. Dalam memasak petugas menggunakan penyedap rasa, alasannya untuk membantu memperkuat rasa masakan karena memasak dalam porsi besar. Beberapa menu diberikan dengan cara tiap kamar diberi jatah makanan dalam porsi besar, untuk dibagi sendiri ke seluruh anggota kamar tersebut. Beberapa menu seperti soto, rawon, dan ayam goreng diberikan langsung oleh petugas di dapur. Hasil yang diperoleh dari indepth interview dengan petugas yang memasak, menu makanan pada hari sabtu pagi, senin pagi, selasa pagi, kamis pagi, dan
41
jumat sore merupakan menu yang paling sedikit dikonsumsi oleh santri, hal ini dapat dilihat dari sisa makanan yang diberikan kepada santri.
5.2 Karakteristik Responden 5.2.1 Usia Responden penelitian berusia antara 12 hingga 15 tahun, dengan distribusi usia sebagai berikut: Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Usia di Asrama 2 “Al-Khodidjah” tahun 2012 No 1 2 3 4
Usia 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun Jumlah
n
% 12 25 24 4 65
18,5 38,5 36,9 6,1 100,0
Sebagian besar responden berusia 13 tahun yaitu sebanyak 38,5%, dan hanya sebesar 6,1% responden yang berusia 15 tahun. Rata-rata usia responden adalah 13,7 tahun dengan standar deviasi sebesar 0,85338 5.2.2 Uang Saku Uang saku yang dimaksud adalah jumlah uang yang diterima responden dalam satu bulan yang dialokasikan hanya untuk uang jajan tanpa digunakan untuk membayar biaya spp sekolah atau uang syahriyah pondok. Besarnya uang saku akan mempengaruhi seseorang dalam menunjang kebutuhan pokok, seperti makan, sehingga akan mempengaruhi besar asupan zat gizi seseorang. Distribusi uang saku responden dapat dilihat pada Tabel 5.3.
42
Tabel 5.3 Distribusi Uang Saku Responden Asrama 2”Al-Khodidjah” tahun 2012 No 1 2 3 4
Uang saku responden Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi
Jumlah (Rp) 200.000 900.000 423784,62 160158,875
Rata-rata uang saku yang diterima responden setiap bulannya sebesar Rp. 423784,62.
Uang saku paling tinggi yang diterima responden sebesar Rp.
900.000 dan paling rendah sebesar Rp. 200.000. 5.2.3 Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah hasil pengetahuan responden mengenai zat-zat gizi tertentu yang diujikan melalui kuesioner seperti energi, protein, kalsium, dan zat besi, untuk memperoleh gambaran mengenai pengetahuan gizi yang dimiliki responden. Sebelum diberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas dengan cara memberikan kuesioner pertama sebanyak 16 soal kepada 15 orang yang memiliki karakteristik sama dengan responden penelitian. Setelah dilakukan uji validitas, hanya 12 soal yang dinyatakan valid dan dapat diberikan kepada responden. Setiap soal memiliki skor maksimal 2, sehingga skor maksimal dari kuesioner adalah 24 poin, dan skor minimal adalah 0 poin. Tabel 5.4 Skor Pengetahuan Gizi Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” tahun 2012 No 1 2 3 4
Pengetahuan gizi responden Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi
Skor 9 21 14,65 3,095
Rata-rata skor pengetahuan gizi santri sebesar 14,65 poin, dengan skor minimal 9 poin, dan skor maksimal sebesar 21 poin, sedangkan standar deviasi dari pengetahuan gizi adalah 3,095.
43
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Resopnden Asrama 2 “AlKhodidjah” Tahun 2012 No 1 2 3
Tingkat pengetahuan gizi kurang Sedang Baik Jumlah
n
% 10 39 16 65
15,4 60,0 24,6 100
Dari Tabel 5.5 dapat dijelaskan bahwa, Sebesar 15,4% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 60,0% sedang, dan 24,6% memiliki tingkat pengetahuan baik.
5.3 Karakteristik Orang Tua Responden 5.3.1 Pendidikan Orang Tua Pendidikan terakhir orang tua adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh orang tua. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah pendidikan formal terakhir yang paling banyak ditempuh oleh orang tua responden, baik ayah maupun ibu, yaitu sebesar 52,3%, dan 47,6%, sedangkan pendidikan terakhir yang ditempuh orang tua paling sedikit adalah tamat SD/MI, yaitu sebesar 7,7% pada ayah, dan 12,3% pada ibu. Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden Asrama 2 “AlKhodidjah” tahun 2012 No 1 2 3 4
Pendidikan terakhir Tamat SD/MI Tamat SMP/MTs Tamat SMA/MA Tamat PT Jumlah
Ayah n
Ibu %
5 10 34 16 65
7,7 15,4 52,3 24,6 100
n 8 9 31 17 65
% 12,3 13,8 47,7 26,2 100
44
5.3.2 Pekerjaan Orang Tua Responden Jenis pekerjaan orang tua dalam kuesioner digolongkan menjadi 6, yaitu wiraswasta, swasta, PNS, TNI/POLRI, tidak bekerja, dan lain-lain. Distribusi pekerjaan orang tua responden dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” Tahun 2012 Pekerjaan orang tua Swasta TNI/POLRI PNS Wiraswata Tidak bekerja Lain-lain Jumlah
Ayah n 19 4 6 28 0 8 65
Ibu % 29,2 6,2 9,2 43,1 0 12,3 100
n 7 0 4 25 23 6 65
% 10,8 0 6,2 38,5 35,4 9,2 100
Sebagian besar pekerjaan orang tua adalah wiraswasta, yaitu sebesar 43,1% pada ayah, dan 38,5% pada ibu. Hanya sebanyak 6,2% ayah yang bekerja sebagai TNI/POLRI, sedangkan pekerjaan ibu yang paling sedikit adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebesar 5,2%. 5.3.3 Penghasilan Orang Tua Penghasilan orang tua adalah jumlah penghasilan atau uang yang diperoleh selama satu bulan dari pekerjaan utama maupun sampingan, baik penghasilan ayah maupun ibu. Penghasilan orang tua mempengaruhi besar kecilnya uang saku yang diterima oleh responden selama satu bulan. Tabel 5.8 Penghasilan orang tua responden asrama 2 “Al-Khodidjah” Tahun 2012 No 1 2 3 4
Penghasilan orang tua Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi
Jumlah (Rp) 1.000.000 10.000.000 3.636.923,08 1.628.224,611
45
Rata-rata penghasilan orang tua responden setiap bulannya sebesar Rp. 3.636.923,08, dengan penghasilan terendah sebesar Rp. 1.000.000 setiap bulan, dan yang paling tinggi sebesar Rp. 10.000.000.
5.4 Jumlah Asupan Zat Gizi Responden Besar asupan gizi responden diperoleh dari hasil food record yang dilakukan selama 2 hari, yaitu pada hari efektif sekolah, dan pada hari libur. Hasil dari food record kemudian diolah menggunakan nutrisurvey untuk mengetahui gambaran besar zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Tabel 5.9 Deskripsi Asupan Zat Gizi Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” Tahun 2012 No Asupan zat gizi 1 2 3 4
Asupan energi (kkal) Asupan protein (g) Asupan kalsium (mg) Asupan zat besi (mg)
Minimal 1188,40 22,40 144,90 3,80
Maksimal
Rata-rata
2680,70 96,10 1712,10 97,00
1802,0554 55,6677 549,3354 10,2231
Standar deviasi 395,32784 13,35226 317,30909 11,73320
Dari tabel 5.9 dapat dijelaskan bahwa rata-rata konsumsi energi responden dalam satu hari sebesar 1802,0552 kkal, dengan besar asupan energi terendah 1188,40 kkal, dan asupan energi tertinggi sebesar 2680,70 kkal. Standar deviasi dari asupan energi adalah 395,32784. Konsumsi protein responden paling rendah adalah 22,40 g, dan yang paling tinggi adalah 96,10 g. Rata-rata asupan protein pada responden setiap harinya sebesar 55,6677 g, dengan standar deviasi sebesar 13,35226. Rata-rata konsumsi kalsium responden dalam satu hari hanya sebesar 549,3354 mg, dengan asupan kalsium paling rendah 144,90 mg, dan paling tinggi sebesar 1712,10 mg. Konsumsi zat besi pada responden paling rendah adalah 3,80
46
mg, dan yang paling tinggi sebesar 97,00 mg. Rata-rata konsumsi zat besi responden setiap harinya hanya sebesar 10,2231 mg.
5.5 Tingkat Kecukupan Gizi Responden 5.5.1 Tingkat Kecukupan Energi Responden Tingkat kecukupan energi jika dibandingkan dengan persen AKG dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu defisit, kurang, sedang, dan normal. Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Responden Asrama 2 “AlKhodidjah” Tahun 2012 No 1 2 3 4
Tingkat kecukupan energi Defisit, jika < 1642,65 kkal Kurang, jika 1645-1877,65 kkal Sedang, jika 1880-2326,5 kkal Baik, jika ≥ 2350 kkal Jumlah
n
% 30 10 18 6 65
47,7 15,4 27,7 9,2 100
Sebesar 47,7% responden mengalami defisit energi, 15,4% tingkat kecukupan energinya kurang, 27,7% sedang, dan 9,2% memiliki tingkat kecukupan energi yang baik. 5.5.2 Tingkat Kecukupan Protein Responden Tingkat kecukupan protein responden dibagi menjadi empat kategori dan dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Responden Asrama 2 “AlKhodidjah” Tahun 2012 No 1 2 3 4
Tingkat kecukupan protein Defisit, jika < 39,843 g Kurang, jika 39,9-45,543 g Sedang, jika 45,6-51,243 g Baik, jika ≥ 57 g Jumlah
n
% 5 7 25 28 65
7,7 10,8 38,5 43,1 100
47
Sebanyak 7,7% responden tingkat kecukupan proteinnya mengalami defisit, 10,8% kurang, 38,5% sedang, dan 43,1% lainnnya dalam keadaan baik. 5.5.3 Tingkat Kecukupan Kalsium Responden Tingkat kecukupan kalsium jika dibandingkan dengan persen AKG dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu kurang dan cukup. Sebanyak 80% responden, tingkat kecukupan kalsiumnya kurang, dan hanya 20% yang memiliki tingkat kecukupan kalsium cukup. Tabel 5.12 Distribusi Tingkat Kecukupan Kalsium Responden Asrama 2 “AlKhodidjah” Tahun 2012 No 1 2
Tingkat kecukupan kalsium Kurang, jika < 770 mg Cukup, jika > 770 mg Jumlah
n
% 52 13 65
80 20 100
5.5.4 Tingkat Kecukupan Zat Besi Responden Tingkat kecukupan zat besi dikategorikan menjadi 4, yaitu defisit, rendah, sedang, dan normal. Hasil food record tingkat kecukupan zat besi pada responden dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Distribusi Tingkat Kecukupan Kalsium Responden Asrama 2 “AlKhodidjah” Tahun 2012 No 1 2 3 4
Tingkat kecukupan zat besi Defisit, jika < 18,174 mg Kurang, jika 18,2-20,774 mg Sedang, jika 20,8-23,374 mg Baik, jika ≥ 26 mg Jumlah
n
% 61 1 1 2 65
93,8 1,5 1,5 3,1 100
Sebanyak 93,8% responden memiliki tingkat kecukupan zat besi defisit, 1,5% kurang, 1,5% sedang, dan hanya 3,1% yang memiliki tingkat kecukupan zat besi baik.
48
5.6 Status Gizi Responden 5.6.1 IMT/U Responden Menggunakan Kriteria Z-Score Status gizi remaja dapat dilihat dari nilai z-score seseorang, kategori status gizi dilihat dari indeks massa tubuh menurut usia (IMT/U) dalam kategori z-score dibagi menjadi 4 yaitu, sangat kurus, kurus, normal, dan gemuk. Tabel 5.14 Distribusi Status Gizi IMT/U Menurut Z-score Pada Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” tahun 2012 z-score
Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi -1,94 1,95 0,1116 0,86178
Tabel 5.15 Kategori Status Gizi Responden Menurut WHO 2005 No 1 2 3 4
Kategori Status Gizi
n 0 0 65 0 65
Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Jumlah
Rata-rata z-score responden sebesar 0,1116, dengan nilai yang paling rendah sebesar -1,94, dan paling tinggi sebesar 1,95, sehingga seluruh responden berada pada kategori tingkat status gizi normal, karena tidak ada yang melebihi batas status gizi normal, yaitu ≥ -2 sampai ≤ 2 SD. Dari seluruh responden 9,2 % memiliki nilai z-score ≥ -1,0 SD, 38,5% memiliki z-score -0,99-0 SD, 36,9% memiliki nilai z-score 0-0,99 SD, dan 15,4% memiliki nilai z-score ≥ 1SD. Tabel 5.16 Distribusi Nilai Z-Score Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” 2012 z-score ≥ -1 SD -0,99 – 0 SD 0,1 – 0,99 SD ≥ 1 SD Jumlah
n 6 25 24 10 65
% 9,2 38,5 36,9 15,4 100
49
5.7 Hubungan Antar Variabel 5.7.1 Hubungan Penghasilan Orang Tua Dengan Uang Saku Responden Penghasilan orang tua memiliki pengaruh pada uang saku yang dimiliki oleh responden setiap bulannya. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 5.1. 12000000
10000000
8000000
p e n g h a s ila n o r tu
6000000
p = 0,000 r = 0,615
4000000
2000000
0 0
400000 200000
800000 600000
1200000 1000000
u a n g s a k u s a n tr i
Gambar 5.1 Hubungan Penghasilan Orang Tua Dengan Uang Saku Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” Terdapat hubungan antara variabel penghasilan orang tua dengan uang saku responden, hal ini dapat dilihat dari uji statistik yang menunjukkan bahwa p (0,000) < α (0,05). r sebesar 0,615 menunjukkan bahwa hubungan antar variabel adalah kuat. 5.7.2 Hubungan Uang Saku Dengan Asupan Gizi Uang saku yang diberikan oleh orang tua mempengaruhi jumlah asupan yang dikonsumsi anak sebagai penunjang makanan selain yang diberikan oleh asrama, semakin tingg uang saku yang dimiliki seseorang kemungkinan pemenuhan kebutuhan terhadap makanan akan semakin baik. 1. Uang Saku Dengan Asupan Energi Tidak terdapat hubungan antara uang saku yang diterima responden setiap bulannya dengan asupan energi pada santri asrama 2 “Al-Khodidjah” dengan nilai sig. 0,128, dan dapat dilihat pada Gambar 5.2.
50
1200000
1000000
800000
uang saku santri
600000
400000
200000
0 ,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
tingkat kevukupan energi
Gambar 5.2 Hubungan Antara Uang Saku Dengan Asupan Energi 2. Uang Saku Dengan Asupan Protein Tidak terdapat hubungan antara asupan protein yang dikonsumsi oleh responden dengan uang saku perbulan yang diberikan oleh orang tua, dengan nilai p=0,490. 1200000
1000000
800000
u a n g s a k u s a n tr i
600000
400000
200000
0 ,5
1 ,0
1 ,5
2 ,0
2 ,5
3 ,0
3 ,5
4 ,0
4 ,5
tin g k a t k e c u k u p a n p r o te in
Gambar 5.3 Hubungan Antara Uang Saku Dengan Asupan Protein 3. Hubungan Uang Saku Dengan Asupan Kalsium Tidak ada hubungan antara uang saku dengan asupan kalsium pada responden, dengan nilai p=0,525, hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 5.4
51
1200000
1000000
800000
u a n g s a k u s a n tr i
600000
400000
200000
0 ,8
1 ,0
1 ,2
1 ,4
1 ,6
1 ,8
2 ,0
2 ,2
tin g k a t k e c u k u p a n k a ls iu m
Gambar 5.4 Hubungan Antara Uang Saku Dengan Asupan Kalsium 4. Hubungan Uang Saku Dengan Asupan Zat Besi Tidak ada hubungan antara uang saku yang diberikan oleh orang tua responden dengan asupan zat besi yang dimiliki responden, dengan nilai p=0,905. 1200000
1000000
800000
uang saku santri
600000
400000
200000
0 ,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
tingkat kecukupan zat besi
Gambar 5.5 Hubungan Antara Uang Saku Dengan Asupan Zat Besi 5.7.3 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Responden Seseorang yang memiliki pengetahuan akan semakin mudah menerima suatu informasi, sehingga akan mempengaruhi sikap dan tindakan terhadap sesuatu. Hunbungan antara pengetahuan gizi resonden dengan status gizi yang dimiliiki dapat dilihat pada Gambar 5.6.
52
2
1
z-skor rasio
0
p = 0,189
-1
-2 8
10
12
14
16
18
20
22
pengetahuan gizi santri
Gambar 5.6 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” Uji statistik menunjukkan bahwa pada variabel pengetahuan gizi dengan status gizi responden tidak terdapat hubungan, hal ini dikarenakan nilai p (0,189) > α (0,05). 5.7.4 Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Responden Energi dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan, pertumbuhan, dan aktifitas tubuh yang lain. Kecukupan energi dapat mempengaruhi berat badan seseorang, sehingga akan berpengaruh pada status gizinya. 2
1
z-skor rasio
0
-1
p = 0,031 r = -0,268
-2 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800
kecukupan energi
Gambar 5.7 Hubungan Kecukupan Energi Dengan Status Gizi Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah”
53
Gambar 5.3 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel asupan energi dengan status gizi responden, hal ini dapat dilihan pada nilai p (0,031) < α (0,05), sedangkan nilai r (-0,268) menunjukkan bahwa hubungan dua variabel ini lemah. 5.7.5 Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Responden Hubungan antara protein dengan status gizi pada responden dapat dilihat pada Gambar 5.8. 2
1
z-skor rasio
0
-1
p = 0,031 r = -0,268
-2 20
40
60
80
100
kecukupan protein
Gambar 5.8 Hubungan Asupan protein Dengan Status Gizi Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” Uji statistik pada variabel kecukupan protein dengan status gizi menunjukkan p (0,031) < α (0,05), sehingga terdapat hubungan antar variabel meskipun hubungan ini tergolong lemah karena nila r= -0,268. 5.7.6 Hubungan Kecukupan Kalsium Dengan Status Gizi Responden Asupan suatu zat gizi mikro pada seseorang dapat mempengaruhi status gizi, meskipun jumlahnya sedikit tetapi memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Hubungan kecukupan kalsium dengan status gizi responden dapat dilihat pada Gambar 5.9.
54
2
1
z-skor rasio
0
-1
p = 0,456 -2 0
200
400
600
800
1000 1200 1400 1600 1800
kecukupan kalsium
Gambar 5.9 Hubungan Asupan Kalsium Dengan Status Gizi Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah” Hasil uji statistik pada variabel asupan kalsium dengan status gizi pada responden menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antar variabel, dikarenakan nilai p (0,456) > α (0,05). 5.7.7 Hubungan Kecukupan Zat Besi Dengan Status Gizi Hubungan asupan zat besi dengan status gizi dapat diketahui pada Gambar 5.10. 2
1
z-skor rasio
0
-1
p = 0,528 -2 0
20
40
60
80
100
kecukupan zat besi
Gambar 5.10 Hubungan Asupan zat besi Dengan Status Gizi Responden Asrama 2 “Al-Khodidjah”
55
Dari Gambar 5.10 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel kecukupan zat besi dengan status gizi pada santri, hal ini terlihat pada hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa p (0,528) > α (0,05). Hasil dari uji statistik pada masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat pada Tabel 5.17. Tabel 5.17 Hubungan Antar Variabel Penelitian Pada Responden Asrama 2 “AlKhodidjah” Tahun 2012 No
Variabel bebas
1
Penghasilan orang tua
Variabel terikat Uang saku
Hasil
2.
Asupan energi
Uang saku
p= 0,128
3.
Asupan protein
Uang saku
p= 0,490
4.
Asupan kalsium
Uang saku
p= 0,525
5.
Asupan zat besi
Uang saku
p= 0,905
6. 7.
Pengetahuan gizi Asupan energi
Status gizi Status gizi
p= 0,189 p= 0,031 r= -0,268
8.
Asupan protein
Status gizi
p= 0,031 r= -0,268
9. 10.
Asupan kalsium Asupan zat besi
Status gizi Status gizi
p= 0,456 p= 0,528
p= 0,000 r= 0,615
Penjelasan Berhubungan, tingkat korelasi kuat Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak berhubungan Berhubungan, tingkat korelasi lemah Berhubungan, tingkat korelasi lemah Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penghasilan orang tua dengan uang saku responden dalam satu bulan, selain itu terdapat hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi pada responden meskipun hubungannya lemah.