Tugas Akhir
BAB V ANALISA DAN HASIL Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis hasil pengamatan proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab IV. Dimana ditemukannya adanya kemungkinan terjadinya penyebab khusus yang mengakibatkan proses machining pada part S11007 ada di luar batas kendali. Hal ini menyebabkan pemborosan pada proses produksi.
5.1.
Analisa Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) Analisa diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui sebab terjadinya
masalah
defect
pada
produk
yang
diamati
dengan
mengumpulkan
dan
megelompokkannya dalam beberapa penyebab dari faktor produksi, analisa ini berhubungan langsung dengan pengaruh faktor-faktor produksi diantaranya, manusia/operator, mesin, bahan baku/material, metode dan faktor non teknis lainnya yang kurang maksimal sehingga perlu diadakannya rencana solusi perbaikan untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi akibat yang terjadi. Dari hasil analisa diagram pareto pada bab IV sebelumnya dapat diketahui sebab yang utama dalam terjadinya produk reject adalah jenis cacat Lubang Kecil / Hole (HL) dengan persentase yang cukup besar yakni mencapai 75,47 %, maka sebagai langkah awal yang harus dilakukan adalah jadikan jenis cacat hole sebagai
Universitas Mercu Buana
-102
Tugas Akhir
prioritas utama yang harus segera di tindak lanjuti. Maka untuk megatasi masalah jenis cacat lubang kecil (hole) tersebut, kita harus menganalisa dengan diagram sebab akibat/fishbone sebagai berikut : Dibawah ini adalah Diagram sebab-akibat untuk menganalisa penyebab terjadinya cacat yaitu:
Environment -
Man
Suhu Panas Kotor/debu Bising Pencahayaan kurang
Method
- lelah - kurang teliti - Usia
- SOP krg spesifik - Metode kerja - Posisi operator
HOLE - Molding yang kurang pas - Mesin mold kotor - Pengaturan mesin mold tdk standar - Mesin rusak
Machine
- Bahan baku Ingot/Brassingot kurang halus - Kurang diseleksi
Material
Gambar 5.1. Gambar Diagram Sebab Akibat (Fish Bone)
5.2.
Analisa Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Cacat dalam Proses Dari diagram pareto di atas dapat dilihat cacat dengan persentase terbesar
adalah jenis cacat hole (HL), maka yang mempunyai tingkat kecacatan paling besar merupakan masalah yang menjadi prioritas untuk terlebih dahulu dipecahkan, dengan menggunakan fishbone atau diagram sebab akibat, agar perusahaaan dapat mencari solusi terbaik untuk menangani tingkat kecacatan yang besar tersebut. Agar lebih maksimal dalam menangani permasalahan tingkat kecacatan pada produk, secara kontinu dapat dilakukan beberapa usulan :
Universitas Mercu Buana
-103
Tugas Akhir
Faktor Manusia
1. Melakukan brefing tentang instruksi kerja sebelum produksi dimulai dan melakukan review hasil kerja setelah produksi selesai, dengan tujuan agar proses produksi dapat terus dipantau secara kontinu sehingga jika terjadi keabnormalan proses, dapat diketahui secepatnya. 2. SOP (Standar Operation Procedure) atau Job Desk wajib terpasang pada stasiun kerja masing-masing. 3. Selama proses berlangsung, para supervisor wajib melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara ketat dan kontinu terhadap stasiun-stasiun kerja yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Selain preventive maintanance dan membersihkan mesin yang dilakukan sebulan sekali, setiap waktu selama proses berlangsung mekanik juga wajib berkeliling mengecek bagian-bagian mesin yang rentan atau aus yang sekiranya mudah rusak dan perlu perawatan khusus. 5. Menganalisa dan mendokumentasikan suatu produk cacat, penyebabanya, cara penanggulangannya dan masalah-masalah lainnya pada proses guna dilakukan tindakan perbaikan sehingga masalah tersebut dapat dicegah agar tidak terulang kembali. 6. Dokumen-dokumen yang telah berisi mengenai masalah-masalah, cara pencegahan dan perbaikan itu kemudian dibuat SOP sebagai upaya tindak lanjut. 7. Melakukan gugus kendali mutu yaitu operator aktif memberikan usulanusulan perbaikan pada proses.
Universitas Mercu Buana
-104
Tugas Akhir
8. Mengadakan training-training untuk meningkatkan keterampilan pekerja secara kontinu sehingga pada akhirnya tercapai SDM yang berkualitas. 9. Mengadakan koordinasi yang baik antara bagian proses dan bagian QC agar senantiasa dapat saling bekerjasama/cross check mengenai proses yang sedang berjalan. Faktor Mesin 1. Mesin-mesin
wajib
mendapatkan
preventive
maintanance
tanpa
pengecualian dan penundaan. 2. Baik operator maupun mekanik wajib memeriksa kelengkapan proses sebelum proses dimulai, minyak oli pada mesin, mesin bersih, gigi tidak kotor dan sebagainya. 3. Memastikan setting awal mesin baik. 4. Memasang sensor elektronik untuk mendeteksi secara awal adanya kerusakan mesin, sehingga tidak menimbulkan dampak buruk bagi part sewaktu dalam proses. Faktor Material 1. Karena bahan baku untuk pembuatan Fitting ini masih impor dari luar karena beberapa bahan yang ketidak tersediaannya didalam negeri mungkin dalam segi kualitas harus diteliti lagi seperti bahan Brass Ingoth, Bahan Brass Bar atau Round, Brass Tube, Copper Tube, Brass Hexa, BrassSquare, Brass Hollow, Brass Plate, Brass Rectanguler Bar, Sus Tube, Sus Plate, Brounze Round, Bronze Phospor, Brounze Tube, Resin Natural C4520, Resin persediaan (Poly Proprlene), Resin Polycarbonate, Resin TPE (Thermo Plastic Electrolite), Resin ABS (Acrylonitrile Butadiene
Universitas Mercu Buana
-105
Tugas Akhir
Stry), harus dipilih yang berkualitas serta dalam penyimpanan bahan baku perlu diperhatikan lagi dari segi penempatannya. Faktor Metode 1. Melakukan perbaikan dan penambahan SOP yang lebih baik dan mudah dipahami oleh operator. 2. Menempatkan SOP pada lokasi yang mudah dibaca diarea proses produksi agar operator selalu senantiasa mengikuti dan mengingat SOP yang telah dibuat. 3. Memasang papan atau dokumen khusus yang menggambarkan tingkat perubahan jumlah produk cacat per harinya dengan grafik sehingga semua operator bisa mengetahui. Atau laporan khusus untuk operator yang melakukan kesalahan per harinya, sehingga operator mengetahui tingkat ketelitian yang ia lakukan. Faktor Environment (Lingkungan) 1. Masalah yang dihadapi adalah keadaan lingkungan kerja yang kurang nyaman yaitu karena factor mesin-mesin, suhu panas atau sebagainya yang dapat mengakibatkan konsentrasi operator/ pekerja menurun sehingga sering terjadi kesalahan. 2. lingkungan kerja yang kotor dan udara debu dapat mengakibatkan terjadinya permukaan yang kasar banyak lubang-lubang pada produk. 3. Pemecahan masalah
tersebut adalah dengan melakukan pembersihan
lingkungan sebelum melakukan proses, masker, memakai alat penyumbat telinga, kaca mata pelindung, dan memperbaiki suhu udara dengan menambah fan atau exous fan penghisap udara agar ruangan tidak panas.
Universitas Mercu Buana
-106
Tugas Akhir
5.3
Faktor-Faktor Penanggulangan Masalah Langkah – langkah yang di ambil untuk penganggulangan masalah adalah
dengan menggunakan metode 5W + 1H. Metode ini merupakan langkah-langkah atau tindakan – tindakan untuk memperkecil terjadinya produk yang cacat ataupun kerugian. Berikut ini rencana perbaikan produk cacat, yang ditemukan dalam kegiatan proses produksi dan pengepakkan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Tabel 5 W + 1 H Untuk Cacat Hole Penyebab Dominan
What
Why
Who
Where
When
How -perbaikan shot blast
-diakibatkan
mould(instalasi
adanya lubang-
angin, ganti
lubang karena model shot blast) udara masih ada -perbaikan mold didalam yang Lubang-
Hole (lubang)
tidak dapat
lubang kecil pada permukaan
Core & LPDC
keluar. -karena mold
PT. Surya
Januari –
(riser,
Toto
Desember
agari,ingot)
Indonesia
2008
Operator dan mesin
-Tes pasir core
core tidak rata (Furatalisang) -test angin(shot -Peninjauan blast pada mold)
syarat proses
kurang baik (program/SK -SOP yang tidak level material , sesuai agari bersih dari pasir)
Universitas Mercu Buana
-107