BAB V A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan sebagai berikut. 1. Untuk menjawab pertanyaan pertama apakah masyarakat sekitar Borobudur telah ikut berperan serta dalam pelestarian Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage) Candi Borobudur, sesuai dengan makna Arkeologi Publik bahwa masyarakat mempunyai peran sebagai pelindung dan pelestari situs dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. a. Hasil yang diperoleh dari wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa masyarakat ingin terlibat dalam pengelolaan dan pelestarian kawasan Borobudur. Minat untuk terlibat dalam pengelolaan dan pelestarian kawasan Borobudur secara langsung ini juga tercermin dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masyarakat sangat setuju jika dilibatkan dalam Badan Pengelola Kawasan Warisan Budaya Dunia Borobudur. b. Peran serta masyarakat terhadap pelestarian Candi Borobudur saat ini yaitu sebagai tenaga lokal di Balai Konservasi Borobudur selaku pengelola Zona 1. Mereka berperan sebagai tenaga konservasi, tenaga kebersihan candi, dan tenaga ketertiban pengunjung. Kepedulian masyarakat terhadap pelestarian Candi Borobudur di antaranya diwujudkan oleh organisasi masyarakat dalam kegiatan pelestarian Borobudur yang tema kegiatannya untuk
169
kelestarian budaya tangible Candi Borobudur dan budaya intangible berupa pertunjukan kesenian tradisional khas Borobudur dan kesenian tradisional di wilayah Kabupaten Magelang. Peran serta lainnya yaitu masyarakat terlibat sebagai pemandu wisata di Candi Borobudur yang dikoordinir oleh organisasi HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia). Selain itu, bentuk kepedulian masyarakat terhadap Candi Borobudur dilaksanakan oleh IIWC (Indonesia International Work Camp), yaitu sebuah kegiatan kerelawanan internasional bertujuan untuk memunculkan potensi komunitas lokal dan misi persahabatan dunia. Kegiatannya mengumpulkan pelajar di wilayah Borobudur untuk terlibat di dalam upaya pelestarian Candi Borobudur dengan berbagai macam kreatifitas untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya sebagai upaya perlindungan dan pelestarian Candi Borobudur dan kawasannya. c. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat beranggapan bahwa peran serta masyarakat diartikan harus terlibat langsung dalam perawatan Candi Borobudur. Padahal tidak demikian, masyarakat tidak harus terlibat langsung secara fisik dalam kegiatan perawatan Candi Borobudur. Sesuai dengan makna Arkeologi Publik bahwa masyarakat mempunyai peran sebagai pelindung dan pelestari situs maka peran serta mereka dapat berwujud kepedulian menyelamatkan dan melestarikan situs-situs yang berada di kawasan Borobudur di mana masyarakat berada. Masyarakat adalah “pemilik” situs sehingga berhak untuk terlibat di dalam perencanaan
170
dan
pelaksanaan
kegiatan
pelestarian
Kawasan
Strategis
Nasional
Borobudur. 2. Untuk menjawab pertanyaan kedua apakah masyarakat sekitar Borobudur telah memahami tentang upaya pemerintah untuk melestarikan Candi Borobudur dan kawasannya dengan menetapkan kawasan Borobudur sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dapat diuraikan sebagai berikut. a. Arkeologi Publik tidak hanya bermakna sebagai bentuk partisipasi atau pelibatan masyarakat dalam pelestarian tinggalan arkeologi, namun juga sebagai media informasi penelitian arkeologi yang harus disampaikan kepada masyarakat. Berdasarkan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada masyarakat di desa-desa yang masuk dalam wilayah Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur diperoleh informasi bahwa masyarakat hanya mendengar wilayahnya akan menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) namun belum memahaminya, hal tersebut disebabkan kurangnya informasi yang diterima masyarakat. Informasi publik merupakan media untuk mensosialisasikan informasi tentang Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur kepada masyarakat baik melalui kemasan tulis, lisan, dan visual serta penyajian yang jelas, menarik, dan informatif, sehingga akan menumbuhkan pemahaman yang jelas bagi masyarakat. b. Arkeologi Publik merupakan media untuk mensosialisasikan informasi tentang Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur kepada masyarakat. Berdasarkan jawaban responden dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat merasa belum mendapat informasi yang cukup.
171
Kurangnya informasi yang diperoleh masyarakat karena sosialisasi pemerintah tidak merata ke seluruh masyarakat. Masyarakat yang mengetahui Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur masih dalam kalangan terbatas pada saat adanya Kajian Pengelolaan Terpadu Kawasan Warisan Dunia Candi Borobudur yang dilaksanakan oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. 3. Untuk menjawab pertanyaan ketiga bagaimana kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk
mempresentasikan kepada publik tentang kawasan
Borobudur menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan pembangunan masyarakat Borobudur demi terwujudnya upaya pelestarian
kawasan
Borobudur dapat diuraikan sebagai berikut. a. Arkeologi Publik mengupayakan presentasi hasil kegiatan arkeologi kepada publik. Presentasi publik diperlukan sebagai media informasi dijadikannya kawasan Borobudur menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) kepada masyarakat. Sesuai dengan hakekat Arkeologi Publik, maka presentasi publik yang harus dilaksanakan pemerintah selaku penentu kebijakan yaitu paparan rencana pemerintah menjadikan kawasan Borobudur sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan rencana pengelolaan kawasan Borobudur secara terpadu yang nantinya dilakukan oleh suatu Badan Pengelola. b. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat Borobudur dapat dilakukan melalui pemanfaatan potensi sumberdaya budaya tangible
172
dan intangible didukung potensi sumberdaya masyarakat dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan Borobudur. Dalam pengelolaan kawasan Borobudur secara terpadu masyarakat diberi ruang untuk ikut berperan serta dalam Badan Pengelola Kawasan Borobudur di bidang pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat dan pengelolaan kawasan Borobudur berbasis pelestarian dan pendidikan. Pembangunan masyarakat melalui pariwisata berbasis masyarakat dan pengelolaan kawasan Borobudur berbasis pelestarian dan pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat di Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur sehingga masyarakat akan lebih berdaya, mandiri, dan sejahtera.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa rekomendasi yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Apabila Raperpres tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya sudah disahkan, pemerintah segera mempresentasikan kepada publik, karena masyarakat Borobudur banyak yang belum memahaminya. 2. Apabila Rancangan Peraturan Menteri Republik Indonesia tentang Badan Pengelola Kawasan Warisan Budaya Dunia Borobudur sudah disahkan, pemerintah segera mempresentasikan kepada publik. Pengelolaan kawasan Borobudur secara terpadu bertujuan untuk kelestarian cagar budaya Candi Borobudur dan kawasannya serta kesejahteraan masyarakat sekitar Borobudur.
173