BAB IX MAKNA NASIKH DAN MANSUKH

BAB IX MAKNA NASIKH DAN MANSUKH

A. Arti Nasikh dan Mansukh secara Lughawi dan Istilahi Naskh menurut bahasa dipergunakan untuk arti <¶ ¤ <<><¶ ¶ zñlÀ À ¤><¶<Ï<Â< menghilangkan bayang-bayang; dan artinya, 1>< Ï < Â< zñlÀ2 1><Ï<Â< zñlÀ2 1><Ï<Â< angin menghapus jejak perjalanan. KatazñlÀ2 naskh juga dipergunakan sesuatu dari satu tempat untuk makna memindahkan ketempat yang ¢ pT
©< <ò ò3<3<`ñ `ñ113 I òò3<3<© 3< ï ©© y x <

È ò o3< ª`ñ < Ú A Wdalam ± s pengertian p ' z . naskh g g g g g g g menghapuskan g g g g g s yang bersifat asal (al-bara’ah al g'p' z Ú Î<©<2 ©<2 2 2 2 2 H H3 3<<§ g 0 0>< >< Ú A AWg W± z g g.g g g g ©<2 ± Î< § “kebolehan” § . Ú g 2gs A Wg ± H p3 Î< 2 < 0 >< s p ' z . asliyah). Dan kata-kata mengecualikan peng syara’” ou ] 2 ()khitab I “dengan Buh h ;)8Ã # h W ? Ë .o 2 ] BI uh # h W ? Ë .o 2 I o] u 2()h ;)8# Ã Buh ou2 () h ;) 8Ã I h ] W ? Ë . o 2 #Qur’an Buh ou2( ;)8Ã h W , (Jakarta: ? Ë .oPT. 2Pustaka Manna Khalil al-Qattan, Studi Lintera Antar Nusa, )h Ilmu-ilmu 2004), 372. 3 * )c1¼. q * )U 12 3 q 147 )3 U 1 2 ) c 1¼. * * 3 U 1 * ) c 1 ¼. q

* ) 2 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id * )U 1 * )c 1¼. q 3 3 1

¤><¶ <¶<Ï<Â<Ï<Â< ¢pT< zñlÀ angkatan (penghapusan) hukum disebabkan mati atau gila, atau ¢ pT< zñlÀ penghapusan dengan ijma’ atau qiyas. C 9(yang ;h p.menghapus) 2 lpl À.1dapat ) Kata nasikh diartikan dengan “Allah”, ;h C 9 p.2 lpl À.ò¦1W ) 2l1 seperti terlihat dalam:

(al-Baqarah [2]:106). Dengan

ò¦ W© 2l1 ò3<`ñ1naskh diketahui, seperti dikata“ayat” atau sesuatu yang dengannya ò3< < g (ayat g ini kan: ò3 3< © 3< ò I `ñ ï © y x <

È oª < Ú A Wg hukum ± g s p ' z . terkandung di dalamnya, misalnya, g g atau g mawaris ayat g yang hukum 0 >< Úmenghapuskan A W± g s p g' (nasikh) z . 2 2g 2g H 3adalah < § hukum o 2 wasiat kepada orang tua atau # h W I o u Buh kerabat ] 2 (mansukh) ()h ;)8 Ã ? Ë . sebagaimana akan dijelaskan. Dari uraian di atas ¤ >< bahwa I ] dapat disimpulkan ¶ < zñl À dalam naskh # diperlukan syarat-syrat berikut: o u 2()h ;)8Ã h W ? Ë .o2 Buh hukum syara’ 1. Hukum yang mansukh adalah 1>< 3 Ï < zñlÀ2 12 )U Dalil ¼ .
* 2. * ) c 1penghapusan tersebut adalah khitab syar’i yang kemudian datang lebih 3 dari kitabyang hukumnya mansukh q * )U 1 2 * )c 1 ¼ . ¢pT
k l waktu

3< Ë `ñ dan 1^ 2batas c hH tertentu, seperti firman Allah: yang mengisyaratkan ò ò V¸< < g g oª ma’afkanlah dan biarkanlah 3ï © y x È I
Ë ^ 2c hH perintah-Nya) (al-Baqarah mereka, sampai Allah mendatangkan g g g muhkam, g adalah g g [2]:109), g g sebab ia dikaitkan dengan W j Î<©<2 2 2 H 3< § 0 > 3 õ # -dalamnya. i, 6 naskh o =#B -uh s. I )¸ ]2-( ) h )o ;= ) 8 )Ã # Ùh W ? Ë Á.o¸ 2 ò o u , l 5 % - ( - Quraish 3 õ Shihab, ; & Á ¸ CË> ò al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan ¸ )o =# M. Membumikan )Ù 1995). Masyarakat, (Bandung: Mizan, , l g )53 U @ Wo 1 )c 1¼ ü 5 .4 Kqò . <2 * * 2 2 N 148 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id g digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ü 54Kò . <2 @Wo 2 3 3N 2

Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an

B. Cara Mengetahui Adanya Nasikh dan Mansukh serta Urgensinya Pengetahuan tentang nasikh dan amnsukh mempunyai fungsi dan dan manfaat besar bagi para ahli ilmu, terutama fuqaha,mufasir ahli usul, agar pengetahuan tentang hukum tidak kacauÀdan ¤>
zñlÀ2 1>< Ï < Â < Diriwayatkan ali pada suatu hari melewati seorang hakim lalu

bertanya: “apakah kamu mengetahui yang nasikh dan mansukh? “tidak”, jawab hakim itu. Maka kata Ali: “celakalah kamu dan men ¢pT

Dari Ibn Abbas, bahwa ia berkata tentang Allah 1“dan firman p. ;h C 9 2 l p l À . ) barang siapa yang diberi hikmah, sesungguhnya ia telah diberi kebajikan yang banyak.” (al-Baqarah [2]:269). “Yang dimaksud ialah ò¦W2l1 nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya, muqaddam dan mu’akhrnya, serta halal dan haramnya.” ò3<©<ò3<`ñ1

ï

g beberapa g cara: I terdapat Untuk mengetahui nasikh 3 ©dan
1. Keterangan tegas dari Nabi atau Sahabat, seperti hadits:

g g g g g g g g [ Î<©<2] 2 2 H 3<.§ 0 >< Ú A W± s p ' z . “Aku (dulu) pernah melarangmu berziarah kubur, maka (kini) ber ziarah kuburlah.” (hadits hakim).

I ou ] 2 ()h ; )8Ã # h W ? Ë .o2 Buh

Juga seperti perkataan Anas mengenai kisah orang yang dibunuh di dekat sumur ma’unah, sebagaimana akan dijelaskan nanti, “berkenaan dengan mereka turunlah ayat al-Qur’an yang pernah kami baca kemudian ia dianggkat kembali.” 3

. )c 1 ¼ q * )U 12 *

2. Kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan ayat itu mansukh.

3. Mengetahui mana yang lebih dulu dan mana yang kemudian dalam prespektif sejarah.3 3

3 3 ï Themes r 2ofThe . Qur’an É ¹ 1l12oleh `á o
judul Tema Pokok al-Qur’an (Bandung: Pustaka, 1983).

149

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id V¸< Î k Ë ^ 2c hH l

¤><¶
Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag.

Naskh tidak dapat ditetapkan berdasarkan ijtihad, pendapat ¤pada zñl À 1>< Ï><<¶ Â< <Ï¢ <Â< pT < ¶ < zñl Naskh ada empat bagian: ¢pT< ;h C 9 p. 2 lp l ÀzñlÀ .1 ) 1. Naskh Qur’an dengan Qur’an Ï ò¦ W 2l1 1>< < Â< zñlÀ2 Bagian ini disepakati kebolehannya ;h C 9dan p.telah 2 lterjadi pl À.dalam 1) pandangan mereka yang mengatakan adanya nskh, misalnya ò3<©<ò3<`ñ1ayat g ò¦ 2l1 tentang idah empat bulan sepuluh hari, g W pT< zñlÀ oª I < Ú keduanya A W± s adalah p ' z wahyu. . dalam satu riwayat, Allah berfirman: ò¦W 2l1 g g g g g g g 0 ò >< 3< Ú © A# W ± < s ò p g' `ñ z . Î<©<2 I 2 ] 2 H 3< § 3< h W ?Ë .o 12 Buhou2()h ;)8Ã g g 2kemauan 3 I
È ~ 5 < Ú qA W ± s p* 1. ' ) Uz *2 )2c H13<¼. § Dan firman-Nyapula: 3 q 1 2 )] c 1 ¼ I * )U .

* # h W Buhou2()h;)8 Ã ? Ë .o2 “Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan 3 3 kepada (an0 o<= W r 2 apa .yang mereka, pada umat manusia telah diturunkan ï É ¹ 1 l 1 2 ` 2 l 1 á N Nahl [16]:44). 3 3 ï sendiri r 2 merupakan . É 0 1salah lsatu 12 `á penjelasan. o<= W 2 3 l Dan naskh itu ¹ 12 N 1 * )U * )c 1¼. q Dalam pada itu asy-Sayafi’i, Ahli Zahir dan Ahmad dalam riwayatnya yang lain menolak naskh seperti ini, berdasarkan firman V¸< Î k Ë ^ 2c hH l Allah: k Î Ë ^ 2 c h H 3 3 V¸< l N 0 ¹ 1l12 `á o<=W 2 l 1 ï r 2 . É i, 6 ' H s. k W j 150 s. ' Hdigilib.uinsby.ac.id 6 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id k W j digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id , i % I # Î k 3 õ& Ë ; Á 2 c ò ^ hH o =# -)¸ -()o V¸< = -)Ù l ¸ CË>

g g g g Î<©<2 2g 2g H 3< § g 0 > < Ú A W± s p ' z . g g g g g g g g Î<©<2 2 2 H 3< § 0 >< Ú A W± s p ' z . I ] o 2 # h W B uh o ( ) h ; ) 8 Ã ? Ë . u 2 Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an ] Buh I ou 2()h ; )8Ã # h W ? Ë .o2 Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. (al-Baqarah [2]:106). 3 * )c 1¼ . q * )U 12 dengan baik Sedang hadits tidak lebih dan sebanding 3 Qur’an. * )c 1 ¼ . q * )U 1 2 3. Naskh sunnah dengan Qur’an.

contoh 3 sebagai Ini dibenarkan 3 oleh jumhur mengo<= masalah l12 ialah 2 . É 0 ¹ 1 ` W l1 ï r 2 á N hadap ke Baitul Maqdis yang ditetapkan dengan sunnah dan di dalam 3 3 yang ini menunjukkannya. Qur’an tidak terdapat ï r dalil 2 . É N 0 ¹ 1 l12 `á o<= Ketetapan W 2 l 1 di naskh kan oleh Qur’an dengan firman-Nya: V¸< Î k Ë ^ 2c hH l Palingkanlah mukamu ke arahMasjidil Î kHaram, (al-Baqarah

Ë [2]:144). ^ 2c hH V¸< l Kewajiban puasa pada hari Asy’syura yang ditetapkan berdasar kan sunnah, juga dinasakhkan oleh firman Allah: i, 6' H s.k Wj s. % k Wj I i, 6' H o =# -)¸ --( )o =# -)Ù3 õ & ; Á¸ CË> ò di Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) itu, Maka ia berpuasa % itu, (al-Baqarah bulan pada bulan hendaklah , l ò 3 õ & ; Á¸ C Ë> 5 I[2]:185). o =# - )¸ - ( )o =# - )Ù salah , l 5 satu Tetapi naskh versi ini pun ditolak oleh Syafi’i dalam g tentu riwayat. Menurutnya, apa saja yang 2 didukung

. sunnah <2 @Wo üN 54ditetapkan Kò oleh Qur’an, dan apa saja yang ditetapkan oleh Qur’an tentu saja sunnah g dengan kitab didukung pula oleh sunnah. Hal ini üN 54karena Kò antara . <2 @Wo 2 4

harus senantiasa sejalan dan tidak bertentangan.

4. Naskh sunnah dengan sunnah. Dalam kategori ini terdapat empat bentuk:

4

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: “Hari asyura itu hari puasa. Tetapi setelah diturunkan puasa ramadlan maka siapa yang ingin berpuasa asyura, berpuasalah; dan yang tidak ingin berpuas maka berbukalah”.

151 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. a. Naskh mutawatir dengan mutawatir b. Naskh ahad dengan ahad c. Naskh ahad dengan mutawatir, dan d. Naskh mutawatir dengan ahad. Tiga bentuk pertama diperbolehkan, sedang pada bentuk keempat terjadi silang pendapat seperti halnya dengan naskh Qur’an dengan hadits ahad, yang tidak dibolehkan oleh jumhur.5 Adapun menasakhkan ijma’ dengan ijma’ dan qiyas dengan qiyas atau menasakhkan dengan keduanya, maka penmdapat yang sahih tidak membolehkannya.

D. Pendapat Ulama dan Hikmah Nasikh Dalam masalah naskh, para ulama terbagi atas empat golongan: 1. Orang yahudi. Mereka tidak mengakui adanya naskh, karena menurutnya naskh mengandung konsep al-bada’, yakni Tampak jelas setelah kabur (tidak jelas). Yang dimaksud mereka ialah, naskh itu adakalanya tanpa hikmah, danini mustahil bagi Allah. Dan ada kalanya karena suatu hikmah yang sebelumnya tidak Tampak. Ini berarti suatu kejelasan yang didahului oleh ketidak jelasan. Dan inipun mustahil pula bagi-Nya. Cara berdalil mereka ini tidak dapat dibenarkan, sebab masingmasing hikmah nasikh dan mansukh telah diketahui Allah lebih dahulu. Jadi pengetahuan-Nya tentang hikmah trsebut bukan hal yang baru muncul. Ia membewa hamba-hamban-Nya dari satu hukum ke hukum lain adalah karena sesuatu maslahat yang telah diketahuiNya jauh sebelum itu. Sesuai dengan hikmah dan kekuasaan-Nya yang absolut terhadap segala milik-Nya. 5

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Mandhui atas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1997).


N

3 3 ï r 2 . É N 0 ¹ 1l12 `á o<= W 2 l 1 Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an k Ë ^ 2c hH V¸< Î l Orang Yahudi sendiri mengakui bahwa syari’at Musa meng Î dalam k nas-nas

Ë Taurat ^ 2c hHpun hapuskan syari’at sebelumnya.V¸< Dan l terdapat naskh, seperti pengharaman sebagian binatang atas besar i, 6 ' Hdengan s. k Allah WjberBani Israil, yang dihalalkan. Berkenaan mereka firman: % i, 6 ' H s. k W j I 3 # # o = -)¸ --( )o = -)Ù õ &; Á¸ CË> ò % , l 5 I 3 õ & )o =# -)Ù ; Á¸ CË> ò o =# -)¸ --( “Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya” (Ali [3]:93). Imran , l 5 g üN 54Kò 2 . <2 @Wo Dan firman-Nya: g üN 54Kò . <2 @Wo 2 “Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku,” (al-An’am [6]:146).

Ditegaskan dalam Taurat bahwa adam menikah dengan saudara perempuannya. Tetapi kemudian Allah mengharamkan pernikahan demikian atas Musa, dan Musa memerintahkan Bani Israil agar membunuh siapa saja di antara mereka yang menyembah patung anak sapi namun kemudian perintah ini dicabut kembali. 2. Orang Syi’ah Rafidah Mereka sangat berlebihan dalam menetapkan naskh dan meluaskannya. Mereka menganggap konsep al-bada’ sebagai suatu hal yang mungkin terjadi bagi Allah. Dengan demikian maka posisi mereka sangat kontradiksi dengan orang Yahudi. Untuk mendukung pendapatnya itu mereka mengajukan argumentasi dengan ucapan-ucapan yang mereka nisabkan kepada Ali r.a secara dusta dan palsu. Juga dengan firman Allah:

3 g iz G5 2 = ½ x

Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), (ar-Ra’d [13]:39).

Dengan pengertian bahwa Allah (pada ayat di atas) siap untuk menghapuskan dan menetapkan. Paham demikian merupakan kesesatan yang dalam dan penyelewengan terhadap Qur’an. Sebab makna tersebut adalah: Allah menghapuskan sesuatu yang dipandang perlu dihapuskan dan menetapkan penggantinya.jika penetapannya mengandung maslahat. Di samping itu penghapusan dan penetapan terjadi dalam banyak hal, misalnya menghapuskan keburukan dengan kebaikan:

ğ û û ğ Ƿj h û ` h ŸŊ iŽĺ h ŏh ơ j? D ˏj ĵĴh j ɀk ŏɉ j ɰ “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk, (Hud [11]:114).”

Juga penghapusan kekafiran kemaksiatan orang-orang yang bertaubat dengan taubatnya, serta penetapan iman dan ketaatan mereka. Hal demikian tidak menuntut adanya kejelasan yang didahului kekaburan bagi Allah. Tetapi ia melakukan itu semua berdasarkan g 3 terjadi. G5 sesuatu pengetahuan-Nya tentang sesuatu sebelum iz 2 = ½itu x

I tetapi Menurutnya secara logika naskh ¹< V dapat 8ã 7 saja 6 terjadi oz l Î ;tidak ) mungkin terjadi secara syara’. Dikatakan pula bahwa ia menolak sepenuhnya terjadi naskh dalam al-Quran berdasarkan firman-Nya: ] ok o W > , '9o( þ I â' á T W û : , 5 W ( 2 , Ë ó i ökN 'Õ

“Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha % Bijaksana lagi Maha Terpuji”, (Fussilat [41]:42). 3

6

: ~U< Nò<=; 9` o<=Uk
154

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an Dengan pengertian hukum-hukum al-Qur’an tidak akan dibatalkan untuk selamanya. Dan mengenai ayat-ayat tentang naskh, semuanya Ia takhsiskan. Pendapat Abu Muslim ini tidak dapat diterima, karena makna ayat tersebut ialah, bahwa al-Qur’an tidak didahului oleh kitab-kitab yang membatalkannya dan tidak datang pula sesudahnya sesuatu yang membatalkannya. 4. Jumhur ulama Mereka berpendapat naskh adalah suatu hal3 yang dapatg diterima ! G5 2 = iz ½x berdasarkan

b.

! G5 2 = 3 ½ g
;)dan tujuan. Ia boleh saja memerintahkan sesuatu pada suatu waktu lebih dan melarangnya pada waktu yang lain. Karena yang Dialah I ¹< V 7 ã 8 6 oz l Î ;) mengetahui kepentinagn hamba-hambanya. ] þ I â' á T W û : , 5 ( 2 ,ok o W Ë ó > , '9o( W i Nas-nas kitab dan sunnah menunjukkan kebolehan naskh dan 7 ] lain: þ I ökN 'Õ terjadinya, antara Ë ó > , '9 o( â' á T W û ( 2,oko W :i, 5 W a) Firman Allah: ökN 'Õ % 3 (::~U<)..Nò<= ; 9 ` o<= U k
g g g É o<= W g ± Î< g î Z g \<FË :(2 x< U<

7

Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. b) Dalam sebuah hadits shahih dari Ibn Abbas r.a, Umar r.a berkata: “Yang paling paham dan paling mengetahui Qur’an di antara kami adalah Ubai. Namun demikian kami pun meninggalkan sebagian perkataannya, karena ia mengatakan: “Aku tidak akan meninggalkan sedikit pun segala apa yang pernah dengar dari Allah S.A.W” padahal Allah telah berfirman: Apa saja ayat yang kami nasahkan atau kami jadika (manusia) lupa kepadanya..., (al-Baqarah [2]:106).

DAFTAR PUSTAKA Abdulhameed Sultan, Mutiara al-Qur’an, (Jakarta Selatan: CDS, 2011). Aisya Abdurrahman, Maqal fiy al-Insan; Dirasat Qur’aniyyah, (Yogyakarta: LKPSM, 1997). M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1995). Rahman Fazlur, Major Themes of The Qur’an, diterjemahkan oleh Anas Mahyuddin dengan judul Tema Pokok al-Qur’an (Bandung: Pustaka, 1983). Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Jakarta: PT. Pustaka Lintera Antar Nusa, 2004).


BAB IX MAKNA NASIKH DAN MANSUKH

Recommend Documents