BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
9.1 Kesimpulan Krisis ekonomi tahun 1998 memberikan dampak yang positif bagi kegiatan usaha rajutan di Binongjati. Pangsa pasar rajutan yang berorientasi ekspor menjadikan harga produk menjadi melambung tinggi dan hal ini menjadikan usaha rajutan menjamur di Binongjati, yaitu sekitar 400 unit usaha yang menyerap sekitar 8000 tenaga kerja. Usaha rajutan di Binongjati sebagian besar adalah usaha mikro, kecil dan menengah yang banyak digerakkan oleh kaum perempuan. Seperti halnya penelitian Ihromi pada industri rumahan di Jawa Timur pada tahun 1990 dan Boserup (1984), sebagian besar perempuan pengusaha di Binongjati tertarik untuk terlibat dalam industri rajutan karena lokasi usaha rajutan yang dapat dilakukan di rumah, sehingga mereka memiliki keleluasaan untuk berusaha sambil mengurus rumah dan mengawasi anak-anak.
9.1.1 Pembagian Peran Gender Perempuan pengusaha memiliki peran yang dominan baik produktif maupun reproduktif. Perempuan pengusaha melakukan perannya di wilayah domestik maupun publik. Sebagian besar pembagian peran reproduktif dilakukan dengan orang lain selain suami, seperti pembantu, pemilik warung makan, dan guru les. Budaya patriarki masih mempengaruhi kehidupan perempuan pengusaha. Hal ini dibuktikan dengan : -
Walaupun berat peran-peran produktif dan reproduktif yang harus dilakukan tetap dikerjakan oleh perempuan
-
Belum ada pengakuan dari lingkungan atas keberadaan perempuan pengusaha, seperti undangan pelatihan yang tidak ditujukan khusus bagi perempuan
-
Anak menjadi masalah atau hambatan dalam upaya pengembangan kapasitas
112
9.1.2 Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya Secara umum perempuan pengusaha memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya modal dan keterampilan. Perempuan pengusaha memiliki kontrol yang dominan terhadap sumberdaya. Mereka dapat mengambil keputusan kapan mereka membutuhkan modal, pelatihan atau keterampilan baru, dan dimana mereka bisa memperolehnya. Yang masih menjadi hambatan adalah ketika pelatihan atau keterampilan tersebut harus diperoleh di luar komunitas, mereka memiliki keterbatasan dengan peran domestik mereka, baik peran produktif maupun peran reproduktifnya. Agak sulit bagi perempuan pengusaha yang memiliki anak kecil untuk meninggalkan rumah dalam waktu yang relatif lama guna mengikuti pelatihan. Hal ini berkaitan dengan perasaan tanggung jawab untuk menjaga anak-anak dan terkait dengan nilai ekonomi yang harus dikorbankan jika mereka meninggalkan usaha. Terkait dengan manfaat dari sumberdaya program pembinaan dan pelatihan masih dominan laki-laki, walaupun dari sisi kontrol setara antara lakilaki dan perempuan. Manfaat dari pelatihan dan program pembinaan yang masih dominan laki-laki disebabkan oleh program yang tidak secara tegas memberikan ruang bagi perempuan pengusaha untuk dapat menerima manfaat dari sumberdaya tersebut.
9.1.3 Pengaruh Peran Gender Terhadap Pengembangan Kapasitas Keadilan gender memberikan pengaruh terhadap pengembangan kapasitas. Adanya substitusi peran gender baik dengan suami maupun dengan orang lain mempengaruhi rata-rata omset yang diperoleh perempuan pengusaha. Seperti halnya penelitian Van Velzen (1990) yang diacu dalam Saptari dan Holzner (1997:324)
berdasarkan
penelitian
lapangan
juga
ditemukan
bahwa
pengembangan kapasitas perempuan pengusaha berjalan seiring dengan perubahan pada kekuasaan gender. Mensubstitusikan sebagian peran reproduktif kepada orang lain memungkinkan perempuan pengusaha untuk memiliki akses yang lebih luas dan mampu mengambil keputusan terkait pemanfaatan sumberdaya dan manfaat bagi pengembangan kapasitasnya.
113
9.1.4 Masalah Berdasarkan analisis pohon masalah diketahui bahwa masalah inti dari perempuan pengusaha dikelompokkan menjadi tiga yaitu : kapasitas usaha, kapasitas perempuan pengusaha, dan ketidakadilan gender. Masalah ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : Kapasitas Usaha Belum Maksimal : 1.
program pemerintah yang cenderung kurang tepat sasaran,
2.
perempuan pengusaha jarang dilibatkan dalam perencanaan program,
3.
informasi terkait program pengembangan kapasitas masih kurang,
4.
sulit modal ketika kondisi usaha sepi,
Kapasitas Perempuan Pengusaha Belum Maksimal : 5.
kurang motivasi dari perempuan pengusaha untuk mengembangkan kapasitas,
6.
kegiatan pelatihan keterampilan yang masih kurang,
7.
pelatihan khusus bagi perempuan pengusaha masih jarang,
Ketidakadilan Gender : 8.
budaya patriarki
9.
peran gender yang dilakukan perempuan pengusaha terlalu banyak
10. tidak ada pembagian peran gender dengan pihak lain,
Dampak dari masalah ini adalah : Kapasitas Usaha Belum Maksimal : 1.
ketinggalan informasi tentang program pengembangan kapasitas yang sedang digulirkan oleh pemerintah
2.
sulit dalam mencari pasar produk
3.
kegiatan terhenti ketika kondisi usaha sepi
4.
pendapatan tidak maksimal.
Kapasitas Perempuan Pengusaha Belum Maksimal : 5.
malas terlibat dalam organisasi karena beratnya peran yang sudah dilakukan
6.
keterampilan tentang desain rendah
114
7.
wawasan tentang diversifikasi produk kurang
8.
kualitas produk tidak maksimal
Ketidakadilan Gender : 9.
beban kerja panjang
10. subordinasi 11. marginalisasi 12. sulit mengakses pelatihan keterampilan di luar komunitas
9.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis kerangka Harvard dan analisis Pemberdayaan Longwe, rekomendasi untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
9.2.1 Pembuat Kebijakan 1. Melibatkan perempuan pengusaha dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring suatu program 2. Melakukan sosialisasi program secara intensif terhadap perempuan pengusaha 3. Dalam menyusun suatu program memperhitungkan permasalahan, kebutuhan, peran gender, strategi yang sudah biasa dilakukan oleh perempuan pengusaha agar program berkelanjutan
9.2.2 Perempuan pengusaha 1. Mengalokasikan pendapatan untuk kegiatan peningkatan keterampilan 2. Mengalokasikan pendapatan untuk modal bagi keberlangsungan usaha 3. Memperkuat jejaring yang sudah terbentuk di dalam komunitas terkait informasi tentang program pengembangan kapasitas 4. Menjalin jejaring dengan luar komunitas dalam rangka pengembangan kapasitas, seperti jejaring pemasaran, bahan baku, permodalan, bahkan informasi produk
115
5. Mengadakan pelatihan atau kegiatan peningkatan motivasi bagi perempuan pengusaha 6. Mengadakan pelatihan keterampilan dalam rangka diversifikasi produk bagi perempuan pengusaha 7. Mengadakan pelatihan tentang mencari pangsa pasar dan memahami selera pasar 8. Memperkuat modal sosial di antara perempuan pengusaha 9. Membentuk pengorganisasian kelompok perempuan pengusaha 10. Melakukan sosialisasi tentang gender dan peran gender 11. Melakukan substitusi atau pertukaran peran gender dengan pihak lain 12. Membentuk kelompok pendukung (supporting group) pada tahap awal sosialisasi gender
9.2.3 Penelitian Lanjutan Sebagian besar usaha rajutan di Binongjati dilakukan di lokasi yang juga merupakan rumah tinggal (industri rumahan). Kondisi yang tampak di lapangan seperti suara bising dari mesin rajut, debu dan polusi dari benang rajut, serta kondisi rumah tinggal yang kurang tertata baik karena bersatu dengan lokasi pabrik/industri. Kondisi ini disinyalir memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat, khususnya bagi perkembangan anak-anak. Oleh karena itu kiranya perlu dilakukan penelitian lanjutan di lokasi ini terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat.