52
BAB IV STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIK VMBB
4.1 Struktur VMBB VMBB merupakan salah satu representasi dari butir-butir makna asali ‘semantic primitives’ yaitu kategori“action, events, dan movement” dengan makna asali “DO, HAPPEN, MOVE, PUT, dan GO”. Leksikon VMBB termasuk ke dalam kategori makna asali “DO” karena mengindikasikan adanya sebuah “tindakan” yang dilakukan. Bertumpu pada sejumlah makna asali tersebut, maka VMBB merupakan prototipe dari “DO” yang menitikberatkan dirinya sebagai sebuah verba tindakan. Makna verba tindakan sesungguhnya dapat direpresentasikan dengan 3 elemen yaitu “gerakan”, “mengatakan”, dan “melakukan” (move, say, do) Wierzbicka (1996: 122).VMBB merupakan suatu verba tindakan yang bertipe “melakukan”. Dalam hal ini, VMBB berpolisemi dengan “melakukan” dan “terjadi” (“DO” dan “HAPPEN”). Kombinasi antara keduanya mengungkapkan suatu keterpengaruhan UNDERGOERyang relatif tinggi. Selain itu, Wierzbicka juga mengatakan bahwa, “the prototypical transitive verb has an agent subject and patient direct-object”. Verba dengan prototipe transitif
memiliki subjek sebagai agen, dan objek
langsung sebagai pasien. Dalam BB, VMBB mewakili prototipe verba transitif ini. VMBB secara umum dapat direalisasikan sebagai leksikonngetepBahasa Bali yang sudah menerima pengaruh dari bahasa Indonesia, secara khusus juga telah
53
memiliki leksikon dengan makna “memotong”yang pada awalnya merupakan leksikon bahasa Indonesia, yaitu leksikon motong. Dengan demikian, realisasi leksikal VMBB secara umum adalahngetep atau motong. Ngetep atau motong merupakan leksikon BB yang bermakna ‘memotong’. Kedua leksikon ini didasari atas makna asali VMBB secara umum yaitu WANT, SOMETHING, PART, ONE (separated dan unseparated), TWO, MANY/MUCH. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai leksikon ngetepakan disajikan data sebagai berikut. 4-1a
Tukang cukur-ēngetepbok panak tiang-ē Tukang cukur-DEFPREF-potongrambut anak saya-POSS ‘Tukang cukur itu memotongrambut anak saya’ (Dawan, Klungkung)
4-1b
Dokter-ēngetepusus buntu-n ēmēk-ē dugas oprasi-nē Dokter-DEFPREF-potongusus buntu-POSSibu-DEFF saat oprasi-DEF ‘Dokter itu memotongusus buntu ibu pada saat operasi’ (Abiansemal, Badung)
4-1c
Batis-nēI Dogil magetepulian sakit kencing manis Kaki-POSS ART namaPREF -potong karena sakit kencing manis ‘Kakinya si Dogil dipotongkarena (menderita) sakit kencing manis’ (Abiansemal, Badung)
Jika diperhatikan ketiga data di atas, diketahui bahwa realisasi leksikal VMBB adalah leksikon ngetep. Leksikon ini dapat berdistribusi terhadap entitas yang merupakan makhluk hidup, yakni manusia dan bagian-bagiannya. Selain itu, leksikon ngetep juga bisa disubstitusikan dengan leksikon motong. Untuk dapat membuktikan hal tersebut, disajikan beberapa data berikut. 4-2a
Tukang cukur-ēmotongbok panak tiang-ē Tukang cukur-DEFPREF-potong rambut anak saya-POSS ‘Tukang cukur itu memotong rambut anak saya’ (Dawan, Klungkung Intf.)
54
4-2b
Dokter-ēmotongusus buntu-n ēmēk-ēdugas oprasi-nē Dokter-DEF PREF-potong usus buntu-POSS ibu-DEF saat oprasi-DEF ‘Dokter itu memotong usus buntu ibu pada saat operasi’ (Abiansemal, Badung Intf.)
4-3c
Batis-nēI Dogil mapotongulian sakit kencing manis Kaki-POSSART nama PREF-potongkarena sakit kencing manis ‘Kakinya si Dogil dipotong karena (menderita) sakit kencing manis’ (Abiansemal, Badung Intf.)
Ketiga data di atas merupakan kalimat dengan leksikon verba yang disubstitusikan dengan leksikon lain yang bermedan makna sama. Ketiganya berterima karena memang pada kenyataannya dapat dipahami oleh pengguna bahasa Bali dan sering dituturkan oleh informan. Dengan demikian, data yang telah disajikan dapat membuktikan bahwa leksikon ngetep dapat disejajarkan dengan leksikon motong. Selain manusia, entitas ngetep adalah benda-benda yang lain, baik itu makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa lainnya. Untuk dapat membuktikannya, disajikan data sebagai berikut. 4-3 a I Pekak suba ngetepjanggar kurungan-nē ARTkakek sudahPREF-potong jengger ayam aduan-POSS ‘Kakek sudah memotong jengger ayam aduannya’ (Singaraja) 4-3 b Jantos dumun, tiang kantun ngetep punya-n cempaka-nē Tunggu dulu, saya masih PREF-potong pohon-POSScempaka-DEF ‘Tunggu dulu, saya masih memotong pohon cempaka itu’ (Abiansemal, Badung) 4-3 c Getepkayu-nēdadiang lelima Potong kayu-DEF jadi-SUFlima ‘Potong kayu itu jadikan lima’ (Singaraja)
55
Jika diperhatikan, verba ngetep memberlakukan entitas yang berbeda. Adapun entitas tersebut masing-masing adalah janggar kurungannē‘jengger ayam aduannya’ yang merupakan entitas berupa bagian tubuh binatang. Pada kalimat berikutnya, verba ngetep memberlakukan entitas, yakni frasa nomina punyan cempakanē‘pohon cempaka itu’, yang merupakan bagian dari tumbuhan. Pada kalimat terakhir, entitas yang diberlakukan adalah kayu yang merupakan benda tidak bernyawa. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa VMBB dapat direpresentasikan sebagai leksikon ngetepdan dapat memberlakukan semua entitas yang ada. Sudipa (2004: 287) mengatakan bahwa, orang ngetep ‘memotong’ dalam bahasa Bali secara umum memiliki pemetaan komponen “X melakukan sesuatu pada Y”, dan karena ini “sesuatu terjadi pada Y”. Hal tersebut benar adanya mengingat bahwa verba ngetep memiliki pemetaan eksponen seorang X ngetep sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu alat Z dengan hasil berupa entitas yang terpisah menjadi satu, dua, atau beberapa bagian. Adapun pemetaan subeksponennya adalah X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”, atau “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang buruk terjadi”, yang secara umum dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, seseorang melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian) Y menjadi satu, dua, atau beberapa potongan yang terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
56
Selain itu, leksikon ngetep / motong juga bisa dipadankan dengan leksikon ngodot. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas ngetep / motong dapat dilakukan dengan cara ngodot. Data berikut ini dapat membuktikan hal tersebut. ngetep tali ngetep bē ngetep tas ngetep lima ngetep batis ngetep baong ngetep kabel ngetep gedebong ngetep papah biu ngetep karēt
ngodot tali ngodot bē ngodot tas ngodot lima ngodot batis ngodot baong ngodot kabel ngodot gedebong ngodot papah biu ngodot karēt
‘memotong tali’ ‘memotong daging’ ‘memotong tas’ ‘memotong tangan’ ‘memotong kaki’ ‘memotong leher’ ‘memotong kabel’ ‘memotong batang pohon pisang’ ‘memotong dahan pohon pisang’ ‘memotong karet’
Ditekankan bahwa segala aktivitas ngetep / motong dapat dilakukan dengan cara ngodot, apabila entitas yang diberlakukan merupakan entitas yang bersifat relatif lunak, seperti yang tersaji di atas. Aktivitas ngetep tidak dapat dikatakan sebagai ngodot apabila entitas yang diberlakukan bersifat relatif keras. Berikut ini disajikan data dengan kolokasi ngetep yang berupa entitas yang bersifat relatif keras. ngetep tiing ngetep kayu ngetep akah jepun ngetep tulang ngetep papah nyuh ngetep besi
*ngodot tiing *ngodot kayu *ngodot akah jepun *ngodot tulang *ngodot papah nyuh *ngodot besi
‘memotong bambu’ ‘memotong kayu’ ‘memotong akar pohon kamboja’ ‘memotong tulang’ ‘memotong pelepah kelapa’ ‘memotong besi’
Data yang telah tersaji di atas, dapat memberikan persamaan dan perbedaan antara verba ngetep / motong danngodot. Selain itu, perbedaan antara keduanya juga dapat dilihat dari cara “memotong” yang dilakukan terhadap entitas. Aktivitas ngetep / motong dilakukan bisa dengan cara
gerakan terarah yang
memiliki komponen makna ‘sekali gerakan maju atau mundur’, bisa juga
57
dilakukan dengan gerakan terarah yang berulang-ulang. Akan tetapi, aktivitas ngodot dilakukan dengan sekali gerakan terarah yang memiliki komponen makna ‘memajumundurkan alat pemotong secara berulang-ulang’. Leksikon ngetep merupakan realisasi leksikal VMBB secara umum. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya berdistribusi terhadap semua entitas yang menjadi sasaran memotong. Namun, secara khusus leksikon ngetep dapat memiliki banyak variasi dengan ciri-ciri yang berbeda. Ciri khas tiap-tiap leksikon dari variasi ngetep didasarkan atas alat, model gerakan, entitas dan bagian entitas yang dikenai perlakuan, serta hasil akhir yang ingin dicapai atau diharapkan agen (Sudipa, 2005: 287). VMBB dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe seperti dari segi jenis alat yang digunakan, cara dan model gerakan, bagian entitas yang dikenai perlakuan, dan hasil akhir yang ingin dicapai atau diharapkan. Seperti halnya Gande (2012) melakukan klasifikasi terhadap verba “memotong” dalam bahasa Manggarai dari segi jenis entitas yang diberlakukan. Klasifikasi yang dilakukan olehnya, yakni verba “memotong” pada manusia, verba “memotong” hewan, verba “memotong” pohon, verba “memotong” rumput, verba “memotong” daun, verba “memotong” buah verba “memotong” tali, dan verba “memotong” kain. Klasifikasi VMBB tidak sama dengan klasifikasi verba “memotong” dalam bahasa Manggarai yang dilakukan oleh Gande. Ketika dilakukan klasifikasi yang sama dalam arti klasifikasi dilakukan dari segi jenis entitas yang diberlakukan, sangatlah tidak memungkinkan karena banyak leksikon verba yang bermakna “memotong” dalam bahasa Bali dapat didistribusikan ke dalam beberapa jenis
58
entitas yang berbeda. Seperti halnya verba ngetep “memotong” dapat memberlakukan semua jenis entitas, baik manusia, hewan, tumbuhan, daun, tali, maupun kain. VMBB dapat diklasifikasikan berdasarkan kedekatan makna inherennya atau berdasarkan kesamaan ciri-ciri khusus yang paling menonjol meliputi ciri-ciri alat yang digunakan, cara atau model gerakan, bagian entitas yang dikenai perlakukan dan hasil akhir yang diharapkan oleh agen. Adapun pengelompokan VMBB berdasarkan ciri-cirinya, seperti di bawah ini.
4.1.1 Ciri Kemiripan Entitas
4.1.1.1 Entitas Tumbuhan 1. Realisasi leksikal VMBB dengan entitas berupa tumbuhan Leksikon VMBB dengan entitas berupa tumbuhan dapat direalisasikan sebagai tortor (nortor), punggel (munggel), ponggol (monggol), ampad (ngampad) dan anyi (nganyi). Leksikon-leksikon ini dikelompokkan menjadi satu karena memiliki kemiripan ciri menonjol, yakni kemiripan entitas berupa tumbuhan. Meskipun demikian, leksikon-leksikon tersebut tetap saja memiliki perbedaan makna antara yang satu dan yang lainnya. Perbedaan tersebut terletak,baik pada instrumen yang digunakan, cara memotong, maupun hasil yang diinginkan. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai leksikon-leksikon tersebut, berikut ini disajikan struktur semantiknya.
59
2. Struktur VMBB dengan entitas tumbuhan 1)tortor, nortor 4-4
Wa nortorbungkil jepun-ēdi-wangan sawirēh di-tu lakar maplēstēr Paman PREF-potong pangkal kamboja-DEF di luar karena di-sana akan disemen ‘Paman memotong pangkal pohon kamboja di luar itu karena di sana akan disemen’ (Mengwi, Badung) Kalimat di atas mengikat dua argumen yakni wa sebagai agen dan bungkil
jepunē sebagai pasien. Secara semantis, verba nortor berkolokasi dengan entitas berupa pepohonan yang ukurannya relatif besar, khususnya bagian pangkal pohon, yaitu bagian kayu yang dekat dengan akar. Tujuan nortor adalah untuk menebang pohon yang bersangkutan karena sudah tidak diharapkan lagi dan bisa juga dimanfaatkan kayunya untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti untuk dijual, bahan bangunan, kayu bakar, dan bahan dasar kerajinan berupa ukiran. Leksikon nortor memiliki makna ‘memotong pangkal pohon’, yang memerlukan sarana berupa alat pemotong yang ukurannya relatif besar, seperti blakas,
kapak,
dan
kandik.Apabila
aktivitas
nortor
dilakukan
dengan
menggunakan kandik ‘kapak bertangkai panjang’, maka nortor juga bisa disebut sebagai ngandik ‘memotong dengan kandik’. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai leksikon ngandik, dapat dilihat pada halaman 169.Adapun cara yang dilakukan adalah dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi berdiri ataujongkok, penuh kehati-hatian, langsung mengarah pada entitas yang diperlakukan. Hasil yang diharapkan adalah tebangan pohon berupa potongan terpisah menjadi dua bagian.
60
Leksikon nortor merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, TWO, dan MANY/MUCH. Pemetaan eksponen verba nortor adalah “seseorang X nortor sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z seperti (blakas, kapak, kandik), dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas terbagi dua, Y menjadi duabagian terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY”, sesuatu yang baik terjadi. Adapun eksplikasinya sebagai berikut. Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (blakas, kapak, kandik) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi berdiri atau jongkok) Y menjadi duabagian terpisah Y menghasilkan banyak potongan-potongan kecil yang tidak diharapkan X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nortor memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas Alat Gerakan Tangan pohon besar
Cara Arah Gerakan
-blakas Tangan kanan naik - turun -kandik atau kedua -kapak Tangan memegang alat Mengarahkan alat ke entitas
Hasil Jumlah Gerakan berulang
dua potongan / bagian terpisah banyak serpihan upil
61
2) monggol 4-5
Pandēmonggolbungkil punya-n nyuh-ē Nama PREF-potongpangkal pohon-POSS kelapa-DEF ‘Pande memotong pangkal pohon kelapa itu’ (Tamanbali, Bangli)
Leksikon nortor juga dapat dipadankan dengan monggol karena pada dasarnya monggol merupakan leksikon yang bermakna ‘memotong bagian bawah pohon’ yang ukurannya relatif besar. Adapun cara, alat yang digunakan, serta hasil yang diinginkan tersebut sama dengan cara, alat, serta hasil yang diinginkan dari tindakan nortor.Eksplikasi yang dihasilkan pun sama. Dengan demikian, nortor dan monggol memiliki makna yang sama, yang mengekspresikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, TWO, dan MANY/MUCH.
4.1.1.2 Entititas Berupa Leher Manusia dan Hewan 1.Realisasi Leksikal VMBB dengan Entitas Berupa Leher Manusia / Hewan VMBB
dengan
entitas
berupa
leher
manusia
dan
hewan
dapat
direpresentasikan sebagai leksikon ngorok,nyamblēh, mancung, munggal, dan nyempal/ nyepegatau memotong pada bagian leher entitas. Gambaran yang lebih jelas mengenai verba ngorok, nyamblēh, mancung, nyepeg, munggal, dan nyempal disajikan dalam analisis struktur semantiknya.
62
2. Struktur 1) gorok, ngorok 4-9
Ajik nu ngoroksiapdauh-nē Ayah masih PREF-potongayam barat-DEF ‘Ayah masih memotongleher ayam di barat’ (Abiansemal, Badung) Verba ngorok pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua
argumen. Adapun argumen agen diisi oleh kata ajik ‘ayah’ dan pasien diisi oleh siap ‘ayam’. Secara semantis, berkolokasi dengan bagian leher entitas yang dikenai tindakan. Adapun entitas yang dimaksud bisa merupakan manusia, bisa juga hewan. Verba ngorok dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan ‘menggorok’ yang bermakna memotong leher. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa semua entitas, baik manusia maupun hewan yang memiliki bagian leher dapat dikenai tindakan ngorok. Untuk dapat membuktikannya, disajikan data sebagai berikut. 4-10a Raga sing bisangorokbēbēk, sing nyak mati ya Aku tidak bisa PREF-potongbebek, tidak bisa mati dia ‘Aku tidak bisa memotong leherbebek, dia tidak bisa kubuat mati’ (Abang, Karangasem) 4-10b Cēlēng-ēsuba mekirēgoroka, ēnggal-angketis-in malu Babi-DEF sudah akan potong-SUF, cepat-SUFpercik-SUF dulu ‘Babi itu lehernya sudah akan dipotong, cepatlah diperciki air suci dulu’ (Abiansemal, Badung) 4-10c Apang sing ēnggal kekeh,gorokgēn baong kambing-ē Supaya tidak cepatkaku, potongsaja leher kambing-DEF ‘Supaya tidak menjadi kaku, potongsaja leher kambing itu’ (Kesiman, Denpasar)
63
Tampak jelas bahwa entitas ngorok pada ketiga kalimat di atas masingmasing adalah leherbēbēk ‘bebek’, cēlēng ‘babi’, dan kambing ‘kambing’. Baong ‘leher’ bisa muncul kembali setelah verba untuk menekankan bagian entitas yang akan dikenai tindakan seperti terlihat pada kalimat (4-10c). Baong ‘leher’ bisa saja tidak muncul kembali setelah verba karena secara inheren verba ngorok memiliki makna ngetep baong ‘memotong leher’ atau ‘menggorok’ seperti yang terlihat pada kalimat (4-9), ( 4-10a), dan (4.10b). Verba ngorok dikatakan dapat berkolokasi dengan hewan, tetapi tidak dapat berdistribusi terhadap hewan yang tidak memiliki bagian leher yang jelas atau tidak memiliki leher sama sekali. Ditekankan kembali bahwangorok berarti ngetep baong ‘memotong leher’. Hanya bagian entitas yang berupa leher yang dapat dikenai tindakan memotong. Sangatlah tidak berterima apabila ngorok dikenai pada bagian yang bukan leher seperti pada kalimat ilustrasi berikut, yang didapat dari hasil elisitasi terhadap informan. 4-11
*Sira sanēngoroklēlē-nēnika? Siapa yang PREF-potongleher lele-DEFitu? ‘Siapa yang memotong leher ikan lele itu?’ (Abiansemal, Badung)
Ketika ditanyai dengan kalimat interogatif demikian, informan tertawa karena pertanyaan dianggap lucu dan tidak berterima secara semantik Hal tersebut membuktikan bahwa entitas yang dikenai verba ngorok adalah berupa leher manusia dan hewan yang memiliki bagian leher. Dengan demikian, hewan yang tidak memiliki bagian leher, tidak dapat menjadi entitas ngorok.
64
Meskipun dikatakan bahwa entitas ngorok bisa adalah manusia, tetapi tindakan pemotongan bagian tubuh yang dapat menyebabkan kematian, tidak lazim dilakukan di masyarakat. Ngorok sering digunakan ketika seseorang menakut-nakuti seseorang. Sebagai contoh, seorang kakek menakuti seorang anak yang nakal karena suka mencuri. Berikut disajikan data. 4-12
Nyēn demen mamaling, kel gorokbaong-nē Siapa suka PREF-curi, akan potongleher-POSS ‘Siapa yang suka mencuri, akan dipotong lehernya’ (Abiansemal, Badung)
Kakek yang menuturkan kalimat demikian tidak bersungguh-sungguh ingin memotong leher si anak, tetapi hanya menakut-nakuti dengan mengancam memotong bagian leher si anak apabila anak itu untuk seterusnya masih memiliki kebiasaan suka mencuri. Si anak mungkin
akan merasa takut dan tidak
mengulangi kebiasaan mencuri karena di dalam pikirannya, dia akan digorok / lehernya akan dipotong apabila dia melanggar. Hal itu merupakan suatu ketakutan bagi si anak. Verba ngorok dimaknai ‘memotong leher’ yang memerlukan alat khusus, yaitu pisau tajam dan bisa juga berupa alat tajam yang terbuat dari bambu yang ditajamkan disebut ngaad. Ngaad merupakan instrumen yang digunakan untuk ngorok apabila ukuran entitas tergolong kecil, tetapi tidak dapat digunakan apabila ukuran entitasnya besar. Leksikon ngorok merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (unseparated), atau WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Aktivitas ngorok dilakukan dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung pada bagian entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponen dari leksikon tersebut adalah “seseorang X ngorok sesuatu Y
65
dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil satu bagian leher entitas yang luka, robek, bahkan putus menjadi dua bagian”. Adapun pemetaan subeksponennya adalah, “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”, dan X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang buruk terjadi”. Hal itu dapat dieksplikasikan sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan, terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam / ngaad) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian) Y menjadi satu potongan yang mengalami robekan / torehan berlubang. Y bisa juga menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngorok memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
leher manusia
- pisau tajam
leher -ngaad binatang
Cara Arah Gerakan
Tangan kanan maju memegang alat mundur Tangan kiri memegang entitas
Hasil Jumlah Gerakan tunggal berulang
satu potongan terbuka / tak terpisah dua bagian terpisah
Mengarahkan alat ke entitas
Catatan: alat yang digunakan bisa dengan pisau tajam atau bisa juga dengan ngaad ‘sembilu’
2) nyamblēh 4-13
Pemangku-nēnyamblēhsiap caru-nētatakin-a talenan Orang suci-DEFPREF-sembelih ayam caru-DEF alasi-SUF talenan
66
‘Pemangku itu menyembelihayam sebagai bahan upacara dialasi talenan’ (Abang, Karangasem) Secara semantis, valensi
verba nyamblēh pada kalimat di atas adalah dua
argumen, yakni pemangkunē‘pemangku itu’ sebagai agen dan siap ‘ayam’ sebagai pasien. Nyamblēh merupakan leksikon bermakna memotong leher / menyembelih, tetapi tujuan
tindakan memotong adalah sebagai sarana upacara keagamaan.
Verba ini berkolokasi dengan entitas berupa hewan kurban atau hewan yang dijadikan sebagai sarana upacara yang di Bali sering dikenal dengan istilah penyamblēh‘hewan kurban untuk upacara Butha Yadnya / persembahan kepada makhluk-makhluk gaib supaya tidak mengganggu’. Adapun bagian entitas yang dikenai tindakan adalah bagian leher. Verba nyamblēh merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Leksikon ini bermakna ‘memotong leher hewan kurban’ dengan menggunakan alat berupa pisau tajam dan alas berupa talenan, gerakan tunggal searah, posisi jongkok dan bisa duduk, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponen nyamblēh adalah “seseorang X nyamblēh sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, posisi duduk atau jongkok, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa potongan entitasmenjadi dua bagian terpisah. Adapun pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”, dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, posisi duduk atau jongkok)
67
Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nyamblēh memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
leher -pisau binatang tajam
Cara Arah Gerakan
Tangan kanan ke bawah memegang alat
-blakas Tangan memegang entitas
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
dua bagian terpisah
kiri
Mengarahkan alat ke entitas
3)pancung, mancung 4-14a Di Malaysia ada TKW kena pancung Di malaysia ada TKW kena pancung ‘Di Malaysia ada TKW lehernya dipotong’ (Abiansemal, Badung) 4-14b Nyēn anēmancung? Siapa yang PREF-potong? ‘Siapa yang memotong?’ (Abiansemal, Badung) 4-14c Tukang pancung-ēanēmancungTKW-nē Tukang pancung-DEF REL PREF-pancungTKW-DEF ‘Tukang pancung itu yang memotongleher TKW itu’ (Abiansemal, Badung) Verba mancung ‘memancung / memenggal leher’ pada kalimat di atas memiliki kemampuan untuk mengikat dua argumen yakni tukang pancungē‘tukang pancung itu’ sebagai agen dan TKW-nē‘TKW itu’ sebagai pasien. Verba mancung berkolokasi dengan entitas manusia khususnya pada bagian leher. Tindakan
68
mancung tidak dapat dikenai pada entitas hewan. Leksikon ini dapat disejajarkan dengan leksikon munggal dan nyempal atau bisa juga dengan prototipenya yaitu nyepeg yang memiliki makna ‘menebas’ atau ‘memotong leher manusia’. Mancungmerupakan leksikon VMBB yang merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO,dapat dimaknai ‘menebas leher manusia’ yang memerlukan alat berupa pedang, madik,dan parang.Selain itu, mancung juga dapat disejajarkan dengan leksikon munggal dan nyempal. Aktivitas ini dilakukan dengan gerakan terarah, posisi berdiri langsung mengarah pada bagian leher entitas. Adapun hasil dari tindakan mancung adalah potongan menjadi dua bagian terpisah. Pemetaan eksponen verba ini adalah “seseorang X mancung, munggal, nyempal
seseorang Y menggunakan sesuatu Z, dengan
gerakan terarah kepada bagian entitas Z”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang buruk terjadi”, dapat dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pedang, madik, parang) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah ke samping, penuh kehati-hatian, posisi berdiri langsung) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X bisa tidak menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
69
Verba mancung, munggal, dan nyempalmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entita s
Alat
Cara Gerakan Tangan
leher -pedang Tangan manus -parang-- memegang ia madik alat
Arah Gerakan ke samping
Hasil Jumlah Gerakan Tunggal
potongan menjadi dua bagian terpisah
Tangan mengarahkan alat ke entitas Catatan : Alat yang digunakan bisa pedang, parang, atau madik.
3. Fitur SemantikVMBB dengan Entitas berupa Leher Manusia / Hewan Leksikon ngetep / motong nyepeg ngorok nyamblēh mancung munggal nyempal
Entitas (leher) Manusia Hewan + + + +
+ + -
4.1.1.3 Entitas Berupa Bagian Tubuh Manusia dan Hewan 1. Realisasi Leksikal VMBB dengan entitas berupa tubuh manusia dan hewan dapat direalisasikan sebagai nyulēn, meles, mukang, ngrecah, murak / ngruak, ningkag, nomēs, dan nudēg/ nudag. Leksikon-leksikon ini pada dasarnya digunakan terhadap entitas
70
yang berupa hewan. Namun, ada beberapa diantaranya diperuntukkan bagi manusia ketika manusia dikenai tindakan memotong bagian tubuh terutama pada saat proses perawatan atau pengobatan seperti tudēg / nudēgatau tudag / nudag. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, berikut ini disajikan struktur VMBB dengan entitas berupa bagian tubuh hewan dan manusia.
2. Struktur VMBB dengan Entitas Berupa Bagian Tubuh Manusia dan Hewan 1)nyulēn dan meles 4-14 Dokter hewan-ēnyulēn kuluk-ēmakejang anēabana ka balē banjar-ē tekēn krama-nē Dokter hewan-DEFPREF-potonganjing-DEF semua REL dibawa ke balai banjar-DEF oleh masyarakat-DEF ‘Dokter hewanmengebiri semua anjing yang dibawa ke balai banjar oleh masyarakat’ (Pekutatan, Jembrana) Secara semantis, verba nyulēn pada kalimat di atas adalah verba yang menghendaki dua argumen. Adapun argumen pada kalimat tersebut adalah dokter hēwanē‘dokter hewan itu’ sebagai agendan kulukē‘anak anjing itu’ sebagai pasien. Adverbia makejang yang mengikuti entitas kulukēmemiliki makna ‘semua’, sehingga apabila diterjemahkan kulukē makejang menjadi ‘semua anjing itu’. Verba nyulēn memiliki makna yang sama dengan verba meles karena merupakan sebuah sinonim yang bermakna ‘mengebiri’ atau memotong dan mengambil bagian batu pelir pada alat kelamin jantan. Aktivitas ini memberlakukan entitas, yakni hewan khususnya bagian alat kelaminnya. Tujuan tindakan nyulēn dan meles adalah untuk memotong dan mengambil batu pelir pada penis hewan peliharaan dengan maksud agar hewan tersebut tidak dapat
71
membuahi hewan betina sejenisnya. Hewan yang biasanya dikenai tindakan ini adalah sapi, babi, dan anjing. Verba
nyulēn
dan
meles
merepresentasikan
makna
asali
WANT,
SOMETHING, PART, dan ONE (separated), memiliki makna memotong dan mengambil batu pelir pada bagian alat kelamin hewan jantan, memerlukan alat berupa pisau tajam, dengan gerakan terarah dan penuh kehati-hatian terhadap entitas. Pemetaan eksponen leksikon tersebut adalah “seseorang X nyulēn / meles sesuatu Y dengan memakai sesuatu Z dengan gerakan terarah dan penuh kehatihatian, posisi jongkok, langsung dengan hasil berupa potongan menjadi dua bagian terpisah yakni alat kelamin hewan terpisah dengan batu pelir yang ada di dalamnya. Adapun pemetaan subeksponen
leksikon tersebut adalah “X
melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”, dapat diberikan eksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, posisi jongkok, langsung mengarah kepada entitas) Y menjadi dua bagian terpisah Y menghasilkan satu bagian terpisah (batu pelir) X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nyulēn dan meles memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
kelamin / batu pelir hewan
pisau tajam
-Tangan kanan memegang alat
Cara Arah Gerakan turun
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
satu potongan terbuka dua bagian
72
jantan
terpisah -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
2) mukang 4-15
Ida Bagus Aji mukangbēcēlēng-ēanēmara tampaha tunian Nama PREF-potongdaging babi-DEF REL baru disembelih tadi ‘Ida Bagus Aji memotong daging babi yang baru disembelih tadi’ (Ubud, Gianyar)
Verba mukang pada kalimat di atas secara semantis bervalensi dua argumen, yakni Ida Bagus Aji sebagai agen dan bē cēlēngēsebagai pasien. Sudipa (2004: 288) mengatakan bahwa kegiatan mukang adalah aktivitas“memotong” pada bagian paha atau kaki, yang entitasnya biasanya menjadi dua atau beberapa bagian yang ukurannya relatif besar. Aktivitas mukang biasanya memberlakukan entitas yang berupa hewan peliharaan seperti ayam, bebek, babi, sapi, dan kambing. Adapun tindakan ini dilakukan, baik mengarah kepada bagian entitas seperti paha, pangkal kaki depan, maupun dada pada unggas. Tujuan aktivitas ini dilakukan untuk memotong-motong bagian tubuh entitas mulai dari memisahkan bagian kepala, lengan, dan paha dengan bagian tubuh hewan. Setelah itu, bagian yang sudah terpisah dengan tubuhnya, di-recahlagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Verba mukang merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY, memiliki makna ‘memotong pada bagian pangkal paha, lengan, dan leher. Kemudian bagian-bagian yang telah terpisah dipotong lagi menjadi beberapa bagian. Adapun alat yang digunakan untuk mukang adalah
73
pisau tajam, dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, bisa dilakukan, baik dengan posisi duduk, jongkok, maupun berdiri, langsung pada Y. Adapun pemetaan eksponen verba ini adalah “seseorang X mukang sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi bebas penuh kehati-hatian, langsung dengan potongan-potongan yang relatif besar, sehingga Y menjadi beberapa bagian yang terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Eksplikasi verba mukang adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan posisi,baik duduk, jongkok, maupun berdiri) Y menjadi beberapa potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba mukang memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
daging hewan (tangan / kaki)
pisau tajam
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan naik-turun
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
beberapa potongan terpisah (agak besar)
74
3) recah, ngrecah 4-16
Danēngrecah ulam-ēdrika Dia PREF-potong daging-DEFdi sana ‘Dia memotong daging itu di sana’ (Kediri, Tabanan)
Verba ngrecah pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen. Argumen yang dimaksud, yakni danē‘dia’ sebagai agen dan ulamē‘daging itu’ sebagai pasien. Adapun entitas yang berkolokasi dengan verba ini adalah berupa daging hewan yang telah disembelih, seperti daging ayam, bebek, babi, sapi, dan kambing yang akan digunakan untuk membuat sesuatu. Verba ngrecah merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY, serta memiliki makna ‘memotong-motong’ daging hewan menjadi beberapa bagian yang ukurannya agak kecil. Aktivitas ini biasanya dilakukan setelah entitas terlebih dahulu dipotong dengan cara mukang seperti yang telah dijelaskan di atas. Hewan yang telah disembelih pada awalnya dipotong menjadi beberapa bagian terpisah yang ukurannya relatif besar dengan cara mukang. Kemudian, entitas yang merupakan hasil mukang dipotong-potong lagi menjadi beberapa bagian agak kecil dengan cara ngrecah. Berbicara mengenai instrumen, ngrecah dilakukan dengan menggunakan alat berupa pisau tajam, langsung dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian pada entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponen ngrecah adalah “X ngrecah sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah, berulaang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas yang diberlakukan. Y menjadi beberapa potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X
75
melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”, dan dapat dieksplikasi sebagai berikut.
Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, langsung terhadap entitas) Y menjadi beberapa potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngrecah memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
Daging hewan
Cara Arah Gerakan
Hasil Jumlah Gerakan
-pisau -Tangan kanan naik-turun berulangtajam memegang alat ulang -blakas -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas Catatan : Alat yang digunakan bisa pisau tajam atau blakas
Beberapa potonganpotongan agak kecil
4)murak / ngruak 4-17
Pan Kadēk tiang-ēkantunmurakcēlēngring tlabah-ē Tu Nama saya-POSSASPPREF-potongbabi di parit-DEF nama ‘Pak Kadek saya masih memotong babi di parit itu tuan’ (Abiansemal, Badung), (ngruak di Gianyar)
Secara semantis, verba murak pada kalimat di atas mengikat dua argumen yakni Pan Kadēk Tiangē‘Pak Kadek saya’ sebagai agen dan cēlēng ‘babi’ sebagai pasien. Adapun entitas yang dikenai tindakan ini adalah berupa hewan peliharaan,
76
seperti ayam, bebek, babi, dan sapi untuk digunakan dalam hal tertentu seperti untuk upacara keagamaan. Secara lebih terperinci, aktivitas murak biasanya mengarah kepada bagian perut entitas, termasuk di dalamnya adalah mengiris bagian rongga perut entitas kemudian mengeluarkan isinya. Verba murak merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, ONE (separated), dan TWO. Verba ini memiliki makna ‘memotong’ atau ‘mengiris bagian perut kemudian mengeluarkan isi perut’ entitas tersebut dengan menggunakan pisau tajam, dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, posisi duduk atau jongkok, langsung mengarah pada bagian perut entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponen terhadap verba ini adalah “X murak Y dengan menggunakan Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil entitas menjadi dua bagian terpisah berupa potongan isi perut terpisah dengan rongga perutnya”. Adapun pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”, dapat diberikan eksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, posisi duduk atau jongkok, langsung terhadap entitas) Y menjadi dua bagian terpisah (isi perut terpisah dengan rongga perut) X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba murak / ngruak memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan -Tangan kanan
Cara Arah Gerakan
Hasil Jumlah Gerakan
77
perut hewan
pisau tajam
memegang alat
dari atas ke berulangbawah ulang
-Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
- potongan terbuka - dua bagian terpisah (isi perut terpisah dari rongga perut)
5) tingkag, ningkag 4-18
Tingkag malu seguk siap-ēlantas jepit baan papah, apang aluhan manggang Potong dahulu dada ayam-DEF,lalu jepit dengan pelepah, agar mempermudah memanggang ‘Potong dahulu dada ayam itu, kemudian jepit dengan pelepah agar mempermudah untuk memanggangnya” (Abiansemal, Badung)
Ningkag merupakan salah satu leksikon VMBB, yang dilakukan dengan cara memotong bagian dada entitas, tetapi tidak menghasilkan potongan entitas yang tepisah. Dalam hal ini, dada entitas diiris kemudian dibelah layaknya buku yang dibuka ketika akan dibaca. Tindakan ningkag biasanya dilakukan pada entitas dengan mengarahkan pisau tajam ke bagian dada, kemudian memotongnya hingga ke bagian perut. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai verba ningkag, disajikan data sebagai berikut.
4-19
Bapa ningkag bēbēbēk-ē lakar tunu-na anggona banten Ayah PREF-potong daging bebek-DEF akanbakar-SUF digunakan
sesajen ‘Ayah memotong daging bebek itu akan dibakar dan digunakan sebagai sesajen’ (Kota Singaraja) Verba ningkag dalam dalam kalimat di atas secara semantis mengikat dua argumen, yakni bapa ‘ayah’ sebagai agen dan bē bēbēkē‘daging bebek itu’
78
sebagai pasien. Verba ini memberlakukan entitas berupa hewan, khususnya bagian dada atau perut hewan yang akan dimasak dengan cara membakar atau memanggang. Dada entitas seolah-olah dibelah sehingga bentuknya terbuka. Hingga saat ini, entitas yang diberlakukan oleh tindakan ningkag hanya berupa hewan unggas. Verba ningkag merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (unseparated). Verba ini memiliki makna ‘memotong bagian dada hingga bagian perut’ entitas. Adapun alat yang digunakan dalam aktivitas ini adalah pisau tajam, dengan cara mengiris bagian dada hingga bagian perut entitas kemudian membelahnya. Gerakan terarah dilakukan dengan penuh kehati-hatian, langsung kepada entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ningkag sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, dengan hasil berupa potongan tidak terpisah, tetapi hanya terbelah”. Pemetaan subeksponen ningkag adalah “X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”, dapat dieksplikasi sebagai berikut. Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, posisi langsung terhadap entitas) Y menjadi satu potongan terbelah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ningkag memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
dada
pisau
-Tangan kanan
Cara Arah Gerakan dari atas ke bawah
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
potongan
79
hewan
tajam
memegang alat
terbuka
-Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
6) tomēs, nomēs 4-20
Tukang jait-enomēsabedik lakar baju-ne Tukang jahit-DEF PREF-potong sedikit bahan baju-DEF ‘Tukang jahit itu memotong sedikit (dari) bahan baju itu’ (Abiansemal, Badung)
Verba nomēspada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen yakni tukang jaitē‘tukang jahit itu’ sebagai agen dan lakar bajunē‘bahan baju itu’ sebagai pasien. Entitas yang menjadi kolokasi semantis verba ini tidak begitu penting dibahas karena tindakan ini dapat memberlakukan banyak jenis entitas yang berbeda, seperti kain, lembaran plastik, kulit manusia dan hewan, daun, dan entitas lainnya yang memiliki ciri fisik yang relatif lunak. Sebaliknya, aktivitas ini tidak dapat memberlakukan entitas yang sifatnya relatif keras seperti kayu, bambu, batu, besi, dan sebagainya. Hal itu disebabkan olehpengaruh bagian mana dari alat yang digunakan untuk melakukan tindakan serta cara melakukannya. Verba nomēsmerepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (unseparated), dilakukan dengan menggunakan sejenis pisau tajam, bagian pisau tajam yang digunakan khusus pada bagian ujungnya saja, dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, posisi apa saja, langsung pada entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponen verba nomēsadalah “Seseorang X nomēssesuatu
80
Y menggunakan ujung pisau tajam Z dengan gerakan terarah, menoreh, posisi bisa duduk, jongkok, atau berdiri, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil entitas berbentuk goresan atau lubang pada bagiannya. Y menjadi satu potongan tidak terpisah, hanya potongan berupa goresan / torehan dan lubang. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi, dan X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang buruk terjadi”. Adapun eksplikasi verba nomēsadalah sebagai berikut. Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan bagian tertentu dari pisau tajam (ujung) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, posisi langsung terhadap entitas) Y menjadi satu potongan torehan atau berlubang X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nomēsmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-kulit ujung manusia pisau -kulit tajam hewan
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan -dari atas ke bawah -dari bawah ke atas -dari kiri ke kanan -dari kanan ke kiri
Hasil Jumlah Gerakan Tunggal torehan
7) tudag/ tudēgnudag / nudēg 4-21
Bli Dokter nudag-nudag /nudēg-nudēg jlema di rumah sakit Kakak dokter memotong-motongmanusia di rumah sakit
81
‘Kakak dokter sering memotong perut (mengoperasi) pasien di rumah sakit’ (Abiansemal, Badung)
Nudag-nudag / nudēg-nudēg pada kalimat di atas merupakan bentuk reduplikasi dari leksikon verba nudag/ nudēg . Secara semantis, verba pada kalimat tersebut berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni Bligus Dokter sebagai agen dan jlema ‘manusia’ sebagai pasien. Verba nudēg / nudagberkolokasi dengan entitas yang merupakan makhluk hidup, yakni manusia dan hewan khususnya bagian perutlah yang dikenai tindakan. Dengan demikian, nudēg / nudagdimaknai dengan ‘memotong bagian perut hewan / manusia’. Untuk lebih memperjelasnya, disajikan data berikut ini. 4-21a Yēn anak-ēmoprasi sēsar basang-ne matudag/matudēg Jika orang-DEF dioperasi cessar, perut-POSSPREF-potong ‘Jika seseorang dioperasi cessar, perutnya (lah) yang dipotong) (Abang, Karangasem)
4-21b Mekirēmasangin, tudag / tudēgbasang-nēmalu Sebelum membersihkan isi perut, potongperut-POSS dulu ‘Sebelum membersihkan isi perut, potong terlebih dahulu perut (luarnya)’ (Kesiman, Denpasar) Jika diperhatikan, kalimat pada data (4-21a) memberlakukan manusia sebagai entitas, sedangkan pada kalimat (4-21b) memberlakukan hewan. Apabila nudag / nudēgdikenaipada entitas manusia, biasanya dilakukan pada saat perawatan medis di rumah sakit atau pada saat melahirkan. Sebaliknya, apabila nudag / nudēgdikenakan pada entitas hewan, maka hal itu dilakukan pada saat menyembelih kemudian membersihkan isi perut hewan sesuai dengan kegunaannya.
82
Aktivitas nudag / nudēgmemiliki makna ‘memotong bagian perut’ entitas. Verba ini merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (unseparated). Ketika aktivitas dilakukan, diperlukan alat berupa pisau tajam, untuk memotong bagian entitas dengan cara mengiris, dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Apabila yang dikenai tindakan adalah hewan, maka nudag / nudēgdapat juga dilakukan dengan ngaad ‘sembilu / bambu yang diiris tajam’ dengan pola gerakan yang sama. Adapun pemetaan eksponennya adalah “seseorang X nudag / nudēgsesuatu Y menggunakan alat berupa pisau tajam atau ngaad Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, dengan hasil berupa goresan terbuka pada bagian perut entitas. Pemetaan subeksponennya meliputi “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Secara semantis, dapat dilakukan eksplikasi berikut ini. Pada waktu itu X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam / ngaad) X melakukan sesuatu dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Y menjadi satu potonganterbuka X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nudag / nudēgmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-perut pisau manusia tajam -perut hewan
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas
Cara Arah Gerakan dari atas ke bawah
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
torehan / 1 potongan terbuka
83
-Mengarahkan alat ke entitas
3. Fitur SemantikVMBB dengan Entitas Bagian Tubuh Manusia dan Hewan
Leksikon ngetep / motong nyulēn meles mukang murak / ngruak ningkag nomēs nudag / nudeg ngrecah nyluhsuh
Entitas leher dada perut daging usus kaki kelamin + + + + + + + + + + + + + + + + + + -
4.1.2 Ciri Kemiripan Cara 4.1.2.1 VMBB dengan Tipe Gerakan Berulang 1. Realisasi Leksikal VMBB apabila ditinjau dari ciri kemiripan cara dapat direalisasikan dengan leksikon tektek (nektek), cahcah (nyahcah), dan rajang (ngrajang). Ketiga leksikon ini dimasukkan ke kategori yang sama karena memiliki persamaan yang sangat menonjol. Persamaan tersebut meliputi cara memotong dengan gerakan berulang-ulang yang mengarah pada entitas. Walaupun ketiga leksikon ini dianggap memiliki kemiripan cara gerakan, ketiganya juga memiliki perbedaan yang sangat besar antara yang satu dan yang lainnya. Perbedaan tersebut
84
didasarkan atas kolokasi atau entitas yang dikenai tindakan serta hasil yang didapatkan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai ketiganya, berikut ini disajikan strukturnya.
2. StrukturVMBB dengan Ciri Gerakan Berulang 1)tektek, nektek 4-22
Beli-n-ne nektek carang nyambu-nē apang adi-n-nētusing menēk buin kema Kakak (lk)-POSS-DEF PREF-potong dahan jambu-DEF agar adikPOSS-DEF tidak naik lagi ke sana ‘Kakaknya memotong dahan pohon jambu itu agar adiknya tidak lagi naik ke sana’ (Selemadeg, Tabanan)
Secara semantis, verba nektek pada kalimat di atas bervalensi dua, yakni belinnē‘kakaknya’ sebagai agen dan carang nyambunē‘dahan pohon jambu itu’ sebagai pasien. Secara alami, verba nektek berkolokasi dengan entitas yang merupakan benda tidak bernyawa. Adapun entitas yang dimaksud adalah bagian batang / kayu tumbuh-tumbuhan, serta bagian hewan yang telah dipotong / disembelih seperti dagingnnya. Lebih jelasnya, kolokasi
verba nektek dapat
diperlihatkan pada data berikut. nektek punyan poh ‘memotong pohon mangga’ nektek carang poh ‘memotong dahan mangga’ nektek punyan gedang ‘memotong pohon pepaya’ nektek tiiing ‘memotong bambu’ nektek kayun cempaka ‘memotong kayu cempaka’ nektek papah jaka ‘memotong pelepah aren’ nektek papah nyuh ‘memotong pelepah kelapa’ nektek bungkil gedebong ‘memotong pangkal pohon pisang’ nektek papah biu ‘memotong pohon pisang’ nektek bē ‘memotong daging’
85
Apabila dicermati, data di atas merupakan leksikon nektek yang berkolokasi dengan entitas berupa bagian tumbuhan khususnya kayu. Selain itu, entitas lainnya bisa juga berupa be ‘daging’ hewan yang telah disembelih untuk mendapatkan banyak potongan kecil-kecil. Ada suatu perbedaan yang sangat signifikan terhadap hasil tindakan nektek apabila dikaitkan dengan perbedaan entitas. Ditekankan bahwa apabila nektek dilakukan terhadap entitas yang bersifat keras seperti pohon, kayu, dan bambu, maka hasil yang diperoleh belum tentu berupa potongan-potongan kecil, tetapi hanya bertujuan untuk membagi dua, sehingga menghasilkan dua potongan terpisah dan menghasilkan sisa potongan yang tidak diinginkan. Sebaliknya, apabila nektek dilakukan terhadap entitas yang bersifat tidak terlalu keras atau bisa dikatakan lunak, seperti gedebong ‘batang pohon pisang’, bē‘daging’, dan sejenisnya, maka hasil yang diperoleh adalahberupa potongan kecil-kecil. Skemanya adalah sebagai berikut.
Verba
nektek
Verba
Entitas (keras)
Hasil
punyan poh ‘pohon mangga carang poh ‘dahan mangga’ punyan gedang ‘pohon pepaya’ tiing‘bambu’ 1) dua bagian terpisah kayun cempaka ‘kayu cempaka’ 2) beberapa potongan yang tidak diharapkan papah nyuh ‘pelepah kelapa’ carang sotong‘dahan jambu biji’
Entitas (lunak)
Hasil
bē ‘daging’ gedebong ‘pohon pisang’ bungkil gedebong ‘pangkal pohon pisang’ nangka ‘buah nangka’
86
nektek potongan
gedang semental ‘pepaya setengah matang’ kladi ‘talas’ kesēla sawi ‘singkong’ kol ‘kol’ dagdag ‘daun ketela rambat’ sentē‘sente’ biah-biah ‘eceng gondok’ kangkung ‘kangkung’
banyak kecil
Leksikon nektek merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, TWO, dan
MANY/MUCH,
dimaknai “memotong dengan gerakan
berulang-ulang” yang didalam aktivitasnya diperlukan alat berupa pisau tajam dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas yang dikenai tindakan. Adapun pemetaan eksponen nektek adalah “Seorang X nektek sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z, dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, hasil tergantung sifat entitas (dua / beberapa bagian terpisah bila entitas keras, banyak potongan kecil-kecil bila entitas tidak terlalu keras). Pemetaan subeksponen verba nektek,yakni “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi dapat dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi bisa duduk, jongkok, atau berdiri). Y menjadi dua, potongan terpisah (entitas keras) Y menjadi banyak potongan kecil-kecil (entitas tidak keras) X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nektek memiliki komponen makna sebagai berikut.
87
Entitas
Alat Gerakan Tangan
- pohon - kayu - bambu - umbi - potongan daun - tulang
- pisau tajam - blakas - madik
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Tangan kiri bisa tidak memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan naikturun
Hasil Jumlah Gerakan berulang ulang
-dua potongan terpisah -banyak potongan kecil-kecil
Catatan: verba ini memungkinkan penggunaan 3 alatyang berbeda yaitu bisa dengan pisau tajam, blakas, atau madik
2)cahcah, nyahcah 4-23
Nini nyahcah bungkil kladi lakar maman cēlēng-ē Nenek PREF-potongumbi talas untuk makanan babi-DEF ‘Nenek memotong umbi talas untuk makanan babi itu’ (Sukawati, Gianyar)
Verba nyahcah pada kalimat di atas secara semantis berkemampuan untuk mengikat dua argumen. Adapun argumen yang dimaksud adalah nini ‘nenek’ sebagai agen dan bungkil kladi ‘umbi talas’ sebagai pasien. Nyahcah berkolokasi dengan entitas tak bernyawa berupa umbi-umbian yang akan digunakan sebagai bahan makanan ternak babi atau sapi. Adapun jenis umbi-umbian yang dimaksud adalah ketela pohon, ketela rambat, dan umbi talas. Aktivitas nyahcah memiliki makna memotong entitas secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil berupa potongan-potongan kecil, memerlukan alat berupa pisau tajam dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi duduk, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas yang diperlakukan. Adapun pemetaan
88
eksponen nyahcah adalah “seorang X nyahcah sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi duduk, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil entitas berupa potongan-potongan kecil sehingga Y menjadi banyak potongan yang terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi” dapat dieksplikasi sebagai berikut.
Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam, blakas) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi duduk atau jongkok) Y menjadi banyak potongan kecil terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nyahcah memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
Cara Gerakan Tangan Arah Gerakan
-ketela -pisau -Tangan kanan -singkong tajam memegang alat -umbi talas -blakas -Tangan kiri tidak memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
naikturun
Hasil Jumlah Gerakan berulang – ulang
-banyak potongan kecil-kecil
Catatan: Alat yang digunakan bisa pisau tajam atau blakas
3) rajang, ngrajang 4-24
Mēmē-n-nēitehngrajang kebasa di paon sing ngeh tekēn ada anak teka Ibu-POSS-dia asyik PREF-potong bumbu di dapur tidak tau dengan ada orang datang
89
‘Ibunya asyik memotong bumbu di dapur sampai tidak tahu ada orang yang datang’ (Abiansemal, Badung) Secara semantis, verba ngrajang pada kalimat di atas bervalensi dua argumen yakni mēmēnnē‘ibunya’ sebagai agen dan kebasa ‘bumbu-bumbuan’ sebagai pasien. Verba ini khusus hanya berkolokasi dengan entitas kebasa ‘bumbu-bumbu’ karena secara inheren ngrajang memang merupakan aktivitas yang diperuntukkan memotong-motong bumbu sehingga menjadi bentuk yang halus. Dengan demikian, aktivitas ngrajang tidak cocok apabila dikenai pada entitas yang lainnya. Ngrajang
merupakan leksikon VMBB yang merepresentasikan makna asali
WANT, SOMETHING, PART, dan MANY/MUCH. Aktivitas ini dilakukan untuk mendapatkan potongan-potongan halus atau sangat kecil dengan jumlah yang tidak terhitung. Pada dasarnya, ngrajang berkolokasi dengan entitas kebasa ‘bumbu-bumbuan’ sehingga meskipun pasien, yakni entitas yang dikenai tidak muncul dalam satuan kalimat,
namun ngrajang sudah memiliki makna
‘memotong dan menghaluskan bumbu-bumbuan’ tersebut. Sebagai contoh yakni kalimat di bawah ini. 4-25Dueg ia ngrajang, jaen pegaē-n-nē Pandai dia PREF-potong, enak buatan-POSS-DEF ‘Pandai dia memotong dan menghaluskan bumbu-bumbuan, enak hasil buatannya’ (Sukawati, Gianyar) Kalimat di atas memiliki verba ngrajang yang dapat dimaknai dengan ‘memotong dan menghaluskan bumbu’ sehingga dapat digambarkan sebagai berikut: ngrajang
90
‘memotongmenghaluskanbumbu-bumbuan’ Verba ngrajang dapat dimaknai ‘membuat potongan-potongan yang halus’. Halus dalam arti di sini adalah ukuran potongan yang sangat kecil sehingga dianggap berbentuk halus. Untuk dapat membuktikannya, disajikan data sebagai berikut. 4-26
Kuah bēsiap-ēisinin jepbasa rajang kuah daging ayam-DEF diisi K.fatis bumbu rajang ‘Kuah daging ayam itu tolong diisi bumbu yang dipotong halus’ (Abiansemal, Badung Intf.) Aktivitas ngrajang merupakan tindakan bermakna ‘memotong’ yang memiliki beberapa tahap di dalam implementasinya. Pertama-tama, bumbubumbuan yang biasanya dijadikan campuran, antara lainbawang merah, bawang putih, cabai, daun serai, kunyit, jahe, kencur, diiris-iris tipis dengan cara ngueb / ngaeb, kemudian irisan tipis tersebut kembali diiris menjadi potongan yang lebih kecil lagi. Setelah ukuran entitas tidak memungkinkan untuk diiris lagi, barulah potongan-potongan kecil tersebut dipotong dengan gerakan berulang-ulang tektek sehingga menjadi halus. Dengan demikian, pemetaan verba ini adalah: ngrajang =
ueb/aeb
tektek
Dari pemetaan di atas, dapat dijelaskan bahwa aktivitas ngrajang memiliki makna beberapa tindakan memotong yang berbeda yang dilakukan ketika aktivitas
ngrajang
tersebut
berlangsung.Ngrajang
merupakan
aktivitas
“memotong” yang memerlukan alat berupa pisau tajam, biasanya blakas dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Hal ini tidak dapat dilakukan dengan alat lain, seperti silet, kapak, dan kandik. Adapun pemetaan eksponen verba tersebut adalah “Seorang X ngrajang sesuatu Y dengan
91
mengunakan alat Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas yang berbentuk sangat kecil atau potonganpotongan halus sehingga Y menjadi banyak bagian yang terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”, dan dapat dieksplikasi sebagai berikut.
Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam atau blakas) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, langsung) X menjadi banyak potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngrajang komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
bumbu- blakas bumbu dapur
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri tidak Memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan naik-turun
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
banyak potongan kecil / halus
3. Fitur Semantik Leksikon
Entitas Hasil Diharapkan Tdk diharapkan kayu/ pohon bumbu daging buah dua banyak umbi
92
ngetep / motong nektek nyahcah ngrajang
+ + -
+ + + +
+ + + -
+ + -
+ + + +
± + -
4.1.2.2 VMBB dengan Tipe Cara Mengupas 1. Realisasi Leksikal VMBB di dalam aktivitas yang disebutkan oleh verbanya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dimaksud adalah dengan cara mengupas. VMBB yang dilakukan dengan cara ini secara leksikal dapat direalisasikan sebagai leksikon ngulis, ngelasin, dan melut. Ketiganya memiliki kemiripan makna, tetapi perbedaannya lebih besar lagi apa bila dibandingkan dengan kemiripan tersebut. Untuk dapat mengetahui gambaran tentang ketiga leksikon verba tersebut, dijelaskan mengenai strukturnya sebagai berikut. 2. Struktur VMBB dengan Tipe Cara Mengupas 1)kulis, ngulis 4-27
Sinoman-ēngulisbēcēlēng-ē Petugas piket-DEFPREF-potong daging babi-DEF ‘Petugas piket itu memotong daging babi’ (Sidemen, Karangasem)
Secara semantis, verba ngulis pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni sinomanē‘juru piket itu’ sebagai agen dan bē
93
cēlēngē‘daging babi itu’ sebagai pasien. Ngulis berkolokasi dengan entitas yang berupa hewan dan dikenai kepada entitas setelah entitas tersebut disembelih. Bagian entitas yang dikenai tindakan ngulis adalah kulit, dilakukan dengan cara mengupas dan memisahkan bagian kulit dengan bagian daging entitas. Dengan kata lain, ngulis memiliki makna inheren memotong dengan cara yang mirip dengan mengupas. Adapun entitas yang dapat dikenai tindakan ngulis adalah hewan yang telah disembelih guna keperluan tertentu. Aktivitas ini juga dapat memberlakukan semua entitas yang memiliki kulit termasuk manusia. Meskipun demikian, hubungan antara ngulis dan entitas, bisa dianggap berterima apabila entitas yang diberlakukan adalah hewan yang telah disembelih untuk dimanfaatkan daging dan kulitnya dengan cara yang berbeda. Data berikut ini disajikan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. ngulis cēlēng ngulis lelipi ngulis bē cēlēng ngulis bē kambing ngulis bē sampi ngulis bē siap
‘memotong babi’ ‘memotong ular’ ‘memotong daging babi’ ‘memotong daging kambing’ ‘memotong daging sapi’ ‘memotong daging ayam’
Ngulis (1) memiliki makna ‘memotong dan mengupas’ kulit hewan sembelihan sesuai dengan contoh data di atas. Ngulis cēlēngmemiliki makna ‘mengupas bagian kulit babi’ yang telah disembelih tetapi masih dalam keadaan utuh, kulit yang dikupas termasuk dengan daging atau lemak yang menempel padanya sehingga ada sedikit sisa daging yang menempel pada tulangnya. Demikian juga dengan ngulis lelipi memiliki makna ‘mengupas bagian kulit ular’ untuk dimanfaatkan kulitnya.
94
Ngulis (2) memiliki makna memotong dan memisahkan bagian daging yang menempel pada tulang. Seperti halnya data ngulis bēcēlēng‘memotong daging babi’, ngulis bē kambing ‘memotong daging kambing’, ngulis be sampi ‘memotong daging sapi’, dan ngulis bē siap ‘memotong daging ayam’. Ketika hewan yang telah disembelih dipotong menjadi beberapa bagian, kemudian jika diperlukan, dagingnya dipotong dengan cara ngulis bertujuan memisahkan bagian daging dengan tulangnya karena bagian tulang dianggap kurang berguna. Aktivitas ngulis bermakna ‘memotong dan memisahkan bagian kulit dengan bagian daging’ atau ‘memotong dan memisahkan bagian daging dengan bagian tulang’ sehingga merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY. Aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan alat berupa pisau tajam, gerakan berulang-ulang, posisi duduk atau jongkok, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil entitas, baik berupa potongan kulit maupun daging. Adapun pemetaan eksponennya adalah “seseorang X ngulis sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi duduk atau jongkok, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil entitas, baik berupa potongan kulit maupun daging”. Pemetaan subeksponennya, yakni “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi. Berikut eksplikasinya. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaann terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi duduk atau jongkok) Y menjadi beberapa bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngulis memiliki komponen makna sebagai berikut.
95
Entitas
Alat Gerakan Tangan
-kulit hewan
pisau tajam
-daging hewan
-Tangan kanan memegang alat
Cara Arah Gerakan turun
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
-Tangan kiri memegang entitas
-beberapa potongan daging terpisah dengan tulang
-Mengarahkan alat ke entitas
2) kelas, ngelasang / ngelasin 4-28 Mēmēngelasang panak-nēapel Ibu PREF-kupas-SUFanak-POSS ‘Ibu mengupaskan anaknya apel’ (Bajra, Tabanan)
-beberapa potongan kulit terpisah dengan daging
apel
Verba ngelasangpada kalimat di atas secara semantis dapat mengikat tiga argumen.
Adapun
argumen
tersebut,
yakni
mēmē‘ibu’
sebagai
agen,
panaknē‘anaknya’ sebagai receiver / penerima, dan apel ‘apel’ sebagai pasien. Aktivitas ngelasin secara alamiah berkolokasi dengan entitas tak bernyawa seperti buah-buahan yang memiliki bagian kulit yang hanya dapat dikupas dengan bantuan alat (bedakan dengan pelut, melut pada realisasi leksikal berikutnya). Entitas-entitas tersebut,misalnya apel, mangga, pepaya, kedondong, dan sebagainya. Entitas lain bisa juga berupa umbi-umbian, seperti ketela pohon, ketela rambat, bengkoang, kentang, serta bahan bumbu, seperti bawang merah dan bawang putih yang akan dikupas bagian kulitnya.
96
Verba dasar kelas akan memiliki valensi dua argumen apabila bentuk turunannya adalah ngelasin. Ngelasin merupakan aktivitas memotong yang bermakna ‘mengupas bagian kulit entitas’ memerlukan alat berupa pisau tajam, dengan gerakan terarah, berulang-ulang bisa juga gerakan memutar, penuh kehatihatian, langsung dengan hasil entitas berupa potongan tanpa kulit luar. Dengan demikian, ngelasang atau ngelasin merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, ONE (separated), dan MANY/MUCH. Adapun pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ngelasin sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang atau memutar, penuh kehatihatian, Y menjadi satu potongan utuh,tetapi hanya terkupas di bagian kulit.Y menghasilkan banyak potongan kulit. Pemetaan subeksponennya adalah “X ngelasin Y, sesuatu yang baik terjadi, dapat dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah berulang-ulang atau memutar, penuh kehati-hatian) Y menjadi dua bagian terpisah (kulit terpisah dengan daging) Y menghasilkan banyak potongan kulit X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngelasin memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
buahpisau buahan tajam
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang
Cara Arah Gerakan
Jumlah Gerakan
Hasil Diinginkan Tak diinginkan
dari berulang- satu belakang ulang potongan ke depan buah tanpa kulit
banyak potongan kulit berbentuk tipis-tipis
97
entitas -mengarahkan alat ke entitas
3)pelut, melut 4-29
Adi-n-nēmelutbiu abulih Adik-POSS-diaPREF-kupas pisang sebatang ‘Adiknya mengupas sebatang pisang’ (Petang, Badung)
Verba melut dianggap sebagai salah satu representasi leksikal VMBB karena secara semantis mengakibatkan entitas terbagi menjadi dua atau beberapa bagian terpisah, seperti yang telah dipaparkan pada konsep “verba memotong”. Verba melut pada data di atas bervalensi dua, yakni mampu mengikat dua argumen. Adapun argumen yang dimaksud adalah adinnē‘adiknya’ sebagai agen dan biu ‘pisang’ sebagai pasien. Kolokasi dari verba ini pada umumnya adalah benda tidak bernyawa, yakni jenis buah-buahan yang memiliki bagian kulit yang dapat dikupas dengan tangan telanjang (bandingkan dengan verba ngelasin pada penjelasan sebelumnya). Sebagai contoh lain, data berikut merupakan entitas dengan karakteristik yang sama dalam hal kulitnya dapat dikupas tanpa menggunakan alat, maknanya berterima sebagai entitas verba melut. melut biu melut sumaga melut salak melut jrungga
‘mengupas kulit pisang’ ‘mengupas kulit jeruk’ ‘mengupas kulit salak’ ‘mengupas kulit jeruk Bali’
Verba melut merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, ONE (separated) dan MUCH, bermakna ‘mengupas bagian kulit entitas’ serta tidak memerlukan alat apapun, cukup dengan tangan telanjang. Aktivitas ini dilakukan
98
dengan gerakan terarah, berulang-ulang, langsung pada entitas yang diberlakukan. Adapun pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X melut sesuatu Y dengan menggunakan tangan telanjang, gerakan terarah berulang-ulang, langsung dengan hasil berupa satu potongan buah dengan potongan kulit yang terpisah. Y tetap dalam wujud satu potongan utuh. Pemetaan subeskponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi. Berikut ini eksplikasinya. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa menggunakan alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang) Y menjadi dua bagian terpisah (daging terpisah dengan kulit) X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba melut memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
buahtangan buahan kosong
-Tangan kiri memegang entitas -Tangan kanan mengupas kulit entitas
Cara Arah Gerakan dari atas ke bawah
Hasil Diinginkan Tak diinginkan
Jumlah Gerakan berulangulang
potongan buah tanpa kulit
potongan kulit berbentuk tipis
3. Fitur Semantik Leksikon
ngetep / motong ngulis ngelasin
Entitas Hewan Buah Tidak + + + +
Penggunaan Instrumen Hasil Dengan Alat Tanpa Alat Diharapkan + + +
+ -
+ + +
± +
99
melut
-
+
-
+
+
+
4.1.2.3 VMBB dengan Tipe “Menggigit” 1. Realisasi Leksikal Suatu makna kata bersifat kompleks. Makna kata bisa berbeda tergantung bagaimana cara pandang kita terhadap penggunaan kata tersebut. Seperti halnya VMBB dengan tipe “menggigit”, yang secara leksikal dapat direalisasikan sebagai nyegut, ngakes, dan makpak. Pada dasarnya ketiga leksikon ini memiliki makna ‘menggigit’.
Namun, pada suatu keadaan
tertentu,
terkadang tindakan
“memotong” suatu entitas tidak dapat dilakukan, baik dengan alat pemotong tertentu maupun dengan tangan kosong sekalipun. Ada suatu cara dimana “memotong” suatu entitas bisa dilakukan dengan ‘menggigit’. Dengan demikian, pada kesempatan ini beberapa butir leksikon yang bermakna ‘menggigit’ diikutsertakan
sebagai
leksikon
dengan
makna
“memotong”
karena
signifikansinya di dalam aktivitas “memotong” dalam kehidupan sehari-hari. Adapun leksikon lain yang juga memiliki makna ‘menggigit’, seperti nyotot, ngutil, ngilag, nyaplok, dll. tidak dimasukkan pada analisis ini karena butir-butir leksikon tersebut tidak memiliki signifikansi terhadap aktivitas “memotong” pada topik kali ini.
2. Struktur VMBB dengan Tipe “Menggigit” 1) nyegut, ngakes 4-30
I Jayanyegutpemanisan-nē dadianga dadua ART Nama PREF-gigit permen-DEF dijadikan dua ‘I Jaya menggigit permen-itu dijadikan dua’
100
(Denpasar) 4-31
Aluh baana I Ekangakestali-n layangan ento nganti pegat Mudah oleh ART namaPREF-gigit tali-POSS layangan itu sampai putus ‘Dengan mudah I Eka menggigit tali layangan itu sampai putus’ (Abang, Karangasem)
Verba nyegut pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen yakni I Jaya sebagai agen dan pemanisannē‘permennya’ sebagai pasien. Aktivitas nyegut apabila dikaitkan dengan signifikansinya di dalam tindakan “memotong” pada umumnya berkolokasi dengan makanan, seperti buah-buahan, permen, kue, dan lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan terhadap entitas, baik yang bersifat agak keras maupun lunak. Verba nyegut merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE apabila tindakan yang dilakukan tidak menyebabkan entitas terpisah menjadi dua atau beberapa bagian. Hal tersebut disebabkan karena
tindakan
nyegut yang dilakukan belum tentu bisa menjadikan entitas terbagi menjadi dua bagian terpisah. Adapun sebab dari kegagalan pencapaian hasil tindakan tersebut pada umumnya adalah sifat entitas yang relatif “keras”. Meskipun demikian, hasil yang diharapkan dari tindakan nyegut memungkinkan untuk tetap tercapai apabila tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang terhadap entitas. Dengan kata lain, aktivitas nyegut akan terus dilakukan hingga entitas mengalami perubahan fisik sesuai dengan yang diharapkan agen. Nyegut juga bisa merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO, apabila tindakan yang dilakukan mengimplikasikan terjadinya perubahan fisik pada undergoer menjadi dua bagian terpisah. Dengan demikian, apabila tindakan nyegut berhasil menyebabkan entitas mengalami perubahan fisik
101
dari satu bagian utuh menjadi dua bagian terpisah, maka verba nyegut ini dapat digolongkan sebagai salah satu leksikon VMBB karena implikasinya tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan agen. Adapun alat yang digunakan ketika melakukan aktivitas nyegutadalah gigi depan atau gigi seri agen yang melakukan tindakan dengan gerakan mengarahkan entitas ke mulut, menjepit entitas hingga putus dengan gigi. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X nyegut sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah penuh kehati-hatian, dengan hasil entitas berupa potongan terbagi menjadi dua bagian terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”, atau “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang buruk terjadi”. Verba ngakes pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen yakni I Eka sebagai agen dan talin layangan ‘tali layangan’ sebagai pasien. Aktivitas ngakes memiliki makna hampir sama dengan nyegut. Hanya saja, nyegut dapat dilakukan terhadap entitas, baik yang bersifat agak keras (renyah) maupun lunak, tetapi ngakes hanya bisa dilakukan terhadap entitas yang bersifat lunak seperti tali. Tipe gerakan yang dilakukan sama dengan nyegut. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ngakes sesuatu Y dengan menggunakan gigi Z dengan gerakan terarah penuh kehati-hatian, dengan hasil entitas berupa potongan terbagi dua). Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Verba nyegut dan ngakes dapat dieksplikasi sebagai berikut. Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y
102
X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (gigi depan) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (menggigit) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nyegut dan ngakes memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
makanan gigi tali seri karet
-Tangan kanan memegang entitas -Mengarahkan entitas ke alat
Cara Arah Gerakan -terarah ke belakang -menggigit
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
dua bagian terpisah
2) makpak 4-32
Iamakpak nasi-nēlaut pakajengina pianak-nē Dia PREF-kunyah nasi-DEF lalu disuapinya anak-POSS ‘Dia mengunyah nasi itu lalu disuapi kepada anaknya’ (Blahbatuh, Gianyar)
Verba makpak pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni ia ‘dia’ sebagai agen dan nasinē‘nasi itu’ sebagai pasien. makpak memiliki
makna
‘mengunyah’
yang
dilakukan
dengan
gigi
geraham.
Signifikansinya dengan tindakan “memotong” adalah dapat menyebabkan entitas menjadi banyak potongan kecil atau halus. Gerakan yang dilakukan adalah mengarahkan entitas ke mulut, kemudian mengunyahnya hingga menjadi
103
potongan-potongan kecil atau halus, sehingga merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY/MUCH. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X makpak sesuatu Y dengan menggunakan gigi geraham Z dengan gerakan terarah penuh kehati-hatian, dengan hasil entitas berupa potongan kecil-kecil atau halus. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”, dengan eksplikasi sebagai berikut.
Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (gigi geraham) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (mengunyah) Y menjadi banyak potongan kecil atau halus X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba makpak memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
Cara Arah Gerakan
Gerakan Tangan makanan gigi -Tangan kanan geraham memegang entitas -Mengarahkan entitas ke alat
-terarah ke belakang -mengunyah
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
banyak potonganpotongan kecil / halus
3. Fitur Semantik Leksikon
nyegut ngakes makpak
Alat Gigi Depan Geraham + + -
Entitas Gigi Renyah Lunak +
+ +
+ + +
Hasil Potongan 2 Halus + + -
+ +
104
4.1.2.4 VMBB dengan Pola Cara, Pola Gerakan, dan Pola Potongan Unik 1. Realisasi Leksikal VMBB mengandung banyak kekayaan makna yang sangat unik di dalamnya. Makna inheren yang terkandung dalam tiap-tiap leksikon verba mampu memberikan perbedaan yang signifikan antara leksikon yang satu dan yang lainnya. Makna pada tiap-tiap leksikon tersebut sangat unik apabila ditinjau dari segi pola cara dan pola gerakan yang dilakukan, serta pola potongan yang dihasilkannya. Adapun verba-verba tersebut, yakni nēmos, nyekah, nglēslēs / nglēklēs, nganggēt, dan nyluhsuh. Kelima leksikon verba tersebut dibahas pada bagian struktur berikut ini.
2. Struktur 1) tēmos, nēmos 4-33
Dēwa Aji nēmossēsēh-ēsatondēn akita Nama PREF-potongkayu-DEFsebelum dirakit ‘Dewa Aji memotong miring kayu itu sebelum dirakit’ (Abiansemal, Badung)
Verba nēmospada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni Dēwa Aji ‘Dewa Aji’ sebagai agen dan sēsēhē‘kayu’ sebagai pasien. Nēmosmemiliki komponen makna ‘memotong secara miring / diagonal’. Adapun entitas yang berkolokasi dengan verba ini biasanya berupa kayu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan atau rumah khususnya sebagai bagian kerangka penyangga atap bangunan. Selain itu, aktivitas nēmosjuga sering
105
dilakukan ketika seseorang sedang dalam proses membuat kusen, baik untuk pintu maupun jendela. Berikut ini gambar ilustrasi tindakan nēmos:
sebuah kayu (di-tēmos)
menjadi ini
atau bisa ini
dengan tujuan agar menjadi
Verbanēmosmerepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (separated). Aktivitas ini dimaknai ‘memotong entitas secara diagonal’, memerlukan sarana berupa alat pemotong tajam yang tergolong besar seperti blakas, kapak, regaji ‘gergaji’,paet ‘pahat’, dan palu. Gerakan yang dilakukan adalah gerakan terarah, berulang-ulang, posisi duduk, penuh kehati-hatian mengarah pada bagian entitas. Adapun pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X nēmossesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi duduk, penuh kehati-hatian, dengan hasil entitas berupa potongan berbentuk diagonal, dan serpihan yang tidak berguna (upil kayu). Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Eksplikasi dari verba nēmossebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (blakas, kapak, paet) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, potongan miring, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi duduk) Y menjadi satu bagian terpotong miring
106
Y menghasilkan potongan terpisah (upil) X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nēmosmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entita s
Alat
Cara Gerakan Tangan
-kayu -bam bu
-blakas -kapak -pahat -gergaji
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Hasil
Arah Jumlah Gerakan Gerakan
diinginkan
naikturun (berpola miring)
-potongan potongan miring kecilkecil (upil)
berulang -ulang
tak diingink an
Catatan: Alat yang digunakan bisa blakas, kapak, pahat, maupun gergaji
2)cekah, nyekah 4-34
Dagang-ēnyekahkedondong lakar rujak-ē Pedagang-DEFmemotong kedondong bahan rujak-DEF ‘Pedagang itu memotong kedondong yang akan digunakan membuat
rujak’ (Petang, Badung) Verba nyekah pada kalimat di atas dapat mengikat dua argumen, yakni dagangē‘pedagang itu’ sebagai agen dan kedondong ‘kedondong’ sebagai pasien. Aktivitas nyekah biasanya dilakukan pada saat seseorang sedang membuat rujak.Entitas yang dijadikan sasaran tindakan ini adalah buah-buahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan-bahan rujak, seperti kedondong ‘kedondong’, bangkuang ‘bengkoang’, apel ‘apel’, dan poh semental ‘mangga setengah matang’ atau bisa juga mangga yang masih mentah. Karakteristik entitas yang
107
dapat dikenai tindakan ini adalah bersifat keras seperti yang disebutkan di atas dan tidak bisa dikolokasikan terhadap entitas yang bersifat lunak seperti yang terdaftar di bawah ini. *nyekah sumaga *nyekah gedang nasak *nyekah poh nasak *nyekah semangka *nyekah silik
‘memotong jeruk’ ‘memotong pepaya masak’ ‘memotong mangga masak’ ‘memotong semangka’ ‘memotong sirsak’
Bentuk-bentuk di atas dianggap tidak berterima karena pengaruh makna inheren verba nyekah yang secara alami menghendaki entitas berupa benda-benda yang tergolong renyah dan relatif keras seperti buah-buahan yang telah disebutkan di atas.Sebaliknya, tindakan ini dilakukan bukan terhadap buah-buahan yang terdapat pada bentuk-bentuk yang diberi tanda asteris. Cara memotong yang unik yang terkandung di dalam leksikon nyekah memang menghendaki entitas yang tidak lunak. Verba ini merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY. Leksikon ini bermakna ‘memotongdengan mengiris atau memasukkan bagian alat ke bagian entitas kemudian membelokkan tangkai alat ke kiri atau ke kanan ketika di dalam entitas’ sehingga bagian entitas yang dikenai tindakan mengalami patahan yang disebut cekahan ‘hasil potongan nyekah’. Bagian entitas yang terpotong ukuranya jauh lebih kecil daripada ukuran entitas induknya sehingga bagian lain entitas yang belum terpisah dikenai tindakan lagi secara berulang agar seluruh bagiannya terpotong habis. Aktivitas nyekah dilakukan dengan menggunakan pisau tajam dengan gerakan terarah, berbelok, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung pada
108
entitas. Adapun pemetaan eksponen nyekah adalah “Seseorang X nyekah sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah kemudian membelok, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berbentuk potongan-potongan kecil, Y menjadi beberapa potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Berikut eksplikasinya.
Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah lalu membelok, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung) Y menjadi beberapa potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nyekah memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
buahbuahan
pisau tajam
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan
-terarah ke bawah -mematahkan ke samping
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
3). lēslēs / lēklēs, nglēslēs / nglēklēs 4-35
Bapa-n-nē
kari nglēklēs / lēslēs saang di teba
potonganpotongan kecil
109
Ayah-POSS-dia masih PREF-potong kayu bakar di belakang ‘Ayahnya masih memotong kayu bakar di belakang rumah’ (Abiansemal, Badung) Leksikon lēslēs pada beberapa tempat sering juga disebut dengan lekles. Dengan demikian, lēslēs memiliki variasi lain yakni lēklēs, yang dalam ilmu dialektologi sering disebut sebagai istilah “beda wicara”. Perbedaan kedua variasi itu tidak menunjukkan adanya perbedaan makna yang terkandung di dalamnya. Perihal sebab-sebab adanya variasi tersebut pada bagian ini dikesampingkan mengingat bahwa pokok permasalahan yang digarap adalah ranah semantik. Leksikon nglēslēs / nglēklēspada data di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni bapannē‘ayahnya’ sebagai agen dan saang ‘kayu bakar’ sebagai pasien. Verba nglēslēs / nglēklēsbiasanya berkolokasi dengan entitas yang berbentuk batangan, seperti bambu dan kayu. Adapun entitas tersebut dikenai tindakan nglēklēs / lēslēsdengan tujuan memotong dan menghilangkan buku-buku dan ranting kecil yang terdapat pada bambu atau memotong cabang dan ranting yang terdapat pada kayu bakar agar entitas memiliki bentuk yang halus atau tanpa cabang batang dan ranting. Aktivitas nglēslēs / nglēklēsjuga dapat dilakukan terhadap entitas berupa dahan pohon kelapa yang masih memiliki daunnya, baik daun yang sudah tua maupun daun yang sudah kering. Hal ini dilakukan untuk memeroleh kumpulan daun kelapa yang akan digunakan untuk suatu kepentingan. Apabila daun kelapanya sudah kering, bisa juga dimanfaatkan sebagai kayu bakar, baik itu daun maupun dahan atau pelepahnya yang sudah dipotong. Perhatikan juga data di bawah ini. 4-35 b nglēslēs / nglēklēs tiing‘memotong bambu’ 4-35 c nglēslēs / nglēklēs slepan‘memotong daun kelapa (tua)’
110
4-35 d nglēslēs / nglēklēs danyuh ‘memotong daun kelapa (kering)’ Nglēslēs / nglēklēsmerepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (separated), dimaknai ‘memotong menjadi halus atau licin’, dilakukan dengan alat berupa pisau tajam, baik madik, blakas, maupun arit, dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi berdiri, penuh kehati-hatian. Hasil yang diharapkan dari tindakan nglēslēs / nglēklēsadalah batangan yang halus tanpa ranting dan buku-buku seperti pada data (4-32 a) dan data (4-32 b), serta potongan daun kelapa yang terlepas dari dahannya seperti pada data (4-32 c) dan (4-32 d). Pemetaan eksponen verba nglēklēs / lēslēsadalah “Seseorang X nglēklēs / lēslēssesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi berdiri penuh kehati-hatian dengan menghasilkan entitas berupa banyak potongan daun kelapa yang terpisah dari dahannya sehingga dahannya menjadi rata, serta potongan bebentuk batangan yang lurus rata / halus. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi. Berikut ini eksplikasinya. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam seperti blakas, madik, arit) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi berdiri langsung) Y menjadi beberapa potongan terpisah (batangan rata dan atau beberapa potongan terpisah) X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nglēslēs / nglēklēsmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
Cara Gerakan
Arah
Hasil Jumlah Diinginkan Tak
111
Tangan -potongan bambu -potongan kayu bakar -pelepah kelapa
-pisau tajam -blakas -madik
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Gerakan
Gerakan
naikturun
berulang -ulang
diinginkan -batangan lurus rata -potongan daun terpisah dengan batang
potonganpotongan tipis agak panjang bila entitasnya kayu dan bambu
Catatan: Alat yang digunakan bisa pisau tajam, blakas, maupun madik 4). anggēt, nganggēt 4-36
Pengayah-ē sedeng nganggētdon bringin Pembantu-DEF sedangPREF-potong daun beringin ‘Pembantu itu sedang memotong daun beringin’ (Kaba-Kaba Tabanan)
Verba nganggētpada kalimat di atas memiliki dua valensi, yakni pengayahē‘pembantu itu’ sebagai agen dan don bringin ‘daun beringin’ sebagai pasien. Aktivitas nganggētsecara semantis berkolokasi dengan entitas yang berada cukup jauh di atas agen. Orang tidak bisa nganggētpisang atau daun hanya dengan pisau. Pisau itu harus diikatkan pada ujung galah yang panjang karena lokasi Y berada di atas, relatif agak tinggi dari X sehingga komponennya dipetakan seperti “Y berada jauh dari X” (Sudipa, 2005: 292). Hal inilah yang membuat verba nganggētmerupakan leksikon VMBB yang tergolong unik. Aktivitas nganggētdimaknai ‘memotong entitas yang berada di atas agen’, baik letaknya jauh maupun dekat, dengan menggunakan alat berupa
pisau yang
diikatkan pada ujung galah yang bertujuan untuk memotong entitas yang letaknyajauh di atas agen.Di samping itu bisa juga menggunakan sabit jika letak
112
entitas tidak terlalu jauh di atas. Sudipa (2005:292) mengatakan bahwa arit ‘sabit’ yang memiliki tangkai yang relatif panjang mampu memotong objek yang berada jauh atau lebih tinggi daripada kedudukan X. Nganggētadalah tindakan memotong entitas yang posisinya berada di atas agen, dilakukan dengan gerakan terarah, sekali gerakan apabila entitas tidak terlalu keras, dan gerakan berulang apabila entitas kuat dan tidak bisa terpotong hanya dengan sekali gerakan. Posisi berdiri dilakukan, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Adapun pemetaan eksponen dari nganggētadalah “Seseorang X nganggētsesuatu Y dengan menggunakan alat Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, posisi berdiri di bawah entitas langsung dengan hasil berupa potongan entitas. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatuY”, sesuatu yang baik terjadi. Dengan demikian, nganggētmerepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Eksplikasi verba nganggētadalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (sabit dan atau pisau yang diikat pada ujung galah) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, posisi berdiri di bawah entitas) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nganggētmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-buah -daun
-pisau -Tangan diikatkan kanan / kedua
Cara Arah Gerakan ke atas lalu turun
Hasil Jumlah Gerakan tunggal, bisa
potongan terpisah
113
-dahan
pada galah -sabit
tangan memegang alat -Mengarahkan alat ke entitas
berulang
Catatan: Alat yang digunakan bisa pisau yang diikatkan pada ujung galah, bisa juga sabit
5)sluhsuh, nyluhsuh 4-37
Pan Iluh nyluhsuh basang siap-ē NamaPREF-potong usus ayam-DEF ‘Pak Iluh memotong usus ayam itu’ (Grokgak, Buleleng)
Verba nyluhsuh pada kalimat di atas merupakan verba yang bervalensi dua. Adapun argumen yang diikat pada kalimat di atas adalah Pan Iluh ‘Pak Iluh’ sebagai agen dan basang siape ‘usus ayam itu’ sebagai pasien. Secara semantis, verba nyluhsuh berkolokasi dengan usus hewan sebagai entitasnya. Namun, nyluhsuh dianggap memiliki keunikan bukan dari hal tersebut. Adanya keunikan tersebut karena cara memotong yang dilakukan terhadap entitas. Seseorang nyluhsuh usus binatang ketika selesai menyembelih binatang tersebut kemudian hendak menggunakan ususnya untuk suatu kepentingan. Aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan alat berupa bambu iris tajam ‘ngaad’ dengan gerakan memegang bagian ngaad pada tangan kanan, sedangkan tangan kiri memegang entitas. Bagian runcing dan tajam ngaad dimasukkan ke lubang yang terdapat pada salah satu ujung usus, kemudian dengan perlahan usus diiris dengan ngaad mulai dari lubang pada ujung yang satu, ditarik hingga sampai ke lubang pada ujung lainnya. Aktivitas ini diumpamakan dengan membelah sebuah kaleng yang berbentuk silinder sehingga tampak simetri
114
lipatnya. Dengan demikian, akan sangat mudah untuk membersihkan isi atau lendir yang terdapat di dalam usus karena tidak diperlukan. Nyluhsuh merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (unseparated). Maknanya adalah “memotong usus hewan”. Gerakan mengiris berulang-ulang dilakukan terhadap entitas karena bentuk dan ukuran entitas yang memanjang dan tidak dapat dipotong dengan sekali gerakan. Dengan demikian, disimpulkan bahwa gerakan yang dilakukan adalah gerakan berulangulang, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Pemetaan subeksponennya adalah “Seseorang nyluhsuh sesuatu Y dengan menggunakan ngaad Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas berbentuk potongan usus yang terbelah. Adapun pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”, dengan eksplikasinya sebagai berikut. Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (ngaad) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi duduk) Y menjadi satu potongan terbelah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nyluhsuhmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entit as
Alat
Cara Gerakan Tangan
usus -pisau hew kecil an -ngaad
Arah Gerakan
-Tangan kanan Turun memegang alat -Tangan kiri memegang
Hasil Jumlah Gerakan
Diinginkan
Tak diinginkan
berulang
potongan terbuka
lendirlendir / kotoran pada usus
115
entitas -Mengarahkan alat ke entitas
3. Fitur Semantik Leksikon
Entitas Kayu bambu buah daun usus ngetep / + + + + motong + nēmos + + nyekah + nglēslēs / + + nglēklēs nganggēt + + nyluhsuh +
Pola Gerakan Sejajar Diagonal
Hasil DiharapkanTidak
+
+
+
±
+ +
+ -
+ + +
+ + +
+ +
-
+ +
-
4.1.3 VMBB dengan Ciri Kemiripan Hasil 4.1.3.1 VMBB dengan Tipe Membagi Dua 1. Realisasi Leksikal Verba “memotong” dapat ditinjau dari segi ciri hasil yang didapat atau diharapkan agen ketika melakukan tindakan sesuai dengan verbanya. Pada dasarnya tindakan memotong dilakukan untuk mengubah suatu wujud dan jumlah
116
entitas menjadi berbeda dari sebelumnya. Demikian juga VMBB, dapat ditinjau dari segi ciri-ciri hasil yang diinginkan oleh agen, meliputi hasil dari satu menjadi dua bagian. Tinjauan dari segi ini dapat direalisasikan menjadi beberapa leksikon VMBB, yakni nebih, nugel, nyibak,dan ngabil. Keempat butir leksikon di atasmemiliki ciri-ciri yang mirip, yakni di dalam tindakan yang disebutkan oleh verbanya, agen sama-sama menginginkan potongan terbagi menjadi dua bagian sehingga hasilnya pun akan menjadi dua bagian terpisah yang awalnya merupakan satu bagian utuh. Dengan demikian, keempat leksikon tersebut merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Meskipun keempat
leksikon ini memiliki ciri tujuan
memotong dan hasil yang sama, di dalam proses tindakan yang dilakukan terdapat perbedaan yang besar antara keempatnya. Perbedaan tersebut diketahui melalui penyajian struktur berikut ini.
2. StrukturVMBB dengan Tipe Membagi Dua Dalam medan makna yang sama, leksikon seperti nebih, nugel, nyibak, dan ngabil, yang basis maknanya yaitu ‘memotong membagi dua’ memiliki suatu komponen makna seperti yang dikatakan oleh Goddard sebagai subtle difference of similarity (1997a: 159). Di dalam suatu persamaan, ada suatu perbedaan. Dengan kemampuan dari teknik eksplikasi, serta dibantu dengan konsep makna asali dari MSA dan makna kanonisnya mampu memperjelas perbedaan makna khusus yang melekat pada tiap butir leksikon VMBB khususnya leksikon nebih, nugel, nyibak, dan ngabil. Perhatikan data di bawah ini.
117
1) tebih, nebih 4-38
mēmē-n tiang-ēnebih gedang-ē Ibu-POSS saya-DEF memotong pepaya-DEF ‘Ibu saya memotong pepaya itu’ (Banjarangkan, Klungkung)
Verba nebih pada kalimat di atas berkemampuan mengikat dua argumen, yakni biang tiangē‘ibu saya’ sebagai agen dan gedangē ‘pepaya itu’ sebagai pasien. Nebih berkolokasi dengan buah-buahan, bambu, kayu, dan tumbuhtumbuhan yang berbatang. Aktivitas nebih tidak dapat memberlakukan entitas yang berbentuk lebar dan tipis, seperti daun, kertas, dan kain. Selain itu juga, tidak dapat diberlakukan terhadap entitas manusia dan hewan. Dengan demikian, bentuk-bentuk di bawah ini dianggap tidak berterima. ngetep don ngetep kain ngetep pis kertas ngetep batis ngetep bok / bulu ngetep bē
*nebih don *nebih kain *nebih pis kertas *nebih batis *nebih bok / bulu *nebih bē
‘memotong daun’ ‘memotong kain’ ‘memotong uang kertas’ ‘memotong kaki’ ‘memotong rambut / bulu’ ‘memotong ikan’
Verba nebih memiliki makna ‘memotong entitas menjadi dua’ memerlukan alat berupa pisau tajam dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Adapun pola memotong yang dilakukan bisa vertikal (dari ujung atas ke ujung bawah) dan bisa secara horizontal (dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya). Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X nebih sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas terbagi menjadi dua. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”, dengan eksplikasi sebagai berikut.
118
Pada waktu itu X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian) Y menjadi dua potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nebih memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-kayu -bambu -buah
pisau tajam
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Tangan kiri bisa tidak memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan -turun -pola potongan atas-bawah / vertikal terhadap entitas -pola potongan datar / horizontal terhadap entitas
Hasil Jumlah Gerakan -tunggal -berulang
dua potongan terpisah
2)tugel, nugel 4-39
Pak guru nugel tiing-ēlakar anggona ngaēkatik satē Pak guru PREF-potong bambu-DEF akan dipakai membuat tusuk sate ‘Pak guru memotong bambu untuk membuat tusuk sate’ (Banjarangkan, Klungkung)
Verba nugel pada kalimat di atas mampu mengikat dua argumen, yakni Pak guru sebagai agen dan tiingē‘bambu itu’ sebagai pasien. Aktivitas nugel mampu berkolokasi dengan
entitas, seperti bambu, kayu, buah-buahan, dan umbi-
119
umbian.Akan tetapi, tidak dapat berkolokasi dengan manusia, hewan, daun, kertas, tali, dan sebagainya. Dengan kata lain, verba nugel hanya dapat memberlakukan entitas berupa tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali bagian daun dan bunga. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, perhatikan juga data di bawah ini. nugel gedang nugel timun nugel kesela sawi nugel tiing nugel papah
‘memotong pepaya’ ‘memotong mentimun’ ‘memotong singkong’ ‘memotong bambu’ ‘memotong pelepah’
Leksikon nugel bermakna ‘memotong membagi dua’ entitas yang diberlakukan, menggunakan pisau tajam, dengan gerakan terarah horizontal atau mendatar terhadap posisi entitas (bagian ujung atas / kepala dipisahkan dengan bagian ujung bawah / kaki), penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X nugel sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas terbagi dua. Pemetaan subeksponennya adalah “X nugel Y, sesuatu yang baik terjadi”. Eksplikasinya sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, horizontal, penuh kehati-hatian) Y menjadi dua potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nugel memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan
Cara Arah
Hasil Jumlah
120
Tangan -kayu pisau -bambu tajam -buah
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri meyentuh entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Gerakan -naik turun -pola potongan datar / horizontal
Gerakan -tunggal dua potongan -berulang- terpisah ulang
3) nyibak 4-40
Mēmē-n-nēnyibak gedang-ēlakar duma dadi dadua Ibu-POSS-DEFPREF-potong pepaya-DEF akan dibagi menjadi dua ‘Ibunya memotong pepaya itu akan dibagi menjadi dua’ (Singaraja)
Verba nyibak pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni mēmēnnē‘ibunya’ sebagai agen dan gedangē‘pepaya itu’ sebagai pasien. Aktivitas nyibak adalah suatu proses memotong entitas yang biasanya berupa buah-buahan. Perhatikan juga kalimat di bawah ini. 4-41 Adi-n-nēorahina nyibakapel-ēdum-duma ngajak nyama-n-nē Adik-POSS-DEF disuruh PREF-potong apel-DEF dibagi-bagi bersama saudara-POSS-DEF ‘Adiknya disuruh membelah apel itu agar dibagi-bagi dengan saudaranya’ (Singaraja) 4-42
Dueg ia nyibak silik-ē, pas ben-a ngedum Pandai dia PREF-potong sirsak-DEF, pas oleh-dia membagi ‘Pandai dia membelah sirsak itu, pas dibagi olehnya’ (Abiansemal, Badung)
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa aktivitas nyibak biasanya dilakukan terhadap entitas berupa buah-buahan. Namun, tidak semua jenis buahbuahan dapat dikenai aktivitas ini. Nyibak merupakan aktivitas memotong untuk memeroleh hasil potongan dibagi dua. Hal ini menyebabkan diharuskannya entitas tersebut adalah jenis buah-buahan yang tidak memiliki biji sama sekali atau bisa
121
juga memiliki biji yang kecil. Dengan demikian, nyibak tidak bisa dilakukan terhadap entitas yang memiliki biji, baik tunggal, keras maupun besar, seperti halnya salak, rambutan, mangga, dan sejenisnya. Tidak hanya itu, verba nyibak berkolokasi dengan entitas lain yang tidak berbiji atau hanya berbiji kecil seperti umbi-umbian. Penekanannya adalah membagi entitas menjadi dua. Bisa juga digunakan untuk entitas yang keras, yakni potongan bambu, seperti pada contoh di bawah ini.
4-43
Tiing lakar ancak saji-ne sibakmalu Bambu bahan ancak saji-DEFpotong dahulu ‘Bambu untuk bahan ancak saji itu potongdahulu’ (Abiansemal, Badung)
Leksikon nyibak dimaknai ‘memotong menjadi dua bagian dengan cara membelah’ yang memerlukan alat berupa pisau tajam. Entitas
seperti buah-
buahan, umbi-umbian dan sejenisnya dapat digunakan alat berupa pisau tajam yang berukuran kecil dan tipis. Berbeda dengan entitas yang keras, seperti potongan bambu, wajib menggunakan alat yang lebih tebal dan besar, seperti blakas, madik, dan parang. Aktivitas ini dilakukan dengan sekali gerakan terarah terhadap entitas secara vertikal (dari atas ke bawah / dari bagian ujung ke bagian pangkal). Adapun pemetaan eksponen verba tersebut adalah “Seseorang X nyibak sesuatu Y menggunakan sesuatu Z dengan sekali gerakan terarah, penuh kehatihatian, langsung dengan hasil berupa entitas terbagi menjadi dua bagian terpisah”.
122
Pemetaan subeksponennya, yaitu “X melakukan sesuatu pada Y”, sesuatu yang baik terjadi, dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian) Y menjadi dua potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nyibak memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-kayu -bambu -buah
pisau tajam
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri meyentuh / memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan -naik turun -pola potongan atas-bawah / vertikal
4) abil, ngabil 4-44
tiang ngabil tiing nika wawu Saya PREF-potong bambu itu tadi ‘Saya memotong bambu itu tadi’ (Abiansemal, Badung)
Hasil Jumlah Gerakan -tunggal -berulang
dua potongan terpisah
123
Verba ngabil pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni tiang ‘saya’ sebagai agen dan tiing ‘bambu’ sebagai pasien. Aktivitas ini pada umumnya dilakukan oleh agen yang berjenis kelamin laki-laki dan biasanya dilakukan ketika agen sedang memotong potongan bambu untuk dijadikan katik satē‘tusuk sate’.
Tindakan ngabil dilakukan ketika potongan
bambu yang akan disasar ukurannya tebal sehingga memungkinkan untuk membaginya menjadi dua bagian. Padahal, biasanya satukatik satēdibuat dari satu lapis potongan bambu. Namun, dalam hal ini satu lapis bambu bisa dimanfaatkan menjadi dua katik satēkarena lapis bambu tersebut tebal. Aktivitas ngabil bermakna “memotong menjadi dua bagian yang sama” dengan membelah secara vertikal dari atas ke bawah, dilakukan dengan blakas dan pisau tajam yang ukurannya relatif besar. Gerakan terarah dilakukan dari atas ke bawah, posisi duduk, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ngabil sesuatu Y menggunakan sesuatu Z dengan sekali gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas terbagi dua”. Pemetaan subeksponennya yaitu “X melakukan sesuatu padaY”, sesuatu yang baik terjadi, dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (blakas, pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah dari atas ke bawah, penuh kehati-hatian, posisi duduk) Y menjadi dua bagian sama besar X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngabil memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
Cara
Hasil
124
Gerakan Tangan bambu
-blakas -Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri meyentuh / memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Arah Gerakan
Jumlah Gerakan
-naik turun -pola potongan atas-bawah / vertikal
-tunggal
duabagian / potongan sama besar
3. Fitur Semantik Leksikon
nebih nyibak nugel ngabil
Arah Gerakan Memotong Vertikal + + +
Horizontal + + -
4.1.3.2 VMBB dengan Tipe Membagi / Mengiris Tipis 1. Realisasi Leksikal VMBB dengan ciri hasil entitas menjadi banyak yang dilakukan dengan cara / tipe mengiris dapat direalisasikan sebagai leksikon ngiis / ngiris, ngaet/ngeet, ngaeb / ngeeb, dan nyirsir. Leksikon-leksikon tersebut secara alami menghendaki hasil yang banyak berbentuk tipis. Namun demikian, makna cara yang dilakukan yang terkandung di dalam tiap-tiap verba berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Perbedaan tersebut ada pada jumlah gerakan memotong dan arah memotong yang dilakukan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, leksikon-leksikon tersebut dibahas dalam bagian struktur berikut ini. 2. Struktur
125
1). iis, ngiis / iris, ngiris 4-45
Mēmē-n tiang-ēngiispoh-ēsuud kelasina Ibu-POSS saya-DEFPREF-iris mangga-DEF setelah dikupas ‘Ibu saya mengiris mangga itu setelah dikupas’ (Abang, Karangasem)
Verba ngiiis pada kalimat di atas bervalensi dua, yakni mēmēn tiangē‘ibu saya’ sebagai agen dan ‘pohē’ mangga itu sebagai pasien. Ngiis bisa berkolokasi dengan banyak jenis entitas, terutama entitas yang dapat dipotong dengan cara diiris. Selain itu, ngiis juga memiliki bentuk lain, di mana bentuk yang berbeda akan berdistribusi sesuai dengan entitas yang diberlakukan. Adapun leksikon leksikon lain verba ngiis adalahngaet / ngeet, ngaeb / ngeeb, dan nyirsir. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai ketiganya, disajikan data sebagai berikut.
ngaet / ngeet
ngaeb / ngueb
ngiis gedebong
=
ngaet gedebong ‘mengiris batang pohon pisang’
ngiis dagdag
=
ngaet dagdag ‘mengiris tanaman ketela rambat’
ngiis kladi
=
ngaet kladi ‘mengiris tanaman talas’
ngiis bawang
=
ngaeb bawang ‘mengiris bawang’
ngiis kesuna
=
ngaeb kesuna ‘mengiris bawang putih’
ngiis tabia
=
ngaeb tabia ‘mengiris cabai’
126
ngiis poh
nyirsir
=
ngiis bangkuang =
nyirsir poh ‘mengiris mangga’ nyirsir bangkuang ‘mengiris bengkoang’
ngiis gedang semental = nyirsir gedang semental ‘mengiris pepaya setengah matang’
Seseorang yang melakukan tindakan ngiis secara berulang-ulang, akan disebut sebagai ngaet, ngaeb, dan nyirsir. Ketiganya memiliki makna yang mirip, tetapi memiliki perbedaan bentuk karena dipengaruhi oleh entitas yang diberlakukan. Orang yang ngiis berulang-ulang terhadap entitas, maka disebut sebagai ngaet apabila berkolokasi dengan nomina gedebong ‘batang pohon pisang’ dll. Orang yang ngiis berulang-ulang terhadap entitas, maka akan disebut ngaeb apabila berkolokasi dengan bawang merah, bawang putih, dan cabai. Orang yang ngiis berulang-ulang terhadap entitas, maka akan disebut nyirsir apabila berkolokasi dengan buah-buahan terutama yang merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat rujak. Leksikon ngaet, ngaeb, dan nyirsir dimaknai ‘mengiris’ atau dilakukan dengan menggunakan alat berupa pisau tajam. Ngaet dan ngaeb memiliki kesamaan cara mengiris, yakni dengan gerakan terarah, vertikal dari atas ke bawah,
berulang-ulang,
penuh
kehati-hatian,
langsung
terhadap
entitas.
Sebaliknya,nyirsir memiliki komponen makna mengiris yang dilakukan dengan cara gerakan terarah, horizontal dari salah satu bagian sisi atau menggerakkan pisau tajam dari belakang ke depan, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung terhadap entitas. Dengan demikian, perbedaannya adalah tipe gerakan
127
vertikal pada ngaet dan ngaeb, tipe gerakan horizontal pada nyirsir. Hasil ketiganya adalah entitas berbentuk irisan-irisan kecil atau tipis dan ketiganya merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY. Pemetaan eksponen verba ngiis / ngiris adalah “seseorang X ngiis sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Y menjadi potongan kecil atau tipis”. Pemetaan eksponen verba ngaet, ngaeb, dan nyirsir adalah “Seseorang X ngaet, ngaeb, nyirsir sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Y menjadi beberapa bagian terpisah atau potongan-potongan kecil / tipis”.
Pemetaan subeksponennya adalah
“seseorang melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”.
Verba ngiis dapat dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, langsung pada entitas. Y menjadi dua potongan yang terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngiis memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
-buah pisau -umbi tajam -batang
Cara Gerakan Tangan Arah Jumlah Gerakan Gerakan -Tangan kanan memegang alat turun -tunggal -Tangan kiri -berulang-ulang memegang
Hasil
dua potongan terpisah
128
pohon pisang
entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Verba ngaet, ngaeb, dan nyirsir dapat dieksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Y menjadi beberapa potongan kecil atau tipis X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngaet / ngeet memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-buah pisau -umbi tajam -batang pohon pisang
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan
Hasil Jumlah Gerakan -berulang-ulang
Turun
beberapa potongan terpisah
Verba ngaeb / ngueb memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
-buah
pisau
Cara Gerakan Tangan Arah Jumlah Gerakan Gerakan -tangan kanan memegang alat turun berulang-ulang
Hasil
beberapa
129
-umbi tajam -batang pohon pisang
-tangan kiri memegang entitas -mengarahkan alat ke entitas
potongan tipis-tipis
Verba nyirsir memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-buah pisau -umbi tajam -batang pohon pisang
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan -turun -ke depan
Hasil Jumlah Gerakan berulang-ulang
beberapa potongan tipis-tipis
2) nērēs, nyigar Leksikon nērēsdan nyigar biasanya mengacu pada entitas yang lebar, seperti nērēs kasa ‘memotong kain putih’, nyigar deluang ‘memotong kertas’. Kegiatan ini sekali dilakukan sehingga pemetaan komponennya menjadi “X melakukan ini sekali” dan biasanya menggunakan alat berupa pisau dan gunting tajam. Pada umumnya, entitas yang dikenai tindakan ini akan menjadi dua bagian (Sudipa, 2004: 288). Kedua verba ini merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Pemetaan eksponen verba nērēsdan nyigar
adalah “seseorang X nērēs,
nyigar sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam atau gunting Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas. Y menjadi dua potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “seseorang nērēs, nyigar Y, sesuatu yang baik terjadi” dengan eksplikasi sebagai berikut.
130
Pada saat itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan sesuatu terjadi pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (gunting, pisau tajam) X melakukan ini sekali Y menjadi dua bagian X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nērēs, nuēs, dan nyigar memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
kain kertas
gunting pisau tajam
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan ke depan
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
3. Fitur Semantik Leksikon
Gerakan Memotong Arah Memotong Tunggal Berulang ke Bawah ke Depan ngetep / motong + + + + ngiis / ngiris + ± + + ngaet / ngeet + + ngaeb / ngeeb + + nyirsir + + nērēs, nuēs,dan + + nyigar
dua potongan terpisah
131
4.1.3.3 VMBB dengan Tipe Menghaluskan / Meratakan 1. Realisasi Leksikal VMBB dengan tipe menghaluskan dapat direalisasikan sebagai leksikon ngerot dan niding. Kedua leksikon ini merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (separated) dan pada aktivitasnya dilakukan dengan tujuan agar entitas yang dikenai tindakan memiliki permukaan yang halus atau rata karena sebelumnya sempat mengalami proses “memotong”
tetapi
terdapat permukaan yang kurang rata sehingga perlu dikenai tindakan lagi. Ngerot mengandung makna ‘menghaluskan’, sedangkan niding mengandung makna ‘meratakan’. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kedua leksikon di atas, marilah kita menuju pada pembahasan struktur di bawah ini.
2. Struktur 1) tiding, niding 4-46
Daweg nika uleman-nēsanēring jaba sedek nidinglakar katikan-nē Ketika itu undangan-DEF REL diluar sedangPREF-potong bahan tusuk sate-DEF ‘Ketika itu para undangan yang ada di luar sedang memotong tusuk sate
itu’ (Abiansemal, Badung)
2)kerot, ngerot 4-47
Dane polih ngerot katik satē Dia mendapat DEF-potong tusuk sate ‘Dia telah memotong tusuk sate’ (Kesiman, Denpasar)
132
Verba niding pada kalimat di atas menghendaki dua argumen, dalam ini uleman ‘tamu undangan’ sebagai agen dan lakar katikan ‘bahan tangkai sate’ sebagai pasien. Aktivitas niding pada umumnya dilakukan ketika terjadinya aktivitas membuat tusuk sate. Hal ini dilakukan terhadap sebatang potongan bambu / buluh bambu yang berukuran panjang kira-kira 25 cm (ukuran panjang standar tusuk sate di Bali). Potongan tersebut awalnya merupakan hasil dari proses penggergajian. Karena hasil tersebut menyisakan ujung potongan yang masih kasar, diperlukanlah tindakan niding pada kedua ujung entitas agar menjadi rata. Niding bermakna ‘meratakan’ ujung entitas, berkolokasi dengan jenis entitas, yaitu potongan atau buluh bambu untuk tusuk sate, dilakukan dengan alat berupa blakas, dengan gerakan terarah, berulang-ulang, memutar entitas, penuh kehatihatian, posisi duduk. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X niding sesuatu Ydengan menggunakan blakas Z dengan gerakan memutar entitas, mengarahkan alat ke depan, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi duduk, langsung dengan hasil berupa satu potongan entitas yang kedua ujungnya rata. Y menjadi satu potongan rata, Y menghasilkan potongan-potongan kecil atau tipis yang tidak bermanfaat (upil). Pemetaan subeksponennya “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi. Setelah dilakukan aktivitas niding, kemudian dilakukanlah aktivitas nyibak dan nyebit pada entitas tersebut.
Hasil nyibak dan nyebit nantinya berupa
potongan-potongan bambu yang permukaannya kasar atau berbulu. Dengan demikian, perlu dilakukan tindakan ngerot.
133
Verba ngerot pada data di atas bervalensi dua, yakni danēsebagai agen dan katik satē‘tangkai sate’ sebagai pasien. Aktivitas ngerot berkolokasi dengan entitas berupa potongan bambu. Adapun tujuan ngerot adalah untuk menghaluskan sisi potongan bambu yang masih kasar atau tajam sehingga nantinya akan mendapatkan potongan bambu yang bersisi halus. Katik satē‘tangkai sate / tusuk sate’ pada umumnya terbuat dari bambu sehingga nomina tersebut dijumpai sesuai dengan kalimat yang telah disajikan di atas. Selain itu, katik satējuga bisa terbuat dari papah nyuh ‘pelepah kelapa’ sehingga untuk membuat katik satēdari bahan tersebut, dilakukan aktivitas ngerot terhadap potongan-potongan papah nyuh tadi untuk mendapatkan potongan-potongan yang halus sesuai dengan yang diharapkan.
Verba ngerot bermakna ‘menghaluskan’ bagian sisi-sisi entitas menggunakan alat berupa pisau tajam dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehatihatian, langsung pada entitas yang diberlakukan. Adapun pemetaan eksponen verba tersebut adalah “Seseorang X ngerot sesuatu Y dengan menggunakan pisau tajam Z dengan gerakan terarah ke depan, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil entitas berbentuk potongan / batangan halus. Y menjadi satu potongan halus, Y menghasilkan potongan-potongan kecil atau tipis yang tidak bermanfaat (upil). Pemetaan subeksponennya “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi. Adapun eksplikasi dari verba niding dan ngerot adalah sebagai berikut. Eksplikasi verba niding Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y
134
Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (blakas) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (memutar entitas, alat terarah ke bawah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi duduk, langsung pada entitas) Y menjadi satu potongan halus atau rata Y menghasilkan upil X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Eksplikasi verba ngerot Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pisau tajam) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah ke depan, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas) Y menjadi satu potongan / batangan halus Y menghasilkan upil X menginginkan ini
Verba niding memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
potongan bambu
blakas
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan
Jumlah Gerakan
memutar entitas
berulangulang
Hasil Diinginkan Tak diinginkan batangan upil berujung rata
memotong entitas
Verba ngerot memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
Cara
Hasil
135
Gerakan Tangan
potongan pisau -Tangan bambu tajam kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Arah Gerakan
ke depan
Jumlah Diinginkan Tak Gerakan diinginkan batangan berulangulang
halus
potonganpotongan tipis
3. Fitur Semantik Verba
Arah depan
niding ngerot
gerakan
ke Arah gerakan ke bawah
+
+ -
4.1.3.4 VMBB dengan Tipe Memperpendek 1)cukur, nyukur 4-48
Mas Edi nyukur bok panak tiang-ē Nama PREF-potong rambut anak saya-DEF ‘Mas Edi memotong rambut anak saya’ (Abiansemal, Badung)
Verba nyukur pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni Mas Edi ‘Mas Edi’ sebagai agen dan bok panak tiangē‘rambut anak saya’ sebagai pasien’. Verba nyukur memiliki makna ‘memotong dan merapikan’ dan pada umumnya berkolokasi dengan entitas berupa rambut manusia, rumput, dan tanaman hias lainnya, seperti bonsai, pohon pungut(sejenis tanaman hias), dan sebagainya. Tidak hanya itu, leksikon ini memiliki acuan
136
berupa bagian atas dari suatu entitas (Sudipa, 2005: 287). Orang nyukur biasanya memotong bagian atas dari objek langsung. Aktivitas nyukur dilakukan dengan menggunakan alat berupa gunting. Nyukur rambut dengan nyukur rumput atau tanaman hias yang lainnya memiliki perbedaan alat yang digunakan.Nyukur rambut dilakukan dengan alat berupa gunting rambut yang ukurannya relatif kecil, sedangkan nyukur rumput atau tanaman hias lainnya dilakukan dengan menggunakan gunting khusus tanaman yang ukurannya relatif besar dan bentuknya berbeda dari gunting rambut. Dengan demikian, alat nyukur entitas berupa tanaman berbeda dengan alat nyukur entitas berupa bagian tubuh manusia (rambut). Nyukur dapat dikatakan sebagai ngunting ‘menggunting’ karena alat yang digunakan adalah gunting. Namun, ditekankan kembali bahwa nyukur dengan ngunting memiliki perbedaan. Perbedaan antara keduanya terletak pada tujuan aktivitas tersebut. Aktivitas nyukur memiliki tujuan untuk merapikan entitas dengan memotong bagian atasnya, dan hasil yang didapatkan pasti berupa entitas yang terpotong rapi. Sebaliknya, aktivitas ngunting belum tentu bertujuan untuk merapikan, bisa juga untuk memotong sedikit bagian saja dan hasilnya pun belum tentu berupa entitas yang terpotong rapi, bisa berupa potongan menjadi dua, tiga, atau beberapa potongan terpisah. Selain itu, nyukur dan ngunting juga berbeda kolokasi entitas. Nyukur berkolokasi dengan rambut dan tanaman hias sedangkan ngunting dapat berkolokasi dengan rambut dan tanaman hias, serta entitas lainnya seperti kertas, kain, plastik, dan sebagainya. Sebagai bahan perbandingan,
137
penjelasan tentang verba ngunting dapat dilihat pada bagian berikutnya (halaman 185). Aktivitas nyukur dilakukan dengan alat berupa gunting. Cara yang dilakukan pun berbeda tergantung dari posisi agen terhadap entitas. Gerakan yang dilakukan adalah gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi bisa duduk, jongkok, berdiri tergantung dari jarak posisi agen terhadap entitas. Adapun pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X nyukur sesuatu Y dengan menggunakan gunting Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehatihatian, posisi tergantung letak entitas, langsung dengan hasil berupa entitas berbentuk potongan rapi. Y menjadi potongan rapi, Y menghasilkan banyak potongan
pendek
yang
tidak
berguna.
Dengan
demikian,
nyukur
merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, ONE (separated), dan MANY/MUCH. Pemetaan subeksponennya adalah “X nyukur Y, sesuatu yang baik terjadi. Berikut ini eksplikasi verba nyukur. Pada waktu itu, seseorang melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (gunting) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian) Y menjadi satu potongan rapi Y menghasilkan banyak potongan tidak berguna X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nyukur memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-rambut -rumput
gunting
-Tangan kanan / kedua tangan
Cara Arah Gerakan -ke depan
Jumlah Gerakan berulangulang
Hasil diinginkan tak diinginkan satu potongan
banyak potongan –
138
hias -tanaman hias
memegang alat -Mengarahkan alat ke entitas
rapi
potongan pendek
2). abas, tabas, teptep / ngabas, nabas, neptep 4-49
I belingabaspadang-ē di sanggah ARTKakak (lk.)PREF-rabas rumput-DEF di tempat suci ‘Kakak merabas rumput yang ada di tempat suci’ (Blahbatuh, Gianyar)
Valensi verba di atas adalah I Beli ‘kakak laki-laki’ sebagai agen
dan
padangē‘rumput itu’ sebagai pasien. Verba ngabas bersinonim dengan teptepdan di beberapa tempat yang berbeda, ngabas juga sering disebut nabas. Aktivitas nabas berkolokasi dengan bagian atas tanaman, seperti rumput, tanaman hias, tanaman pagar, serta tanaman merambat yang tidak diinginkan untuk tetap tumbuh. Aktivitas ngabas berbeda dengan nyukur. Letak perbedaannya adalah pada alat yang digunakan dan hasil yang diinginkan. Nyukur dilakukan dengan gunting untuk mendapatkan potongan yang rapi, sedangkan ngabas dilakukan dengan alat berupa arit ‘sabit’ dengan tujuan memotong habis atau memperpendek, tetapi hasilnya bisa berupa potongan rapi, bisa tidak. Sudipa (2004: 287) mengatakan bahwa leksikon ngabas, nyukur, dan neptep memiliki acuan berupa bagian atas dari suatu entitas tak bernyawa. Orang yang melakukan tindakan ngabas biasanya memotong bagian atas dari sebuah objek langsung, sehingga pemetaan komponennya adalah “sesuatu terjadi pada bagian atas Y”. Tindakan ini biasanya dilakukan oleh agen secara berulang-ulang, “X melakukan sesuatu beberapa kali” dengan gerakan naik-turun (Sudipa, 2004: 288).
139
Aktivitas ngabas, nabas, dan neptep bermakna ‘merabas atau memotong dan memperpendek’ dilakukan dengan alat berupa arit ‘sabit’ dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok, langsung pada entitas. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ngabas sesuatu Y dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung pada Y dengan hasil Y berupa
potongan
–
potongan
pendek.
Dengan
demikian,
verba
ini
merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, ONE (separated), dan MUCH. Pemetaan subeksponennya adalah “X ngabas Y, sesuatu yang baik terjadi. Berikut ini eksplikasi dari verba ngabas. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (arit ‘sabit’) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok) Y menjadi satu potongan pendek Y menghasilkan banyak potongan-potongan pendek lain X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngabas, nabas, dan neptep memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-rumput -daun
sabit
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri tanpa memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan ke samping, dari kanan ke kiri
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
-satu potongan rata -banyak potongan pendek-pendek
140
3. Fitur Semantik Leksikon ngetep / motong nyukur ngabas nabas neptep
Entitas Rambut Daun Rumput + + + + + + + + + + + +
Hasil Diharapkan Tidak + ± + + + + + + + +
4.1.4 VMBB dengan Ciri Kesamaan Instrumentalis Dalam suatu aktivitas “memotong”, instrumen merupakan sesuatu yang penting agar tindakan “memotong” dapat dilakukan. Instrumen merupakan bagian komponen di luar semantik (extra component semantic) (Goddard, t.t). Akan tetapi, komponen tersebut dapat berimplikasi pada perbedaan struktur VMBB. Dengan demikian, sangat penting untuk menganalisis instrumen sebagai bagian dari komponen semantik VMBB.
141
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas “memotong” yang disiratkan VMBB, salah satunya yaitu instrumen yang digunakan. Dalam beberapa aktivitas “memotong”, instrumen yang digunakan bisa berupa bagian dari tubuh manusia seperti tangan kosong dan gigi. Sebaliknya, dalam beberapa aktivitas “memotong” lainnya, instrumen yang digunakan bisa berupa alat pemotong seperti pisau tajam, gunting, kapak, dan sebagainya. Pentingnya pemahaman akan instrumen yang digunakan dalam tindakan “memotong” berimplikasi terhadap pengklasifikasian pada tipe VMBB dengan ciri kesamaan instrumentalis. Dalam hal ini, beberapa leksikon VMBB jika diimplementasikan ada yang tidak menggunakan instrumen pemotong dan ada yang
menggunakan instrumen pemotong. Selain itu,
“memotong” yang menggunakan instrumen pemotong,
dalam tindakan
terdapat suatu bentuk
verba yang merupakan bentuk turunan dari alat pemotong yang digunakan ketika aktivitas terjadi. Dengan demikian, ada beberapa klasifikasi pada bagian ini yang penting untuk dideskripsikan sebagai berikut. 4.1.4.1 VMBB Tanpa Instrumen Pemotong A. Tipe Memetik / Mematahkan 1. Realisasi Leksikal Verba, khususnya VMBB ada yang dilakukan dengan alat dan ada pula yang dilakukan tanpa alat. Aktivitas memotong tanpa bantuan alat terhadap entitas sering dilakukan cenderung disebabkan oleh sifat entitas yang dianggap tidak terlalu keras sehingga dapat dikenai tindakan memotong hanya dengan tangan telanjang. Tindakan memotong tanpa alat yang dilakukan tergolong ke dalam
142
VMBB yang salah satu di antaranya adalah tipe “memetik / mematahkan”. Tipe ‘memetik’ ini memiliki banyak realisasi leksikal, seperti kepuk (ngepuk), mukpuk, kepik (ngepik), mikpik, empok (ngēmpok), dan ngelung. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai leksikon-leksikon di atas, disajikan strukturnya sebagai berikut. 2. Struktur 1). kepuk, ngepuk / pukpuk, mukpuk 4-50
Kadek ngepuk muncuk bayem-ē Nama PREF-potong pucuk bayam-DEF ‘Kadek memotong pucuk tanaman bayam itu’ (Abang, Karangasem)
Verba ngepuk pada kalimat di atas adalah verba yang bervalensi dua. Adapun argumen verba tersebut adalah Kadek ‘Kadek’ sebagai agen dan muncuk bayemē‘pucuk tanaman bayam itu’ sebagai pasien. Aktivitas ngepuk biasanya memberlakukan entitas berupa bagian tanaman. Bagian-bagian tanaman yang pada umumnya dikenai tindakan ini seperti bagian muncuk ‘pucuk’, daun, dan batang tanaman yang biasanya dimanfaatkan sebagai sayuran. Aktivitas ini dilakukan terhadap entitas dimana entitas yang masih berdiri utuh, bagian yang diinginkan dikenai tindakan ngepuk sehingga bagian tersebut patah kemudian untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan sesuai dengan keinginan agen. Leksikon ngepuk merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Tindakan ngepuk bermakna ‘mematahkan’ bagian entitas dilakukan tanpa menggunakan alat, dengan satu kali gerakan mematahkan, posisi berdiri atau jongkok, langsung pada entitas. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ngepuk sesuatu Y menggunakan tangan, dengan gerakan terarah,
143
mematahkan, posisi berdiri atau jongkok, langsung dengan hasil berupa entitas berbentuk potongan pendek, Y menjadi dua bagian terpisah (tanaman induk terpisah dengan bagian yang dikenai tindakan). Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”. Tindakan ngepuk juga dapat dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil potongan yang lebih banyak. Tindakan ngepuk secara berulang-ulang disebut dengan mukpuk. Mukpuk berasal dari leksikon pukpukmendapat prefiks N- yang beralomorf m- sehingga menjadi mukpuk. Leksikon ini merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY. Pemetaan eksponen mukpuk adalah “Seseorang X mukpuk sesuatu Y dengan gerakan terarah, mematahkan, berulang-ulang, posisi berdiri atau jongkok, langsung dengan hasil berupa entitas yang berbentuk potongan-potongan pendek. Y menjadi beberapa potongan terpisah (tanaman induk terpisah dengan beberapa bagian yang dikenai tindakan). Pemetaan subeksponennya adalah “X mukpuk Y, sesuatu yang baik terjadi”. Verba ngepuk dan mukpuk memiliki makna ‘mematahkan’ entitas. Namun,keduanya memiliki komponen makna yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada kuantitas cara yang dilakukan, dimana ngepuk dilakukan dengan gerakan tunggal, sedangkan mukpuk dilakukan dengan gerakan berulang-ulang. Untuk lebih jelasnya, verba ngepuk dan mukpuk dieksplikasi sebagai berikut. Eksplikasi verba ngepuk Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat
144
X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, mematahkan, tidak berulang-ulang, posisi berdiri atau jongkok) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Komponen makna verba ngepuk Entitas
Alat
Pucuk tangan tanaman
Gerakan Tangan -mengarahkan tangan ke bagian entitas -memegang entitas
Cara Arah Gerakan mematahkan ke kiri / kanan
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
dua potongan terpisah
Eksplikasi verba mukpuk Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, mematahkan, berulang-ulang, posisi berdiri atau jongkok) Y menjadi beberapa potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Komponen makna verba mukpuk Entitas
Alat
Pucuk tangan tanaman
Cara Arah Gerakan
Gerakan Tangan -mengarahkan mematahkan tangan ke ke kiri / kanan bagian entitas -memegang entitas
2)kepik, ngepik / pikpik, mikpik
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
beberapa potongan pendek
145
4-51
Ipun ngepik buncis-ēlakar anggēna jangan Dia PREF-potong buncis-DEF akan dipakai sayur ‘Dia memotong buncis itu untuk dipakai sayur’ (Abang, Karangasem)
Verba ngepik pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni ipun ‘dia’ sebagai agen dan buncisē‘buncis itu’ sebagai pasien. Aktivitas ngepik berkolokasi dengan entitas berupa bagian-bagian dari tumbuhtumbuhan seperti sayur-sayuran. Leksikon ngepuk dan ngepik memiliki persamaan komponen makna dalam hal kesamaan cara “memotong” yang dilakukan, yakni dengan ‘mematahkan’. Namun, ngepuk dan ngepik apabila ditelaah secara lebih mendalam juga memiliki fitur yang berbeda. Perbedaannya adalahngepuk dilakukan terhadap bagian entitas dimana entitas masih berdiri tegak sebagai tumbuhan utuh. Sebaliknya,ngepik dilakukan terhadap entitas yang merupakan hasil tindakan ngepuk. Selain perbedaan keadaan entitas, ngepuk dan ngepik juga memiliki perbedaan makna, yaitungepuk dilakukan hanya dengan satu tangan, sedangkan ngepik dilakukan dengan kedua tangan secara bersamaan. Gerakan tangan yang dilakukan pada ngepik adalah memegang, mematahkan, tidak berulang-ulang, langsung pada entitas. Verba ini merepresentasikan makna asali
WANT,
SOMETHING, PART, dan TWO. Pemetaan eksponen verba ngepik adalah “Seseorang X ngepik sesuatu Y tanpa menggunakan alat Z dengan gerakan memegang, mematahkan, tidak berulang-ulang, bisa dengan posisi duduk, jongkok, dan berdiri, langsung dengan hasil berupa potongan pendek, Y menjadi dua potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”.
146
Tindakan ngepik juga dapat dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil potongan yang lebih banyak. Tindakan ngepik secara berulangulang disebut dengan mikpik. Mikpik berasal dari leksikon pikpik mendapat prefiks N-
yang beralomorf m- sehingga menjadi mikpik. Verba ini
merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY. Pemetaan eksponen verbamikpik adalah “Seseorang X mikpik sesuatu Y dengan gerakan memegang, mematahkan, berulang-ulang, posisi bisa duduk, jongkok, dan berdiri, langsung dengan hasil berupa entitas yang berbentuk potonganpotongan
pendek.
Y
menjadi beberapa
potongan
terpisah”.
Pemetaan
subeksponennya adalah “X mikpikY, sesuatu yang baik terjadi”. Verba ngepik dan mikpik memiliki makna ‘mematahkan’. Namun, keduanya memiliki komponen makna yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada kuantitas cara yang dilakukan.Ngepik dilakukan dengan gerakan tunggal, sedangkan mikpik dilakukan dengan gerakan berulang-ulang. Untuk lebih jelasnya, verba ngepik dan mikpik dieksplikasi sebagai berikut.
Eksplikasi verba ngepik Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (memegang, mematahkan, tidak berulang-ulang, posisi bisa duduk, jongkok, dan berdiri) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngepik memiliki komponen makna sebagai berikut.
147
Entitas
Alat Gerakan Tangan
daun / tangan pucuk tanaman sayuran
Kedua tangan memegang entitas
Cara Arah Gerakan
mematahkan
Hasil Jumlah Gerakan Tunggal
dua bagian terpisah / potongan pendek
Eksplikasi verba mikpik Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (memegang, mematahkan, berulang-ulang, posisi bisa duduk, jongkok, dan berdiri) Y menjadi beberapa bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba mikpik memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
Cara Arah Gerakan
Hasil Jumlah Gerakan berulang-ulang
daun / tangan pucuk tanaman sayuran
3)ēmpok, ngēmpok
Kedua tangan memegang entitas
mematahkan
potonganpotongan pendek
148
4-52
Luh Gedēngēmpokbunga-n cempaka-nē Nama PREF-petik bunga-POSS cempaka-DEF ‘Luh Gede memetikbunga cempaka itu’
Verba ngēmpokpada data di atas berkemampuan mengikat dua argumen, yakni Luh Gedē‘Luh Gede’ sebagai agen dan bungan cempakanē‘bunga cempaka itu’ sebagai pasien. Aktivitas ngēmpok sebenarnya memiliki makna ‘memetik’, tetapi dianggap bahwa ngēmpok ‘memetik’ merupakan verba yang secara inheren memiliki makna ‘memutuskan bunga dari tangkainya’.Oleh karena itu, sesuai dengan konsep “memotong” yang telah tersaji sebelumnya, ngēmpokdapat dimasukkan sebagai salah satu bentuk verba yang bermakna “memotong”. Adapun verba ini berkolokasi dengan entitas berupa bagian tumbuhan khususnya bunga yang masih menjadi satu dengan tangkainya. Verbangēmpokmemiliki makna ‘memetik’, dilakukan dengan menggunakan tangan telanjang dan dilakukan dengan gerakan terarah, mematahkan, posisi berdiri, langsung pada entitas. Verba ini merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING,
PART,
dan
TWO.
Pemetaan
eksponen
ngēmpokadalah
“Seseorang X ngēmpoksesuatu Y dengan gerakan terarah, mematahkan, posisi berdiri, langsung pada entitas Y. Y menjadi duabagian terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”, dan dapat dieksplikasi sebagai berikut. Eksplikasi verba ngēmpok Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, mematahkan atau menarik, tidak berulang-ulang, posisi berdiri)
149
Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngēmpokmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
tanaman tangan
Gerakan Tangan -Tangan kanan / kiri mengarah ke entitas -memegang entitas
Cara Arah Gerakan mematahkan
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
potongan terpisah
3. Fitur Semantik Leksikon
Ukuran Entitas Besar Kecil
ngepuk mukpuk ngepik mikpik ngēmpok
+ + +
+ + +
Jumlah Gerakan Tunggal Berulang + + + + + -
B. Tipe Merobek 1. Realisasi Leksikal VMBB dapat juga dilakukan dengan cara merobek. Dalam hal ini, VMBB yang dilakukan dengan cara ini secara umum direalisasikan sebagai tipe nguēk dengan berbagai variasi lain yang direalisasikan kembali menjadi leksikon ngesēt, nyētsēt, ngebēs, mēsbēs, ngompēs, ngambis, ngambēs, nyigit, mlesit, nyitsit, dan
150
nyebit. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai tiap-tiap leksikon tersebut, disajikan struktur VMBB berikut ini.
2. Struktur 1)nguēk, ngesēt,nyētsēt,danngebēs, mēsbēs 4-53 Anak-ēceriknguēkbaju-n timpal-nē Anak-DEF kecil PREF-robek baju-POSS teman-POSS ‘Anak kecil itu merobekbaju temannya’ (Manggis, Karangasem) Verba nguēkpada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni anakē cerik ‘anak kecil itu’ sebagai agen dan bajun timpalnē‘baju temannya’ sebagai pasien. Nguēkmerupakan aktivitas yang secara semantis berkolokasi dengan entitas berbentuk lembaran yang tipis dan lebar, seperti kain, kertas, dan daun saja. Aktivitas ini tidak dapat memberlakukan entitas lain, seperti pohon, kayu, batu, manusia, binatang, dan sebagainya.
Leksikon nguēkdapat dipadankan dengan leksikon ngesētdan ngebēs. Ketiganya sama-sama memiliki makna ‘merobek’. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melakukan analisis menggunakan teknik substitusi, yakni dengan mengganti leksikon nguēksebagai leksikon ngesētdan ngebēs. Hal tersebut berterima dan makna kata dan kalimatnya tetap sama sebagai berikut. 4.53 a Anak-ēcerik ngesētbaju-n timpal-nē Anak-DEFkecilPREF-robek baju-POSS teman-POSS ‘Anak kecil itu merobek baju temannya’ (Manggis, Karangasem Intf.)
151
4-53 b Anak-ēcerikngebēsbaju-n timpal-nē Anak-DEF kecil PREF-robek baju-POSS teman-POSS ‘Anak kecil itu merobek baju temannya’ (Manggis, Karangasem Intf.) Bertitik tolak dari data di atas, sekali lagi ditekankan bahwa verba nguēkbermakna sama
dengan
ngesētdan
ngebēs.
Verba
nguēk,
ngesēt,dan
ngebēsmerepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Aktivitas ini dimaknai ‘merobek’ entitas yang dikenai tindakan, dilakukan tanpa menggunakan alat pemotong, cukup dengan tangan telanjang dengan gerakan terarah. Unsur kehati-hatian tidak mutlak hadir pada makna verba. Selain itu, posisi, cara memegang, dan cara merobek bisa bervariasi sesuai dengan tingkat kuat atau tidaknya entitas yang dikenai tindakan. Pemetaan eksponen verba nguēkadalah “Seseorang X nguēk, ngesēt, ngebēssesuatu Y dengan gerakan terarah, langsung dengan hasil entitas berbentuk potongan terpisah, Y menjadi dua potongan terpisah’. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi, dan X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang buruk terjadi”. Adapun eksplikasi verba nguēk,ngesētdan ngebēs adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, merobek) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini. Verba nguēkmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan
Cara Arah
Hasil Jumlah
152
kain, kertas
tangan
Tangan Tatu / kedua tangan memegang entitas
Gerakan Merobek
Gerakan tunggal
dua bagian / potongan terpisah
Nguēk, ngesēt, dan ngebēsmerupakan verba yang bermakna sama yaitu ‘merobek’. Namun, kadar kesamaan makna antara keduanya dapat dipertanyakan. Dugaan saat ini bahwa nguēk, ngebēsdan ngesētmerupakan leksikon dengan makna
yang memiliki sedikit fitur pembeda. Fitur pembeda yang dimaksud
adalah aspek cara berulang-ulang yang terkadung di dalam makna verba. Nguēktidak memiliki aspek makna tindakan berulang-ulang, sedangkan ngesētdan ngebēsmemilikinya. Ketika bentuk dasar ngesēt,yaitu keset mengalami proses reduplikasi suku akhir dan mengalami pelesapan suku awal sehingga menjadi setset, kemudian mendapatkan prefiks N- yang beralomorf ny- sehingga menjadi nyētsēt, maka akan terdapat aspek tindakan berulang-ulang pada makna verba. Dengan demikian, nyētsētdikatakan bentuk tindakan berulang-ulang dari ngesēt. Begitu pula dengan verba ngebēsyang memiliki bentuk dasar kebes mengalami proses reduplikasi suku akhir dan mengalami pelesapan suku awal sehingga menjadi besbes, kemudian mendapatkan prefiks N- sehingga menjadi mēsbēs, maka akan terdapat aspek tindakan berulang-ulang pula pada verba tersebut. Dengan demikian, mēsbēsmerupakan tindakan berulang-ulang dari ngebēs. Eksplikasi verba nyētsētdan mēsbēssebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, merobek, berulang-ulang) Y menjadi beberapa bagian terpisah
153
X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini. Verba nyētsētdan mēsbēsmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
kain, kertas
tangan
Satu / kedua tangan memegang entitas
Cara Arah Gerakan merobek
Hasil Jumlah Gerakan berulang ulang
potonganpotongan terpisah
2)sitsit, nyitsit 4-54
Dadong-nēnyitsitseguk siap-ē Nenek-POSS memotong dada ayam-DEF ‘Neneknya memotong dada daging ayam itu’ (Marga, Tabanan)
Verba nyitsit pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen yakni dadongnē‘neneknya’ sebagai agen dan seguk siapē‘dada ayam itu’ sebagai pasien. Aktivitas nyitsit ini dapat dilakukan terhadap entitas berupa daging baik daging ayam, bebek, sapi, maupun babi. Tujuan tindakan nyitsit bē‘memotong daging’ adalah untuk membuat bē sitsit ‘daging abon’. Selain itu, tindakan nyitsit bisa berkolokasi dengan potongan bambu sebagai entitasnya. Tujuan nyitsit tiing ‘memotong bambu’ adalah untuk memeroleh bahan dasar anyaman bambu. Bahan tersebut nantinya akan dianyam untuk dijadikan kuskusan ‘anyaman untuk mengukus, ngiu / tēmpēh ‘nampan’, ilih ‘kipas’, sokasi ‘tempat nasi’, dan sebagainya. Leksikon nyitsit memiliki makna ‘merobek’(dengan kombinasi antara telunjuk dan ibu jari), dilakukan dengan gerakan berulang-ulang terhadap satu
154
bagian entitas. Apabila entitasnya adalah daging, maka nyitsit dilakukan dengan tangan saja tanpa harus disertai dengan kehati-hatian, sedangkan apabila entitasnya adalah bambu, maka nyitsit dilakukan dengan bantuan pisau tajam untuk membantu memotong dan mengarahkan bagian mana yang akan dirobek, serta setipis apa hasil yang diinginkan. Ketika itu gerakan penuh kehati-hatian dilakukan, agar hasil dapat dicapai, yakni sobekan dari ujung satu ke ujung lainnya, tanpa putus di bagian tengah. Pemetaan eksponen verba nyitsit adalah “Seseorang X nyitsit sesuatu Y dengan ibu jari dan telunjuk, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas berbentuk tipis-tipis. Y menjadi banyak potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun ekplikasinya adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, merobek, berulang-ulang) Y menjadi beberapa bagian terpisah yang tipis X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba nyitsit memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
daging
tangan
Cara Arah Gerakan
-kedua tangan -Kedua tangan memegang memegang -tangan kiri entitas gerakkan ke -merobek kiri entitas -tangan kanan gerakkan ke
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
potonganpotongan tipis / pendek
155
kanan
bambu
pisau tajam
-memotong tipis sedikit -Tangan kiri ujung entitas memegang -ujung yang berulangentitas terpotong ulang -Tangan sedikit, kanan dirobek memegang dengan tangan alat hingga ujung -Mengarahkan lainnya alat ke entitas
potonganpotongan tipis
3)plesit, mlesit 4-55
Dagang-ēmlesitkangkung anē suba maengseb tunian Pedagang-itu PREF-potong kangkung REL sudah direbus tadi ‘Pedagang itu memotong kangkung yang sudah direbus tadi’ (Kesiman, Denpasar)
Verba mlesit pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni dagangē‘pedagang itu’ sebagai agen dan kangkung ‘kangkung itu’ sebagai pasien. Aktivitas mlesit merupakan aktivitas yang berkomponen makna gerakan tunggal dari nyitsit. Dengan demikian, mlesit dilakukan dengan gerakan tunggal, sedangkan nyitsit merupakan tindakan mlesit yang berulangulang terhadap entitas. Aktivitas mlesit pada umumnya berkolokasi dengan daundaunan yang akan digunakan sebagai bahan sayuran seperti kangkung, gonda, dan wong ‘jamur’. Leksikon mlesit bermakna ‘menyobek dengan kombinasi antara telunjuk dan ibu jari’, dilakukan dengan gerakan tunggal terhadap satu bagian entitas, merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, TWO, dan MANY. Apabila entitasnya adalah daging, maka mlesit dilakukan dengan tangan
156
saja tanpa harus disertai dengan kehati-hatian. Sebaliknya, apabila entitasnya adalah bambu, maka mlesit dilakukan dengan bantuan pisau tajam untuk membantu memotong dan mengarahkan bagian mana yang akan dirobek serta setipis apa hasil yang diinginkan. Ketika itu gerakan penuh kehati-hatian dilakukan agar hasil dapat dicapai, yakni sobekan dari ujung satu ke ujung lainnya, tanpa putus di bagian tengah. Pemetaan eksponen verba mlesit adalah “Seseorang X mlesit sesuatu Y dengan ibu jari dan telunjuk, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas berbentuk tipis. Y menjadi dua potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun ekplikasinya adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, merobek) Y menjadi dua potongan tipis X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba mlesit memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-daging -tangan -Kedua tangan / memegang sayuran entitas -merobek entitas
Cara Arah Gerakan
-kedua tangan memegang -tangan kiri gerakkan ke kiri -tangan kanan
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
potongan tipis / pendek
157
gerakkan ke kanan -bambu
-pisau tajam
-Tangan kiri memegang entitas -Tangan kanan memegang alat -mengarahkan alat ke entitas
-memotong tunggal tipis sedikit ujung entitas -ujung yang terpotong sedikit, dirobek dengan tangan hingga ujung lainnya
potongan tipis
Catatan; Untuk memotong daging atau sayuran, alat yang digunakan adalah tangan Untuk memotong bambu, alat yang digunakan adalah pisau tajam
4)sigit, nyigit 4-56Beli-n-nēnyigitbēduman adi-n-nēsawirēh mrasa kuangan Kakak(lk)-POSS-DEF PREF-potong daging bagian adik-POSS-DEF karena merasa kurang ‘Kakaknya memotong daging bagian adiknya karena merasa kurang’ (Abiansemal, Badung)
Verba nyigit pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni belinnē‘kakak laki-lakinya’ sebagai agen dan bē‘daging’ sebagai pasien. Aktivitas nyigit pada umumnya memberlakukan entitas seperti potongan daging yang sudah masak, roti, dan entitas lain yang dapat terpotong dengan cara gerakan tangan seperti gerakan mencubit. Nyigit dengan mlesit memiliki persamaan dan perbedaan. Letak persamaan pada kedua verba tersebut adalah sama-sama “memotong” entitas dengan cara menyobek menggunakan ibu jari dan
158
telunjuk agen. Sebaliknya, perbedaannya adalah, nyigit dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk dari salah satu tangan agen, sedangkan mlesit dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk dari kedua tangan agen. Leksikon nyigit bisa dianggap bermakna ‘merobek dengan gerakan seperti mencubit hingga putus’ merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Leksikon ini mengandung komponen makna ‘menyobek dengan kombinasi antara
telunjuk dan ibu jari’, dilakukan dengan gerakan
tunggal terhadap bagian entitas, tanpa kehati-hatian . Pemetaan eksponen verba nyigit adalah “Seseorang X nyigit sesuatu Y dengan ibu jari dan telunjuk, langsung dengan hasil berupa entitas terbagi dua. Y menjadi dua potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun ekplikasinya adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, merobek dengan ibu jari dan telunjuk salah satu tangan) Y menjadi dua bagian terpisah yang tipis X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nyigit memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-daging -tangan -Salah satu -roti dll tangan mengarah ke entitas -Ibu jari dan telunjuk memegang
Cara Arah Gerakan -menarik bagian entitas ke belakang / samping
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
dua potongan terpisah
159
bagian entitas
5)gompēs, ngompēs 4-57
Klian adat-e ngompēsseguk bē siap-ē Kepala adat-DEFPREF-potong dada daging ayam-DEF ‘Kepala adat memotong dada daging ayam itu’ (Mengwi, Badung)
Verba ngompēspada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni klian adatē‘kepala adat itu’ sebagai agen dan seguk bē siapē‘dada ayam itu’ sebagai pasien. Aktivitas ini dapat memberlakukan entitas yang sama dengan entitas verba nyigit di atas. Hal ini disebabkan oleh kemiripan makna yang dimiliki nyigit dan ngompēs, yaitu keduanya bermakna ‘memotong dengan menyobek’ dengan satu tangan. Namun, apabila diamati secara lebih tajam, keduanya memiliki fitur pembeda. Hal tersebut dilihat dari jumlah jari yang digunakan saat aktivitas dilakukan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwanyigit dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk pada salah satu tangan agen, sedangkan ngompēsdilakukan dengan kelima jari pada salah satu tangan agen. Leksikon ngompēsmerepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Leksikon ini memiliki makna ‘menyobek dengan jari-jari tangan’, dilakukan dengan gerakan tunggal terhadap bagian entitas, tanpa kehatihatian. Pemetaan eksponen verba ngompēsadalah “Seseorang X ngompēssesuatu Y dengan jari-jari tangan, langsung dengan hasil berupa entitas terbagi dua, Y menjadi dua potongan terpisah”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun ekplikasinya adalah sebagai berikut.
160
Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, merobek dengan jari-jari salah satu tangan) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Entitas
Alat Gerakan Tangan
-daging -tangan -Salah satu -roti dll tangan mengarah ke entitas -Jari-jari tangan memegang bagian entitas
Cara Arah Gerakan -menarik bagian entitas ke belakang / samping
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
potongan menjadi dua bagian terpisah
Verba ngompēsbisa dikatakan hampir sama dengan verba ngēmpos. Hanya, ngompēsdilakukan dengan jari-jari salah satu tangan dan entitas tidak tersentuh oleh telapak tangan. Sebaliknya,ngēmposdilakukan dengan cara menyentuh entitas dengan jari-jari dan telapak tangan. Adapun eksplikasinya adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada waktu yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, merobek dengan tangan) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
161
Verba ngēmposmemiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
Cara Gerakan Tangan Arah Gerakan
-daging -tangan -Salah satu tangan -roti dll mengarah ke entitas -Tangan memegang bagian entitas
-menarik bagian entitas ke belakang / samping
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
potongan terpisah
C. Tipe Menghentakkan 1. Realisasi Leksikal VMBB dengan tipe menghentakkan, secara leksikal dapat direalisasikan sebagai leksikon ngampigang dan ngampegang. Verba ngampigang dan ngampegang memiliki makna yang unik. Keunikan kedua leksikon ini adalah memiliki makna
yang berhubungan dengan hasil tindakan yang dilakukan.
Memang pada dasarnya aktivitas ngampigang dan ngampegang memiliki tujuan untuk menjadikan entitas mengalami pemisahan atau terputus. Namun, secara tidak sengaja, keadaan entitas menjadi terpisah atau terputus tersebut belum tentu tercapai dari hasil tindakan yang disebutkan verbanya. Hal ini disebabkan oleh sifat dari entitas yang dikenai tindakan serta konsentrasi tenaga yang dikeluarkan selama hal tersebut dilakukan. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa konsentrasi tenaga yang dikeluarkan harus lebih besar terhadap entitas yang sifatnya
relatif kuat agar entitas mengalami pemisahan bagian yang dikenai
162
tindakan. Sebaliknya, konsentrasi tenaga yang dikeluarkan bisa lebih kecil apabila entitas yang dikenai tindakan bersifat relatif lebih lemah. Arah yang menjadi ciri peristiwa bergerak tidak mungkin untuk dikesampingkan di dalam memparafrasekan makna verba (Weirzbicka, 1996: 124). Hal ini tercermin dari unsur yang melekat pada leksikon ngampegang dan ngampigang. Perbedaan arah gerakan menjadi fitur pembeda yang signifikan untuk membedakan leksikon dengan medan makna yang sama. Verba ngampigang dan ngampegang memiliki kemiripan makna apabila dilihat dari cara melakukan tindakan tersebut, yakni dengan cara menghentakkan. Keduanya merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan TWO. Namun, apabila diteliti secara lebih mendalam, keduanya memiliki perbedaan khusus. Fitur pembedanya adalah dilihat dari segi arah gerakan yang dilakukan.Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai verba ngampigang dan ngampegang, disajikan analisis strukturnya sebagai berikut.
2. Struktur 1)ampig, ngampigang 4-58 Jero Nyoman ng-ampig-ang kraras-ē uli punya-n biu susu-nē Nama PREF-hentak-SUFdaun pisang kering-DEF dari pohon pisang susuDEFF ‘Jero Nyoman menghentakkandaun pisang kering dari pohon pisang itu’ (Mengwitani, Badung) Verba ngampigang pada kalimat di atas berkempuan untuk mengikat dua argumen, yakni Jero Nyoman ‘Jero Nyoman’ sebagai agen dan krarasē‘daun
163
pisang kering itu’ sebagai pasien. Aktivitas ngampigang berkolokasi dengan banyak jenis entitas, seperti bagian tumbuh-tumbuhan. Entitas yang dapat dikenai tindakan ini adalah entitas yang umumnya bersifat tidak keras layaknya kayu, bambu, dan besi. Sebagai contoh disajikan data sebagai berikut. 4-59
Dugas di Pura Uluwatu Bojog-ēngampigang kalung biang-ēkanti pegat lantas plaibanga Ketika di pura Uluwatu monyet-DEFmenghentakkan kalung ibu-DEF sampai putus lalu dilarikan ‘Ketika di Pura Uluwatu monyet itu menghentakkan kalung ibu sampai putus kemudian dilarikannya’
Tindakan ngampigang bermakna ‘menghentakkan’, dilakukan dengan gerakan memegang bagian entitas yang akan dikenai tindakan, kemudian menghentakkan bagian tersebut dari atas ke bawah. Posisi yang dilakukan adalah posisi berdiri, langsung pada entitas. Perbedaannya, verba ngampigang dilakukan dengan menghentakkan bagian entitas dari atas ke bawah. Sebaliknya, verba ngampegang dilakukan dengan menghentakkan bagian entitas dari depan ke belakang. Dengan demikian, penekanan perbedaannya terletak pada arah gerakan yang dilakukan. Pemetaan eksponen
Verba ngampigang adalah “Seseorang X ngampigang
sesuatu Y dengan gerakan mengentakkan, posisi berdiri, langsung pada entitas”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi, dan X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang buruk terjadi”, dengan eksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat tertentu X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (memegang, menghentakkan dari atas ke bawah, posisi berdiri langsung) Y bisa tetap seperti semula Y bisa putus
164
X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngampigang memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
-bagian pohon -tali -perhiasan dll
Cara Gerakan Tangan Arah Gerakan
tangan -Salah satu tangan mengarah ke entitas -memegang bagian entitas -menghentakkan bagian entitas
ke bawah
Hasil Jumlah Gerakan tunggal
dua bagian terpisah
2) ampeg, ngampegang 4-54
Pengangon-ēng-ampeg-angtali ento kanti pegat Penggembala-DEFPREF-hentak-SUF tali itu sampai putus ‘Penggembala itu memotong dengan menghentakkan tali itu sampai putus’ (Petang, Badung)
Verba ngampegang pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni Pengangonē‘penggembala itu’ sebagai agen dan tali ‘tali’ sebagai pasien. Adapun entitas yang dapat dikenai tindakan ini adalah entitas yang bersifat lembek seperti bermacam-macam tali, kain, karet, serta entitas lain yang memiliki bentuk memanjang dengan sifat yang tidak kaku. Kembali disampaikan bahwa verba ngampegang dan ngampigang yang telah tersaji sebelumnya memiliki kesamaan cara
gerakan,
yakni gerakan menghentakkan bagian entitas.
Perbedaannya terletak pada arah gerakan yang dilakukan. Ngampegang dilakukan
165
dengan gerakan menghentakkan dari depan ke belakang, sedangkan ngampigang dilakukan dengan gerakan dari atas ke bawah. Pemetaan eksponen verba ngampegang adalah “Seseorang X ngampegang sesuatu Y tanpa menggunakan alat Z dengan gerakan memegang, menghentakkan dari depan ke belakang, posisi berdiri, langsung pada entitas. Pemetaan subeksponennya adalah “X ngampegang Y, sesuatu yang baik terjadi, serta X ngampegang Y, sesuatu yang buruk terjadi, dapat diberikan eksplikasi sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu tanpa alat tertentu X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (memegang, menghentakkan dari depan ke belakang, posisi berdiri langsung) Y bisa tetap seperti semula Y bisa putus X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngampegang memiliki komponen makna sebagai berikut Entitas
Alat Gerakan Tangan
-bagian pohon -tali -perhiasan dll
tangan -Salah satu tangan mengarah ke entitas -memegang bagian entitas -menghentakkan bagian entitas
Cara Arah Gerakan
Hasil Jumlah Gerakan
ke belakang tunggal
potongan terpisah
166
3. Fitur Semantik Leksikon ngampegang ngampigang
Arah Gerakan ke bawah ke belakang + + -
4.1.4.2VMBB Turunan dari Verbalisasi Instrumen yang Digunakan 1. Realisasi Leksikal VMBB sangat kaya dengan leksikon yang beraneka ragam. Tiap-tiap butir leksikon merepresentasikan tindakan “memotong” yang dilakukan oleh agen terhadap entitas. Beberapa jumlah leksikon verba merupakan leksikon yang murni berkategori verba meskipun telah mengalami proses afiksasi. Namun, ada beberapa jumlah leksikon VMBB yang merupakan bentuk turunan dari kategori selain verba murni, yakni turunan dari nomina yang diverbalkan dengan membubuhi afiks di dalam satuannya. Nomina yang mengalami proses verbalisasi tersebut merupakan alat yang digunakan di dalam tindakan “memotong” yang disebutkan oleh verbanya. Dengan demikian, ketika melihat secara kasat mata pun dapat diketahui alat yang digunakan oleh agen ketika melakukan tindakan memotong meskipun dalam satuan kalimat tidak terdapat fungsi keterangan yang menerangkan alat yang digunakan oleh agen. Adapun beberapa nomina yang berkemungkinan untuk diverbalkan adalah arit ‘sabit’, gunting ‘gunting’ kandik ‘kapak besar bertangkai panjang’, grinda ‘mesin pemotong’, regaji ‘gergaji’, kikir ‘pemotong gigi’, dan selip ‘mesin’. Leksikonleksikon tersebut dapat menjadi leksikon VMBB apabila mengalami verbalisasi
167
dengan membubuhkan afiks di dalam satuannya. Tiap-tiap leksikon tersebut menjadi bentuk turunan, yakni ngarit ‘memotong dengan sabit’, ngunting ‘memotong dengan gunting’ ngandik ‘memotong dengan kandik’, ngrinda ‘memotong dengan grinda’, ngregaji ‘memotong dengan gergaji’, ngikir ‘memotong dengan kikir’, serta nyelip ‘memotong dengan selip’. Selain verbalisasi instrumen yang digunakan untuk melakukan tindakan “memotong” di dalam VMBB juga ditemukan beberapa leksikon yang berkategori verba dasar, kemudian mengalami proses afiksasi menjadi verba turunan sebagai realisasi VMBB, dan realisasi instrumennya pun mengikuti bentuk verba dasar dan verba turunannya. Perbedaan yang tampak hanya dari segi modifikasi afiksasi dantidak dibahas secara lebih rinci mengingat topik pembicaraan yang menjadi masalah utama bukan proses afiksasi. Adapun leksikon-leksikon tersebut meliputi kikih, kuris, kukur, dan kirut. Untuk mengetahui secara lebih lengkap, akan disajikan pemetaan sebagai berikut.
verba dasar verba turunan
alat yang digunakan
kikih kuris kukur *kirut
pangikihan pangurisan pangukuran pangirutan
ngikih nguris ngukur ngirutin / ngirutang
‘parutan kelapa’ ‘pisau cukur’ ‘parutan kelapa’ ‘pengerot pensil’
Bentuk-bentuk di atas dianggap merupakan leksikon verba yang secara inheren sudah menerangkan alat apa yang digunakan ketika melakukan tindakan sehingga di dalam satuan kalimat tidak diperlukan lagi unsur fungsi keterangan alat. Hal itu terjadi karena penutur bahasa sudah bisa memprediksi alat apa yang digunakan ketika melakukan tindakan hanya dengan melihat realisasi leksikon
168
verbanya. Untuk mendapatkan penjelasan yang terperinci mengenai leksikonleksikon tersebut, disajikan analisis struktur sebagai berikut.
2. Struktur 1)arit, ngarit 4-55 Putu ngarit padang gajah di abian-nē Pan Jagra Nama PREF-sabit rumput gajah di kebun-POSS nama ‘Putu menyabit rumput di ladang Pak Jagra’ Abiansemal, Badung) Verba ngarit pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni Putu ‘Putu’ sebagai agen dan padang gajah ‘rumput’ sebagai pasien. Ngarit merupakan verba denominal yang berasal dari nomina arit ‘sabit’ mendapatkan prefiks N-yang beralomorf ng- sehingga menjadi ngarit ‘menyabit’. Arit ‘sabit’ merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memotong, yang dikhususkan untuk memotong rumput. Meskipun terkadang arit ‘sabit’ dapat digunakan untuk memotong entitas lain selain rumput, seperti tali, daun, buah, dan sebagainya. Hal tersebut tidak dilakukan karena secara alami, aktivitas ngarit memang bermakna ‘memotong rumput’ dengan cara tertentu. Ngarit
merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan
MUCH. Leksikon ini bermakna ‘memotong dengan arit’ yang khusus terhadap rumput sebagai entitasnya. Aktivitas ini dilakukan dengan cara salah satu tangan memegang bagian atas entitas, dilakukan dengan menggunakan alat berupa arit ‘sabit’ dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok, langsung pada entitas. Berbeda dengan verba ngabas, yang dilakukan dengan cara tanpa memegang bagian entitas, meskipun entitas dan alat yang
169
digunakan sama dengan ngarit. Pemetaan eksponen verba tersebut adalah “Seseorang X ngarit sesuatu Y dengan menggunakan arit Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi jongkok, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa entitas berbentuk potongan-potongan agak pendek, Y menjadi banyak potongan terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun eksplikasi verba ngarit adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (arit) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok) Y menjadi banyak potongan pendek X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngarit memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
rumput
sabit
Cara Arah Gerakan
-Tangan kanan memegang alat maju-mengarahkan mundur alat ke entitas sekaligus tangan kiri memegang
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
2) kandik, ngandik 4-56
Pekak tiang-ēngandiksaang uli tunian Pekak tiang-ē PREF-kandik saang
uli tunian
potonganpotongan pendek
170
Kakek saya-DEFPREF-kapakkayu dari tadi ‘Kakek saya memotong kayu bakar dari tadi’ (Banjarangkan, Klungkung) Verba ngandik pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni pekak tiangē‘kakek saya’ sebagai agen dan saang ‘kayu bakar’ sebagai pasien. Ngandik merupakan verba denominal yang berasal dari alat yang digunakan yakni kandik, mendapat prefiks N- beralomorf ng- sehingga menjadi ngandik. Aktivitas ini berkolokasi dengan entitas seperti kayu, baik kayu bakar maupun bagian kayu dari pohon yang masih berdiri utuh. Ngandik merepresentasikan makan asali WANT, SOMETHING, PART, TWO, dan MANY/MUCH. Leksikon ini bermakna ‘memotong dengan menggunakan kandik’ dilakukan dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi berdiri, langsung pada entitas. Pemetaan eksponen verba tersebut adalah “Seseorang X ngandik sesuatu Y dengan menggunakan kandik Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, posisi berdiri, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil entitas berupa potongan-potongan pendek / kecil. Y kemudian menjadi dua potongan terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi. Adapun eksplikasi verba ngandik adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (kandik) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi berdiri langsung) Y menjadi dua bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Komponen makna verba ngandik adalah sebagai berikut.
171
Entitas
Alat Gerakan Tangan dan Badan
kayu
kandik (kapak besar bertangkai panjang)
Cara Arah Gerakan
-Kedua tangan naikmemegang turun alat -Mengarahkan alat ke entitas -posisi berdiri
Hasil Jumlah Gerakan
berulangulang
dua bagian terpisah
3)grinda, ngrinda 4-57
Buruh-nē Bli Putu ngrinda batu-nē Buruh-POSS Bi PutuPREF-grinda batu-DEF Buruh-POSS nama PREF-alat grinda batu-DEF ‘Pekerja Bli Putumemotong batu itu’ (Abang, Karangasem)
Verba ngrinda pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni buruhnē Bli Putu ‘pekerja (milik) Bli Putu sebagai agen dan batunē‘batu itu’ sebagai pasien. Ngrinda merupakan verba denominal yang berasal dari nomina grinda ‘mesin pisau pemotong’ mendapat prefiks N- yang beralomorf ng- sehingga menjadi ngrinda. Dengan demikian, ngrinda adalah bentuk yang merupakan verbalisasi instrumen yang digunakan untuk aktivitas “memotong” sesuai dengan entitas yang diberlakukan. Aktivitas ngrinda berkolokasi dengan entitas yang sifatnya relatif keras dan tidak dapat dipotong hanya dengan pisau tajam. Adapun entitas yang diberlakukan pada umumnya seperti batu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan atau tempat suci agama Hindu, kayu, keramik, dan logam. Grinda yang digunakan pun berbeda-beda tergantung dari entitas yang diberlakukan. Adapun grinda besar
172
seperti grinda besi untuk memotong besi, grinda batu untuk memotong batu, grinda kayu untuk memotong kayu, serta ada pula grinda kecil yang memiliki gagang pegangan untuk memotong keramik dan batu yang ukurannya kecil. Verbangrindamerepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, ONE, TWO, MANY, dan MUCH. Leksikon inibermakna ‘memotong dengan grinda’. Cara memotong yang dilakukan terhadap entitas akan berbeda apabila ditinjau dari segi jenis grinda yang digunakan. Grinda yang tergolong besar digunakan dengan cara mengarahkan entitas ke bagian grinda karena tidak memungkinkan untuk memegang grinda tersebut. Sebaliknya, untuk grinda yang ukurannya kecil, digunakan dengan cara memegang bagian gagang grinda kemudian mengarahkan mata pisau pemotong ke bagian entitas yang akan dikenai tindakan. Pemetaan eksponen verba ngrinda adalah “Seseorang X ngrinda sesuatu Y dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi berdiri untuk jenis grinda besar, posisi jongkok untuk jenis grinda kecil, langsung pada entitas dengan hasil berbentuk potongan terbagi dua. Y menjadi dua potongan terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X ngrinda Y, sesuatu yang baik terjadi. Adapun eksplikasinya adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (grinda) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi berdiri atau jongkok) Y menjadi dua bagian/potongan terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngrinda memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
Cara
Hasil
173
Gerakan Tangan Batu
grinda
-Tangan kanan / kedua tangan memegang entitas -mengarahkan entitas ke alat
Arah Gerakan -maju – mundur
Jumlah Gerakan berulang
dua bagian/ potongan terpisah
4)regaji, ngregaji 4-58
Jro Mangku ngregaji tiinglakar anggona katik satē Nama PREF-gergajibambu akan digunakan tusuk sate ‘Jro Mangku menggergaji bambu akan digunakan tusuk sate’ (Blahbatuh, Gianyar)
Verba ngregaji pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni Jro Mangku ‘Jro Mangku’ sebagai agen dan tiing ‘bambu’ sebagai pasien. Verba ngregaji merupakan verba denominal yang berasal dari nomina regaji ‘gergaji’, mendapat prefiks N- yang beralomorf ng- sehingga menjadi ngregaji. Dengan demikian, ngregaji adalah bentuk yang merupakan verbalisasi instrumen yang digunakan untuk memotong entitas yang bersangkutan. Leksikon ngregajibermakna ‘memotong dengan regaji ‘gergaji’. Aktivitas ngregajimemberlakukan entitas yang tidak dapat dipotong dengan pisau tajam. Adapun entitas tersebut pada umumnya bersifat relatif keras seperti kayu, bambu, kayu lapis, pipa, dan besi. Regaji ‘gergaji’ yang digunakan pun berbeda-beda tergantung jenis entitas yang diberlakukan. Regaji biasa untuk memotong kayu dan bambu, regaji besi untuk memotong besi, dan regaji pipa untuk memotong
174
pipa. Cara yang dilakukan sama, yakni dengan gerakan terarah, naik-turun atau ke depan dan ke belakang, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok, langsung pada entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ngregaji sesuatu Y dengan menggunakan regaji Z dengan gerakan terarah, naik-turun atau ke depan dan ke belakang, berulang-ulang, penuh kehatihatian, posisi jongkok, langsung dengan hasil berbentuk dua potongan terpisah.” Y menjadi dua potongan terpisah, Y menghasilkan serpihan sisa potongan yang tidak diperlukan. Dengan demikian, Verba Ngregaji merepresentasikan makna asali WANT,
SOMETHING,
PART,
ONE
(separated),
TWO,
dan
MANY/MUCH. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun eksplikasi verba ngregaji adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (regaji) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, naik-turun atau maju-mundur, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok) Y menjadi dua potongan terpisah Y menghasilkan serpihan yang tidak diperlukan X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngregaji memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas Alat Gerakan Tangan -kayu -bambu -besi
regaji / gergaji
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri
Cara Arah Gerakan
Jumlah Gerakan
majumundur
berulangulang
Hasil Diinginkan Tak diinginkan potongan terbagi dua
banyak serpihanserpihan halus
175
memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
5)kikir, ngikir 4-59
Pekak Suja ngikircaling cicing-nēsawirēh kereng nyogroh anak teka Kakek namaPREF-potong taring anjing-POSS karenasering menerkam orang datang ‘Kakek Suja memotong taring anjingnya karena sering menerkam orang yang datang’ (Abang, Karangasem)
Verba ngikir pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni Pekak Suja ‘Kakek Suja’ sebagai agen dan cicingnē‘anjingnya’ sebagai pasien. Ngikir merupakan verba denominal yang berasal dari nomina kikir, mendapat prefiks N- yang beralomorf ng- sehingga menjadi ngikir. Dengan demikian, ngikir adalah bentuk yang merupakan verbalisasi instrumen yang digunakan untuk memotong entitas yang bersangkutan. Adapun entitas yang dikenai tindakan ini pada umumnya adalah bagian tubuh manusia atau hewan, yakni bagian gigi entitas. Aktivitas ngikir pada dasarnya bermakna ‘meratakan atau memperpendek’ dengan menggunakan kikir. Namun, dalam perkembangannya, ngikir dianggap bermakna “memotong” karena entitas yang dikenai tindakan mengalami perubahan bentuk menjadi memendek, sesuai dengan konsep “memotong” yang telah tersaji sebelumnya. Perhatikan juga data di bawah ini. 4-60
Dugas tiang-ēmatatah, jeg awaga ngikir gigi-n tiangē ken sangging-e Ketika saya-DEFPREF-tatah, tidak disangka dengan sembarangan PREF-potong gigi-POSS-DEF oleh sangging-DEF
176
‘Ketika saya mengikuti upacara potong gigi, tidak disangka tukang potong gigi itu sembarangan memotong gigi saya’ (Abiansemal, Badung)
Verba ngikir bermakna ‘memotong dengan kikir’, tentu saja dilakukan dengan alat berupa kikir, dengan gerakan terarah, maju-mundur, berulang-ulang, posisi bisa duduk, jongkok, ataupun berdiri, penuh kehati-hatian, langsung pada entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X ngikir sesuatu Y dengan menggunakan kikir Z dengan gerakan terarah, maju-mundur, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa bagian entitas yang pendek dan rata. Y tetap berbentuk satu bagian tak terpisah sehingga leksikon ini menggambarkan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (unseparated). Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun eksplikasinya adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (kikir) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, maju-mundur, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi duduk, jongkok, ataupun berdiri) Y menjadi satu potongan pendek / rata X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngikir memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
Gigi hewan
kikir
-Tangan kanan memegang
Cara Arah Gerakan majumundur
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
satu potongan rata
177
alat -Tangan kiri memegang mulut entitas -mengarahkan alat ke entitas
6) selip, nyelip 4-61
Bapa nunyelipbēbiin a-grēdēgan Ayah ASP PREF-potong daging lagi satu-putaran ‘Ayah masih memotong daging lagi sekali’ (Mengwi, Badung)
Verba nyelip pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni bapa ‘ayah’ sebagai agen dan bē‘daging’ sebagai pasien. Nyelip merupakan verba denominal yang berasal dari nomina selip ‘mesin pemotong’ mendapatkan prefiks N- yang beralomorf ny- sehingga menjadi nyelip. Aktivitas ini dapat memberlakukan beberapa jenis argumen yang berbeda, tergantung jenis selip yang digunakan sebagai alat untuk memotong. Berikut ini beberapa jenis selip beserta dengan kolokasi entitas yang sesuai. Jenis selip
Entitas / Kegunaan
selip nyuh selip kayu selip bē selip kopi selip gabah selip tepung
untuk memarut kelapa untuk memotong atau menghaluskan kayu untuk memotong dan menghaluskan daging untuk menghaluskan kopi untuk mengupas kulit gabah untuk menghaluskan beras menjadi tepung
Seperti yang telah didaftarkan di atas bahwa selip terdiri atas beberapa jenis yang berbeda tergantung dari entitas yang diberlakukan. Selip nyuh hanya berkolokasi dengan kelapa sebagai entitasnya dan tidak dapat berkolokasi dengan entitas lain. Demikian juga selip kayu, selip bē, selip kopi, dan selih gabah hanya
178
dapat berkolokasi dengan entitas seperti pada daftar di atas dan tidak dapat dikolokasikan terhadap entitas yang lainnya. Cara memotong yang dilakukan terhadap entitas memiliki persamaan dan perbedaan antara jenis selip yang satu dan jenis selip yang lainnya. Persamaannya adalah entitas yang dikenai tindakan, dipegang kemudian diarahkan ke bagian selip yang digunakan pada saat melakukan aktivitas “memotong”. Sebaliknya, perbedaannya terletak pada posisi dan gerakan tangan ketika terjadinya proses memotong tersebut. Gerakan tangan ketika nyelip dengan selip kayu dan selip nyuh pada umumnya sama, yakni dengan memegang entitas dengan salah satu atau kedua tangan kemudian mengarahkannya ke bagian selip yang berfungsi sebagai mata pemotong, bagian entitas terus dipegang dari awal hingga seluruhnya terpotong. Sedbaliknya, selip bē, selip kopi, selip gabah, dan selip tepung pada umumnya dilakukan dengan memegang entitas kemudian mengarahkan dan meletakkannya ke bagian penampungan selip, maka dengan sendirinya penampungan pada selip tersebut akan mengarahkan entitas ke bagian pemotong pada selip sehingga entitas akan terpotong tanpa harus memegangnya hingga akhir. Hasil yang ingin dicapai pun berbeda antara penggunaan selip yang satu dan yang lainnya ketika aktivitas nyelip dilakukan. Nyelip nyuh ‘kelapa’ menghasilkan entitas berbentuk potongan-potongan sangat kecil (parutan). Nyelip kayu ‘kayu’ menghasilkan potongan kayu yang terbagi menjadi dua atau beberapa bagian , dengan sisa-sisa potongan yang tidak diharapkan. Nyelip bē‘daging’, nyelip kopi ‘kopi’, dan nyelip tepung ‘tepung’ menghasilkan entitas berbentuk sangat halus.
179
Nyelip gabah ‘gabah’ menghasilkan entitas menjadi beberapa bagian, yakni beras, sekam, dan dedak. Verba nyelip dimaknai ‘memotong
dengan alat selip(mesin pemotong)’
dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, posisi berdiri, langsung pada entitas yang diberlakukan. Pemetaan eksponen verba nyelip adalah “Seseorang X nyelip Y dengan menggunakan selip Z dengan gerakan terarah, penuh kehati-hatian, posisi berdiri, langsung dengan hasil Y menjadi satu bagian, dua atau beberapa bagian terpisah, sehingga merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, ONE, TWO, MANY, dan MANY/MUCH. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi. Adapun eksplikasinya adalah sebagai berikut.
Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (selip) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, penuh kehatihatian, posisi berdiri) Y menjadi beberapa bagian terpisah X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nyelip memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-kayu -padi -beras -daging
selip -Tangan kanan memegang entitas -mengarahkan entitas ke alat
Cara Arah Gerakan maju
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
beberapa bagian terpisah
180
7)kikih, ngikih 4-62
Mēmēngikih nyuh lakar tanusan-nē Ibu PREF-parut kelapa bahan minyak kelapa-DEF ‘Ibu memarutkelapa bahan minyak kelapa itu’ (Petang, Badung)
Verba ngikih pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni mēmē‘ibu’ sebagai agen dan nyuh ‘kelapa’ sebagai pasien. Aktivitas ngikih pada umumnya berkolokasi dengan entitas berupa daging kelapa yang tua dan sering pula memberlakukan entitas lain seperti kunyit ketika akan membuat obat atau jamu dengan bahan tersebut. Selain itu, bisa juga memberlakukan entitas berupa sēla sawi ‘ketela pohon / singkong’ ketika akan membuat timus ‘gejos’, yakni sejenis makanan yang terbuat dari parutan ketela pohon yang dicampur dengan gula aren, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Verba ngikih bermakna ‘memarut’ entitas dengan alat berupa kikihan / pangikihan‘parutan’ dengan gerakan naik turun, berulang-ulang, penuh kehatihatian, langsung dengan hasil berupa parutan atau potongan entitas yang berukuran sangat kecil dan pendek. Pemetaan eksponen verba tersebut adalah “Seseorang X ngikih sesuatu Y dengan menggunakan kikihan Z dengan gerakan naik turun, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, dengan hasil berupa parutan entitas”. Y menjadi banyak bagian terpisah, sehingga merepresentasikan makna asali WANT,
SOMETHING,
PART,
dan MANY/MUCH.
Pemetaan
subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun eksplikasi dari verba tersebut adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y
181
Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (kikihan) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (naik-turun, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi bebas) Y menjadi banyak potongan terpisah yang halus X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngikih memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-kelapa -ketela -kunyit
parutan -Tangan kiri (kikihan) memegang alat -Tangan kanan memegang entitas -Mengarahkan entitas ke alat
Cara Arah Gerakan naik-turun
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
potonganpotongan halus / kecil-kecil pendek
8)kuris, nguris 4-63
Bapak nguris kumis-nēsatondēn-ē kundangan Ayah PREF-cukur kumis-POSS sebelum-DEF ke undangan ‘Ayah mencukurkumisnya sebelum pergi menghadiri undangan’ (Selemadeg, Tabanan)
Verba nguris pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni bapak ‘ayah’ sebagai agen dan kumisnē‘kumisnya’ sebagai pasien. Verba nguris berkolokasi dengan entitas berupa rambut atau bulu yang terdapat pada manusia. Penekanan terhadap makna nguris adalah pada alat yang digunakan yakni kurisan / pengurisan. Seperti yang telah dipaparkan bahwa aktivitas nguris dapat dilakukan pada bulu atau rambut yang terdapat pada
182
manusia. Nguris bermakna ‘memotong rambut / bulu dengan kurisan / pengurisan’. Verba nguris merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (separated). Aktivitas nguris bermakna ‘memotong dengan kurisan / pengurisan, dilakukan dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehatihatian, langsung terhadap entitas. Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X nguris sesuatu Y dengan menggunakan sesuatu Z dengan gerakan terarah, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil yang diinginkan berupa bagian entitas yang bersih dari bulu atau rambut. Y menghasilkan potongan yang tidak diharapkan. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Eksplikasi verba nguris adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (kurisan / pengurisan) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, berulangulang, penuh kehati-hatian) Y menjadi satu bagian tanpa bulu Y menghasilkan potongan-potongan bulu pendek X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba nguris memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat
rambut pengurisan
Cara Gerakan Arah Tangan Gerakan -Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri tanpa
naikturun
Jumlah Gerakan berulangulang
Hasil Diinginkan Tak diinginkan
permukaan kulit tanpa rambut / bulu
potongan potongan agak pendek
183
memegang entitas mengarahk an alat ke entitas
9)kukur, ngukur 4-64
I mēmēkngukurnyuh anēsuba matunu ARTIbu PREF-parut kelapa REL sudah dibakar ‘Ibu memarut kelapa yang sudah dibakar’ (Abang, Karangasem)
Verba ngukur pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen. Argumen yang dimaksud yakni I mēmēk ‘ibu’ sebagai agen dan nyuh ‘kelapa’ sebagai pasien. Aktivitas ngukur pada umumnya berkolokasi dengan entitas berupa daging kelapa yang tua. Verba ngukur merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan MANY/MUCH. Leksikon ini bermakna ‘memotong dengan memarut’ entitas dengan alat berupa pangukuran ‘parutan’ yang memiliki lubang-lubang memanjang yang tajam,
dengan gerakan naik turun, berulang-ulang, penuh
kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa
entitas berbentuk pendek tipis.
Pemetaan eksponen verba tersebut adalah “Seseorang X ngukur sesuatu Y dengan menggunakan pangukuran Z dengan gerakan naik turun, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, dengan hasil berupa parutan entitas berbentuk pendek tipis. Y menjadi banyak bagian terpisah. Pemetaan subeksponennya adalah “X ngukur Y, sesuatu yang baik terjadi. Adapun eksplikasi verba tersebut adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y
184
Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pangukuran) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (naik-turun, berulangulang, penuh kehati-hatian, posisi bebas) Y menjadi banyak potongan pendek halus X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngukur memiliki komponen makna yang hampir sama dengan verba ngikih, tetapi letak perbedaannya hanya pada hasil entitasnya. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-kelapa -ketela -kunyit
parutan -Tangan kiri (kikihan) memegang alat -Tangan kanan memegang entitas -Mengarahkan entitas ke alat
Cara Arah Gerakan naik-turun
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
potonganpotongan tipis kecil-kecil pendek
10)pangirutan, ngirutin 4-65
Guru-nēngirutinpotlot-nē Guru-DEFPREF-kerot pensil-POSS ‘Guru itu mengerotpensilnya’ (Abiansemal, Badung)
Verba ngirutin pada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni gurunē‘guru itu’ sebagai agen dan potlotnē‘pensilnya’ sebagai pasien. Aktivitas ngirutin berkolokasi dengan entitas berupa potlot ‘pensil’ dan
185
tidak dapat memberlakukan entitas yang lainnya. Adapun alat yang digunakan adalah pangirutan ‘pengerot’. Ngirutin merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, dan ONE (separated). Leksikon inibermakna ‘menajamkan salah satu ujung pensil’ dengan menggunakan alat berupa pangirutan ‘pengerot’ dengan gerakan terarah, memasukkan bagian ujung entitas ke bagian alat, memutar, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, langsung dengan hasil berupa potongan runcing. Y menjadi satu potongan berujung runcing, Y menghasilkan sisa potongan yang tidak diperlukan (upil)”. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu pada Y, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun eksplikasi verba ngirutin adalah sebagai berikut. Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (pangirutan) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (memutar, berulangulang, penuh kehati-hatian) Y menjadi satu potongan berbentuk runcing Y menghasilkan banyak serpihan-serpihan upil X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini
Verba ngirutin memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
pensil
pangirutan -Tangan kiri memegang alat -Tangan kanan memegang entitas -Mengarahkan entitas ke alat
Cara Arah Gerakan memutar
Hasil Jumlah Gerakan berulangulang
-satu potongan runcing -banyak serpihan upil
186
11) gunting, ngunting 4-58
Ia ngunting bok-nē pedidi Dia PREF-gunting rambut-POSS sendiri ‘Dia menggunting rambutnya sendiri’ (Blahbatuh, Gianyar)
Verba nguntingpada kalimat di atas berkemampuan untuk mengikat dua argumen, yakni ia‘dia’ sebagai agen dan boknē‘rambutnya’ sebagai pasien. Verba nguntingmerupakan verba denominal yang berasal dari nomina gunting, mendapat prefiks N- yang beralomorf ng- sehingga menjadi nngunting. Dengan demikian, ngregaji adalah bentuk yang merupakan verbalisasi instrumen yang digunakan untuk memotong entitas yang bersangkutan. Leksikon ngregajibermakna
‘memotong dengan gunting’.
Aktivitas
nguntingmemberlakukan entitas seperti rambut manusia, tanaman hias, dan benda-benda tidak bernyawa lainnya seperti lembaran kain dan kertas. Aktivitas ngunting dapat dikatakan sebagai nyukur apabila tujuan dan hasil yang didapatkan adalah berupa potongan rapi (bandingkan dengan nyukur pada penjelasan halaman 136). Pemetaan eksponennya adalah “Seseorang X nguntingsesuatu Y dengan menggunakan guntingZ dengan gerakan terarah, naik-turun atau ke depan dan ke belakang, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok, langsung dengan hasil beberapa potongan terpisah.”. Verba ngunting merepresentasikan makna asali WANT, SOMETHING, PART, TWO, dan MANY/MUCH. Pemetaan subeksponennya adalah “X melakukan sesuatu padaY, sesuatu yang baik terjadi”. Adapun eksplikasi verba ngunting adalah sebagai berikut.
187
Pada waktu itu, X melakukan sesuatu pada Y Karena ini, pada saat yang bersamaan terjadi sesuatu pada Y X melakukan sesuatu dengan alat tertentu (gunting) X melakukan sesuatu dengan cara tertentu (terarah, naik-turun atau maju-mundur, berulang-ulang, penuh kehati-hatian, posisi jongkok) Y menjadi dua atau beberapa potongan terpisah Y menghasilkan serpihan yang tidak diperlukan X menginginkan ini X melakukan sesuatu seperti ini Verba ngunting memiliki komponen makna sebagai berikut. Entitas
Alat Gerakan Tangan
-rambut -rumput -tali -kain -kertas
gunting
-Tangan kanan memegang alat -Tangan kiri memegang entitas -Mengarahkan alat ke entitas
Cara Arah Gerakan naik-turun
Hasil Jumlah Gerakan -tunggal dua / -berulang beberapa potongan terpisah
3. Fitur Pembeda Leksikon ngetep / motong ngarit ngandik ngikih nguris ngrinda ngregaji ngikir nyelip
Entitas Hasil Rumput Daun Kayu Bambu Kelapa Rambut Gigi Batu Diharap Tdk + + + + + + + + + ± + +
+
+ + + +
+ +
+ +
+ -
+ -
+ +
+ + + + + + + +
+ + + + + ±
188
ngirutin ngunting
+
-
+ -
-
-
+
-
+ -
+ +
+ +
4.2 Peran Semantik Argumen VMBB 4.2.1 Peran Umum Argumen VMBB Setiap kalimat dibangun dengan predikat yang biasanya disertai dengan satu atau dua unsur nomina. Dalam hal ini, unsur tersebut disebut dengan “argumen”. Selain menentukan kehadiran argumen dan sekaligus hubungan argumen dengan predikat, argumen tersebut secara semantik juga dapat dispesifikasikan (Chafe, 1970: 96). Hal ini akan menghasilkan penentuan peran-peran semantik yang melekat pada masing-masing argumen seperti ACTOR dan UNDERGOER untuk menerangkan relasi semantik antara predikat dan argumen (Foley dan Van Vallin, 1984).
VMBB memiliki peran semantik yang sama dengan peran semantik verba lainnya. Dengan bertumpu pada teori Peran Umum (Macroroles), dikatakan bahwa di dalam sebuah satuan kalimat yang beragumen dua, terdapat dua peran umum, yakni ACTORdan UNDERGOER(Foley dan Van Vallin, 1984). Kedua peran umum ini juga masih memiliki peran-peran khusus seperti pengalam, tema, lokatif, dan benefaktif (experiencer, theme, locative, dan benefaktive). Dua peran umum yaitu ACTORdan UNDERGOERsering berkorespondensi dengan apa yang
189
disebut dengan logical subject dan logical object. Dengan demikian, prototipe dari ACTORadalah agen, dan prototipe dari UNDERGOERadalah pasien. 4-66
I Bapangetep tiing ART ayah PREF-potong bambu ‘Ayah memotong bambu’ (Manggis, Karangasem)
Dalam VMBB, ACTOR memiliki peran khusus sebagai agen karena verba jenis ini mensyaratkan entitas berciri insan (human)
yang mengontrol dan
mengendalikan suatu peristiwa (Sudipa, 2004: 296). Leksikon ngetep pada data di atas sudah sangat jelas mengharuskan kehadiran dua argumen, yakni ACTORdan UNDERGOER. ACTORdengan peran khusus yang berupa agen diisi oleh I Bapa ‘ayah’ , sedangkan UNDERGOERdengan peran khusus yang berupa pasien diisi oleh tiing ‘bambu’. ACTORdikatakan sebagai agen karena memengaruhi, mengontrol, dan mengendalikan peristiwa “memotong” yang terjadi, sedangkan UNDERGOERmemiliki peran khusussebagai pasienkarena menerima pengaruh langsung dari tindakan yang dilakukan oleh agendan mengalami perubahan fisik akibat pengaruh dari tindakan tersebut(Sudipa, 2004: 297). 4.2.2 Peran Khusus Argumen VMBB Verba tindakan, yakni VMBB mensyaratkan dua argumen yang berperan sebagai
ACTORsebagai
ACTORmelakukan
suatu
agendan tindakan
UNDERGOERsebagai sehingga
sesuatu
terjadi
pasien. pada
UNDERGOERyang mengalami perubahan fisik (berperan khusus sebagai pasien) akibat dari perbuatan agen sebagai penyebab terjadinya suatu aktivitas (Sudipa,
190
2004: 307). Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pada konsep “verba memotong”, pasien mengalami perubahan fisik akibat dari tindakan “memotong” yang dilakukan oleh agen, baik mengalami pemisahan maupun tetap dalam satu satuan, tetapi hanya mengalami robekan.
4.2.2.1 Peran Berlapis “Lokatif” pada Entitas Bernyawa (animate) Sudipa (2004: xxi) mengatakan bahwa peran semantik pada argumen verba tindakan pantas untuk dicatat sebagai fenomena baru yang bisa diusulkan sebagai suatu model kajian. Model kajian seperti ini adalah proses dari langkah-langkah yang berlapis untuk menentukan peran tertentu pada suatu argumen verba khususnya argumen VMBB. Ada beberapa leksikon verba dapat dianalisis secara berlapis, dan ada beberapa yang lainnya tidak. Perhatikan data di bawah ini. 4-67
Tiang ngetep tali (Abiansemal, Badung) Tiang Saya ‘Saya memotong A/ agen
ngetep PREF-potong
tali tali
tali’ U/ pasien
Data di atas dapat dianalisis terbatas hanya pada penentuan peran umum saja. Dalam hal ini, aktor sebagai agen, UNDERGOER sebagai pasien. Tidak ada analisis peran berlapis yang dapat dilakukan untuk menentukan peran-peran yang lebih khusus lagi pada argumen ngetep. Bandingkan dengan data berikut ini. 4-68
Jagale ngorok cēlēnge (Abiansemal, Badung) Jagalēngorok cēlēngē
191
Jagal-e PREF-getepbaongcēlēng-ē ‘Jagal-DEFmemotongbagian leherbabi-DEF’ U/lok A/agen V U/pasien
4-69
Lapis II Lapis I
Bapan tiangēnyamblēh siap caru (Abiansemal Badung) Bapan tiangē
siap
nyamblēh
Bapa-n tiang-ēPREF-getepbaong
siap
Ayah-POSS saya-DEFmemotongbagian leherayam U/lok Lapis II A/agen V U/pasien Lapis I
4-70
Sang Nakula nyempal para yudanē (Abiansemal, Badung) Sang Nakula ART Nama
nyempal
para yudane
PREF-getep baongpara yuda-ne
‘Sang Nakulamemotongbagian leherpara prajurit-DEF U/lok Lapis II A/agen V U/pasienLapis I
4-71
Algojonē munggal tahanannē (Abiansemal Badung) Algojo-nē Algojo-DEF
munggal PREF-getep baong
tahanan-nē tahanan-DEF
‘Algojo-itumemotongbagian lehertahanan-itu’ U/lok A/agen V U/pasien
Lapis II Lapis I
192
Jika diperhatikan, data di atas merujuk pada entitas berupa manusia dan hewan. Fitur semantik yang melekat pada verba ngorok, nyamblēh, nyempal, mancung, dan munggal, tidak saja mengandung unsur makna “memotong”, tetapi juga mengandung unsur berupa bagian entitas yang diacu. Pada dasarnya, bagian entitas yang dikenai tindakan adalah bagian atas, tengah, bawah, dan bagian lainnya. Khusus terhadap leksikon-leksikon pada data di atas, tentu saja tindakan yang dilakukan mengacu kepada bagian atas, khususnya bagian leher entitas. Tindakanngorok yang dilakukan oleh seorang agen mengindikasikan bahwa aktivitas “memotong” dilakukan terhadap entitas yang mengacu pada bagian leher. Demikian juga aktivitas nyamblēh, nyempal, mancung, dan munggal mensyaratkan bahwa bagian leher entitaslah yang harus dikenai tindakan “memotong” tersebut dan sangat tidak benar apabila dikenai pada bagian lain dari entitas. Selain merujuk pada bagian leher entitas, bagian lain entitas juga dapat berelasi dengan aktivitas “memotong”. Hal ini terjadi karena di dalam pikiran agen, ditargetkan bagian mana yang terlebih dahulu yang harus dikenai tindakan. Tentu saja hal tersebut berhubungan dengan hasil yang diinginkan oleh agen. Bagian lain entitas yang dapat menjadi sasaran adalah bagian dada. Data berikut dapat memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. 4-71
Juru masakē ningkag bē bēbēkē (Peguyangan Kaja, Denpasar) Juru masak-ē
ningkag
Juru masak-DEF PREF-geteptangkah
bē bēbēk-ē bē bēbēk-DEF
‘Juru masak-itumemotongbagian dadadaging bebek itu’
193
U/lok
Lapis
II A/agen
V
U/pasien
Lapis I
Leksikon ningkag pada data di atas mengharuskan adanya dua argumen. Adapun argumen tersebut adalah juru masakē‘juru masak itu’ sebagai agen dan bē bēbēkē‘daging bebek itu’ sebagai pasien. Fitur semantik yang terkandung dalam verba ningkag tidak hanya bermakna “memotong”, tetapi juga merujuk pada bagian dada
entitas yang dikenai tindakan. Apabila seseorang ningkag siap
‘memotong dengan membelah bagian dada ayam’, maka terlebih dahulu timbul dalam pikiran agen adalah mengarahkan alat ke bagian dada entitas. Hal ini disebabkan oleh agen menginginkan dada entitas mengalami perubahan, yakni terbelah sehingga memudahkan agen untuk membakar atau memanggang entitas tersebut setelah tindakan “memotong” dilakukan.Selain itu, bagian entitas yang dapat dijadikan sasaran tindakan “memotong” adalah bagian perut. Data berikut dapat menjelaskannya.
4-73
Melahang nudag / nudēg siapē (Singaraja) Melahang nudag / nudēg Melahang
siap-ē
PREF-getepbasang siap-DEF
‘Hati-hatilah memotongbagian perutayam itu’ U/lok V U/pasien
Lapis II Lapis I
194
Data di atas menunjukkan bahwa tindakan “memotong”dilakukan dengan menyasar
bagian perut entitas. Sebelum tindakan dilakukan, yang terbayang
dalam pikiran agen adalah menginginkan agar perut entitas menjadi terbuka sehingga memudahkan untuk mengambil dan mengeluarkan organ-organ yang ada di dalamnya. Nudēg / nudagbermakna ‘memotong bagian perut bagian luar’ dan tidak akan berterima apabila yang menjadi sasarannya adalah bagian lain dari entitas, seperti kepala, leher, kaki, dan lainnya. Itulah fitur semantik yang melekat pada verba nudēg / nudag. Istilah memotong perut bagian luar entitas direalisasikan sebagai leksikon nudēg / nudag. Aktivitas ini sering terjadi setelah seorang agen menyembelih hewan untuk tujuan tertentu. Ketika proses memotong bagian perut hewan dilakukan dengan beberapa langkah mulai dari membelah bagian perut luar sekaligus mengeluarkan isinya, maka tindakan memotong tersebut tidak lagi terealisasi sebagai leksikon nudēg / nudag, melainkan sebagai leksikon murak. Data berikut dapat memberikan gambaran mengenai hal tersebut.
4-74
Belin tiangē ngruak cēlēng (Gianyar) Beli-n tiang-ē
cēlēng
ngruak
Beli-POSS tiang-DEFPREF-getepngedasangbasang ‘Kakak saya itu memotong (&) membersihkanperut babi’ Lapis II
U/lok
cēlēng
195
Lapis I A/agen
V
U/pasien
Tindakan “memotong” yang menyasar bagian perut entitas, dimana hal yang dilakukan adalah memotong bagian perut luar kemudian membersihkan isi atau organ yang ada di dalamnya, dapat direalisasikan sebagai leksikon murak. Ketika nudēg / nudagdilakukan, hanya perut bagian luar entitas yang menjadi sasaran. Namun, ketika murak dilakukan, perut bagian luar beserta isi di dalamnya ikut menjadi sasaran. Itulah yang menjadi fitur semantik antara nudēg / nudagdan murak meskipun keduanya memiliki fitur peranUNDERGOER lokatif yang sama. Tindakan “memotong” juga dapat menyasar bagian kelamin entitas. Aktivitas memotong seperti ini biasanya dilakukan terhadap hewan peliharaan yang berjenis kelamin jantan. Peran khususUNDERGOER, yakni peran pasien sudah jelas dimiliki oleh entitas. Namun, peran lokatif dimiliki oleh bagian tubuh entitas yang menjadi sasaran tindakan yang dilakukan. Data berikut dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas mengenai peran UNDERGOER/lokatif dan
UNDERGOER/pasien pada argumen verba.
4-75
Pekak Kompiang meles kuluknē (Abang, Karangasem) Pekak Kompiang
meles
Pekak Kompiangngetep&ngaadangbutuh
kuluk-nē kuluk-POSS
‘Kakek Kompiangmemotong &mengeluarkanbagianbatu peliranjingnya’ Lapis II U/lok
196
Lapis I A/agen
4-76
V
U/pasien
Pak Gede nyulēncēlēngnē (Denpasar Timur) Pak Gede
nyulēn
cēlēng-nē
Pak Gedengetep&ngaadang butuh cēlēng-POSS ‘Pak Gedememotong &mengeluarkan bagian batu pelirbabinya’ U/lok (Lapis II) Lapis I A/agen V U/pasien
Jika diperhatikan, data di atas merujuk pada entitas berupa hewan. Fitur semantik yang melekat pada verba nyulēndan meles tidak saja mengandung unsur makna “memotong”, tetapi juga mengandung unsur berupa bagian entitas yang diacu. Aktivitas nyulēndan meles memiliki makna ‘memotong dan mengeluarkan batu pelir dari kelamin entitas’, karena pada dasarnya bagian entitas yang dikenai tindakan adalah bagian kelamin. Sekali lagi, tindakan seorang agen, yakni nyulēndan meles mengindikasikan bahwa aktivitas “memotong” dilakukan terhadap entitas yang mengacu pada bagian kelamin. Bagian pangkal kaki dan pangkal lengan juga sering dikenai tindakan “memotong”. Hal tersebut juga tercermin dalam makna verba khususnya VMBB. Sasaran tindakan yang berupa pangkal kaki atau pangkal lengan entitas biasanya dilakukan ketika memotong hewan yang telah disembelih kemudian dibersihkan bagian perutnya, tetapi badan entitas masih dalam keadaan satu bagian utuh. Tindakan “memotong” yang mengarah pada bagian yang dimaksud, terealisasi sebagai leksikon mukang. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenainya, disajikan data sebagai berikut.
197
4-77
Trunanē mukang bē siap cundangē (Abang, Karangasem) Truna-n ē
mukang
bē siap cundang-ē
Truna-DEFPREF-getepbatisbē siap cundang-DEF ‘Lelaki itumemotongbagian kakiayam hasil aduan-itu’ U/lok A/agen V U/pasien
Lapis II Lapis I
Variasingetep batis ‘memotong bagian pangkal kaki’ direalisasikan sebagai leksikon mukang. Leksikon ini mengharuskan hadirnya dua argumen, yakni ACTOR/ agen yang mengendalikan peristiwadan UNDERGOER/ pasien yang mengalami perubahan fisik akibat dari tindakan yang dilakukan agen. Setelah dilakukan analisis peran, tenyata leksikon mukang memiliki peran berlapis, yakni UNDERGOER / lokatif. Hal ini disebabkan oleh tindakan mukang menyasar ke bagian pangkal kaki atau pangkal lengan entitas.
4.2.2.2 Peran Berlapis “Lokatif’” pada Entitas Tak Bernyawa (inanimate) Verba-verba di atas berkolokasi dengan entitas bernyawa (animate). Selain berkolokasi dengan entitas bernyawa, ada juga beberapa verba yang berkolokasi dengan entitas tak bernyawa (inanimate) apabila ditinjau dari segi peran semantik
198
argumennya. Adapun verba-verba yang dimaksud adalah munggel, nyukur, ngirutin, nēmos, dan ngerot. 4-78
Bapan tiangē munggel candinē (Abiansemal, Badung Intf) Bapan tiangē munggel candinē Bapa-n tiang-ē
munggel
candi-nē
Bapa-POSStiang-DEFPREF-getepmuncuk ‘Ayah saya memotongujungcandi itu’ U/lok A/agen V
candi-DEF
U/pasien
Lapis II Lapis I
Verba munggel pada data di atas menghadirkan argumen ACTORsebagai agen dan UNDERGOERsebagai pasien. Namun, ketika dilakukan analisis peran berlapis, ternyata ada sebuah peran lokatif yang dimiliki oleh UNDERGOER. Hal ini tentu saja disebabkan oleh verba munggel yang menyasar ke salah satu bagian entitas, yakni bagian atas. Verba ini biasanya berkolokasi dengan bagian atas tembok, candi, atau bagian cerita yang tidak penting (Sudipa, 2005: 290). Bertitik tolak dari analisis peran berlapis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa verba munggel berkolokasi dengan bagian ujung atas entitas.
4-79
Wayan nyukur padangnē (Penebel, Tabanan) Wayan nyukur padangnē Wayan
nyukur
padang-nē
199
NamaPREF-getep muncuk padang-POSS ‘Wayanmemotongbagian atas rumputnya’ U/lok A/agen V
U/pasien
Lapis II Lapis I
Verba nyukur pada umumnya mengacu pada entitas seperti rambut manusia dan rumput maupun tanaman hias. Dari hasil analisis peran, diketahui bahwa nyukur
menghadirkan
dua
argumen,
yakni
ACTORsebagai
agen
dan
UNDERGOERsebagai pasien. Unsur lokatiftersirat di dalam verba, yaitu verba mencerminkan bahwa bagian ujung ataslah yang dikenai tindakan “memotong”. Seseorang yang memotong rambut (mencukur) pada umumnya memotong bagian atas dari rambut entitas. demikian juga dengan memotong tanaman hias, mengacu pada bagian atas. 4-80
Muridē ngirutin potlotnē (Penatih, Denpasar) Murid-ē
ngirutin
potlot-nē
Murid-DEFPREF-getepmuncuk potlot-POSS ‘Siswa itu memotongbagian ujungpensilnya’ U/lok A/agen V U/pasien
Lapis II Lapis I
Verba ngirutin pada data di atas hanya mengacu pada entitas pensil, dengan argumen ACTORsebagai agen dan UNDERGOERsebagai pasien. Ngirutin bermakna ngetep muncuk ‘memotong bagian ujung’ entitas sehingga unsur lokatif terdapat di dalamya. Hal ini disebabkan oleh di dalam pikiran agen terdapat keinginan untuk meruncingkan ujung pensilnya sehingga bagian ujung itulah yang
200
pada akhirnya dikenai tindakan. Demikian juga verba nēmos, mensyaratkan bahwa bagian ujung entitas yang harus dikenai tindakan.
Apabila tindakan
“memotong” dilakukan terhadap bagian lain dari entitas, maka istilahnya akan lain.
4-81 Tukange nēmos kayu jatinē (Abiansemal, Badung) Tukang-ē
nēmos kayu jati-nē
Tukang-DEFPREF-getep tanggun kayu jati-DEF ‘Tukang itu memotongbagian ujungkayu jati itu’ U/lok Lapis II A/agen V U/pasien Lapis I Tidak hanya bagian atas maupun ujung, tetapi peran UNDERGOER– lokatif juga bisa menyasar bagian lain entitas. Bagian yang dimaksud adalah bagian sisi dan bawah entitas. 4-82
I Rai ngerot tiing lakar anggona layangan (Mengwi, Badung) I Rai
ngerottiing lakar anggona layangan
NamaPREF-getepsisintiing lakar anggona layangan ‘I Raimemotongbagian pinggirbambu akan digunakan layangan’ U/lok Lapis II A/agen V U/pasien Lapis I
4-83
Pekak nortor punyan nyambunē (Abiansemal, Badung) Pekak nortor punyan nyambu-nē PekakPREF-getepbungkilpunyan nyambu-DEF ‘Kakekmemotongbagian bawahpohon jambu itu’
201
U/lok A/agen
V
U/pasien
Lapis II Lapis I
Leksikon ngerot dan nortor masing-masing mengikat dua argumen, yakni ACTORsebagai agen dan UNDERGOERsebagai pasien. Secara berlapis, kedua leksikon tersebut mengacu pada salah satu bagian entitas. Ngerot mensyaratkan agar bagian sisi atau pinggir entitas yang dikenai tindakan, sedangkan nortor mensyaratkan agar bagian bawah pohon yang dikenai tindakan. Seseorang ngerot berarti menghaluskan bagian pinggir suatu entitas yang pada umumnya adalah batangan bambu yang sudah dibelah. Seseorang nortor berarti memotong bagian bawah pohon yang dekat dengan bagian akar, menandakan unsur lokatif yang terdapat pada argumen verba.
4.2.2.3 Peran Berlapis “Benefaktif ”
4-84
Doktērē ngetep usus buntunē I Raka ‘Dokter itu memotong usus buntunya I Raka’ (Abiansemal, Badung) Dokter-ēngetep
usus buntu-nē
I Raka
202
Dokter-DEFPREF-ngetep usus buntu-POSSART nama Dokter itumemotongusus buntu-nyaI Raka BenefaktifLapis III U/pasien-theme A/agen
V
U/pasien-exp Lapis II U/pasien
Lapis I
Peran lapis I argumen dipengaruhi oleh konteks yang terkandung di dalam kalimat. Peran lapis I tersebut bisa ada, bisa juga tidak. Hal tersebut secara konteks dipengaruhi oleh TUJUAN
tindakan “memotong” yang dilakukan.
Apabila kita melihat secara konteks bahwa tujuan “memotong” adalah sebagai suatu tindakan pengobatan, maka secara otomatis peran lapis I bisa terdeteksi dan secara
umum
UNDERGOER->pasien
-->pengalamyang---
>benefaktif.UNDERGOER ->pasien --> pengalam, yakni I Raka dikatakan dapat memiliki peran lapisan terdalam yang dianggap sebagai lapisan III sebagai peran -->benefaktif, karena I Raka mendapatkan keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh dokter kepadanya. Dalam hal ini, I Raka yang pada awalnya menderita sakit usus buntu mengalami kesembuhan dari sakitnya tersebut. Lapisan ke-3 hadir tergantung konteks di dalam kalimat. Selain itu, apabila tujuan “memotong” bukan merupakan tindakan pengobatan, maka peran lapis III kemungkinan tidak bisa terdeteksi sebagai UNDERGOER->pasien --> pengalam yang --->benefaktif, melainkan sebagai UNDERGOER->pasien -->pengalam, yakni terbatas hanya pada peran lapis II. Dengan kata lain, hanya ada dua lapisan peran. Perhatikan data di bawah ini. 4-85
Rampokē ngetep baongnē I Raka (Abiansemal, Badung Intf.)
203
Rampok-ē ngetep baong-nē I Raka Rampok-DEF PREF-getep baong-POSS ART nama Perampok-itu memotong leher-nya I Raka U/ps-theme A/agen
V
U/ps-expe Lapis II
U/pasien
Lapis I
Pemetaan yang dapat menggambarkan peran-peran khusus / khusus secara berlapis pada argumen VMBB adalah sebagai berikut.
UMUM LAPIS I
LAPIS II
ACTOR Agen
UNDERGOER Pasien
Lokatif,
LAPIS III
Tema,Pengalam,
Benefaktif
Peran-peran argumen verba pada kalimat yang bervalensi dua, pada umumnya diisi oleh ACTOR(A) dan UNDERGOER(U). Lebih eksplisit lagi, kedua peran umum tersebut memiliki peran khusus. Adapun peran khusus tersebut, yakni ACTORpasti adalah agendan UNDERGOERpasti adalah pasien. Agen adalah pihak yang mengendalikan peristiwa dan pasienadalah sesuatu atau pihak yang mengalami perubahan fisik akibat dari tindakan yang dilakukan oleh agen. Dalam hal penentuan semacam ini, pemetaan yang dapat dibuatkan adalah pemetaan LAPIS I pada skema pemetaan di atas. Hal lain yang perlu dikemukakan yaitu, suatu argumen VMBB secara umum juga dapat dianalisis lebih terperinci lagi untuk menentukan peran-peran yang
204
lebih mengkhsus lagi terhadap sebuah argumen verba. Di dalam penentuan ini, argumen VMBB secara umum bisa berupa lokatif, tema, dan pengalam (lokatif, tema, pengalam). Suatu peran lokatif dapat ditentukan dengan mengamati bagian entitas yang dikenai tindakan “memotong”. Biasanya peran ini dapat dilihat dengan menguraikan leksikon “verba” yang menjadi inti kalimat. Peran lokatif secara tidak langsung terdapat atau menempel pada verba, seperti halnya data ngorok siap berikut ini. ngorok
siap
‘memotongbagian leher ayam’ Jelas tampak bahwa peran lokatif dari argumen melekat pada verba sehingga dalam hal ini, pemetaan yang dibuatkan untuk menskemakannya adalah “lokatif” berada pada bagian pertengahan pemetaan, Bagian pertengahan tersebut adalah bagian yang mendekati verba atau merupakan bagian dari verba. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali skema pemetaan argumen VMBB di atas, khususnya pada LAPIS II.
Peran lain yang dapat ditentukan pada pemetaan LAPIS II adalah tema dan pengalam. Tema dipetakan di bagian kanan lokatif dan pengalam dipetakan di bagian kanan tema. Penentuan lokasi ini tentu saja dipengaruhi oleh karakteristik
205
data, di mana tema pasti mendahului pengalam. Perhatikan kembali data berikut ini. ngetep bok-nēI Wayan ‘memotongrambut-POSSI Wayan’ tema pengalam Dari perilaku data semacam ini, dapat disimpulkan bahwa peran argumen VMBB LAPIS II, tema selalu mendahului pengalam, dalam hal ini posisibok ‘rambut’ di dalam kalimat selalu mendahului pengalam yakni I Wayan.Dengan analisis semacam ini, dapat dipetakan peran lokatif dekat dengan verba karena melekat pada verba, tema berada sesudahnya, dan pengalam berada sesudah tema. Penentuan lain dari sebuah argumen verba juga dapat dilakukan. Penentuan semacam ini dilakukan setelah menganalisis peran berlapis tingkat III, sesuai dengan yang tergambar pada peran LAPIS III di skema pemetaan sebelumnya. Penentuan peran LAPIS III ini dilakukan dengan melihat konteks kalimat yang menjadi data analisis. Konteks dapat ditentukan dengan menginterpretasikan secara intuitif, apakah sebuah argumen mendapatkan suatu keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh agen. Peran argumen semacam ini ditentukan sebagai benefaktif. Argumen ditentukan sebagai benefaktif apabila dia mendapatkan keuntungan dari tindakan “memotong” yang dilakukan oleh agen. Untuk menentukan apakah argumen mendapatkan keuntungan dari tindakan “memotong”, tentu saja harus diamati konteks yang terkandung di dalam kalimat. Konteks yang dimaksud, yaitu dengan melihat “apa yang menjadi tujuan” tindakan “memotong”. Jika tujuannya baik, maka benefaktif akan muncul pada argumen. Sebaliknya, apabila tidak baik, maka benefaktif tidak akan muncul pada
206
argumen. Penilaian terhadap baik-buruknya tujuan tersebut, tentu saja kembali mengacu pada prediksi yang dilakukan oleh peneliti secara intuitif. Dengan kata lain, peran benefaktif diposisikan paling belakang (setelah pengalam) sesuai dengan skema pemetaan di atas ditentukan sebagai (PERAN LAPIS III) yang terikat konteks kalimat.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
207
5.1 Simpulan Berdasarkan pemaparan analisis pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara umum, VMBB dapat direalisasikan sebagai leksikon ngetep atau motongkarena kedua leksikon tersebut dapat berkolokasi dengan semua jenis entitas yang menjadi sasaran
tindakan “memotong”.Namun,secara khusus
leksikon ngetep dapat memiliki banyak variasi dengan ciri-ciri yang berbeda. Ciri khas dari tiap-tiap leksikon dari variasi ngetep didasarkan atas alat, model gerakan, entitas, dan bagian entitas yang dikenai perlakuan, serta hasil akhir yang ingin dicapai atau diharapkan agen. Dengan berrtumpu pada teori MSA beserta seperangkat alat analisisnya, VMBB dapat diklasifikasikan berdasarkan kedekatan makna inherennya atau berdasarkan kesamaan ciri-ciri khusus yang paling menonjol meliputi: (1) VMBB dengan ciri kemiripan entitas, yang dapat dibagi lagi menjadi (a) entitas tumbuhan, (b) entitas leher manusia atau hewan, dan
(c) entitas
bagian tubuh manusia dan hewan. (2) VMBB dengan ciri kemiripan cara yang dapat dibagi lagi menjadi (a) verba dengan tipe gerakan berulang-ulang, (b) verba dengan cara mengupas, (c) verba dengan cara menggigit,serta (d) verba dengan pola cara, pola gerakan, dan pola potongan unik. (3) VMBB dengan ciri kemiripan hasil yang dapat dibagi lagi menjadi (a) verba dengan tipe membagi dua, (b) verba dengan tipe mengiris tipis, (c) verba
208
dengan tipe menghaluskan atau meratakan, serta (d) verba dengan tipe memperpendek. (4) VMBB dengan ciri kesamaan instrumentalis. VMBB ini dipilah menjadi dua, yaitu (41 ) VMBB tanpa instrumen pemotong dan (42)VMBB turunan dari verbalisasi instrumen yang digunakan. Temuan yang sangat menarik menunjukkan bahwa ada beberapa leksikon yang dalam kenyataannya sering dirancukan kebermaknaannya. Di antara leksikon yang terdaftar sebagai realisasi leksikal VMBB, beberapa di antaranya dapat merupakan bentuk yang memiliki varian khusus. Varian tersebut pada dasarnya memiliki medan makna yang secara spesifik sama, namun memiliki fitur pembeda meskipun sangat sedikit. Berdasarkan analisis peran semantik, setiap argumen VMBB memiliki peran semantik yang khas. Dengan bertumpu pada teori Peran Umum (Macroroles), dikatakan bahwa di dalam sebuah satuan kalimat yang beragumen dua, terdapat dua peran umum, yakni ACTOR dan UNDERGOER. Kedua peran umum ini juga masih memiliki peran-peran khusus,, seperti pengalam, tema, lokatif, dan benefaktif (experiencer, theme, locative, benefactive). Dalam VMBB, ACTOR bisa memiliki peran khusus agenkarena verba jenis ini mensyaratkan entitas berciri insan (human) yang mengontrol dan mengendalikan suatu peristiwa. Dalam hal ini, agen dapat menyebabkan UNDERGOER mengalami perubahan fisik. ACTOR dikatakan sebagai agen karena memengaruhi, mengontrol, dan mengendalikan peristiwa “memotong” yang terjadi, sedangkan UNDERGOER memiliki peran khusus sebagai pasienkarena menerima pengaruh langsung dari
209
tindakan yang dilakukan oleh agen
dan mengalami perubahan fisik akibat
pengaruh dari tindakan tersebut. Peran-peran yang lebih khusus lagi juga bisa ditelaah dengan melakukan analisis berlapis pada argumen verba. Adapun peran-peran khusus tersebut pada umumnya adalah lokatif, tema, pengalam, dan benefaktif.Seperti halnya lokatif, dapat dilihat dari perilakunya
yang mengindikasikan bahwa
sebuah leksikon verba
mensyaratkan bahwa ada bagian khusus dari entitas yang harus dikenai tindakan. Tema merupakan ada sebuah konstituen yang merupakan milik pasien yang menjadi sasaran tindakan, seperti halnya busulnē I Wayan, ‘bisul I Wayan’, dengan busul ‘bisul’ sebagai tema, sedangkan I Wayan sebagai pengalam, yang keduanya merupakan satu satuan argumen yang berperan sebagai pasien. Lebih mengkhusus lagi, I Wayan juga dapat dikatakan sebagai pengalam yang benefaktif apabila kita membaca konteks pada kalimat. Konteks yang dimaksud dilihat berdasarkan apa yang menjadi tujuan tindakan yang dikatakan verba. Jika untuk tujuan yang baik bagi pasien, maka pasien -> pengalam dapat dikatakan sebagai pasien -> pengalam benefaktif. Sebaliknya, apabila tujuan tindakan itu tidak baik bagi pasien, maka secara otomatis peran berlapis hanya sampai pada pasien > pengalam.
210
5.2 Saran Selesainya penelitian VMBB ini, tidak berarti bahwa penelitian terhadap BB khususnya VBB dianggap tuntas. VBB memiliki banyak fenomena yang sangat unik dan perlu dikaji secara lebih mendalam untuk dijadikan sebagai suatu bahan ulasan ke depannya, yang tentu saja berguna untuk menambah khazanah penelitian yang telah ada sebelumnya. Ada banyak jenis pendekatan yang dapat dilakukan dalam melakukan sebuah kajian mengenai BB khususnya VBB. Salah satu pendekatan yang dimaksud, yaitu pendekatan dengan penerapan teori MSA. Penerapan teori MSA dalam menganalisis VBB masih menyisakan fenomena yang menarik untuk dijadikan bahan kajian. Demikian juga dengan penerapan teori peran umum (macrorole), masih memberikan peluang di dalam penelitian terhadap VBB karena VBB secara inheren memiliki makna yang bersifat kompleks.Kompleksitas itu dapat menggambarkan suatu keunikan dalam penentuan peran-peran yang terkandung di setiap argumennya. Yang menjadi harapan, semoga hasil penelitian ini dan hasil penelitian lainnya khususnya yang menggunakan penerapan teori MSA dan macroroles, dapat memberikan sumbangsih terhadap dunia linguistik nasional, bahkan internasional, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf BB sebagai bahasa daerah yang masih perlu dibina, dilestarikan, dan dipertahankan sebagai salah satu penunjang kebudayaan nasional.