Bab IV Perhitungan Perencanaan
BAB IV PERHITUNGAN PERENCANAAN
4.1 Deskripsi Umum Berdasarkan data umum
dilapangan
pada
Bandara
Internasional
Minangkabau terdapat peningkatan jumlah volume frekuensi pesawat yang mendarat pada landasan pacu serta berdasarkan sampel statistik dan kapasasitas angkutan udara untuk pergerakan pesawat selama 8 tahun terakhir yang dimulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008, dan terjadi persentase peningkatan rata-rata pertahun, berikut ini tabel perkembangan jumlah penumpang dan pesawat pada Bandara Internasional Minangkabau tabel 4.1 dan 4.2 serta pada tabel chart 4.1 dan 4.2 berikut ini ; Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penumpang di Bandara Internasional Minangkabau Tahun 2001 – 2008 No.
TAHUN
PENUMPANG
PERTUMBUHAN (%)
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
1.
2001
148.222
150.448
-
-
2.
2002
216.995
220.181
48,40
46,31
3.
2003
414.339
420.253
90,94
90,97
4.
2004
624.056
636.710
50,61
51,51
5.
2005
668.337
692.983
7,10
8,84
6.
2006
802.394
799.209
20,05
15,33
7.
2007
858.309
866.069
6,97
8,37
8.
2008
807.373
814.639
-5,93
-5,94
Sumber : Dinas Kepegawaian PT. AP II Bandara Internasional Minangkabau
IV-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
1,000,000 800,000 600,000
Datang
400,000
Berangkat
200,000 Datang
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tabel Chart 4.1 Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang di Bandara Internasional Minangkabau Tahun 2001 – 2008 (Sumber : Dinas Kepegawaian PT. AP II Bandara Internasional Minangkabau)
Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Pesawat di Bandara Internasional Minangkabau Tahun 2001 – 2008 No.
TAHUN
PENUMPANG
PERTUMBUHAN (%)
Berangkat
Datang
Berangkat
Datang
1.
2001
2.564
2.586
-
-
2.
2002
3.200
3.200
24,80
23,74
3.
2003
5.087
5.094
58,97
59,19
4.
2004
6.785
6.785
33,38
33,20
5.
2005
6.993
6.993
3,07
3,07
6.
2006
7.128
7.122
1,93
1,84
7.
2007
7.450
7.472
4,52
4,91
8.
2008
6.377
6.278
-14,40
-14,64
Sumber : Dinas Kepegawaian PT. AP II Bandara Internasional Minangkabau
VI-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
8,000 6,000 Datang
4,000
Berangkat
2,000 Datang
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tabel
Chart 4.2
Grafik
Perkembangan
Jumlah
Pesawat
di
Bandara
InternasionalMinangkabau Tahun 2001 – 2008 (Sumber : Dinas Kepegawaian PT. AP II Bandara Internasional Minangkabau) 4.2 Data-data Penunjang pada Bandara BIM Sebelum kita menghitung tebal perkerasan Runway, terlebih dahulu kita harus mengetahui data-data penunjang yang diperlukan dalam suatu perencanaan Runway pada sebuah bandara. Berikut ini Perkiraan Pergerakan Penumpang dan pesawat pada Bandara Internasional Minangkabau yaitu pada tabel 4.3 ; Tabel 4.3 Perkiraan Pergerakan Penumpang dan Pesawat BIM Tahun
2010
2015
2025
Uraian Lalu lintas Jam Sibuk (D) (I) Jam Sibuk (D) (I) Jam Sibuk (D) (I)
Penumpang Dom Inter Total (D) n’l (l) 883 146
2
2
1 1
2
1 1
1
2 9
3
3
1 3
2
2 1
-
3 16
1425
2039 281
Pergerakan Pesawat Domestik & Internal Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Total 2 3 4 5 6 1 1 1 1 1 7
1029
1244 181
Kelas 1 2
2320
2
2
4
Sumber : Laporan Perencanaan Pekerjaan Sipil Sisi Udara, Mei 2009, PT. Dacrea Avia VI-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Dari perkiraan pergerakan penumpang dan pesawat tahun 2010 terlihat jumlah pesawat domestik (D) 7 buah pesawat dan Internasional (I) 2 buah pesawat. 4.3 Spesifikasi Teknik Pesawat yang akan Ditinjau Gambar Pesawat-Pesawat yang Landing di Bandar Udara Internasional Minangkabau Pesawat Rencana B-747-400
VI-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Spesifikasi Teknis Pesawat B-747-400 KARAKTERISTIK Maximum Take Off Weight
Maximum Landing Weight
Operating Weight Empty Zero Full Weight
Runway Lenght
Length
Wingspan
Height
Wheelbase Tire pressure
SATUAN
MODEL B-747-400
Pounds
910000
Kilograms
412770
Pounds
564000
Kilograms
256000
Pounds
365800
Kilograms
166100
Pounds
526000
Kilograms
238800
Pounds
11000
Meters
3353
feet
231
meters
70,66
feet
211
meters
64,44
feet
63
meters
19,41
feet
84
meters
25,60
psi
205
Payload
362-490
VI-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Pesawat Rencana B-737-300
VI-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Spesifikasi teknis Pesawat B-737-300 KARAKTERISTIK Maximum Take Off Wight Maximum Take Landing Maximum Landing Weight Maximum Zero Fuel Weight Operating Empty Weight Length Wingspan Height Wheelbase Maximum Cruising Speed Maximum Seat Capacity Engines Maximum Paylod Maximum Fuel Capacity Take-off field length (S/L at 30 C) Tire pressure Landing field length
SATUAN MODEL B-737-300 Pounds 138500 Kilograms 62823 Pounds 124500 Kilograms 56470 Pounds 114000 Kilograms 51720 Pounds 105000 Kilograms 47625 Pounds 72100 Kilograms 32704 feet 109,53 meters 33,40 feet 94,75 meters 28,88 feet 36,50 meters 11,13 feet 40,83 meters 12,45 km/h 933 crews 6 pax 124 CFM56 Engines Pounds 35600 Kilograms 16150 Pounds 32030 Kilograms 14520 feet 7500 meters 2286 psi 166 feet 4700 meters
1433
VI-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Pesawat Fokker 100
VI-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Spesifikasi Teknis Pesawat Fokker 100
KARAKTERISTIK Maximum Take Landing Maximum Take Off Weight Maximum Landing Weight Maximum Zero Fuel Weight Operating Empty Weight Length Wingspan Height Wheelbase Range Maximum Cruising Speed Maximum Seat Capacity Engines Maximum Paylod Maximum Fuel Capacity Maximum Pax Range
SATUAN
MODEL Fokker 100
Pounds Kilograms Pounds Kilograms Pounds Kilograms Pounds Kilograms Pounds Kilograms feet meters feet meters feet meters feet meters n miles Kilometers
99500 44680 101000 45810 88000 39915 81000 36740 54103 24541 116,52 35,54 92,03 28,08 27,87 8,50 45,93 14,01 2100 3889
km/h 845 crews 2 pax 100-107 Two RollsRoyce Tay Mk 65015 Pounds 26973 Kilograms 12235 Pounds 23300 Kilograms 10568 Km 2898 nm 1610
Take-off field length at MTOW, ISA, S/L (Flaps 15 0 )
feet meters
7500 2286
Take-off field length MTOW, ISA, S/L (Flaps 35 C 0 )
feet
4700
meters
1433 VI-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Pesawat Fokker-50
Spesifikasi Teknis Pesawat Fokker-50 KARAKTERISTIK Maximum Take Off Weight Maximum Landing Weight Maximum Zero Fuel Weight Operating Empty Weight Length Wingspan Height Wheelbase Seat Capacity Engines Maximum Payload Maximum Fuel Weight Maximum Operating Altitude Take-Off Field Length at MTOW,ISA, S/L (Flaps 15) Take-Off Field Length at MTOW,ISA, S/L (Flaps 35)
SATUAN Pounds
MODEL F-50 45900
kilogram kilogram
20820 19731
kilogram 18144 kilogram 12383 meters 25,19 meters 29,00 meters 8,60 meters 9,74 pax 58 Pratt & Whitney Canada PW 120 B Turboprop kilogram 5760 kilogram 4123 feet
7620
meter
890
meter
1017 VI-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Pesawat Fokker 27
Spesifikasi Teknik Fokker 27
KARAKTERISTIK
SATUAN Pounds
MODEL F-27 Mk 500 45500
Maximum Take Off Weight Maximum Zero Fuel Weight Operating Empty Weight Length Wingspan Height Wheelbase Seat Capacity
kilogram
20639
Engines Range Maximum Payload Maximum Fuel Weight Maximum Operating Altitude Take-Off Field Length at 18143 kg (40000lb), ISA, S/L Take-Off Field Length at 16329 kag (36000 lb), S/L
kilogram 18597 kilogram 12701 meters 25,06 meters 29,00 meters 8,84 meters 9,74 pax 60 Two 1730 kW (2320ehp) Rolls Royce Dart Mk 5367R Turboprop driving four Blade Dowty Rotol propellers km 1315 kilogram 4123 kilogram 5896 feet
7620
meter
988
meter
1003
VI-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Pesawat Cassa 212
Spesifikasi Teknik Cassa 212
KARAKTERISTIK
SATUAN
MODEL C-212
Length
meters
16,15
Wingspan
meters
20,28
Height
meters
6,60
Wheelbase
meters
5,46
VI-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
4.4 Perencanaan Pesawat yang akan Ditinjau Sesuai
dengan
kebutuhannya,
selanjutnya
Bandara
Internasional
Minangkabau Padang direncanakan dapat melakukan penerbangan Haji langsung menuju Jeddah/Madinah dengan menggunakan pesawat Boeing 747-400, dimana sebelum ini pesawat yang digunakan adalah
persyaratan kebutuhan pesawat
terbang jenis MD-11. Jadi kita akan tinjau apakah Bandara BIM saat ini sudah mampu untuk menampung pesawat Jenis B. 747-400. Berikut ini adalah data-data yang menunjang untuk menentukan besaran – besaran panjang dan lebar dari landasan pacu BIM, yaitu: a. Koordinat
: 00 0 47’17,895” LS dan 100 0 17’11,052”BT
b. Arah Landas Pacu
: 15 - 33 (t-T)
c. Elevasi Aerodrome
: 4,33m = 14,20 feet dari muka laut
d. Temperatur Rata-rata
: 33 0 C = 88 0 F
e. Panjang Landas Pacu
: 45 m x 2.750 m
f. PCN (Kekuatan)
: 66F/C/X/T
g. Turning Area Slope Memanjang : 0,89 % (Slope Runway) h. Turning Area Slope Melintang
: 1,3 %
4.4.1 Perhitungan Panjang Landasan Pacu a. Jenis Pesawat Rencana
: B. 747-400
b. Temperatur Rata-rata
: 33 0 C = 88 0 F
c. Kemiringan Memanjang Landasan
: 0,89%
d. Panjang Landasan Pacu
: 45 x 2.750 m
e. Maximum Take Off Weight (MTOW): 910.000 lbs VI-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
f. Jarak terbang Jeddah – Padang
: 7.052 km = 4.372,24 miles
1. Perhitungan Panjang Landasan Pacu Untuk Mendarat (Landing) Perhitungan mencari panjang landasan pacu untuk mendarat ikuti langkahlangkah berikut : Grafik 4.1. -
Dari grafik 4.1 ambil absis 910.00 lbs, sebagai berat maksimum landing, ambil nilai maksimal 180.00 lbs
-
Tarik vertical keatas berpotongan dengan grafik 14,22 ft elevasi lapangan terbang, maka ambil garis lebih sedikit diatas muka laut.
-
Dari titik potong tarik garis horizontal ke kanan, terbaca 6.580 ft=2.006 m.
-
Dan ditampilkan pada table perhitungan Landing berikut ini; Data ; 1. Panjang Perencanaan Runway untuk Landing 2. Elevasi Aerodrome (h) 3. Temperatur Referensi / Suhu Rata-rata (f) 4. Temperatur Minimum (t) 5. Kemiringan Memanjang Runway (i)
2006 m 4,33 m 33 0 C = 88 0 F 15 0 C 0,89 %
Koreksi Runway untuk Landing ; 1. Koreksi akibat Elevasi (e) L x (1 + 0,07 x h/300) 2.006 x (1 + 0,07 x 4,33/300) = 2. Koreksi akibat Perbedaan Temperatur (f-t) L1 x (1 + (f – t) x 0,01) 2.008 x (1 + (33 0 - 15 0 ) x 0,01) = 3. Koreksi akibat Kemiringan) L2 x (1 + i x 0,01) 2.370 x (1 + 0,89 x 0,01) = Panjang Runway Aktual
2.008 m
2.370 m
2.392 m < RA 2.750 m (ok..)
VI-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
6580
14,20 ft
Grafik 4.1 Kurva berat pendaratan yang diizinkan 2. Perhitungan Panjang Landasan Pacu Untuk Lepas Landas (Take Off) Perhitungan mencari panjang landasan pacu untuk lepas landas ikuti langkah-langkah berikut : Grafik 4.2. -
Masukan temperature 88 0 F pada absis, ikuti garis putus bertikal berpotongan dengan elevasi lapangan terbang 14,22 ft atau sedikit diatas muka air laut.
-
Tarik dari garis ini ke kanan horizontal memotong Reference Line (garis pedomanan).
-
Ikuti garis putus ke kanan ke atas, sampai berpotongan dengan take off weight atau distance 4.372,24 miles, dimana 1 mile = 1609,3 m. VI-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
-
Dari titik ini tarik garis lurus kekanan, baca panjang landasan yang diperlukan = 8710 feet = 2655 m. 4372 mls
8710
14,20 ft
0
88 F
Grafik 4.2 Kurva berat lepas landas yang diizinkan -
Dan ditampilkan pada tabel perhitungan Take Off berikut ini; Data ; 1. Panjang Perencanaan Runway untuk Take off 2. Elevasi Aerodrome (h) 3. Temperatur Referensi / Suhu Rata-rata (f) 4. Temperatur Minimum (t) 5. Kemiringan Memanjang Runway (i)
2.655 m 4,33 m 33 0 C = 88 0 F 15 0 C 0,89 %
Koreksi Runway untuk Landing ; 1. Koreksi akibat Elevasi (e) L x (1 + 0,07 x h/300) VI-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
2.655 x (1 + 0,07 x 4,33/300) = 2. Koreksi akibat Perbedaan Temperatur (f-t) L1 x (1 + (f – t) x 0,01) 2.658 x (1 + (33 0 - 15 0 ) x 0,01) = 3. Koreksi akibat Kemiringan) L2 x (1 + i x 0,01) 3.137 x (1 + 0,89 x 0,01) =
2.658 m
3.137 m
3.165 m Panjang Runway Aktual
2.750 m (tidak ok.. cek dengan ARFL)
Karena panjang Runway hasil perhitungan < Runway actual, untuk itu kita harus mencari panjang ARFL (Aeroplane Reference Field Lenght) atau panjang take off minimum adalah dengan cara membagi panjang landasan pacu yang terbesar, yaitu panjang landasan pacu untuk lepas landas dengan mengalikan elevasi, temperatur dan slope. Berikut ini rumus mencari panjang take off minimum Aeroplane Reference Field Length (ARFL) : ARFL =
Panjang landasan pacu untuk lepas landas ( FexFtxFs)
ARFL =
3.165 = 2.452 m. < 2.750 m (msh oke) (1,08443 x1,1800 x1,0089)
Dari hasil
perhitungan perencanaan Bandar udara Internasional
Minangkabau yang sudah dilakukan, bahwa untuk Landing didapatkan hasil panjang landasan pacu 2.392 m dan untuk take off ARFL adalah sebasar 2.452 m, dimana kondisi Bandara Minangkabau saat ini sudah memadai untuk penerbangan dengan menggunakan pesawat jenis B. 747-400 yaitu panjang Runway landasan BIM dengan panjang 2.750 m. Berdasarkan beban maksimum (MTOW) pesawat rencana jenis B.747-400 adalah 910.000 lbs, maka Bandar udara Internasional Minangkabau sudah mampu VI-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
untuk melayani beban maksimum jenis pesawat 910.000 lbs baik yang mendarat (landing) maupun lepas landas (take off). 4.4.2 Lebar Landasan Pacu Lebar runway aktual pada Bandar Udara Internasional Minangkabau adalah 45 m, dimana untuk jenis pesawat B.747-400 jarak antara roda pesawat adalah 11 m dengan bentang pesawat 59,66 m. Maka jenis pesawat B.747-400 dapat mendarat di Bandar Udara Internasional Minangkabau dan klasifikasi Bandar Udara Internasional Minangkabau menurut ICAO berdasarkan panjang termasuk jenis bandar udara tipe A, dan dalam Tabel 2.1 untuk Tipe Pelabuhan Udara Berdasarkan Panjang Landasan Pacu untuk panjang landasan tipe A minimum 2.100 m dan lebar 45 m, jadi Bandar Udara Internasional Minangkabau tidak perlu ada penambahan lebar landasan pacu. 4.4.3
Arah landasan pacu Arah landasan pacu pada Bandar udara Internasional Minangkabau
terletak pada NNW dan SSE dengan arah 150-330 dengan total duration 100%, arah landasan pacu yang ada saat ini sudah bisa melayani pesawat rencana jenis B.737-400. Adapun arah landasan pacu Bandar udara Internasional Minangkabau dapat dilihat pada Grafik 4.3 berikut ini ; 350
340
360
10
20 30
330 320
N
NNW
40
NNE
50
310 NW
NE
300 290
WNW
7.7
0.6
2.1
ENE
0.6 2.5 1.7 1.1 3.9 0.5 0.6 3.9 0.6 1.5 0.3 10.1 0.1 3.2 6.8 1.1 0.6 0.1 0.7 9.4 0.7 0.9 0.5 5.3 0.3 0.2 3.6 0.6 4.6 3.2 1.0 1.6 1.5 8.8 0.1
380 W
270
60
0.5 0.1
260 SWS 250
80
100 ESE
110 120
SE
SW
130
230 SSW
220
90
E
0.4
240
70
SSE S
150
210 200
190
140
160 180
170
http://digilib.mercubuana.ac.id/
VI-18
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Grafik 4.3 Wind Rose (Sumber ; Hasil Analisa Disain Pengembangan BIM ) Tabel 4.7 Klasifikasi Arah Mata Angin / Clasification Of Wind (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Padang) Clasification Of Wind Arah Angin N NNE NE ENE E ESE SE SSE S SSW SW SWS W WNW NW NNW
4 – 5 mil/h
15 – 31 mil/h
31 – 47 mil/h
Total
1,7 1,1 0,6 0,3 1,1 0,7 0,5 4,6 0,6 3,9 5,3 9,4 6,8 10,1 3,9 3,9
0,6 2,1 2,5 1,5 0,7 0,9 1,1 8,8 1,5 1,6 3,2 0,7 3,2 0,6 0,6 7,7
0,5 0,2 0,4 0,3 0,1 0,5 0,1
2,3 3,2 3,1 2,3 1,8 1,8 1,6 13,8 2,1 5,5 8,5 10,4 10,1 10,7 4,1 2,1
Pelan
0 – 4 mil/h
6,1
Total
100%
Sumber : Laporan Desain Pengembangan Bandara Ketaping pada BIM, PT. Dacrea Avia 4.4.4
Tebal Perkerasan Landasan Pacu Struktur konstruksi ini berdasarkan data yang telah ada dan disesuaikan
dengan ketentuan persyaratan yang telah menjadi ketetapan dan metode perencanaan ini Flexible Pavement dapat direncanakan yaitu metode CBR (California Bearing Ratio) dan metode FAA (Federal Aviation Administration). Analisa
Perbandingan
untuk
Perkerasan
Runway
pada
Bandara
Internasional Mingkabau menggunakan menggunakan dua metoda, yaitu Metoda
VI-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
CBR dan FAA, berikut ini akan kita analisa masing-masing dari kedua metoda tersebut, yaitu ; 4.3.4.1 Metode CBR Ada beberapa Parameter yang digunakan dalam menghitung tebal perkersan dengan metoda CBR, yaitu ; 1. Nilai CBR Test Sebelum menentukan tebal perkerasan pada pesawat yang
akan
direncanakan, maka terlebih dahulu untuk menentukan nilai CBR rencana yang didapat. Dimana data penyelidikan CBR dilapangan untuk Bandara Internasional Minangkabau, CBR rencana lapangan diperoleh dari perencanaan sebelumnya sebagaimana ditampilkan table 4.8 berikut ini ; Tabel 4.8 PersentaseNilai CBR Labor Tanah Dasar untuk Subgarde BIM No. Ttitik Nilai CBR Susunan CBR Persetase(%) 1 9,30 8,30 8/8 x 100% = 100% 2 8,30 8,70 7/8 x 100% = 87,5% 3 8,70 9,30 6/8 x 100% = 75 % 4 10,00 9,80 5/8 x 100% = 62.5% 5 12,00 10,00 4/8 x 100% = 50% 6 9,80 10,60 3/8 x 100% = 37,5% 7 10,60 12,00 2/8 x 100% = 25% 8 12,50 12,50 1/8 x 100% = 12,5% Sumber : Laporan Desain Pengembangan Bandara Ketaping pada BIM, PT. Dacrea Avia Dari hasil data perencanaan diatas diambil rata-rata nilai peresentase Subgarde seperti pada Grafik 4.5 ditarik garis pada persentase 90%, didapat nilai sebesar 8,82% dengan ketentuan tanah dasar nilai CBR yang akan digunakan untuk keperluan safety perencanaan sebesar 85% dari nilai CBR laboratorium sebesar 0,85 x 8,82% = 7,50 %. . Jadi nilai CBR Subgrade rencana sebesar 7,5%. VI-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
120 100 90 %
80 60 40 20 0 0
2
4
6
8
8,82
10
12
14
Grafik 4.5 Nilai CBR Rencana pada BIM Sumber : Laporan Desain Pengembangan Bandara Ketaping pada BIM, PT. Dacrea Avia 2. Menetukan Lalu lintas Rencana Berdasarkan laporan Perencanaan Sisi Sipil Udara Mei 2009, oleh PT. Dacrea Avia, dimana Bandara Internasional Minangkabau Padang, direncanakan juga dapat menampung penerbangan Haji langsung ke Jeddah / Madinah dengan menggunakan pesawat B.737-400. Dari data statistic diketahui bahwa pada tahun 2003 jumlah Jamaah Haji yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat adalah 4.388 orang atau + 1 per mil dari jumlah penduduk provinsi pada tahun 2003 yaitu 4.476.000. Menurut JICA dalam Studi Strategic Policy of The Air Transport Setor, maka penduduk Sumatera Barat akan berjumlah 4.795.000 jiwa pada tahun 2025. Atau yang berarti jumlah jamaah Haji Sumbar besarnya menjadi 4.795 orang pada tahun 2025. Maka pergerakan pesawat Haji tahun 2025 sebesar = (4.795/400) x 2 = 24 Mavoment B. 747-400 (12 kloter). Mengingat kecilnya annual departures pesawat Haji hanya 12 kloter pergerakan per-tahun, maka B. 747-400 bukan menjadi critical air craft. Dan VI-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
critical air craft tetap menggunakan pesawat MD-11 dengan 3.012 annual seperti tabel departures seperti table 4.9 dibawah ini, setelah direvisi termasuk pesawat Haji B. 747-400. Oleh karena itu tebal kebutuhan perkerasan tetap sama dengan perencanaan lama dimana perbedaan yang terjadi sangat kecil antara 3.000 dan 3.012 equivalent annual departures MD-11 Tabel 4.9 Konversi Dalam Design Aircraft MD-11dengan B.747-400 Konversi Dalam Design Aircraft MD-11 (R) Pesaw at
Tipe Roda
MTOW Kg
An. Dept Foreca st 3.000
An. Dept R2
Beban Roda W2 (kg)
MDDual 136.080 3.000 16.160 11* Tandem B.747- Dual 136.080 12 12 16.160 400* Tandem Equivalent Annual Depatures Dalam Design Aircraft MD-11 *) Pesawat Wide Body
Des. A/C(W1) 16.160
3,47712
Eq.An Dept Des.A/C (R1) 3.000
16.160
1,0791812
12
Total MD-11
Log 1
3.012
Sumber : Review Report Laporan Perencanaan Pekerjaan Sipil Sisi Udara, PT. Dacrea Avia (Mei 2009) 3. Menetukan Nilai ESWL Nilai dari Equivalent Single Wheel Load adalah tegangan yang terjadi pada perkerasan akibat dual wheel dan tergantung kepada jarak dari kedua roda dari nilai beban roda yang bekerja atau MTOW (Maksimum Take Off Weigh) = (P/2), Beban roda yang bekerja 136.080 kg / 2 = 68.040 kg 4. Menetukan Tebal Perkerasan Runway Sebagai dasar perencanaan maka diambil nilai data persentase CBR labor subgrade yaitu sebesar 7,50 % untuk beban rencana yaitu pesawat B.747-400 dan di dapat data pesawat rencana adalah sebagai berikut : a. Jenis pesawat
: B.747-400
b. Tipe main gear
: Dual Tandem Wheel Gear VI-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
c. Beban yang bekerja pada Roda
: 136.080 kg / 2 = 68.040 kg (P =ESWL/2)
d. Tekanan roda (p e ) table 2.4
: 204 psi = 1,406 Mpa (1 Mpa = 145 Psi)
e. Distribusi main gear
: 95 %
f. Jumlah roda dalam satu main gear (N)
: 16
Dengan menyerdehanakan perhitungan digunakan “Faktor Material Equivalent”, yang dikeluarkan oleh AASHTO . Dan dimana rumus yang digunakan dari US Corps Of Engineers yang didapat secara empiris dengan dasarnya tetap CBR sebagai berikut ;
Dimana ;
T = Tebal perkerasan total diatas Subgrade (mm) R = Jumlah ESWL yang bekerja (beban repitisi) S = Tekanan roda ban (Mpa) P= ESWL (kg)
Perhitungan : Dik ; R
= 3012
S
= 1,4065 Mpa
P
= 136.080 kg / 2 = 68.040 kg
T = 34,48 x 31,81 = 1097,089 mm ≈ 1100 mm Dengan nilai CBR Subgrade 7,50 % didapat tebal total perkerasan 43,30 inch (110 cm). VI-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
T = 34,48 x 17,67 = 609,2 mm ≈ 610 mm T = 61 cm (tebal total Perkerasan) dan dengan nilai CBR Subbase 20 % didapat tebal perkerasan 24 inchi (61 cm). Maka tebal lapisan Sub Base Coarse = 43,3 inchi – 24 inchi = 19,3 inchi
= 19,3 inchi = 49 cm.
Cek hasil perhitungan dengan grafik tebal minimum base course berikut ;
110
7,5
18”
Grafik 4.6-1 Kurva Perencanaan Minimum CBR untuk Lapisan Base Course (Basuki, 1986)
VI-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Dari grafik didapat tebal minimum base course untuk CBR 7,5 dan tebal total perkerasan adalah 18 inchi = 45,72 cm < 49 cm ….. ok. Berdasarkan Persayaratan Ketebelan Base dan Perkerasan untuk Rencana Pembebanan Berat (Tabel 3.12- Bab III) berikut ini ; Tabel 3.9 Persyaratan Ketebalan Base dan Perkerasan pada Pembebanan Berat Trafic Area
Tebal Minimum (inch) Base (CBR 100) Base (CBR 80) Perkerasan
Base
Total
Perkerasan
Base
Total
5 4 4 3 3 2
10 9 9 6 6 6
15 13 13 9 9 8
6 5 5 3 3 2
9 8 8 6 6 6
15 13 13 9 9 8
A B C D Accesroad aprons Shoulder
Sumber : Basuki 1986 Untuk Trafic Area Type A dengan Base CBR 100 total Base adala 15” = 38,1 cm < 110 cm ……. Oke… Selanjutnya ambil untuk tebal permukaan •
Surface Coarse
: 8 cm
•
Base Coarse
: 49 cm
•
Subbase Coarse
: 53 cm (61cm – 8 cm)
Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspal "hotmix" dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan "zebra cross" pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas). VI-25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Pada landasan-landasan tertentu ujung ujung landasan yang digunakan untuk tuch down atau take off digunakan lapisan beton bukan aspal, dimana untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik diguanakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak
menggunakan
aspal
hasil
olahan
minyak
bumi,
yang
mudah
mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aqua planning terutama saat mendarat yang sangat membahayakan. Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan. Tabel 4.10 Perbandingan CBR Ekisting dengan Perencanaan (Hasil Analisa) Lapisan
Tebal Perkerasan Aktual (cm)
Perencanaan (cm)
Surface Coarse (Lasaton)
8
8
Base Coarse (Granul Base+Binder)
40
49
Subbase Coarse (Granular Material)
52
53
100
110
Total
Sumber : Review Report Laporan Perencanaan Pekerjaan Sipil Sisi Udara, PT. Dacrea Avia (Mei 2009) VI-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Asphalt Concret
8 cm
8 cm
Binder + Granural Base
49 cm
40 cm
52 cm
53 cm
Sub Base (Granural Material)
(4.1a)
(4.1b)
Gambar 4.1a Lapisan Ekisting Runway BIM Gambar 4.1b Lapisan Perencanaan tebal perkerasan lentur dengan metoda CBR 7,5 untuk Pesawat B.747-400. Berdasarkan hasil analisa diatas, bahwa untuk perkerasan runway dengan kondisi ekisting yang ada sekarang tidak memadai untuk penerbangan dengan pesawat B.747-400. Dimana tebal perkerasan lentur landasan pacu untuk perencanaan pesawat B.747-400 pada Bandar Udara Internasional Minangkabau yang ada 100 cm < 110 cm, dan perlu diadakan penambahan tebal perkerasan.
VI-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
4.3.4.2 Perencanaan Perkerasan Dengan Metode FAA (Federal Aviation Administration) Perancangan lapis keras landas pacu dengan menggunakan metode FAA dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan Pesawat Rencana Pesawat dipilih dari pesawat terbesar yang direncanakan akan beroperasi di bandar udara yang menghasilkan total EAD terbesar, sehingga didapat ketebalan lapis keras terbesar. Dan Pesawat yang digunakan adalah pesawat Boeing B. 747-400 yang merupakan pesawat terbesar. Tabel 4.11 Dimensi Pesawat Yang Landing (BIM) Dimensi pesawat Lebar Sayap (m) Panjang (m) Tinggi (m)
Cassa 212
Fokker 27
Fokker 50
Fokker 100
B- 737- 300
B- 747- 400
19.00 16.15 6.60
29.00 25.06 8.84
29.00 25.19 8.60
28.08 35.54 8.51
28.88 33.40 11.13
64.44 70.66 19.41
2. Menentukan Equivalent Annual Departure (EAD) Pesawat Campuran (R2) Setelah mengetahui pesawat rencana dan nilai CBR untuk menentukan tebal perkerasan, selanjutnya kita menentukan Annual Departure pesawat rencana atau berapa jumlah pesawat akan parkir pada landasan pacu tersebut. Tabel 4.12 Jumlah Pergerakan Pesawat Tahunan (2000-2020) (BIM) Jenis
Tahun Pergerakan Pesawat
Pesawat
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
C 212
120
120
120
120
120
120
-
-
-
365
F 27
182
182
182
182
182
182
182
182
182
182
F 50
-
-
-
-
-
-
-
-
182
182
F 100
182
182
182
-
-
-
-
182
182
182
B-737-300
-
-
-
-
-
182
182
182
182
182
B-747-400
-
-
-
-
-
-
-
-
-
VI-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Jenis
Tahun Pergerakan Pesawat
Pesawat
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
365
182
182
182
182
182
182
182
182
182
182
F 27
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
F 50
182
182
182
365
365
365
-
-
-
-
-
F 100
182
182
182
-
-
-
-
182
182
182
182
B-737-300
182
182
182
182
182
182
182
182
182
182
182
C 212
B-747-400
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Laporan Desain Pengembangan Bandara Ketaping pada BIM, PT. Dacrea Avia Tabel 4.13 Jumlah Pergerakan Pesawat Tahunan Pada Jam Sibuk (BIM) Jenis
Jumlah Pergerakan Pesawat Pada Jam Sibuk
Pesawat
Kuantitas
Jumlah Pesawat
Hari
C 212
28
6
45
7.560
F 27
10
6
45
2.700
F 50
8
6
45
2.160
F 100
13
6
45
3.510
B-737-300
16
6
45
4.320
B-747-400
1
6
60
360
Total Jumlah Pesawat
Total
20.610
Sumber : Laporan Desain Pengembangan Bandara Ketaping pada BIM, PT. Dacrea Avia Tabel 4.14 Jumlah Seluruh Pergerakan Pesawat Tahunan (2000-2020) Jenis
Jumlah Seluruh Pergerakan Pesawat Tahunan (2000-2020)
Pesawat
Pesawat Tahunan
Pesawat Tahunan Pada Jam Sibuk
C 212
5.090
7.560
12.650
F 27
1.820
2.700
4.520
F 50
2.005
2.160
4.165
F 100
2.366
3.510
5.876
B-737-300
2.912
4.320
7.232
B-747-400
365
360
725
Total Jumlah Pesawat
Total
35.168
Sumber : Laporan Desain Pengembangan Bandara Ketaping pada BIM, PT. Dacrea Avia VI-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
-
365
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Berdasarkan data pergerakan pesawat pada phase ultimate diambil jumlah pesawat tahunan, dan didapat jumlah forecast annual departure pesawat dari tahun 2000 sampai tahun 2020, dimana setiap tipe roda pendaratan utama pesawat campuran dikonversikan terlebih dahulu ketipe roda pendaratan utama pesawat rencana yaitu dual tandem wheel gear, dengan cara mengikuti tabel 4.15 Tabel 4.15 Karakteristik Pesawat Rencana dan Pesawat Campur Jenis Pesawat
MTOW
Tipe Roda
C 212
16.975
Single Wheel
F 27
45.500
Dual Wheel
F 50
45.900
Dual Wheel
F 100
101.000
Dual Wheel
B-737-300
138.500
Dual Wheel
B-747-400
910.000
Dual Tandem Wheel Gear
Sumber : The Wings of The Web www.airline.net Hasil konversi ketipe roda pendaratan utama pesawat rencana dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.16 Hasil Analisa Konversi ke Tipe Roda Pendaratan Utama Pesawat Rencana No 1
Tipe Pesawat Cassa 212
Tipe Roda SW
Tipe Roda Konversi DTWG
Faktor Konversi 0,5
Pergerakan Tahun (2000-2020) 12.650
Pergerakan Konversi 6.325
2
Fokker 27
DW
DTWG
0,64
4.520
4.520
3
Fokker 50
DW
DTWG
0,64
4.165
4.165
4
Fokker 100
DW
DTWG
0,64
5.876
5.876
5
B-737-300
DW
DTWG
0,64
7.232
7.232
6
B-747-400
DTWG
DTWG
1,0
725
725
Sumber : Laporan Desain Pengembangan Bandara Ketaping pada BIM, PT. Dacrea Avia VI-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Metoda Perhitungan dengan cara FAA ; 1. Menentukan Beban Roda Pesawat W1 dan W2
Beban roda pesawat rencana (W1) dan pesawat campuran (W2), didapat dengan menggunakan persamaan (3.8) dan (3.9). Beban roda yang didapat sebagai berikut : a.
Pesawat rencana dipilih B-747-400 W1 = MTOW pesawat rencana × 95% × W1 = 910.000 × 95% ×
b.
1 N
1 16
= 54.031,25 lbs
Pesawat campuran 1) Cassa-212
1 N
W2
=
MTOW pesawat campuran × 95% ×
W2
=
16.975 × 95% ×
1 2
= 8.063,13 lbs
=
45.500 × 95% ×
1 4
= 10.806,25 lbs
=
45.900 × 95% ×
1 4
= 10.901,25 lbs
2) Fokker 27 W2 3) Fokker 50 W2
4) Fokker 100 W2
=
101.000 × 95% ×
1 4
= 23.987,5 lbs
138.500 × 95% ×
1 4
= 32.893,75 lbs
5) B. 737 – 300 W2
=
2. Menentukan EAD (R1)
EAD pesawat rencana (R1) didapat dengan menggunakan persamaan 3.7. Hitungan EAD pesawat rencana (R1) untuk semua pesawat campuran (R2) adalah sebagai berikut: VI-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
a. Equivalen Annual Departure pesawat rencana B-747-400 (R1), untuk pesawat campuran B-747-400 (R2 = 725) adalah sebagai berikut :
W 2 LogR1 = (LogR 2) W1
1
2
54.031,25 LogR1 = (Log 725) 54.031,25
Log R1= 2,86
1
2
R1 = 102,86
maka
= 725
b. Equivalen Annual Departure pesawat rencana B-747-400 (R1), untuk pesawat campuran Cassa 212 (R2 = 8.063,13 ) adalah sebagai berikut :
W 2 LogR1 = (LogR 2) W1
1
2
8.063,13 LogR1 = (Log 6.325) 54.031,25
Log R1= 1,4686
maka
1
2
= 101,4686
R1
= 27,34
c. Equivalen Annual Departure pesawat rencana B-747-400 (R1), untuk pesawat campuran Fokker 27 (R2 = 10.806,25 ) adalah sebagai berikut :
W 2 LogR1 = (LogR 2) W1
1
2
10.806,25 LogR1 = (Log 4.520 ) 54.031,25
Log R1= 1,6346
maka R1
1
2
= 101,6346
= 43,11
d. Equivalen Annual Departure pesawat rencana B-747-400 (R1), untuk pesawat campuran Fokker 50 (R2 = 10.901,25) adalah sebagai berikut :
W 2 LogR1 = (LogR 2) W1
1
2
10.901,25 LogR1 = (Log 4.165) 54.031,25
Log R1= 1,6258
maka R1
1
2
= 10 1,6258
= 42,25
e. Equivalen Annual Departure pesawat rencana B-747-400 (R1), untuk pesawat campuran Fokker 100 (R2 = 23.987,5) adalah sebagai berikut : VI-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
W 2 LogR1 = (LogR 2) W1
1
2
23.987,5 LogR1 = (Log 5.876 ) 54.031,25
Log R1= 2,511
1
2
= 102,511
maka R1
= 324,34
f. Equivalen Annual Departure pesawat rencana B-747-400 (R1), untuk pesawat campuran B-737-300 (R2 = 32.893,75) adalah sebagai berikut :
W 2 LogR1 = (LogR 2) W1
1
2
32.893,75 LogR1 = (Log 7.232 ) 54.031,25
Log R1= 3,011
maka R1
1
2
= 103,011
= 1.025,65
Dan dirangkum kedalam table 4.16 berikut ini ; Tabel 4.17 Perhitungan EAD Pesawat Rencana (Hasil Analisa)
Jenis
Dual Gear
Wheel Load
Wheel Load
Equivalent Annual Depature
Pesawat
Departure
Lbs
Pesawat Rencana
Pesawat Rencana
(R2)
(W2)
(W1)
(R1)
B. 747-400
725
54.031,25
54.031
725
B. 737-300
7.232
32.893,75
54.031
1.025,65
Fokker 100
5.676
23.987,5
54.031
324,34
Fokker 50
4.165
10.901,25
54.031
42,25
Fokker 27
4.520
10.806,25
54.031
43,11
Cassa 212
6.325
8.063,13
54.031
27,34
Total ∑ R1 =
2.187,69
Berikut ini Kesimpulan EAD pesawat rencana dengan semua pesawat campuran : 1. R2 dihitung dengan mengkonversikan tipe roda pendaratannya keroda pesawat rencana yaitu Dual Tandem Wheel Gear. Faktor Konversinya seperti pada tabel, karena faktor konversi dari Dual Tandem Wheel Gear ke single wheel VI-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
adalah 0,5 contoh pesawat rencana C-212 dengan Forecast Annual Departure 12.650 × 0,5 = 6.325 2. W2 (Wheel Load) dihitung dengan menganggap 95 % ditumpu oleh roda pendaratan utama, Dual Tandem Wheel Gear mempunyai 16 roda maka : W2 = berat take off pesawat campuran (MTOW) × 0,95 × 1 16 3. W1 (wheel load pesawat rencana) (MTOW maks B-747-400 = 910.000 Lbs) yaitu : W1 = 910.000 × 0,95 × 1/16 = 54.031,25 Lbs 4. R1 (Equivalent Annual Departure Pesawat Rencana) dihitung dengan rumus Log R1 = Log R2 ( w2 / w1)
1
2
Jadi Eqivalen Annual Departure dari Pesawat Rencana adalah 2.187,69 agar perencanaan tebal perkerasan yang didapat lebih aman dan untuk jangka waktu cukup lama maka diambil R1 = 6.000 mm. 5. Menentukan Tebal Perkerasan CBR untuk landasan pacu adalah : Subgrade
: 7,50 %
Annual Departure
: 6.000
Tipe Roda Pendaratan
: Dual Tandem Wheel Gear
MTOW maks B.747-400
: 910.000 lbs = 412.770 kg
•
Dari hasil diatas, selanjutnya tarik grafik 4.9 Kurva Rencana Perkerasan Flexible Daerah Kritis B. 747-400 berikut ini ;
•
Tebal Subgrade Dari grafik 4.9 Pesawat Rencana B. 747-400, dengan MTOW = 910.000 lbs dan Subgrade 7,5. Didapat tebal total perkerasan = 40,05 inchi
•
Tebal Subbase Dengan grafik yang sama ambil CBR 20, terbaca 18,5 inci, maka tebal Subabse 40,05” – 18,5” = 21,55 inchi
•
Tebal Surface = 4 inchi, untuk daerah kritis
•
Tebal Base Course = 18,5” – 4” = 14,5 inchi
•
Check Terhadap tebal minimum base course dengan grafik 4.8-2 VI-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
CBR = 7,5, maka minimum basecourse = 16,8 inchi = 42,67 cm, dan dipilih Tebal Basecourse rencana melalui grafik adalah 16,8 inchi > 14,5 inchi
CBR 7,50 CBR 7,5
2.187
18,5” 40,05” 18,5”
40,05”
Grafik 4.6 Kurva Rencana Perkerasan Flexible Daerah Kritis B. 747-400 (Basuki, 1986) VI-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
41” CBR 7,50
16,8”
Grafik 4.7 Kurva Perencanaan Minimum CBR untuk Lapisan Base Course Metoda FAA (Basuki, 1986) Kesimpulan Perencanaan ; Jadi susunan tebal struktur perkerasan adalah sebagai berikut : Tebal Surface Coarse
=
4
inchi
= 10
cm
Tebal Base Coarse
=
16,8
inchi
= 43
cm
Tebal Subbase Coarse
=
21,55 inchi
= 55
cm
Tebal total struktur perkerasan
=
43,3
inchi = 108
cm VI-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Jadi total tebal perkerasannya adalah 109,98 cm, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.18 Susunan Lapisan Perkerasan Bandar udara Internasional Minangkabau Metode FAA (Hasil Analisa) Critical Area
Runway Edge Strip
Shoulder And Overrun
T (cm)
0.9 T (cm)
0.7 T (cm)
Surface Coarse
10
9
7
Base Coarse Subbase Coarse Total ∑ =
43 55 108
39 50 98
30 39 76
Lapisan
Keterangan : a. Untuk daerah kritis dimana untuk ketebalan T adalah penuh. b. Untuk daerah Runway Edge Strip atau daerah yang digunakan pesawat yang datang, seperti belokan landasan pacu, tebal perkerasannya adalah 0.9 T. c. Untuk daerah Shoulder and Overrun, daerahyang jarang dilalui pesawat tebal perkerasannya adalah 0.7 T. Perencanaan tebal perkerasan lentur landasan pacu Bandar Udara Internasional Minangkabau untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut : Asphalt Cement Treated Base
Asphalt
10 cm
Cement Treated Base
43 cm
9 cm 39 cm 98 cm
108 cm
Chrushes Agreted Base Chrushes Agreted Base
(a) Asphalt Concret Cement Treated Base
50 cm
55 cm
(b) 7 cm 30 cm 76 cm
Chrushes Agreted Base
39 cm
(c) Gambar 4.2 Gambar susunan Perkerasan Metoda FAA : (a) Area kritis ; (b) Runway edge strip; (c) houlder and overrun VI-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Untuk melihat gambar Bandar udara Internasional Minangkabau potongan tampak atas, memanjang dan melintang dapat dilihat pada gambar berikut ini : II 5 4 1
2
3
30 7,5 1/6 x 45 3
2/3 x 45 1/6 x 45 7,5 30
I
I
II
180 m 181m
60
2365mm 2.394
160 m
160 m
60
180181m m
3165mm 3.196
Gambar 4.3. Pavement layout plant tampak atas Keterangan : 1. Panjang dan Lebar perkerasan flexibel untuk daerah kritis runway 2. Panjang dan Lebar perkerasan flexibel untuk daerah edge striprunway 3. Panjang dan Lebar perkerasan flexibel untuk daerah overrum runway 4. Panjang dan Lebar perkerasan flexibel untuk daerah shoulder runway 5. Panjang dan Lebar untuk daerah shoulder runway
180 m 181m
60
160 m
II
I
II
I 2365 m
2.394 m
160 m
60
180 m 181m
3165 mm 3.196
Gambar 4.4. Pavement layout penampang memanjang
VI-38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45m
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Gambar Potongan ; 9 cm
10 cm
39 cm 43 cm
98 cm 50 cm
108cm
55 cm
POTONGAN I - I
POTONGAN II - II
= Surface Coarse
= Subbase Coarse
= Base Coarse Keterangan : Panjang Total Runway
= 3.196 m
Panjang Kritis (ARFL)
= 2.394 m
Panjang EdgeRunway
= 160 m
Panjang Cverrun
=
Panjang Shoulder
= 181 m
III
II
I
II
I
60 m
CL
III 1,3
7,5 m
7,5 m
5m
2/3 L = 30 m
5m
7,5 m
7,5 m
Gambar 4.5 Penampang melintang landasan pacu VI-39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1,3
Bab IV Perhitungan Perencanaan
9 cm
10 cm
39 cm 43 cm
98 cm 50 cm
108 cm 55 cm
POTONGAN I - I
POTONGAN II - II
7 cm 30 cm 76 cm 39 cm
POTONGAN III - III
4.3.5
Pembahasan Hasil Tinjauan Berdasarkan analisa perhitungan diatas, didapatkan hasil perhitungan
sebagai berikut ; 4.4.1
Panjang Landasan untuk Landing (Mendarat) Berdasarkan perhitungan pada bab 4 dan grafik 4.1 hal 6 didapat panjang
landasan untuk landing didapat sebesar 2.392 m dimana kurang dari Runway aktual 2.750 m, jadi untuk panjang landing masih oke. 4.4.2
Panjang Landasan untuk Take Off (Lepas Landas) Berdasarkan perhitungan bab 4 dan grafik 4.2 hal 7 didapat panjang
landasan untuk take off sebesar 3.165 m atau kurang dari Runway aktual 2.750 m, maka harus dicari berdasrkan panjang ARFL (Aeroplane Reference Field Length) atau panjang take oof minimum yaitu dengan cara membagi panjang landasan pacu terbesar khuhsnya saat lepas landas dengan mengalikan elevasi, temperatur dan slope. VI-40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
ARFL =
Panjang landasan pacu untuk lepas landas ( FexFtxFs)
ARFL =
3.165 = 2.452 m. < 2.750 m (msh oke) (1,08443 x1,1800 x1,0089)
Dari hasil analisa panjang landasan pacu (runway) tersebut terdapat perbedaan antara hasil untuk pesawat B. 747-400 yang direncanakan sebesar 3.165 m sedangkan panjang Runway aktual pada Bandara Internasional Minangkabau adalah 2.750 m. Oleh sebab itu Bandar udara Internasional Minangkabau perlu ada penambahan panjang landasan pacu sepanjang 415 m. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.19 Hasil Tinjauan Perhitungan Panjang Landasan Pacu (Hasil perhitungan) Keterangan Aktual BIM Hasil Rencana
Panjang Landasan 2.750 m 3.165 m
ARFL
Keterangan
2.452 m
Laporan Perencana Perhitungan Bab IV-hal 7-8
Dari analisa penulis untuk berat lepas landas maximum yang diizinkan 910.000 lbs, sementara berat maksimum lepas landas jenis pesawat B.747-400. Untuk itu Bandar udara Internasional Minangkabau mampu menahan beban maksimum jenis pesawat B.747-400 yang landing maupun Take off. 4.4.3
Lebar Landasan Pacu Berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh ICAO untuk bandar udara
tipe A panjang landasan pacu Minimum 2.100 m dan lebarnya 45 m. Sedangkan panjang landasan pacuyang ada saat ini 2.750 m. Bandar udara Internasional
VI-41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Minangkabau menurut panjang landasan pacu termasuk dalam klasifikasi bandara tipe A. 4.4.4
Tebal Perkerasan Landasan Pacu Dari hasil analisa dengan menggunakan metode FAA hasil yang penulis
dapatkan lebih kecil dari pada hasil yang ada di Bandar udara Internasional Minangkabau,dalam perencanaan ini penulis membagi hasil perkerasan dalam beberapa bagian yaitu total Critical Area yang tebalnya 108 cm,total Edge Strip 96,8 cm dan total Shoulder Overrun 75,3 cm,sedangkan total tebal perkerasan yang ada di Bandar udara Internasional Minangkabau adalah 100 cm untuk seluruh panjang landasan pacu. Dari hasil analisa penulis dengan menggunakan metode CBR dengan CBR Subgrade sebesar 7,5 % di dapat tebal perkerasan 110 cm. Dan dengan menggunakan CBR Subbase sebesar 20 % didapat tebal perkerasan 49 cm sehingga untuk tebal lapisan Sub Base Coarse didapat setebal 53 cm untuk Base didapat sebesar 49 cm dan Aspal 8 cm. Sedangkan tebal perkerasan saat ini adalah 110 cm. Hasil akhir tebal perkerasan dengan menggunakan metode CBR dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.20 Perbandingan Susunan Lapisan Perkerasan Bandar udara Internasional Minangkabau Metode CBR & FAA (Hasil Analisa) dan Runway Aktual BIM
Lapisan
Metoda CBR (cm)
Metoda FAA (cm)
Aktual BIM (cm)
Surface Coarse
8
10
8
Base Coarse Subbase Coarse Tebal Total ∑ =
49 53 110
43 55 108
40 52 100
VI-42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab IV Perhitungan Perencanaan
Jadi dengan menggunakan 2 metode yang berbeda yaitu metode FAA dan metode CBR kita dapat melihat perbedaan hasil tebal perkerasan yang diperoleh. Menurut analisa penulis ditinjau dari sisi aman untuk tebal lapisan perkerasan yang ada saat ini sudah layak digunakan khususnya untuk jenis pesawat B-747400, akan tetapi dalam peningkatan fasilitas landasan pacu perlu penambahan sedikit pada ketebalan lapisan permukaan (Surface coarse). Jika dibandingkan analisa dengan menggunakan metode FAA dan CBR didapat bahwa analisa perencanaan tebal perkerasan landasan pacu dengan metode FAA untuk tingkat ketelitiannya kurang maksimal karen hanya menggunakan grafik yang ada dengan perbandingan skala tertentu. Sementara dengan metode CBR kita menggunakan rumus-rumus dengan hitungan matematik berdasarakan beban dan berat pesawat yang ditinjau serta dari nilai CBR tanah dilapangan dimana hal ini tingkat ketelitiannya cukup baik.
VI-43
http://digilib.mercubuana.ac.id/