BAB IV PEMBAHASAN
Keberadaan bidan menjadi tolak ukur kesehatan di masyarakat. Hal inilah yang menjadikan bidan sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga bidan. Dalam penanganan Asuhan Kebidanan tenaga kesehatan RSUD Kota Semarang mulai dari pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pengumpulan Data Menurut
Hellen,
Varney
(2007),
Langkah
pertama
adalah
mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan terkait dengan data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan ibu dan bayi. Dalam teori menurut Benson dan Martin 2009 tanda dan gejala preeklamsia ditandai oleh hipertensi atau > 140/90 mmhg, terjadi edema, dan protein urin > +1. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan di lahan Ny. S
93
94
didapatkan pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah 150/90 mmhg, terdapat oedema pada kaki dan proteinuria + 1. Sehingga dapat di simpulkan bahwa antara teori dan lahan tidak ada kesenjangan karena Dilahan Ny. S tekanan darahnya 150/90 mmhg, sedangkan menurut teori Martin dan Benson tekanan darahnya juga 140/90 mmhg, diteori ada oedema sedangkan Ny. S terdapat oedema pada kaki. Serta proteinuria + 1 sama halnya dengan teori. 2.
Interpretasi Data Menurut Soepardan (2008) pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data
yang
telah
dikumpulkan.
Data
dasar
tersebut
kemudian
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun
masalah
tidak
diartikan
sebagai
diagnosis,
tetapi
tetap
membutuhkan penaganan. Dalam teori menurut Prawirorahardjo, 2009 diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau odema setelah kehamilan 20 minggu. Interpretasi data yang dibuat di lahan pada Ny. S tidak hanya berdasarkan pengkajian data subyektif dan data obyektif saja melainkan ditegakkan dengan hasil Ny. S terjadi hipertensi, oedema disertai proteinuria . Dilihat dari hasil yang didapatkan antara teori terdapat hipertensi, dilahan terdapat hipertensi, diteori dan lahan ada oedema, serta dilahan dan
95
teori terdapat proteinuria, maka penulis menyimpulkan bahwa antara teori dan lahan tidak ada kesenjangan maka diagnosa Ny. S umur 34 tahun hamil 40 minggu janin tunggal hidup intra uteri adalah preeklamsia ringan. 3.
Diagnosa Potensial Menurut Asrinah (2010) Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan dignosis yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benarbenar terjadi. Dalam teori menurut Martin dan Benson, 2009 jika keadaan preeklamsia ringan tidak tertangani dengan baik, keadaannya akan memburuk dan dapat menimbulkan preeklamsia berat. Sehingga pada kasus Ny. S tidak terdapat diagnosa potensial yang langsung karena mendapatkan perawatan yang intensif, sehingga pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan yang signifikan karena diagnosa potensialnya telah diatasi dengan benar.
4.
Antisipasi / Tindakan Segera Menurut Soepardan (2008) dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan tindakan yang harus disesuaikan dengan prioritas masalah atau kondisi keseluruhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/ masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi darurat yang harus dilakukan untuk menyelamatkan
96
nyawa ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolabirasi, atau bersifat rujukan. Dalam teori menurut Anonimous, 2005 tindakan segera yang dilakukan yaitu pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur. Sedangkan dilahan tindakan segera pada kasus ibu hamil Ny. S dengan preeklamsia ringan antisipasi atau tindakan segera yang dilakukan adalah memantau keadaan umum terutama tekanan darah. Dilihat dari hasil kedua antara teori dengan lahan dapat disimpulkan bahwa penanganan awal atau tindakan segera yang dilakukan adalah memantau tekanan darah. Jadi antara lahan dan teori tidak ada kesenjangan yang signifikan. 5.
Perencanaan Menurut Mufdillah, 2009. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama disetujui oleh bidan maupun wanita itu agar efektif, karena pada akhirnya wanita itulah yang akan melaksanakan rencana itu termasuk membuat dan mendiskusikan rencana. Dalam teori menurut Rukiyah dan yulianti, 2013 perencanaan pada preeklamsia ringan yaitu pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit serta
97
penimbangan dilakukan setiap hari dan pemberian medikamentosa: sedativa (diazepam), anti hipertensi seperti alfa metil DOPA (R: dopamet) diberikan menurut indikasi. dan pada persalinan dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II. Sedangkan dilahan perencanaan Ny. S yang dilakukan yaitu memantau tekanan darah setiap jam, diberikan obat penurun tensi (dopamet) methyldopa tujuanya untuk penurun tensi dan pemberian infus 500 cc 20 tetes/menit+ MgSO4 20 %, dengan tujuan agar tidak terjadi preeklamsia berat yang mengakibatkan kejang, hal ini sudah sesuai dengan protap RSUD dan mempercepat pembukaan serviks dengan cara induksi persalinan, hal ini sudah sesuai dengan protap RSUD. Sehingga penulis menyipulkan antara teori dan lahan tidak terdapat kesenjangan pada pemantauan tekanan darah di teori dilakukan setiap 4 jam, sedangkan di lahan tekanan darah dipantau setiap jam karena pemantaun tekanan darah sebaiknya dilakukan setiap sejam sekali karena kondisi pasien yang emergency. dan penimbangan berat badan dilahan tidak dilakukan sedangkan diteori Menurut Almatsier, 2004 Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan setiap hari karena mendekteksi dini terhadap tiga gejala preeklamsia, sehingga antara teori tidak ada kesenjangan yang signifikan. 6. Pelaksanaan Menurut Varney, (2007) langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langka ini dapat dilakukan secara keseluruhan
98
oleh bidan, atau dilakukan sebagaian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah pendokumentasian secara berkala, akuarat, dan menyeluruh. Dalam teori menurut Rukiyah dan yulianti, 2013 perencanaan pada preeklamsia ringan yaitu pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur, Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit serta penimbangan dilakukan setiap hari,dan pemberian medikamentosa: sedativa (diazepam), anti hipertensi seperti alfa metil DOPA (R: dopamet) diberikan menurut indikasi. dan pada persalinan dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II. Sedangkan dilahan pelaksanaan Ny. S yang dilakukan yaitu memantau tekanan darah setiap jam seperti tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, diberikan obat penurun tensi (dopamet) methyldopa dan pemberian infus 500 cc 20 tetes/menit+ MgSO4 20 %, pemasangan O2 dan pemberian misoprostol 1/8 tablet guna untuk pematangan serviks serta memperpendek kala II dengan cara induksi persalinan dengan pemberian infus 500 cc + 5 IU 20 tpm. Sehingga penulis menyipulkan antara teori dan lahan tidak terdapat kesenjangan pada pemantauan tekanan darah di teori dilakukan setiap 4 jam, sedangkan di lahan tekanan darah dipantau setiap jam karena pemantaun tekanan darah sebaiknya dilakukan setiap sejam sekali karena kondisi pasien yang emergency. dan penimbangan berat badan dilahan tidak dilakukan sedangkan diteori Menurut Almatsier, 2004 Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan setiap hari karena
99
mendekteksi dini terhadap tiga gejala preeklamsia, sehingga antara teori tidak ada kesenjangan yang signifikan. 7.
Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benarbenar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif Estiwidani, (2008). Pelakasanaan evaluasi pada Ny. S dilakukan dari mulai pengkajian sampai perencanaan dilakukan dengan tepat hasilnya bahwa pasien tidak cemas dengan kondisinya saat ini dan bayi lahir secara spontan. Secara umum penanganan kasus preeklamsia ringan ini sudah sesuai dengan teori yang diberikan yang telah dikemukakan diatas, sehingga pasien telah tertangani dengan baik.
100